Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

OLEH :

PUTRI MAHARANI
016.01.3315

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


T/A 2020/2021
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
a. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas
90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Suzanne C.
Smeltzer, 2001).
b. Hipertensi didefinisikan sebagai suatu peningkatan tekanan
darah sistolik sedikitnya 140 mmHg dan/atau distolik
sedikitnya 90 mmHg (S ylvia A. Price, 2005).
c. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu
peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah
arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hal ini
terjadi bila arteriole -arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole
membuat pembuluh darah sulit mengalir dan meningkatkan
tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah
beban kerja jantung dan arte ri yang bila berlanjut dapat
menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah
(Udjianti, 2010).
d. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan
diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda.
Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, se tiap
diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia (Corwin,
2009).
e. Menurut WHO, Batasan tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥
160/95 mmHg dinyat akan sebagai Hipertensi .

2. Etiologi
a. Hipertensi Esensial
Penyebab Hipertensi Esensial belum diketahui. Namun sejumlah
interaksi beberapa energi homeostatik saling terkait. Defek awal
diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh
ginjal. Faktor hereditas berperan penting bilamana ketidakmampuan
genetik dalam mengelola kadar natrium normal. Kelebihan intake
natrium dalam diet dapat meningkatkan volume cairan dan curah
jantung. Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran
darah melalui kontriksi atau peningkatan tahanan perifer . Tekanan darah
tinggi adalah hasil awal dari peningkatan curah jantung yang kemudian
dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik
peningkatan tahanan perifer.
b. Hipertensi Sekunder
1) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi
melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediated volume expansion.
Dengan penghentian oral kontrasepsi, takanan darah normal kembali
setelah beberapa bulan.
2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal
Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri
besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90%
lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh
aterosklerosis atau fibrous displasia (pertumbuhan abnormal jaringan
fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi,
dan perubahan struktur, serta fungsi ginjal.
3) Gangguan endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenal-mediated hypertension disebabkan
kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin. Pada
aldosteronisme primer, kelebihan aldosteron menyebabakan
hipertensi dan hipokalemia. Aldosteronisme primer biasanya timbul
dari benign adenoma korteks adrenal. Pheochromocytomas pada
medula adrenal yang paling umum dan meningkatkan sekresi
katekolamin yang berlebihan. Pada Sindrom Chusing, kelebihan
glukokortikoid yang diekskresi dari korteks adrenal. Sindrom
Chusing’s mungkin disebabkan oleh hiperplasi adrenokortikal atau
adenoma adrenokortikal .
4) Coarctation aorta
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.
Penyempitan menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi.
5) Neurogenik
Tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik
6) Peningkatan volume intravaskular
7) Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin menyebabkan iritabilitas miokardial,
peningkatan denyut jantung, dan menyebabkan vasokontriksi , yang
mana pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.

3. Patofisiologi
Hipertensi disebabkan oleh banyak faktor penyebab seperti
penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai obat,
disfungsi organ, tumor dan kehamilan. Gangguan emosi, obesitas, konsumsi
alkohol yang berlebihan, rangsangan kopi yang berlebihan, tembakau dan
obat-obatan dan faktor keturunan, faktor umur. Faktor penyebab diatas dapat
berpengaruh pada sistem saraf simpatis. Mekanisme yang mengontrol
konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada
medula diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpatis ditoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem
jarak simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
kontriksi pembuluh darah. Pada saat bersamaan sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi kelenjar adrenal
terangsang, vasokonstriksi bertambah. Medula adrenal mensekresi epinofrin
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
yang memperkuat respons vasokontriksi dan mengakibatkan penurunan
aliran darah ke ginjal merangsang pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I dan diubah menjadi angiotensin II yang
mengakibatkan retensi natrium dan air yang menimbulkan odema.
Vasokontriksi pembuluh darah juga mengakibatkan peningkatan tahanan
perifer, meningkatnya tekanan arteri juga meningkatkan aliran balik darah
vena ke jantung dalam keadaan ini tubuh akan berkompensasi untuk
meningkatkan curah jantung mengalami penurunan. Hal ini mempengaruhi
suplai O2 miokardium berkurang yang menimbulkan manifestasi klinis
cianosis, nyeri dada/ angina, sesak dan juga mempengaruhi suplai O2 ke
otak sehingga timbul spasme otot sehingga timbul keluhan nyeri
kepala/pusing, sakit pada leher. Tingginya tekanan darah yang terlalu lama
akan merusak pembuluh darah diseluruh tubuh seperti pada mata
menimbulkan gangguan pada penglihatan, jantung, ginjal dan otak karena
jantung dipaksa meningkatkan beban kerja saat memompa melawan
tingginya tekanan darah. Diotak tekanan darah tinggi akan meningkatkan
tekanan intra kranial yang menimbulkan manifestasi klinis penurunan
kesadaran, pusing, dan gangguan pada penglihatan kadang-kadang sampai
menimbulkan kelumpuhan.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (
Brunner & Suddarth, 2002 ).

