Anda di halaman 1dari 53

PENGARUH INTEGRITAS DAN PERAN AUDITOR

INTERNAL DALAM PENCEGAHAN FRAUD


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Metodelogi Penelitian”
di STIE STEMBI Bandung

AI ATIKAH 10217026

JURUSAN AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
BANDUNG BUSINESS SCHOOL
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh
Integritas Dan Peran Auditor Internal Dalam Pencegahan Fraud”.

Adapun maksud penyusunan karya tulis ini untuk memenuhi tugas Metode tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen Dra.Siti Kustinah yang telah
membantu kami dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang telah yang telah memberi kontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi
kesempurnaan karya kami. Semoga karya ilmiah ini dapat membawa pemahaman dan
pengetahuan bagi kita semua tentang “Pengaruh Integritas dan Peran Auditor Internal
Dalam Pencegahan Fraud”.

Bandung, 11 Januari 2019

Ai Atikah
BAB 1 PENDAHULAN ................................................................................. 1

1.1 Identifikasi Maslah ....................................................................... 1


BAB l

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) (2008a)

menjelaskan secara umum kecurangan mengandung tiga unsur penting yang

terdiri atas perbuatan tidak jujur, niat atau kesengajaan,dan keuntungan yang

merugikan orang lain. Sementara, pencegahan kecurangan merupakan upaya

terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor penyebab kecurangan.

Kecurangan (fraud) merupakan penipuan yang dibuat untuk mendapatkan

keuntungan pribadi atau untuk merugikan orang lain (Wikipedia; 2016). Semua

jenis kecurangan (fraud) dapat terjadi pada berbagai perusahaan maupun sector

pemerintahan, namun yang sering terjadi adalah korupsi. Pada dasarnya setiap

entitas termasuk perusahaan atau pemerintahan menginginkan seluruh anggota

karyawannya berperilaku jujur.

Seperti yang diungkapkan oleh Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi

( KPK) Saut Situmorang melihat inti permasalahan dari kasus korupsi massal

anggota DPRD yang terjadi di Kota Malang adalah lemahnya integritas mereka.

KPK telah menetapkan 41 dari 45 anggota DPRD Kota Malang sebagai tersangka
terkait kasus dugaan suap pembahasan APBN-P Pemkot Malang Tahun Anggaran

2015. Menurut Saut, konflik kepentingan para anggota muncul dalam proses

penganggaran tersebut sehingga meruntuhkan integritas 41 anggota DPRD itu,

Senayan, Jakarta, Rabu (5/9/2018).

Faktor yang juga dapat mempengaruhi kecenderungan kecurangan adalah

integritas. Integritas adalah komitmen individu yang teguh terhadap prinsip

ideology yang etis dan menjadi bagian dari konsep diri yang terlihat dari

perilakunya (Dewi dan Ratnadi,2017). Integritas mengharuskan seseorang untuk

bersikap jujur, transparan, berani, bijaksana, dan bertanggung jawab. Integritas

karyawan dalam sebuah organisasi sangat penting agar perusahaan dapat

mencegah tindakan kecurangan yang dilakukan karyawan.

Kecurangan (fraud) dapat dicegah dengan menanamkan moralitas dan

integritas kepada setiap individu.Moral manusia dapat dilihat dari kepribadian dan

pola pikir mereka yang menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan. Pola pikir ini

akan mengurangi rasa ingin melakukan kecurangan dari dalam diri seseorang.

Tingginya integritas yang dimiliki individu juga dapat mencegah

terjadinya kecurangan (fraud) disetiap instansi atau organisasi. Integritas

mengharuskan seseorang untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana,

dan bertanggung jawab.(Kairul ;2014)

Sementara itu, BPKP (2008a) mendefinisikan Pencegahan kecurangan

sebagai upaya integritas yang dapat menekan terjadinya factor penyebab

kecurangan ,yaitu peluang, dorongan, dan rasionalisasi. Tujuan pencegahan


kecurangan antara lain mencegah terjadinya kecurangan pada semiua lini

organisasi, menangkal pelaku potensial, mempersulit gerak langkah pelaku

kecurangan, mengidentifikasi kegiatan berisiko tinggi dan kelemahan

pengendalian, serta melakukan tuntutan dan penjatuhan sanksi pada pelaku

kecurangan. Adapun metode pencegahan kecurangan yang dapat dilakukan

meliputi penetapan kebijakan anti-fraud, menciptakan prosedur pencegahan baku

membangun struktur organisasi dengan pengendalian yang baik, merancang

teknik pengendalian yang efektif dan menumbuhkan kepekaan terhadap

kecurangan

Seperti yang dikatakan oleh mantan pimpinan komisi pemberantasan

korupsi (KPK) Amien Sunaryadi (9 agustus 2017) bahwa salah satu jenis korupsi

yang di rumuskan dalam undang-undang adalah suap. Hal yang terpenting dari

semuanya itu adalah factor integritas yang tinggi dari setiap individual. Integritas

