Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF


“Terapi Humor untuk menurunkan intensitas Nyeri pada pasien pasca Bedah invasive”

Di Susun Oleh :
Kelompok 2

Herlina
Marcelina Marlissa
Sri Rahayu
Fitra
Hasriaty Tuara
Hamdi Takimpo
Laila sandi wajo
Lodia
Sri Dina
Wa Neli

STIKES MALUKU HUSADA


PRODI S1 KEPERAWATAN
AMBON
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini yang tentunya jauh dari kesempurnaan. Karena itu
kami selalu membuka diri untuk setiap saran dan kritik yang bersifat membangun.

Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu,baik secara langsung ataupun
tidak langsung.

Akhirnya semoga sumbangan amal bakti semua pihak tersebut mendapat balasan yang
setimpal dari- Nya. Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kami khususnya
dan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Ambon, Februari 20818


TERAPI HUMOR UNTUK MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN
PASCA BEDAH INVASIVE

HUMOUR THERAPY TO REDUCE PAIN INTENSITY OF PATIENTS


POST INVASIVE SURGICAL

ABSTRAK

Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang baik
biopsikososial dan spiritual yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri muncul karena terputusnya
kontinuitas jaringan. Nyeri yang tidak diatasi dapat menganggu proses penyembuhan paska bedah. Metode
untuk mengatasi nyeri dapat dilakukan secara farmakologi dan non farmakologi. Metode non farmakologi yang
sering digunakan untuk mengatasi nyeri adalah teknik distraksi.Teknik distraksi dapat dilakukan dengan terapi
humor. Terapi humor dilakukan dengan beberapa cara dengan melihat film lucu, mendengarkan kelompok
lawak, melihat kartun, komik dan karikatur yang lucu serta membaca kumpulan cerita lucu. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran pengaruh terapi humor terhadap intensitas nyeri pada pasien paska
bedah invasif minimal hari kedua. Desain penelitian ini adalah analisis deskriptif. Jumlah sampel pada penelitian
ini adalah 40 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah konsekutif sampling. Analisa dengan melihat
presentasi penurunan pada tabel distribusi frekuensi. Hasil analisa menunjukkan perbedaan persentase
penurunan skala nyeri yang lebih besar pada kelompok perlakuan. Terapi humor mampu menurunkan nyeri pada
pasien paska bedah invasif minimal hari kedua.

Kata kunci: bedah invasive, nyeri, terapi humor

ABSTRACT

Surgery is a potential or actual threat to the integrity of the person both biopsychosocial and spiritual that can
cause a response in the form of pain. Pain appears because the breakdown of network continuity. Unresolved
pain may disrupt the healing process after surgery. Methods to overcome the pain to do the pharmacological
and non-pharmacological. Non-pharmacological method that is often used to treat pain is distraksi.Distraction
techniques can be done with humour therapy. Humour therapy done in several ways to see a funny movie, listen
to the comic group, see cartoons, comics and caricatures are funny as well as reading a collection of funny stories.
This study aims to determine the effect of humour therapy on pain intensity in patients with post-surgical
minimally invasive second day. This study design is descriptives analysis. The number of samples in this study
were 40 people. The sampling technique used is consecutive sampling. Analysis by viewing the presentation
decrease in the frequency distribution table. The analysis shows the percentage difference in pain reduction in a
larger scale in the treatment group. Humour therapy capable of reducing pain in patients with post-surgical
minimally invasive second day.

Keyword: invasive surgery, pain, humour therapy


tertahankan bisa memunculkan atau
menstimulasi munculnya shock neurogenik
selain itu klien akan kehilangan kemampuan
untuk bergerak, kompensasi

