Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul karena hubungan kerja atau
yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini bersifat kronis dan
biasanya disebabkan oleh karena pekerjaan yang sama dalam jangka waktu yang lama.
Tanda-tanda dan gejala penyakit akibat kerja ini sama dengan penyakit biasa,
tetapi terdapat keterkaitan dengan pekerjaan. Keterkaitan itu mungkin langsung
disebabkan oleh pekerjaan, mungkin dipermudah, mungkin dicetuskan dan mungkin
juga diperberat oleh pekerjaan.
A. Ciri-ciri penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut :
1. Terjadi pada populasi tenaga kerja
2. Penyebab penyakit yang spesifik
3. Pemajanan di tempat kerja sangat menentukan
4. Terdapat kompensasi
B. Penyebab penyakit akibat kerja
Penyebab penyakit kerja dapat dibagi sebagai berikut :
1. Golongan fisik
a. Suara (bising)
b. Radiasi sinar rontgen atau radio aktif
c. Suhu yang terlalu tinggi (panas/dingin)
d. Tekanan yang tinggi
e. Penerangan lampu yang kurang baik
2. Golongan kimiawi
Bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang terdapat dalam
lingkungan kerja, dapat terbentuk :
a. Debu
b. Uap
c. Gas
d. Larutan
e. Awan/kabut
3. Psikologis: tidak nyaman, tertekan
Penyakit akibat kerja dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia antara lain:
1. Berrilium atau Persenyawaan-persenyawaan yang Beracun
Menghirup debu yang mengandung berrilium berupa logam, oksida, sulfat,
klorida, dan fluorida menyebabkan bronkhitis, pneumonitis, nasofaringitis, dan
trakheobronkhitis.
2. Kadmium atau Persenyawaan-persenyawaan yang Beracun
Keracunan di tempat kerja, terutama dapat dilihat sebagai kelainan ginjal,
kelainan-kelainan tulang, anemi ringan, dan kehilangan indra penciuman.
3. Fosfor atau Persenyawaan-persenyawaan yang Beracun
Fosfor merah boleh dikatakan tidak beracun, tetapi fosfor putih/kuning sangat
beracun. Fosfor ini dapat mengganggu metabolisme karbohidrat, lemak, dan putih
telur di dalam hati. Penimbunan glikogen dalam hati terhambat, sedangkan
penimbunan lemak meningkat.
4. Krom atau Persenyawaan-persenyawaan yang Beracun
Kabut asam kromat di perusahaan-perusahaan telah dikenal sebagai penyebab
perforasi septum nasi. Sedang kerusakan kulit oleh garam krom terkenal sebagai
borok krom yang biasanya semakin lama borok tersebut akan bertambah dalam.
5. Mangan atau Persenyawaan-persenyawaan yang Beracun
Keracunan mangan biasanya terjadi oleh karena menghirup debu mangan yang
cukup banyak, yang biasanya terjadi di dalam tambang.
6. Arsen atau Persenyawaan-persenyawaan yang Beracun
Keracunan arsen mungkin terdapat dalam tiga bentuk:
a. Menghisap atau kontak dengan debu persenyawaan-persenyawaan arsen
anorganik.
b. Menghisap persenyawaan-persenyawaan arsen dan zat air.
c. Kontak dengan persenyawaan-persenyawaan arsen organik.
Persenyawaan arsen anorganik bersifat perangsang keoada kulit dan selaput
lendir serta bersifat karsinogenik. Persenyawaan arsen dan zat air berefek hemolitik
terhadap darah, sehingga mengakibatkan haemoglobinuri, anemi, dan ikterus.
Arsen putih pada pembuatan racun serangga dan racun jamur dipakai sebagai
pengawet, bulu, dan kayu. Tembaga aseto-arsenit dipergunakan untuk racun hama
tanaman dan buah-buahan. Selain itu, persenyawaan arsen lain digunakan sebagai
racun tikus.
7. Air raksa atau Persenyawaan-persenyawaan yang Beracun
Keracunan oleh air raksa dapat terjadi dlam persahaan-perusahaan dalam tiga
bentuk:
a. Sebagai akibat air raksa atau uapnya
b. Sebagai akibat kontak kulit dengan persenyawaan Hg-fulminat.
c. Sebagai akibat persenyawaan air raksa organis.
Gejala-gejalanya adalah hipersalivasi, tremor, eretisme, stomatitis, kadang-
kadang merkurialentis. Keracunan Hg-fulminat biasanya bersifat setempat aitu
dermatitis di kulit tempat bersentuhan. Keracunan oleh persenyawaan-persenyawaan
air raksa organis adalah akut dan menunjukkan gejala-gejala susunan saraf pusat dan
alat-alat dalam. Persenyawaan air raksa organis antara lain digunakan sebagai racun
tanaman.
8. Timah Hitam atau Persenyawaan-persenyawaannya yang Beracun
Keracunan oleh timah hitam dalam perusahaan-perusahaan terjadi dalam dua
bentuk:
a. Oleh karena timah hitam dan persenyawaan - persenyawaan anor-ganisnya seperti
putih timah hitam (loodwit = leadwhite).
b. Oleh karena pengolahan persenyawaan-persenyawaan organis timah hitam,
khususnya tetra-etil-timah (TEL).