akan menjadi komitmen setiap orang dengan catatan selalu mengingat setiap

pesan dan juga akibat seperti yang dikemukakan di atas.

Sedangkan menurut IAPI (2007-2008:6) dikatakan bahwa setiap praktisi

harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan professional dan hubungan bisnis

dalam melaksanakan pekerjaannya. Setiap anggota harus dapat menjalankan

tanggung jawab pekerjaan dengan integritas yang tinggi agar kepercayaan

masyarakat dapat terjaga. Integritas merupakan patokan (brencmark) bagi anggota

dalam menguji keputusan yang diambilnya. Sunarto dalam Sukriah (2009)

menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan

perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tida dapat menerima kecurangan prinsip.
Dengan Integritas yang tinggi, ,maka auditor dapat meningkatkan kualitas

hasil pemeriksaannya. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil.

Apabila auditor independen dihadapkan pada situasi tidak terdapat aturan, standar,

panduan khusus, atau dalam menghadapi pendapat yang bertentangan, ia harus

berpikir apakah keputusan atau perbuatannya telah sesuai dengan integritasnya

sebagai auditor.

SPKN BPK (2017) menjelaskan bahwa integritas adalah mutu, sifat,

atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh, dimilikinya sifat jujur, kerja

keras, serta kompetensi yang memadai. Kode Perilaku Profesional AICPA

dalam Arens dkk.(2012) dan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia

dalam Mulyadi (2006) menjelaskan bahwa untuk mempertahankan dan

memperluas kepercayaan publik, auditor harus melaksanakan seluruh tanggung

jawab profesionalnya dengan tingkat integritas tinggi. BPKP (2008b) menjelaskan

bahwa auditor dituntut untuk memiliki kepribadian yang dilandasi sikap

jujur, berani bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun

kepercayaan guna memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang handal.

Di kutip dari Bisnis.com,Jakarta “pemerintah mengingatkan agar para

akuntan selalu menjaga integritas dan mencegah penipuan, bukan menjadi bagian

dari penipuan itu sendiri”. Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Mardiasmo

mengungkapkan menilai hubungan akuntansi dan fraud bagai pedang bermata

dua. Di satu sisi, akuntansi sebagai instrument pendeteksi dan pencegah fraud

tetapi di sisi lain dapat juga digunakan untuk menyembunyikan fraud.


Profesi akuntan menjadi salah satu pekerjaan yang meningkatkan

transparansi dan akuntabilitas untuk perusahaan dan pemerintah di seluruh dunia.

Peran akuntan ini dinilai Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sangat penting

dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan karena menjadi ujung tombak

utama setiap institusi. Hal ini karena kualitas informasi dari laporan keuangan

sangat penting untuk mengetahui seberapa besar risiko keuangan yang dihadapi.

“Integritas menjadi modal utama untuk setiap profesi, termasuk akuntansi, untuk

memastikan kredibilitas laporan keuangan. Ketiadaan integritas akan

mengakibatkan dampak sistemik perekonomian maupun kehidupan sosial

kemasyarakatan,” ujar Sri Mulyani saat menjadi panelis dalam World Accountant

Congress dalam keterangan resmi, Selasa (6/11/2018).

Faktor lain yang diduga mempengaruhi kecenderungan kecurangan

akuntansi adalah audit internal. Audit internal yang dilaksanakan dengan baik dan

memadai dalam suatu organisasi akan mempengaruhi system pengendalian intern.

Audit internal memainkan peran penting dalam mencegah dan mendeteksi

kecurangan akuntansi dalam organisasi dengan memastikan bahwa audit

direncanakan dengan baik dengan program audit internal yang wajar

(Amanda,2015).