paru berkurang, pergerakan thorax menurun,


1. PENDAHULUAN
resiko terjadi trombo emboli, kerja jantung
Pembedahan merupakan tindakan terakhir meningkat sehingga permintaan miokard
pada penderita yang tidak memiliki respon akan oksigen meningkat, kerusakan system
terhadap terapi medik atau penderita yang imun dan penurunan fungsi lambung dan
mengalami komplikasi seperti perforasi, usus [6, 7]. Untuk itu perlu penanganan yang
perdarahan atau obstruksi [1]. Tindakan efektif untuk meminimalkan nyeri.
bedah merupakan ancaman potensial atau
aktual kepada integritas seseorang baik Usaha untuk meminimalkan intensitas nyeri
biopsikososial dan spiritual yang dapat bisa menggunakan dua cara yaitu
menimbulkan respon berupa nyeri. Bedah farmakologik dan non farmakologik. Cara
invasive minimal adalah tehnik pembedahan farmakologik merupakan kewenangan atau
dengan meminimalkan akses untuk tugas dari dokter sedangkan profesional
mencapai organ tubuh dengan tetap pelayanan kesehatan yang lain misalkan
mempertahankan efisiensi operasi dan perawat, bidan, dan fisiotherapis
memperoleh hasil pembedahan yang menggunakan cara-cara non farmakologis
optimal. untuk meminimalkan intensitas nyeri.
Tujuan bedah invasive minimal ialah
Perawat menghabiskan lebih banyak
mengurangi daerah akses kedalam rongga
waktunya bersama pasien yang mengalami
tubuh atau lumen organ untuk mencegah
nyeri dibanding tenaga professional lain.
kerusakan jaringan berlebihan. Penderita
Perawat mempunyai kesempatan untuk
sesudah tindakan bedah invasive minimal
membantu menghilangkan nyeri dan
akan mengalami beberapa perubahan pada
efeknya yang membahayakan. Peran
tubuh salah satunya adalah nyeri [2]. Nyeri
pemberi perawatan primer adalah
muncul karena pada tindakan pembedahan
mengidentifikasi dan mengobati nyeri dan
meresepkan obat-obatan untuk
dilakukan insisi, yaitu terputusnya menghilangkan nyeri [8].
kontinuitas jaringan, hal tersebut diterima
saraf sensorik menjadi nyeri. Nyeri adalah Perawat memberikan intervensi pereda
suatu mekanisme protektif bagi tubuh. nyeri, mengevaluasi efektifitas intervensi,
bertindak sebagai advokat pasien saat
Timbul bila jaringan sedang dirusak dan
intervensi tidak efektif. Selain itu, perawat
menyebabkan individu tersebut bereaksi
berperan sebagai pendidik untuk pasien dan
untuk menghilangkan rangsang nyeri keluarga, mengajarkan mereka untuk
tersebut Guyton nyeri adalah keadaan mengatasi penggunaan analgesik atau
subjektif dimana seseorang memperlihatkan regimen pereda nyeri oleh mereka sendiri
rasa tidak nyaman secara verbal maupun non ketika memungkinkan. Salah satu cara untuk
verbal [3]. Nyeri sangat mengganggu dan menurunkan nyeri adalah dengan distraksi,
menyulitkan lebih banyak orang dibanding terapi humor merupakan salah satu cara
suatu penyakit manapun [4].Rasa nyeri distraksi[8]. Terapi humor dilakukan dengan
sering timbul hampir setelah setiap jenis beberapa cara dengan melihat film lucu,
tindakan operasi. Bedah sedang merupakan dengan mendengarkan kelompok lawak,
salah satu tindakan operasi yang dengan melihat kartun, komik dan karikatur
menimbulkan nyeri. Bila tidak diatasi dapat yang lucu serta membaca kumpulan cerita
menimbulkan efek yang lucu [9].
membahayakanyang akan mengganggu
proses penyembuhan [5]. Nyeri yang tidak
Data hasil studi pendahuluan menunjukkan
bahwa hampir semua pasien paska bedah
invasive minimal pada hari ke 1 mengelu
nyeri pada skala 6 – 7 dengan skala sebagai kelompok eksperimen dan
pengukuran deskriptif sederhana, pada saat kelompok yang tidak diberi terapi humor
ini untuk mengatasi nyeri masih sebagai kelompok kontrol. Jumlah sample
mengandalkan analgetik yang masuk dalam
40 responden yang terdiri dari 20 kelompok
kategori narkotik memiliki efek atau dampak
jangka panjang yang sangat buruk salah perlakuan dan 20 kelompok kontrol. Analisa
satunya adalah munculnya ketergantungan data yang digunakan dengan analisis
terhadap obat serta terhambatnya proses deskripif dari tabel distribusi frekuensi.
opiat endogenous karena penggunaan opium
eksternal [10]. Bila dibiarkan maka akibat 3. HASIL PENELITIAN
dari bedah invasive minimal justru Table 1. Distribusi frekuensi kelompok
membawa komplikasi yang lebih buruk perlakuan berdasarkan jenis
kepada pasien. Ada beberapa terapi operasi
modalitas yang mampu mendukung
penurunan nyeri salah satu diantaranya
adalah terapi humor.
Jenis Operasi Frekuensi Persentase (%)
Terapi ini diharapkan mampu mereduksi BPH 3 15
efek ketergantungan analgetik pada klien
paska bedah invasive minimal. Selama ini ORIF 13 65
dilapangan, penggunaan terapi humor untuk APP 4 20
menurunkan intensitas nyeri belum
dilakukan, padahal dengan terapi humor Total 20 100
akan dikeluarkan endorphin dan enkaphalin Berdasarkan tabel 1. dideskripsikan jenis
yang mampu menurunkan nyeri. Penelitian operasi terbanyak pada kelompok perlakuan
memfokuskan pada bedah invasive minimal. yaitu Open Reduction Internal Fixation
Biasanya di RS Dr. Kariadi Semarang untuk (ORIF) sebesar 65 %.
mengurangi nyeri pada paska bedah Tabel 2. Distribusi frekuensi kelompok
diberikan obat - obatan analgetik. Tetapi kontrol berdasarkan jenis operasi
biasanya rasa nyeri masih ada sehingga
peneliti akan mencoba memberi tambahan
untuk mengurangi nyeri dengan terapi
humor. Terapi humor adalah tindakan untuk Jenis Operasi Frekuensi Persentase (%)
menstimulasi seseorang untuk tertawa, BPH 4 20
tindakan ini mampu merangsang pelepasan
ORIF 7 35
opiat endogenous yang disebut dengan
endhorphin. Manfaat endorphin adalah APP 9 45
menurunkan intensitas nyeri. Karena
Total 20 100
pengaruh dari terapi humor yang mampu
menstimulasi pelepasan endhorphin. Untuk Berdasarkan tabel 2. dideskripsikan jenis
itu maka peneliti melakukan penelitian operasi terbanyak pada kelompok kontrol
dengan judul “Terapi humor untuk yaitu Appendiktomi (APP) sebesar 45 %.
menurunkan intensitas nyeri pada pasien
pasca bedah invasive”. Table 3. Distribusi frekuensi kelompok
perlakuan berdasarkan jenis kelamin
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan desain
descriptives analysis, rancangan penelitian Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
ini mengobservasi sebanyak dua kali yaitu Laki-laki 20 100
sebelum dan sesudah, peneliti akan
Perempuan 0 0
membagi responden menjadi dua kelompok
yaitu kelompok yang diberi terapi humor Total 20 100
Berdasarkan tabel 3. dapat dideskripsikan Tabel 7. Gambaran intensitas nyeri
bahwa seluruh responden berjenis kelamin kelompok kontrol pada pengukuran
laki-laki. awal.