Keracunan timah hitam dan persenyawaan anorgnisnya bersifat kronis.
Biasanya terjadi di pabrik aki di percetakan-percetakan, pekerjaan vulkanisasi karet,
mengglazur gelas, menyolder, pembuatan kawat listrik, mainan anak-anak, dan aliase
logam. Masuknya timah hitam dalam tubuh manusia melalui absorpsi dan keracunan
timah hitam.
Keracunan TEL biasanya mendadak dengn gejala insomnia, kekacauan fikiran,
delirium, dan mania. Keracunan TEL terjadi karena menghirup uap TEL atau diserap
melalui kulit. Tempat terjadinya keracunan biasanya pada perusahaan yang membuat
TEL, tempat mencampur TEL dengan bensin (gasolin), dan tangki-tangki
penyimpanan TEL, terutama waktu dibersihkan.
9. Karbondisulfida
Karbondisulfida adalah zat pelarut terutama untuk perindustrian rayon.
Karbondisulfida merusak susunan syaraf pusat dan syaraf perifer serta sistem
kardiovaskuler dan hemopoitik.
10. Derivat-derivat Halogen dari Persenyawaan Hidrokarbon Alifatik atau
Aromatik yang Beracun
Contoh-contoh persenyawaan ini adalah metilklorida, metilbromida,
karbontetraklorida, tetrakloretan, trikloretilen, dan klornaftalen. Tetrakloretan adalah
yang paling beracun dengan daya racun 4 kali karbontetraklorida.
Dalam bidang industri karbontetraklorida banyak digunakan sebagai pelarut
lemak dan karet, membersihkan secara kering, pembersihan gemuk-gemuk mesin, dan
sebagai bahan pemadam kebakaran. Kerusakan organ akibat karbontetraklorida sangat
besar, yaitu negritis akut nekrosis hepar, busung paru-paru atau neritis retrobulbaris.
Persenyawaan halogen yang berguna sebagai racun serangga antara lain DDT,
lindane, aldrin, dieldrin, endrin, dan lain-lain. Aldrin adalah persenyawaan yang
sangat beracun di antara zat-zat tersebut.
11. Benzena atau Homolog-homolog yang Beracun
Benzen dapat menyebabkan keracunan mendadak. Keracunan hebat bergejala
kejang-kejang, koma, dan akhirnya penderita meninggal dunia. Keracunan menahun
bergejala mula-mula enek, anoreksia kelemahan badan, dan gugup. Diikuti anemi
yang progresif. Gejala-gjala ini adalah pencerminan dari kerusakan sumsum tulang
oleh benzen.
12. Derivat-derivat Nitro dan Amino dari Benzena atau Homolog-homolog yang
Beracun
Keracunan oleh anilin dapat mendadak atau menahun. Efek yang terutama
adalah terhadap susunan tulang, dan butir-butir darah merah mengoksidasikan
haemoglobin menjadi methaemoglobin. Trinitrotoluen adalah bahan ledak yang
digunakan dalam industri-industri amunisi. Zat ini hampir merusah setiap sel tubuh,
tetapi terutama sel-sel hati, sumsum tulang, dan ginjal. Keracunan seringkali
menyebabkan kematian.
13. Nitrogliserin atau Ester-ester Lain Asam Nitrat
Dapat menyebabkan kematian mendadak sebagai akibat kelainan jantung atau
peredaran darah. Keluhan awal yang terjadi adalah pusing kepala.
14. Alkohol, Glikol, atau Keton
Metil alkohol digunakan sebagai pelarut cat, sirlak, dan vernis. Pekerja-pekerja
di perusahaan demikian, mungkin sekali menderita keracunan metanol. Keracunan
tersebut mungkin terjadi karena menghirupnya, meminunya, atau karena absorpsi
melalui kulit. Keracunan kronis biasanya terjadi karena menghirup metanol ke paru-
paru secara terus-menerus, yang gejala-gejala utamanya ialah kabur penglihatan yang
lambat laun mengakibatkan buta sama sekali.
Etanol digunakan sebagai bahan pelarut dan antiseptik. Keracunan akut dan
kronis bisa terjadi karena meminumnya, atau kadang-kadang karena menghirup udara
yang mengandung bahan tersebut. Keracunan-keracunan oleh persenyawaan-
persenyawaan yang tergolong senyawa-senyawa ini dengan rantai lebih panjang lebih
sedikit atau sangat jarang, karena makin panjang rantai, makin rendah daya racunnya.
Persenyawaan diol mengakibatkan depresi susunan saraf pusat dan kerusakan-
kerusakan alat-alat seperti ginjal, hati, dan organ dalam lainnya. Tanda terpenting
keracunan adalah anuria dan narkosis.
Keracunan keton, didasarkan pada sifatnya yang mengadakan iritasi kepada
selaput lendir dan kulit, susunan saraf pusat, dan kerusakan hati dan ginjal.