Perusahaan maupun instansi memiliki tujuannya masing-masing namun

berorientasi pada satu tujuan yang sama yaitu memaksimalkan nilai perusahaan.

Salah satu langkah untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengamankan

aset yang dimiliki untuk menjamin kepastian akan terhindarnya kerugian yang

tidak diharapkan. Hal yang tidak diharapkan juga dapat terjadi oleh faktor
kesengajaan dan ketidaksengajaan. Dari segi tindak kesengajaan tersebut menjadi

sumber yang berdampak buruk atau merugikan bagi perusahaan maupun instansi

akibat dari tindakan pelaku kecurangan. Kecurangan (Fraud) Menurut Tuanakotta

(2013, hal.28) “setiap tindakan ilegal yang ditandai dengan penipuan,

penyembunyian, atau ancaman kepercayaan. Tindakan ini tidak tergantung pada

penerapan ancaman kekerasan atau kekuatan fisik. Penipuan dilakukan oleh

individu, dan organisasi untuk mendapatkan uang, properti, atau layanan untuk

menghindari pembayaran atau kehilangan layanan, atau untuk mengamankan

keuntungan bisnis pribadi”.Untuk mengatasi potensi timbulnya kecurangan, audit

internal diperlukan keberadaannya di dalam perusahaan, yang bertujuan untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi berdasarkan tugasnya yaitu mengevaluasi

suatu sistem dan prosedur yang telah disusun secara benar dan sistematis serta

apakah telah diimplementasikan dengan sesuai standar, melalui pengamatan,

penelitian, dan pemeriksaan atas pelaksanaan tugas yang telah didelegasikan di

setiap unit organisasi. Audit internal juga melakukan kegiatan-kegiatan

diantaranya: menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan

sistem pengendalian manajemen, struktur pengendalian intern, dan pengendalian

operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan

biaya yang tidak terlalu mahal;memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana

dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen; memastikan

seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari

kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan

penyalahgunaan; dll. Dari kegiatan- kegiatan yang dilakukannya tersebut dapat


disimpulkan bahwa internal audit antara lain memiliki peranan dalam: pencegahan

kecurangan (fraud prevention), pendeteksian kecurangan (fraud detection),

penginvestigasian kecurangan (fraud investigation). (Amrizal; 2004).

Kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan yang disengaja, yang

dimaksud untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak lain. Dalam konteks

audit kecurangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji laporan keuangan

yang disengaja. Dua kategori yang utama adalah pelaporan keuangan yang curang

dan penyalahgunaan asset.

Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau

pengungkappan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan itu.

Sebagian besar kasus melibatkan salah saji jumlah yang disengaja,bukan

pengungkapan. (Arens; 2014:396) Sebagai contoh, yang terjadi pada kasus

Garuda Indonesia.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melalui Anggota I Badan Pemeriksan

Keuangan, Agung Firman Sampurna mengungkapkan bahwa BPK menemukan

sejumlah masalah dalam hasil audit laporan keuangan PT Garuda Indonesia

(Persero) Tbk. Secara umum BPK melihat ada dugaan kuat terjadi financial

enginering seperti disampakan oleh Agung pada tanggal 20 Juni 2019.

Anggota I BPK tersebut lebih jauh mengungkapkan bahwa BPK

menemukan salah satu masalah itu adalah soal pengakuan piutang Garuda yang
dicatatkan dalam laporan keuangannya, tapi intinya menurut anggota BPK ini

adalah temuannya banyak.

Agung menjelaskan, temuan itu diketahui setelah BPK melakukan sidang

badan sehari sebelum tangga 20 Juni 2019. Dalam sidang itu auditor BPK

menyampaikan hasil review terhadap kantor akuntan publik yang melakukan

pemeriksaan audit laporan keuangan Garuda. Kemudian, hal yang sama juga

disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan (Kemenkeu),

Hadiyanto yang menduga proses audit keuangan Garuda Indonesia belum

sepenuhnya mengikuti standar akuntansi yang berlaku. Tapi pihak Kementerian

Keuangan menyatakan bahwa tidak bisa serta merta kami memuutuskan

sanksinya. Berbeda dengan BPK dan Kementerian Keuangan, pihak Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) justru telah menetapkan sanksinya berupa denda sebesar Rp 1,25

Miliar dan masing-masing Direksi serta Komisaris sebesar Rp 100 Juta.