Tabel 4. Distribusi frekuensi kelompok


kontrol berdasarkan jenis kelamin
Skala Frekuensi Persentase (%)

Skala nyeri 0 3 15
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Skala nyeri 1 8 40

Laki-laki 20 100 Skala nyeri 2 9 45


Perempuan 0 0 Total 20 100
Total 20 100 Berdasarkan tabel 7. dapat dideskripsikan bahwa
hasil pengukuran yang dilakukan pada saat awal
Berdasarkan tabel 4. dapat dideskripsikan bahwa
pengukuran terdapat 45 % responden dengan skala
seluruh responden pada kelompok kontrol berjenis
nyeri 2.
kelamin laki-laki.
Tabel 8. Gambaran intensitas nyeri
Tabel 5. Gambaran intensitas nyeri kelompok
kelompok kontrol pada pengukuran
perlakuan sebelum diberikan perlakuan
akhir.

Skala Frekuensi Persentase (%)


Skala Frekuensi Persentase (%)
Skala nyeri 0 1 5
Skala nyeri 0 2 10
Skala nyeri 1 5 25
Skala nyeri 1 11 55
Skala nyeri 2 8 40
Skala nyeri 2 7 35
Skala nyeri 3 6 30
Total 20 100
Total 20 100
Berdasarkan tabel 8. dapat dideskripsikan bahwa
Berdasarkan tabel 5. dideskripsikan bahwa skala hasil pengukuran yang dilakukan pada pengukuran
nyeri responden sebelum dilakukan perlakuan pada akhir terdapat 55 % klien dengan skala nyeri 1.
kelompok perlakuan mempunyai skala nyeri terbesar
2. 4. PEMBAHASAN