4. Pathway
umur Jenis kelamin Gaya hidup obesitas

Elastisitas , arteriosklerosis

hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah Retina

Resistensi Suplai O2 otak Vasokonstriksi sistemik koroner Spasme


pembuluh menurun pembuluh darah arteriole
darah otak ginjal
vasokonstriksi Iskemi
miocard diplopia
Blood flow
Nyeri Gangguan sinkop munurun
kepala Afterload
pola tidur Nyeri dada
meningkat
Respon RAA Resiko injuri
Gangguan
Penurunan curah Fatique
perfusi
jaringan Rangsang jantung
aldosteron
Intoleransi aktifitas

Retensi Na

edema Kelebihan volume cairan

5. Manifestasi Klinis
Biasanya Hipertensi tanpa gejala atau tanda- tanda peringatan untuk
hipertensi dan sering disebut “silent killer” (Udjianti, 2010).
Sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah mengalami hipertensi
bertahun- tahun, dan berupa:
a. Sakit kepala saat terjaga, kadang- kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakranial
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina
c. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal
e. Edema dependent dan peningkatan akibat tekanan kapiler
f. Palpitasi
g. Keringat berlebihan
h. Tremor otot
i. Nyeri dada
j. Epistaksis
k. Tinnitus (telinga berdenging)
l. Kesulitan tidur (Udjianti, 2010).

6. Klasifikasi
a. The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment
of High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu : (Smeltzer,
2001)

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *

Kategori Sistolik Diastolik


(mmhg) (mmhg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi †
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180- 209 110-119
Stadium 4 ( sangat berat) ≥210 ≥120

b. Klasifikasi Hipertensi berdasarkan level tekanan darah (Guyton dan Hall,


1997 dalam Udjianti, 2010)
Tekanan Darah Sistolik dan
Diastolik
(SBP dan DBP)
Normotensi <140 SBP dan <90 DBP
Hipertensi Ringan 140 – 180 SBP/ 90 – 105 DBP
Subgroup : garis batas 140 – 160 SBP / 90 – 105 DBP
Subgroup : garis batas 140 – 160 SBP dan <90 DBP
Hipertensi sedang dan berat >140 SBP atau >105 DBP
Hipertensi Sistolik terisolasi >140 SBP dan <90 DBP

c. Klasifikasi Hipertensi berdasarkan Penyebab


1) Hipertensi Esensial / Hipertensi Primer.
Hipertensi primer merupakan 90 % dari seluruh kasus Hipertensi
adalah Hipertensi Esensial yang di definisikan sebagai peningkatan
tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik).
Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi
esensial sebagai berikut:
a) Genetik: Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, berisiko tinggi mendapatkan penyakit ini.
b) Jenis kelamin dan usia: Laki- laki berusia 35 – 50 tahun dan
wanita pasca menoupause berisiko tinggi mengalami hipertensi.
c) Diet: Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
d) Berat badan: Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya Hipertensi.
e) Gaya Hidup : Merokok dan konsumsi alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah, bila gaya hidup menetap.
2) Hipertensi Sekunder
Merupakan 10 % dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi
sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit
ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus munculnya hipertensi
sekunder antara lain: Penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta,
neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris),
peningkatan volume intravaskular, stress (Udjiati, 2010)