Hal ini membuat timbul pertanyaan apakah pihak manajemen Garuda

Indonesia melakukan perubahan atas laporan keuangan Tahun Anggaran (Buku)

2018 dan menyatakan (financial report restatement) bahwa korporasi mengalami

kerugian Rp 2,4 Triliun, yang sebelumnya laporan keuangan mencatatkan laba Rp

11,5 Miliar. Artinya, selisihnya merupakan rekayasa laporan atau penipuan yang

telah dilakukan oleh Direksi Garuda Indonesia. (Nusantara news,27 juli 2019).

Tidak hanya Garuda Indonesia PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) diduga

telah merevisi laporan keuangan tiga tahun terakhir, yaitu 2015, 2016, dan 2017.

Langkah yang dilakukan bank berkode BBKP itu menyita perhatian otoritas
terkait, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Menurut informasi yang dihimpun oleh CNBC (27/4/2018).

modifikasi data kartu kredit di Bukopin telah dilakukan lebih dari 5 tahun yang

lalu. Jumlah kartu kredit yang dimodifikasi juga cukup besar, lebih dari 100.000

kartu.

Modifikasi tersebut menyebabkan posisi kredit dan pendapatan berbasis

komisi Bukopin bertambah tidak semestinya. Uniknya, kejadian ini lolos dari

berbagai layer pengawasan dan audit selama bertahun-tahun. Mulai dari audit

internal Bukopin, Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai auditor independen,

Bank Indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran yang menangani kartu kredit,

serta OJK sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam pengawasan

perbankan.

Auditor independen Bukopin selama ini adalah KAP Purwantono,

Sungkoro, dan Surja yang terafiliasi dengan salah satu big four auditor

internasional Ernst & Young. "Permasalahan mengenai restated (penyampaian

kembali) laporan keuangan 2016 merupakan temuan dari manajemen yang telah

disampaikan kepada Kantor Akuntansi Publik untuk dilakukan restated pada

laporan keuangan 2017," ujar Direktur Utama Bukopin Eko Rachmansyah Gindo,

tanpa mau merinci mengenai kasus ini kepada CNBC Indonesia.


Manajemen Bukopin pun secara terang-terangan merevisi laporan keuangan dari

2015, 2016, dan 2017. Kenapa hanya tiga tahun? Karena penyajian kembali

laporan keuangan dibatasi maksimal hanya 3 tahun terakhir.

Bank Bukopin merevisi laba bersih 2016 menjadi Rp 183,56 miliar dari

sebelumnya Rp 1,08 triliun. Penurunan terbesar adalah di bagian pendapatan

provisi dan komisi yang merupakan pendapatan dari kartu kredit. Pendapatan ini

turun dari Rp 1,06 triliun menjadi Rp 317,88 miliar. Selain masalah kartu kredit,

revisi juga terjadi pada pembiayaan anak usaha Bank Syariah Bukopin (BSB)

terkait penambahan saldo cadangan kerugian penurunan nilai debitur tertentu.

Akibatnya, beban penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan direvisi

meningkat dari Rp 649,05 miliar menjadi Rp 797,65 miliar. Hal ini menyebabkan

beban perseroan meningkat Rp 148,6 miliar. Sebelum Otoritas melakukan

klarifikasi, sebenarnya Bukopin telah 'dihukum' atas insiden ini. Bukopin telah

merevisi turun ekuitas yang dimiliki sebesar Rp 2,62 triliun pada akhir 2016, dari

Rp 9,53 triliun menjadi Rp 6,91 triliun. Penurunan itu karena revisi turun saldo

laba Rp 2,62 triliun menjadi Rp 5,52 triliun karena laba yang dilaporkan

sebelumnya tidak benar. Penurunan ekuitas ini berperan dalam tergerusnya rasio

kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) Bukopin. Pada laporan keuangan

2016 sebelum revisi, CAR Bukopin masih aman 15,03%, namun setelah revisi

CAR tersisa 11,62%. CAR semakin memburuk pada akhir 2017 yang tercatat

10,52%, meski meningkat lagi pada kuartal I/2018 menjadi 11,09%. Hal lain yang
mempengaruhi penurunan CAR adalah peningkatan rasio kredit bermasalah (non

performing loan/NPL) Bukopin.