Tabel 6. Gambaran intensitas nyeri kelompok Intensitas nyeri sebelum perlakuan pada
perlakuan setelah diberikan kelompok perlakuan
perlakuan Rata – rata intensitas nyeri kelompok perlakuan
sebelum dilakukan terapi humor adalah 2. Nyeri pada
pasien post op bedah invasif minimal hari kedua
Skala Frekuensi Persentase (%) terjadi sebagai tanda atau peringatan telah terjadi
kerusakan jaringan, nyeri ini juga sebagai mekanisme
Skala nyeri 0 4 20
protektif bagi tubuh[5]. Nyeri adalah pengalaman
Skala nyeri 1 10 50 sensori yang dirasakan oleh seseorang [4 ]. Bentuk
Skala nyeri 2 5 25 nyeri pada pasien post operasi bedah invasif minimal
adalah nyeri tertusuk yaitu nyeri yang dirasakan bila
Skala nyeri 3 1 5 kulit terkena sayatan atau irisan oleh benda tajam.
Total 20 100 Karakteristik nyeri pada post op bedah invasif
minimal adalah nyeri akut, nyeri ini berdurasi
Berdasarkan tabel 6. dapat dideskripsikan bahwa singkat, konsisten dengan respon stres simpatis,
hasil pengukuran yang dilakukan pada saat setelah awitannya mendadak, memiliki keuntungan untuk
terapi humor terdapat 50 % responden dengan skala
memperingatkan adanya cedera atau masalah,
nyeri 1.
mampu meningkatkan tegangan otot, meningkatkan
frekuensi jantung, meningkatkan tekanan darah,
meningkatkan volume sekuncup, menurunkan dorsalis) yang lain memasuki bagian
motilitas gastrointestinal dan menyebabkan cemas. anterior kornu dorsalis substansia grisea.
Nyeri 15post-op bedah invasif minimal Ujung serat saraf yang besar bersinap
ditangkap oleh reseptor nyeri mekanosensitif, nyeri
ini dirasakan ketika proses kerusakan sedang terjadi.
dengan neuron perantara yang merupakan
Serabut nyeri yang menghantarkannya adalah jenis A asal dari traktus serat asenden yang
delta dengan kecepatan 6 – 30 m/detik. panjang, yang menghantarkan informasi
sensorik dari serat yang lebih kecil
mual, keadaan terangsangnya otot secara
memasuki traktus spinotalamikus
berlebihan diseluruh tubuh. Mekanisme
anterolateralis yang menyilang ke sisi
tubuh terhadap nyeri berupa pelepasan
medulla spinalis yang lain ke dalam
enkefalin dan endorfin yang fungsinya
komisura anterior dan naik ke otak [4].
sebagai zat penghantar eksitasi yang
mengaktivasi bagian sistem analgesia otak.
Input nyeri ke sistem saraf diberikan oleh Jika suatu serbut nyeri dirangsang maka
reseptor sensoris yang bertugas untuk orang tersebut merasa nyeri tanpa
mendeteksi rangsang sensoris. Jenis memperhatikan jenis rangsang yang
reseptor sensoris yang mendeteksi nyeri merangsang serabut tersebut. Rangsang ini
adalah nosiseptor. Selain itu, reseptor nyeri berupa perangsangan ujung saraf nyeri oleh
akan beradaptasi dengan lambat atau kerusakan sel jaringan, akan tetapi
disebut reseptor tonik.Reseptor ini bagaimanapun cara perangsangannya
mengirimkan impuls ke otak selama orang tersebut masih merasa
bermenit – menit atau berjam – jam oleh nyeri.Kekhususan serabut saraf untuk
karena itu mereka tetap,memberitahukan mengirimkan hanya satu modalitas sensasi
otak keadaan tubuh.Reseptor nyeri di saja disebut prinsip jalur yang ditandai.
dalam kulit benar-benar menjadi rangsang Apapun jenis rangsang yang menyebabkan
aktif karenalukasayatan post op bedah suatu potensial setempat yang disebut
invasif minimal merusak jaringan. Jika potensial reseptor disekitar ujung saraf itu
serabut nyeri dirangsang maka orang akan dan aliran arus listrik setempat yang
merasakan nyeri. Jenis saraf yang disebabkan oleh potensial reseptor yang