7. Komplikasi
a. Stroke
Dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran
darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang
mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma.
b. Infark Miokard
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus
yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada
hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel
dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan.
c. Gagal Ginjal
Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke
unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus,
protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada
hipertensi kronis.
d. Ensefalopati (kerusakan otak)
Terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan
berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabakan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial
di seluruh susunan saraf pusat. Neuron- neuron di sekitarnya kolaps dan
terjadi koma serta kematian.
e. Kejang
Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang
tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu
mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan (Corwin,
2009)

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1) Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan
atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan
bisa memperbaiki keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan
antara lain:
a) Rendah garam,
Beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan
pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi
system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti
hipertensi. Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–100 mmol
atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
b) Diet tinggi potassium
Dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya belum
jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada
dinding vascular.
c) Diet kaya buah dan sayur.
d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.
e) Tidak mengkomsumsi Alkohol.
2) Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, bermanfaat untuk menurunkan
tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga
isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi
perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur
selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
3) Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan
dengan kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan
adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan
berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi
perhatian khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang
terjual bebas mengandung simpatomimetik, sehingga dapat
meningkatan tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal
jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia.
4) Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan
MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau
menggunakannya dengan obat antihipertensi.
5) Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti
berjalan, jogging.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi pengkajian mengenai nama, tempat/tanggal lahir
klien, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, golongan darah, agama,
status perkawinan klien, alamat, jenis kelamin, orang yang paling dekat
dengan klien atau yang bertanggung jawab, hubungan orang tersebut
dengan klien, alamat dan jenis kelamin orang tersebut.
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama
Keluhan penderita hipertensi biasanya seperti sakit kepala, fatigue,
lemah dan sulit bernapas. Temuan fisik meliputi peningkatan
frekuensi denyut jantung, disritmia dan takipnea.
2) Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan
3) Derajat keseluruhan fungsi relative terhadap masalah kesehatan dan
diagnose medis.
4) Alasan masuk panti (jika dipanti) :
a) Obat-obatan
Nama dan dosis obat yang diberikan, waktu dan cara penggunaan
b) Status imunisasi
Tanggal terbaru imunisasi tetanus, difteria, dll
c) Alergi (catat agen dan reaksi spesifik)
d) Penyakit yang diderita
e) Nutrisi
Diet yang diberikan, riwayat peningkatan dan penurunan BB,
masalah dalam pemenuhan nutrisi, kebiasaan, pola makan.
c. Status kesehatan masa lalu
Penyakit pada masa kanak-kanak, penyakit serius atau kronik yang
pernah dialami, trauma, perawatan dirumahsakit (alasan, tanggal, tempat,