Inisiden modifikasi data kartu kredit ini memaksa Bukopin menyiapkan

action plan untuk menyehatkan CAR ke level 14%. Langkah yang dilakukan

adalah rights issue dengan menerbitkan saham baru sebesar 30% dan divestasi

40% saham BSB. Target dana yang bisa dihimpun untuk rights issue sekitar Rp2

triliun, sementara untuk divestasi BSB sebesar Rp 400 miliar. Dalam waktu yang

cukup singkat, manajemen berhasil berkomunikasi dengan sejumlah bank asing,

private equity asing dan bank BUMN sebagai mitra strategis rights issue yang

digelar Juni mendatang.

Kecurangan yang terjadi tidak hanya di BUMN bahkan di toko online pun

terdapat kecurangan yang menyebabkan beberapa karyawan tokopedia

diberhentikan karena terbukti melakukan pelanggaran transaksi terhadap 49 buah

produk dari kampanye promosi Tokopedia. Menanggapi hal ini, Ketua Umum

Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung menjelaskan,

fraud internal merupakan risiko yang tak terhindarkan bagi perusahaan mana pun.

“Kecurangan oleh oknum internal yang tidak bertanggung jawab lumrah terjadi

dari waktu ke waktu, baik di bisnis online maupun offline, bahkan di industri-

industri yang regulasinya secara ketat.(29/8/2019)

Tiga kondisi kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan yang curang

dan penyalahgunaan asset diuraikan dalam SAS 99 (AU 316). Ketiga kondisi ini

disebut sebagai segitiga kecurangan (fraud triangle).


1. Insentif/tekanan. Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau

tekanan untuk melakukan kecurangan.

2. Kesempatan. Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau

pegawai untuk melakukan kecurangan.

3. Sikap/rasionalisasi. Ada sikap, karakter, atau serangkaian nila-nilai etis

yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan

yang tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup

menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan yang tidak jujur.

Salah satu pertimbangan penting yang dilakukan auditor dalam mengungkap

kecurangan adalah mengidentifikasi factor-faktor yang meningkatkan resiko

kecurangan. (Arens; 2014: 398)

proses audit yang telah dilakukan adalah bertujuan untuk meningkatkan

kepercayaan pihak ketiga atau yang berkepentingan, seperti lembaga keuangan,

investor dan pemerintah dalam membaca laporan keuangan perusahaan. Artinya,

audit diperlukan untuk memperkecil kesempatan penipuan, pencurian dan

kesalahan yang mungkin terjadi.

Kecurangan dapat terjadi di bisnis publik dan swasta, nirlaba, maupun di

organisasi yang berupaya berkontribusi pada kesejahteraan ekonomi dan sosial,

seperti departemen pemerintah, lembaga keuangan, dan utilitas publik serta

swasta (air, listrik, pendidikan, kesehatan peduli, dll.). Singkatnya, peluang untuk

melakukan kecurangan ada di mana-mana. Bagaimana organisasi menghadapi

risiko kecurangan dapat dipengaruhi oleh yurisdiksi hukum dan penilaian risiko
serta selera risiko (risk appetite) organisasi itu sendiri. Kecurangan sering dapat

berujung pada upaya litigasi, pemecatan, dan pengembalian aset. Oleh karena itu,

sangat penting bahwa setiap penyelidikan dilakukan oleh individu yang

memenuhi kualifikasi yang sesuai untuk mengurangi risiko dari perusakan barang

bukti, salah tuduh, atau pelemahan tindakan hukum prospektif. Sejalan dengan

Standar Internasional IIA untuk Praktek Profesional Audit Internal tentang

kecakapan (1210.A2), auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai

untuk mengevaluasi risiko kecurangan dan cara organisasi mengelola risiko

tersebut .

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti untuk melakukan penelitian

dengan judul : “Pengaruh Integritas Dan Peran Auditor Internal Dalam

Pencegahan Fraud”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dapat

diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah integritas berpengaruh dalam pencegahan kecurangan ?