menghantarkan nyeri post op bedah invasif kemudian merangsang potensial aksi
minimal adalah jenis A yang bermielin dan didalam serabut saraf. Ada 2 macam cara
khas. Indera nyeri mengirimkan informasi potensial resptor dapat dibangkitkan salah
sensoris dari segmen somatik tubuh satu diantaranya mengubah bentuk atau
memasuki medulla spinalis melalui radiks mengubah secara kimia ujung terminal
posterior, setelah memasuki medulla saraf itu sendiri, menyebabkan ion – ion
spinalis serat saraf dibagi menjadi 2 berdifusi melalui membran saraf tersebut
kelompok. Sistem lemnikus dorsalis sehingga menimbulkan potensial reseptor
(kolumna dorsalis dan traktus [5].Nyeri yang tidak teratasi dapat
spinoservikalis atau kolumna dorso.Sistem mempengaruhi sistem pulmonar,
spinotalamikus anterolateralis yang terletak kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin
dalam kolumna anterior dan lateralis. dan imunologik[7]. Respon yang terjadi
Sistem spinotalamikus mempunyai derajat akibat trauma jaringan juga menjadi
orientasi ruang yang jauh lebih kecil. Sistem penyebab nyeri hebat lainnya. Luasnya
ini mempunyai suatu kemampuan khusus perubahan endokrin, imunologi dan
inflamasi yang terjadi dengan stres dapat
yang tidak dimiliki oleh sistem dorsalis,
menimbulkan efek negatif yang signifikan.
kemampuan untuk mengirimkan modalitas
sensasi berspektrum luas (sensasi nyeri). Intensitas nyeri kelompok perlakuan
Setelah memasuki medulla spinalis melalui setelah terapi humor.
radiks posterior kebanyakan serat saraf
sensoris yang besar (serat alfa dan beta Rata – rata intensitas nyeri setelah
berbelok ke medial ke arahkolumna perlakuan adalah 1, hal ini menunjukkan
bahwa terjadi penurunan rata – rata nyeri mengerang, menangis maupun menahan
pada kelompok perlakuan setelah diberikan mobilitas fisik. Pada kelompok kontrol tidak
terapi humor[8 ]. Ada beberapa tehnik terjadi reaksi pelepasan delyoson, enkefalin
mereduksi nyeri salah satunya adalah terapi
dan endorphin yang diketahui mampu
humor. Terapi ini mampu menstimulasi
menurunkan atau mereduksi nyeri secara
pelepasan opiat endogenous yang
menghambat pengiriman informasi oleh opiate endogenous. Selain itu, pada
serabut sel A delta. Penghambatan serabut kelompok kontrol tidak terjadi reaksi
sel A delta menyebabkan pemutusan pemutusan transmisi nyeri melalui
pengiriman informasi nyeri dari nosiseptor mekanisme gate control.
ke girus post sentral. Perlambatan
pengiriman stimuli nyeri menyebabkan
Perbedaan intensitas nyeri pada kelompok
perlambatan respon tubuh terhadap nyeri.
perlakuan dan kelompok kontrol
Terapi humor mampu meminimalisir efek
atau akibat dari nyeri karena terapi humor Rata – rata Intensitas nyeri pada kelompok
mampu membantu proses respirasi dari perlakuan mengalami penurunan sebesar
paru, melatih kerja jantung, meningkatkan 75 % Sedangkan pada kelompok kontrol
antibodi dan sel darah putih dalam cenderung tetap. Hal ini menunjukkan
menghadang infeksi. Selain itu, terapi bahwa ada pengaruh pemberian terapi
humor mampu menurunkan kecemasan, humor terhadap proses reduksi nyeri.
bingung, sedih dan gelisah. [11]Terapi Proses reduksi nyeri yang terjadi secara
humor mampu menyebabkan pelepasan opiate endogenous sesuai dengan pendapat
delyoson, akibat dari pelepasan delyoson [11]bahwa terapi humor mampu
ini adalah penurunan tekanan darah sampai merangsang pelepasan delyoson yang
10 – 20 mmhg. Selain itu mampu berperan dalam proses reduksi nyeri.
menurunkan nadi juga.