durasi), operasi yang pernah dijalani (jenis, tanggal, tempat, alasan,
hasil), riwayat obstetric, ada/ tidaknya riwayat hipertensi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat hipertensi dalam keluarga
e. Riwayat pekerjaan
Mengkaji mengenai status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya,
sumber-sumber pendapatan, dan kecukupan terhadap kebutuhan, jarak
tempat kerja dari rumah, dan alat transportasi yang digunakan untuk
bekerja.
f. Riwayat lingkungan hidup
Type tempat tinggal/panti, jumlah kamar, jumlah orang yang tinggal di
dalam rumah/panti, derajat privasi, tetangga terdekat, kondisi
rumah/panti, nomor telepon rumah/panti.
g. Riwayat rekreasi
Mengkaji tentang hobby/minat, keanggotaan organisasi, liburan
perjalanan, kegiatan dirumah/panti.
h. Sumber/system pendukung yang digunakan
Mengkaji tentang dokter/fisioterapi yang pernah dikunjungi, rumah sakit,
klinik, yankes lain yang pernah dikunjungi, pernah tidaknya di opname,
jarak pelayanan kesehatan dari rumah panti, bagaimana perawatan sehari-
hari dirumah/panti.
i. Kebiasaan ritual
Mengkaji tentang agama, kebiasaan ibadah, kepercayaan.
j. Tinjauan sistem
1) Sistem Endokrin
Biasanya penderita hipertensi mengalami disfungsi medula adrenal
atau korteks adrenal yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder.
2) Sistem Kardiovaskuler
Melaporkan peningkatan tekanan darah, angina, sakit kepala hebat di
oksipital, takikardi, distritmia, palpitasi, sesak nafas, dispnea pada
aktivitas, murmur, edema, frekuensi denyut jantung, tekanan darah
meningkat, penyakit jantung koroner/ katup.
3) Sistem Pernapasan
Mengeluh sesak napas saat aktivitas, takipnea, orthopnea, PND, batuk
dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Temuan fisik meliputi
penggunaan otot bantu napas, terdengar suara tambahan (ronkhi,
wheezing)
4) Sistem Pencernaan
Riwayat mengonsumsi makanan tinggi lemak atau kolesterol, tinggi
garam, dan tinggi kalori, riwayat penggunaan diuretik. Temuan fisik
meliputi berat badan normal atau obesitas, edema, dan glikosuria
(riwayat diabetes melitus)
5) Sistem Perkemihan
Riwayat penyakit ginjal (obstruksi atau infeksi). Temuan fisik seperti
produksi urine <50 ml/jam atau oliguri.
6) Sistem Integument
Biasanya ditemukan warna kulit pucat, suhu kulit dingin, pengisian
kapiler lambat (>2 detik), sianosis, diaforesis atau flushing,
kemerahan (feokromositoma) dan keringat yang berlebih.
7) Sistem Muskuloskeletal
Biasanya penderita hipertensi mengalami kelemahan dan cepat letih.
8) Sistem Persarafan/ Neuro
Biasanya penderita hipertensi melaporkan adanya serangan pusing/
pening, sakit kepala berdenyut di suboksipital, episode mati rasa,
penurunan refleks tendon. Status mental: perubahan keterjagaan,
orientasi, pola/ isi bicara, afek, proses pikir, atau memori (ingatan).
9) Sistem Pengindraan
Biasanya didapatkan data gangguan visual seperti diplopia-pandangan
ganda/kabur dan episode epitaksis. Fundus optik: pemeriksaan retina
dapat ditemukan penyempitan atau sklerosis arteri, edema atau
papiledema (eksudat atau hemoragi) tergantung derajat dan lamanya
hipertensi.
10) Sistem Reproduksi
Biasanya didapatkan data impoten pada pria, dan penurunan libido
pada wanita
k. Pengkajian status fungsional
Mengukur kemampuan lansia untuk melakukan aktifitas sehari – hari secara
mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat mengidentifikasi
kemampuan dan keterbatasan klien, menimbulkan pemilihan intervensi
yang tepat. Kemandirian pada aktifitas kehidupan sehari – hari dapat diukur
dengan menggunakan INDEKS KATZ. Pengkajian dengan menggunakan
Indeks Katz, dijelaskan sebagai berikut :
INDEKS KATZ
SKORE
1 Kemandirian dalam hal makan, kontinensia ( BAB/BAK),
berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi
2 Kemandirian, dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali
salah satu dari fungsi diatas
3 Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi dan salah satu fungsi dari di atas
4 Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi, berpakaian dan salah satu dari fungsi di atas
5 Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi, berpakaian ke kamar kecil/toilet, dan salah satu dari
fungsi yang lain.
6 Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi, berpakaian, berpindah dan salah satu dari fungsi yang
lain.
7 Ketergantungan pada enam fungsi yang lain.