2. Apakah peran auditor internal berpengaruh dalam pencegahan kecurangan

3. Apakah integritas dan peran auditor internal berpengaruh dalam

pencegahan kecurangan?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian


Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data

empirisk dan mencari tahu apakah integritas dan peran auditor internal

berpengaruh dalam pencegahan fraud

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mempengaruhi pengaruh integritas dalam pencegahan fraud

2. Untuk mengetahui peran auditor internal dalam pencegahan fraud

3. Untuk mengetahui pengaruh integritas dan peran auditor internal

dalam pencegahan fraud

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Pemecahan Masalah

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memecahkan masalah yang

terjadi diperusahaan mengenai pengaruh integritas dan peran auditor

internal dalam pencegahan fraud

1.4.2 Kegunaan Pengembangan Ilmu

a. Bagi penulis, untuk menambah dan meningkatkan wawasan serta

pemahaman tentang bagaimana integritas berpengaruh, dan

internal auditor berperan dalam pencegahan fraud

b. Bagi perusahaan, Bagi Perusahaan, sebagai bahan pemikiran untuk

dapat mengetahui pengaruh signifikan dari audit internal dan

pengendalian intern terhadap pencegahan kecurangan sehingga

dapat melakukan perbaikan-perbaikan.


c. Untuk penelitian selanjutnya mengenai peranan audit internal

dalam pencegahan fraud perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk

mencari hubungan integritas dengan fraud,sehingga nantinya

dapat menjadi bahan pertimbangan bagi audit internal dalam

menciptakan pertahanan dalam mencegah fraud.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Integritas

Integritas mengharuskan seorang untuk bersikap jujur dan berterus terang.

Tingginya tingkat integritas yang dimiliki individu dapat mencegah terjadinya

kecurangan (fraud) di setiap instansi atau organisasi.( Putu Feny Kharisma Dewi :

2017)

Integritas adalah tindakan yang konsisten terhadap apa yang telah

diucapkan dengan tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang dianut baik nilai

yang berasal dari nilai kode etik tempat bekerja, nilai masyarakat atau nilai moral

pribadi. Integritas dalam konteks pemerintahan adalah penggunaan kekuasaan

resmi atau weweang para pejabat publik untuk tujuan yang sah menurut hukum

(kpk.go.id). Integritas diperlukan untuk membangun sebuah kepercyaan dan dasar


dalam pengambilan keputusan. Schlenker dalam Dewi dan Ratnadi (2017)

menyebutkan tiga aspek yang digunakan dalam pengukuran integritas yaitu :

1. Perilaku berprinsip yaitu perilaku yang sesuai dengan prinsip etis dan nilai

moral.

2. Komitmen teguh terhadap prinsip meskipun ada keuntungan dan tekanan dari

pihak lain. 20

3. Keengganan untuk merasionalisasi perilaku berprinsip yaitu tetap komitmen

terhadap prinsip yang telah dipegang dalam kondisi apapun.

Integritas karyawan dalam sebuah organisasi sangat penting agar perusahaan

dapat mencegah tindakan kecurangan yang dilakukan karyawan. Individu dengan

integritas yang baik akan menahan diri untuk melakukan kecurangan karena

individu tersebut percaya bahwa tindakan tersebut salah (Said, 2017).

Mulyadi (2002 dalam atik majaryani : 2015) mendefinisikan integritas sebagai

prinsip moral yang tidak memihak dan jujur, seseorang yang berintegritas tinggi

memandang fakta seperti apa adanya dan mengemukakan fakta tersebut seperti

apa adanya.

Sedangkan menurut Robert K. Cooper konsultan kepemiimpinan dan

organisasi yang kliennya lebih dari seribu perusahaan yang tersebar di Amerika

dan Kanada, dan Ayman Sawaf seorang eksekutif, pengusaha dan CEO organisasi

penelitian, menyatakan bahwa integritas dapat dipandang sebagai kedalaman dan

perluasan kejujuran emosi. Integritas mengungkapkan suatu proses penyatuan


sehingga merupakan karya dan bukan sekedar gagasan yang baik,tetapi dorongan

perasaan yang kuat yang mendasarkan pada prinsip kerja. Integrritas dapat

dipandang sebagai suatu panggilan untuk mendengarkan suara hati yang paling

mendalam dan arahan untuk menghimpun keberanian guna menerapkannya dalam

praktik (Cooper dan Sawaf, 2002).