5. KESIMPULAN
Intensitas nyeri pada kelompok kontrol
pada pengukuran awal dan akhir. Intensitas nyeri pada klien paska bedah
invasive minimal sebelum perlakuan adalah
Rata – rata intensitas nyeri kelompok skala nyeri 0 ada 5% dari responden, skala
kontrol pada pengukuran awal dan akhir nyeri 1 ada 25 % dari responden, skala nyeri
adalah 1. hal ini terjadi karena pada 2 ada 40 % dari responden, skala nyeri 3 ada
kelompok kontrol tidak terjadi reaksi opiate 30 % dari responden.Gambaran tingkat
nyeri pada klien paska bedah invasive
endogenous, meskipun ada beberapa yang
minimal setelah perlakuan adalah skala
mengalami peningkatan dan penurunan nyeri 0 ada 20% responden skala nyeri 1 ada
nyeri, tetapi penurunan nyeri terjadi karena 50 % responden, skala nyeri 2 ada 25% dari
sebab – sebab lain diluar terapi humor dan responden dan ada pengaruh
analgetik misalkan : dukungan keluarga,
pengalaman terhadap nyeri dan pengertian
tentang nyeri. Pada kelompok kontrol
kerusakan jaringan dikirimkan oleh
nosiseptor ke girus post sentral tanpa ada
upaya dari tubuh untuk menghambat
transmisi dari informasi tersebut. Informasi
nyeri tersebut akan dipersepsikan oleh otak
berupa reaksi menghindari nyeri. Dari
REFERENSI [7 ]Wall, P. D., Melzack, R. (2000). Text

book of pain. New York:


[1 ]Sabiston, D. C., (1994). Buku ajar
Livingstone.
bedah, essentials of surgery.
[8 ]Kozier, B. et al. (2004). Fundamentals
Jakarta: EGC.

of nursing: Conceps, process, and


[2 ]Torrance, C., Serginson, E. (2000).
practice. (7th ed.). New Jersey:
Surgical nursing. London: London
Pearson Education.
Baillire Tindal Publisher.
[9]Adame.E., Mc Guire, F. (1986). Is
[3 ]Engram, B. (1998), Keperawatan
laughter the best medicine?- A
medikal bedah. Jakarta: Airlangga. study
effects of humour on perceived pain
[4 ]Smeltzer, S. C., Barre, B. G. (2002).
and affect. Post graduate Medical
Buku ajar keperawatan medikal- Journal, 8 (3) : 157-175.
bedah Brunner & Suddarth. Ed. 8,
[10]Tamsuri, A. (2007). Konsep dan
Vol. 1. Jakarta: EGC.
penatalaksanaan nyeri. Jakarta:
[5 ]Guyton, A.C., Hall, J. E. (2007).
EGC
Fisiologi manusia dan mekanisme
[11]Keegan, L. (2001). Healing with
penyakit. Alih bahasa: Irawati.

Jakarta: EGC complementary & alternative


therapies. Albany: Delmar Thomson
[6 ]Price, S. A. (2006). Patofisiologi
Learning.
Konsep klinis proses-proses

penyakit Edisi 6, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai