Media atau yang lebih dikenal dengan media massa merupakan alat yang digunakan oleh masyarakat secara luas. Terbagi ke dalam dua kategori, yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi criteria media massa adalah radio, televisi, film, media online (internet). Fungsi media massa adalah memberikan informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agen perubahan (agent of change) atau sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Menurut Bungin, dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan : 1. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju. 2. Media massa juga manjadi media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka dan jujur dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat, maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang kaya dengan informasi. Selain itu informasi yang banyak dimiliki oleh masyarakat, menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya. 3. Media massa sebagai hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya. Sebagai agent of change yang dimaksud adalah juga mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah, dengan demikian media massa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya Secara lebih spesifik peran media massa saat ini lebih menyentuh persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat secara aktual, seperti: 1. Harus lebih spesifik dan proporsional dalam melihat sebuah persoalan sehingga mampu menjadi media edukasi dan informasi sebagaimana diharapkan oleh masyarakat. 2. Dalam memotret realitas media massa harus fokus pada realitas masyarakat, bukan pada potret kekuasaan yang ada dimasyarakat itu, sehingga informasi tidak menjadi propaganda kekuasaan, potret figure kekuasaan. 3. Sebagai lembaga edukasi, media massa harus dapat memilah kepentingan pencerahan dengan kepentingan media massa sebagai lembaga produksi, sehingga kasus-kasus pengaburan berita dan iklan tidak harus terjadi dan merugikan masyarakat. 4. Media massa juga harus menjadi early warning system, hal ini terkait dengan peran media massa sebagai media informasi, dimana lingkungan saat ini menjadi sumber ancaman. Media massa menjadi sebuah sistem dalam sistem besar peringatan terhadap ancaman lingkungan, bukan hanya menginformasikan informasi setelah terjadi bahaya dari lingkungan itu. 5. Dalam hal menghadapi ancaman masyarakat yang lebih besar seperti terorisme, seharusnya media massa lebih banyak menyoroti aspek fundamental pada terorisme seperti mengapa terorisme itu terjadi bukan hanya pada aksi-aksi terorisme. Media massa dapat memotivasi kita agar bebas berkomunikasi karena media massa berperan sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu sebagai media edukasi. Selain itu media massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan berbagai informasi kepada masyarakat. Terakhir media massa sebagai media hiburan, mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah, dengan demikian media massa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya. Karena tidak ada sesuatu pun / seorang pun yang dapat menahan laju perkembangan teknologi informasi bahkan keberadaan internet telah menghilangkan garis-garis batas antar negara dalam hal flow of information. Informasi dapat mengalir dengan deras dari atau ke luar negara lain, karena batasan antar negara tidak dikenal dalam dunia maya. Bahkan di dunia pengguna terbanyak android (seluler yang lebih progresif mengadopsi internet) adalah Indonesia. Kebebasan dalam berkomunikasi telah menjadi life style, contoh buruknya ialah dalam hal menghadapi ancaman masyarakat yang lebih besar seperti terorisme, seharusnya media massa lebih banyak menyoroti aspek fundamental pada terorisme seperti mengapa terorisme itu terjadi bukan hanya pada aksi-aksi terorismenya saja atau hanya pada aksi-aksi pemberantasan terorisme itu sendiri yang menampilkan adegan-adegan kekerasan, radikal, sadisme yang sering disiarkan media-media TV. Kebebasan berkomunikasi membuat masyarakat semakin terbuka dan jujur akan informasi yang mereka miliki, masyarakat dapat berpatisipasi dengan berbagai kemampuannya, terbukanya kesempatan untuk mengekspresikan ide-ide, kepercayaan, pandangan-pandangan mengenai dunia, memungkinkan terjadinya pengamatan yang seksama oleh publik secara independen terhadap pemerintah maupun pihak penentu kebijakan publik, hal ini berkenaan dengan fungsi pengawasan dan kritisasi pihak pers. Terlaksananya pembaharuan dan perubahan kebudayaan dan masyarakat secara berkelanjutan. Pada intinya masyarakat akan menjadi masyarakat yang kaya akan informasi serta akan menjadi masyarakat yang informatif. B. Media Sebagai Sarana Sosialisasi Kehadiran media massa di tengah masyarakat memiliki peranan penting dalam proses sosialisasi. Istilah sosialisasi luas sekali artinya, menurut Defleur dan Rokeach (1987), sosialisasi dapat dilihat sebagai suatu rangka pertukaran komunikasi yang kompleks, berjangka panjang dan multidimensional, antara individu dengan berbagai agen masyarakat yang menghasilkan persiapan individu tersebut untuk hidup disuatu lingkungan sosiokultural. Proses sosialisasi juga dapat diartikan sebagai proses belajar nilai dan norma. Pihak-pihak yang berperan dalam proses seseorang belajar nilai dan norma tadi disebut agen sosialisasi. Agen sosialisasi adalah institusi sosial, tempat orang belajar mengenai wilayah kehidupan yang mereka sendiri tidak terlibat langsung. Maksudnya tanpa mengalami langsung sesuatu hal, kita bisa mempelajari sesuatu dari pihak lain, misalnya kita memahami tentang