l. Pengkajian status kognitif dan afektif


Pengkajian status kognitif dan afektif menggunakan :
1) Short Portable Mental Status Quesstionnaire ( SPMSQ ) untuk
mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual lansia, yang terdiri dari
10 hal.
SPSMQ
NO Pertanyaan Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ? ( hari, tanggal, tahun )
3 Apa nama tempat ini ?
4 Alamat anda ?
5 Berapa umur anda ?
6 Kapan anda lahir ? ( minimal tahun lahir )
7 Siapa nama presiden Indonesia sekarang ?
8 Siapa nama presiden sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurun

Kesimpulan dari penjelasan di atas :


Salah 0 – 3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6 – 8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9 – 10 : kerusakan intelektual berat
2) Mini Mental State Exam ( MMSE )
MMSE digunakan untuk menguji aspek – aspek kognitif dari fungsi
mental : orientasi, regristasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali
dan bahasa.

MMSE
No Aspek Kognitif Nilai Nilai Kriteria
Maks. klien
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :
tahun/ musim/ tanggal/ hari/ bulan
2 Orientasi 5 Dimana anda sekarang ? Negara
Indo/provinsi/kota/panti
werdha/wisma
3 Registrasi 3 Sebutkan 3 objek(oleh pemeriksa)
1detik untuk mengatakan masing-
masing objek, kemudian tanyakan
kepada klien ketiga objek
tadi(untuk disebutkan):
4 Perhatian dan kalkulasi 5 Minta klien untuk memulai dari
angka 100kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali ( 93, 86, 79, 72, 65 )
5 Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga objek , pada no 2( registrasi
) tadi, bila benar 1 poin untuk
masing-masing objek
6 Bahasa 9 Tunjukan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien
( missal jam tangan atau pensil).
Minta pada klien untuk
mengulang kata berikut “tidak
ada, jika, dan, atau, tetapi”. Bila
benar, nilai 2 poin. Bila
pertanyaan benar 2-3 buah, misal :
tidak ada, tetapi, maka nilai 1
poin. Minta klien untuk mengikuti
perintah yang terdiri dari 3
langkah: “ambil kertas ditangan
anda, lipat 2 dan taruh dilantai”
-ambil kertas
-lipat 2
-taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point).
-tutup mata anda
Perintahkan pada klien untuk
menulis satu kalimat dan
menyalin gambar.
-tulis satu kalimat
-menyalin gambar

Kesimpulan MMSE
>23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
m. Pengkajian psikososial dan spiritual
1) Pengkajian psikososial
Pengkajian ini menjelaskan kemampuan lansia tentang: sosialisasi lansia
pada saat sekarang; sikap pada orang lain; harapan dalam bersosialisasi.
Pengkajian ini dilakukan dengan cara:
a) Pertanyaan tahap 1:
(1) Apakah klien mengalami kesulitan tidur
(2) Apakah klien sering merasa gelisah
(3) Apakah klien sering murung da menangis sendiri
(4) Apakah klien sering was-was atau khawatir
Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2, jika ≥1 jawaban “YA”
b) Pertanyaan tahap 2 :
(1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam sebulan
(2) Ada atau banyak fikiran
(3) Ada gangguan atau masalah dengan keluarga lain
(4) Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter
(5) Cendrung mengurung diri
Bila jawaban ≥1 jawaban “YA” berarti terjadi MASALAH
EMOSIONAL (MASALAH EMOSIONAL POSITIF).
2) Pengkajian spiritual
Mengkaji tentang :
a) Agama
b) Kegiatan keagamaan
c) Konsep/ keyakinan klien tentang kematian
d) Harapan-harapan klien

2. Diagnosa Keperawatan

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,


vasokontriksi, iskemia miokard.

b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.


c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

d. Gangguan sensori persepsi visual berhubungan dengan perubahan


persepsi sensori.

e. Resiko ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan masukan berlebih berlebihan, pola hidup monoton.

f. Resiko cedera berhubungan dengan pandangan kabur, epistaksis.

g. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan


berhubungan dengan kurang pengetahuan/ daya ingat, misinterpretasi
informasi, keterbatasan kognitif.

3. Rencana Keperawatan/ Intervensi

No. Dx. Kep Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Evaluasi
1. Penurunan curah Setelah diberikan tindakan 1.Observasi tekanan 1.Perbandingan dari
jantung berhubungan keperawatan diharapkan darah tekanan memberikan
dengan peningkatan curah jantung kembali gambaran
afterload, normal. Dengan Kriteria 2.Catat keberadaan, yang lebih lengkap
vasokontriksi, iskemia Hasil : kualitas denyutan tentang keterlibatan
miokard.  Klien berpartisifasi sentral dan perifer / bidang masalah
dalam aktivitas yang vaskuler.
menurunkan tekanan
darah / beban 2.Denyutan
3.Auskultasi tonus
kerja jantung karotis,jugularis,
jantung dan bunyi
 Mempertahankan TD radialis dan
napas.
dalam rentang individu femoralis mungkin
yang dapat teramati / palpasi.
4.Amati warna kulit,
diterima Dunyut pada
kelembaban, suhu,
 Memperlihatkan tungkai mungkin
dan masa pengisian
frekwensi jantung stabil menurun,
kapiler.
dalam rentang mencerminkan efek
normal pasien. dari vasokontriksi
(peningkatan SVR)
5.Catat adanya demam dan kongesti vena.
umum / tertentu.
3.S4 umum terdengar
6.Berikan lingkungan pada
yang nyaman, tenang, pasien hipertensi
kurangi aktivitas / berat karena adanya
keributan hipertropi atrium,
ligkungan, batasi perkembangan S3
jumlah pengunjung menunjukan
dan lamanya tinggal. hipertropi ventrikel
dan kerusakan
fungsi, adanya
krakels,
7.Anjurkan teknik
mengi dapat
relaksasi, panduan
mengindikasikan
imajinasi dan
kongesti paru
distraksi.
sekunder terhadap
terjadinya
Kolaborasi dengan
atau gagal jantung
dokter. kronik.
8.Pemberian theraphy
anti
hipertensi,deuritik. 4.Adanya pucat,
dingin, kulit lembab
Kolaborasi dengan dan masa pengisian
ahli gizi kapiler lambat
9.Berikan pembatasan mencerminkan
cairan dan diit dekompensasi /
natrium sesuai penurunan curah
indikasi jantung.

5.Dapat
mengindikasikan
gagal
jantung, kerusakan
ginjal atau vaskuler.

6.Membantu untuk
menurunkan
rangsangan
simpatis,
meningkatkan
relaksasi.

7.Dapat
menurunkan
rangsangan yang
menimbulkan stress,
membuat efek
tenang,
sehingga akan
menurunkan tekanan
darah.

8. Menurunkan tekanan
darah.

9. Pembatasan ini dapat


menangani retensi
cairan dengan
respons hipertensif,
dengan demikian
menurunkan kerja
jantung.

2. Nyeri akut Setelah diberikan tindakan 1. Mempertahankan 1. Meminimalkan


berhubungan dengan keperawatan diharapkan tirah baring selama stimulasi/meningkat
peningkatan tekanan nyeri berkurang atau fase akut -kan relaksasi
vascular serebral teratasi
Kriteria Hasil : 2. Berikan tindakan 2. Tindakan yang
 Melaporkan nyeri / nonfarmakologi menurunkan tekanan
ketidak nyamanan untuk vaskuler serebral
terkontrol menghilangkan sakit dan yang
 Mengungkapkan kepala, misal memperlambat/
metode yang kompres dingin pada memblok respons
memberikan dahi, pijat punggung simpatis efektif
pengurangan nyeri dan leher, tenang, dalam
 Mengikuti regiment redupkan lampu menghilangkan sakit
farmakologi yang kamar, teknik kepala dan
diresepkan. relaksasi (panduan komplikasinya.
imajinasi, ditraksi)
dan aktivitas waktu
senggang.
3. Aktivitas yang
3. Hilangkan/minimalk meningkatkan
an aktivitas vasokontriksi
vasokonstriksi yang menyebabkan sakit
dapat meningkatkan kepala pada adanya
sakit kepala, mis., peningkatan tekanan
mengejan saat BAB, vaskular serebral
batuk panjang,
membungkuk. 4. Pusing dan
penglihatan kabur
sering berhubungan
4. Bantu pasien dalam dengan sakit kepala.
ambulasi sesuai Pasien juga dapat
kebutuhan mengalami episode
hipotensi postural.