nasionalisme sewaktu perjuangan kemerdekaan, kita memahami itu hasil dari proses sosialisasi yang dilakukan agen sosialisasi. Media massa sebagai institusi sosial menjadi salah satu kebutuhan yang utama dalam kehidupan bersama di setiap masyarakat, yaitu kebutuhan akan sarana menyampaikan atau menyebar luaskan informasi kepada sesama anggota masyarakat. Media massa juga diakui berpengaruh untuk sosialisasi nilai-nilai dan norma-norma bagi anggota masyarakat. Media massa adalah saluran atau komponen komunikasi massa, dimana komunikasi memiliki beberapa karakteristik, diantaranya : 1. Komunikator terlembagakan 2. Peran bersifat umum 3. Komunikasinya bersifat anonim dan heterogen 4. Media massa menimbulkan keserempakan 5. Komunikasi massa lebih mengutamakan unsur isi 6. Komunikasi massa bersifat satu arah sehingga feedbacknya bersifat tertunda (delayed) Di tengah-tengah masyarakat media massa dianggap sesuatu yang dapat menimbulkan efek yang kuat, terarah, segera, dan langsung. Dalam komunikasi massa pernyataan tersebut diatas kita kenal dengan model jarum hipodemik. Dalam model jarum hipodemik, komunikan dianggap pasif (tidak berdaya). Artinya, komunikan menerima begitu saja pesan-pesan yang diberikan oleh media massa tanpa ada pertimbangan atau pemikiran- pemikiran terlebih dahulu. Jika dihubungkan dengan model tersebut, media massa sebagai agen sosialosasi memiliki kekuatan besar untuk menyosialisasikan individu kepada rasa moral dan sosial, misalnya simpati, kasihan, kepada para korban kekerasan, perang, kecelakaan, bencana, dan ketidak adilan sosial. Namun asumsi tersebut tidak berlaku absolut karena pada kenyataan nya sikap masyarakat terhadap media, belum meratanya pendidikan dan akses terhadap media massa cukup berpengaruh pada proses sosialisasi yang dilakukan oleh media massa. Proses sosialisasi berlangsung terus menerus. Sejumlah norma misalnya tentang tata cara makan telah ditanamkan sejak usia dini, sedangkan mengenai hal lain, seperti konsep berumah tangga, baru diberika ketika seseorang telah menginjak dewasa. Beberapa bagian dari sosialisasi yang komplek itu diberika oleh media massa sebagai agen sosialisasi, baik disengaja maupun tidak, dengan sadar ataupun tidak sadar. Lebih lanjut dikatakan bahwa media massa khususnya televisi merupakan sarana utama dimana kita belajar tentang masyarakat dan kultur (Gerbner, Gross, Morgan, dan Signorell, 1980; Signorielli,1980; Signorielli dan Morgan, 1989) melalui kontak dengan televisi (dan media lain) kita belajar tentang dunia, orang-orang, nilai-nilai serta adat kebiasaan. Proses belajar nilai-nilai serta adat kebiasaan tersebut yang sering dikelompokan menjadi yang formal dan informal. Dalam masyarakat modern, media massa bertambah penting sebagai agen sosialisasi baik formal maupun informal, sosialisasi yang formal adalah proses yang dilalui secara berstruktur. Seperti sekolah, pelatihan, pengalaman kerja, dan sebagainya. Sedangkan yang diperoleh dari pergaulan, keluarga, pengalaman pribadi merupakan sosialisasi yang informal. Proses sosialisasi yang dilakukan oleh media massa baik formal maupun informal akan menghasilkan efek yang besar di tengah masyarakat. Fungsi media massa atau efek yang diharapkan dalam proses sosialisasi tersebut ialah masyarakan dapat belajar tentang nilai-nilai atau norma yang berlaku di lingkungan masing-masing. Gunanya agar setiap anggota masyarakat tahu bagaimana berbuat dan berperilaku ditengah masyarakat. Keadaan ini memungkinkn tegaknya ketertiban sosial karena orang berperilaku menurut pedoman yang telah mereka peroleh lewat proses sosialisasi tadi. Sosialisasi juga merupakan dasar atau basis bagi kelangsungan suatu masyarakat sebagai suatu sistem yang berkesinambungan dan stabil. Setiap orang pasti mengalami proses hidup bermasyarakat, artinya hidup bersama sama dengan orang-orang lain yang ada disekitarnya. Dalam proses sosialisasi yang dilakukan media massa tiap orang belajar tentang berbagai nilai dan norma kehidupan. Melalui proses itu seseorang menjadi tahu tentang apa yang boleh dan tidak boleh, serta apa yang seharusnya dan seyogianya tidak dilakukan dalam hidup ditengah masyarakat untuk tegaknya ketertiban sosial. Akan tetapi selain efek yang diharapkan dari proses sosialisasi yang dilakukan media massa, terdapat pula efek yang tidak diharapkan. Dell Fleur (1970) menunjukan bahwa media masa dianggap bertanggung jawab mengenai terjadinya lima gejala dalam masyarakat, yaitu : 1. Membuat selera budaya masyarakat menjadi rendah 2. Menaikan tingkat kenakalan 3. Ikut menyumbang kerusakan moral secara umum 4. Menjinakan massa untuk kepentingan politik 5. Menekan kreatifitas Selain efek diatas, sistem pemerintah yang dianut akan akan mempengaruhi isi media tersebut. Isi media yang disiarkan media massa di negara yang menganut sistem komunis sudah pasti akan menyosialisasikan bagian dari doktrin partai yaitu nilai-nilai partai. Dan itu merupakan efek yang tidak diharapkan karena telah menjadikan media massa tidak memiliki kebebasan untuk menyosialisasikan nilai-nilai yang lain. Media massa memiliki pengaruh besar di tengah masyarakat untuk menyosialisasikan berbagai nilai-nilai dan norma. Demikian besarnya peran media massa dalam kehidupan sehingga orang pada umumnya sepakat bahwa cukup banyak hal-hal yang menjadi prilaku masyarakat yang bersumber dari media massa. Berbagai hal yang diperoleh dari media massa itu bahkan menjadi sebagian dari nilai-nilai yang berlaku pada diri seseorang. Karena itu media massa disebut sebagai salah satu sarana sosialisasi.