a. Menurunkan/
mengontrol nyeri
dan menurunkan
Kolaborasi rangsang sistem
saraf simpatis.
5.Pemberian obat:
a. analgesik b. Dapat mengurangi
tegangan dan
ketidaknyamanan
yang diperberat oleh
stres.

b. antiansietas

3. Intoleransi aktivitas Setelah diberikan tindakan 1. Observasi respons 1. Menyebutkan


berhubungan dengan keperawatan diharapkan pasien terhadap parameter
kelemahan umum dan klien mampu melakukan aktivitas, perhatikan membantu dalam
ketidakseimbangan aktivitas sesuai dengan frekuensi nadi lebih mengkaji respons
antara suplai dan batas toleransinya dengan dari 20 kali per menit fisiologi terhadap
kebutuhan oksigen Kriteria Hasil : di atas frekuensi stres aktivitas dan,
 Klien dapat istirahat: peningkatan bila ada merupakan
berpartisipasi dalam TD yang nyata indikator dari
aktivitas yang di selama/sesudah kelebihan kerja yang
inginkan / diperlukan aktivitas (tekanan berkaitan dengan
 Melaporkan sistolik meningkat 40 tingkat aktivitas.
peningkatan dalam mmHg atau tekanan
toleransi aktivitas yang diastolik meningkat
dapat diukur. 20 mmHg); dispnea
atau nyeri dada;
keletihan dan
kelemahan yang
berlebihan; 2. Teknik menghemat
diaforesis; pusing energi mengurangi
atau pingsan. penggunaan energi,
2. Instruksikan pasien juga membantu
tentang teknik keseimbangan
penghematan energi, antara suplai dan
mis., menggunakan kebutuhan oksigen.
kursi saat mandi,
duduk saat menyisir
rambut atau menyikat 3. Kemajuan aktivitas
gigi, melakukan bertahap mencegah
aktivitas dengan peningkatan kerja
perlahan. jantung tiba-tiba.
Memberikan
bantuan hanya
3. Berikan dorongan sebatas kebutuhan
untuk melakukan akan mendorong
aktivitas/perawatan kemandirian dalam
diri bertahap jika melakukan aktivitas.
dapat ditoleransi.
Berikan bantuan
sesuai kebutuhan.

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai intervensi
5. Evaluasi
a. Diagnosa 1: Curah jantung kembali normal
b. Diagnosa 2: Nyeri klien berkurang/ teratasi
c. Diagnosa 3: Dapat melakukan aktivitas sesuai batas intoleransinya
d. Diagnosa 4: Gangguan sensori perseptual tidak terjadi/ dapat ditoleransi
e. Diagnosa 5: Nutrisi klien cukup/ optimal
f. Diagnosa 6: Tidak terjadi resiko cedera
g. Diagnosa 7: Klien memahami tentang proses penyakit dan pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Nur Meity Sulistia. 2007. Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2.
Jakarta: EGC

Corwin,Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3.Jakarta:EGC

Doengoes, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Guyton, Arthur C .2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler.Jakarta: Salemba Medika

Mubarak, Wahit Iqbal. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto

Price, Sylvia A.2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses- proses Penyakit. Edisi 6.


Volume 1.Jakarta: EGC

Santosa Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta: Prima


Medika

Smeltzer, Suzanne C. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner &


Suddarth. Edisi 8 Volume 2.Jakarta: EGC

Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba


Medika

http://jurnalmedika.com/component/content/article/143-hipertensi-primer-
patofisiologi-dan-tata-laksana-klinis (diakses tanggal 16 Mei 2012)

http://siswa.univpancasila.ac.id/yoland08/2011/01/12/patofisiologi-hipertensi/

(diakses tanggal 16 Mei 2012)

Anda mungkin juga menyukai