Pengertian Integritas. Menurut Henry Cloud, dalam Roudhaturrohmah

:2018 ketika berbicara mengenai integritas, maka tidak akan terlepas dari upaya

untuk menjadi orang yang utuh, yang bekerja dengan baik dan menjalankan

fungsinya sesuai dengan apa yang telah dirancang sebelumnya. Integritas sangat

terkait dengan keutuhan dan keefektifan seseorang sebagai insan manusia (Cloud,

2007) . Plato, Aristoteles dan Aquinas ( dalam Olson, 1998a) mengemukakan

bahwa integritas berasal dari bahasa latin yaitu integrity yang bermakna “as whole

and represents completeness”, artinya, integritas menunjukan keseluruhan dan

kelengkapan. Mereka juga menerangkan bahwa integritas merupakan keseluruhan

dari bagian-bagian tertentu. Integritas merupakan karakter yang telah menyatu

dalam kehidupan seseorang yang digunakan untuk mencapai seluruh kebajikan

dan kebahagiaan. Adrian Gostick & Dana Telford (2006, dalam Gea 2016)

menyebutkan bahwa dalam Kamus Merriam-Webster yang paling mutakhir

mendefinisikan integritas sebagai ketaatan yang kuat pada sebuah kode,

khususnya nilai moral atau nilai artistik tertentu. Millard Fuller (Habitat for

Humanity) menggambarkan integritas sebagai ”konsistensi terhadap apa yang

dianggap benar dan salah dalam hidup Anda”; Shelly Lazarus (pimpinan dan CEO

Ogilvy Mather Worldwide) menjelaskan orang yang berintegritas sebagai


“mengedepankan serangkaian kepercayaan dan kemudian bertindak berdasarkan

prinsip”; Wayne Sales (presiden dan CEO Canadian Tyre) memberikan definisi

yang sederhana, yaitu “Integritas berarti melakukan hal yang benar”; Diane Peck

(Safeway) percaya bahwa “setiap individu harus mendefinisikan sendiri arti

integritas”. 9 Miller (2001: 2-8 dalam Harisa 2015) mengutip beberapa penjelasan

ahli mengenai makna integritas, diantaranya adalah:

a. Integritas sebagai koherensi. Integritas adalah koherensi atau menghubungkan

beragam komponen yang ada dalam diri seseorang, sehingga orang yang memiliki

integritas dapat dikatakan harmonis, tidak terpecah, sepenuh hati dan dapat

bertindak dengan berbagai cara (memiliki banyak alternatif tindakan yang tidak

melanggar norma di setiap saat (Frankufr dan Dworkin).

b. Integritas sebagai identitas praktis. Identitas merupakan komitmen mendasar

yang berguna untuk mencari makna dan tujuan hidup, berkompromi dengan

prinsip orang lain, keluarga dan lembaga masyarakat atau agama. Orang yang

memiliki identitas/integritas akan senantiasa memertahankan komitmen dalam

dirinya, meskipun banyak pertentangan atau situasi yang memaksa mereka untuk

melanggar komitmennya sendiri (Calhoun).

c. Integritas sebagai kebijakan sosial. Calhoun berpendapat bahwa meskipun

integritas melibatkan hubungan dengan orang lain (sosial), namun diri sendiri

tetap menjadi sentralnya.Seseorang yang memiliki integritas harus berdiri di atas

komitmennya sendiri dan melakukan tindakan yang layak atau sesuai dengan
prinsip pribadi dan kebijakan sosial. Ketika apa yang seseorang lakukan dianggap

tidak layak oleh masyarakat, maka orang tersebut tidak memiliki integritas.

d. Integritas sebagai rasionalitas. Integritas menerima konsep rasionalitas atau

sesuatu yang dianggap wajar dan masuk akal. Seseorang yang memiliki integritas

tidak harus selalu memiliki pandangan dan sikap yang sangat objektif mengenai

suatu komitmen atau tingkah laku tertentu.

2.1.2 Audit Internal

( Dito aditia, Puja risky, dan Mika debora : 2019 ) menyatakan Fungsi

dasar dari internal auditor adalah suatu penilaian, yang dilakukan oleh pegawai

perusahaan atau instansipemerintah terkait yang terlatih mengenai ketelitian,dapat

diprcayainya, efisiensi dan kegunaan catatan-catatan akuntansi

perusahaan/organisasi,serta pengendalian intern yang terdapat dalam

perusahaan/organisasi. Tujuannya adalah untuk membantu pimpinan

perusahaan/organisasi (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya

dengan memberikan analisa, penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan

yang diaudit.

Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor melakukan kegiatan-kegiatan

berikut :

1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan system

pengendalian manajemen, struktur pengendalian intern, dan pengendalian

operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif

dengan biaya yang tidak terlalu mahal.


2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur

yang telah ditetapkan oleh manajemen.

3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan/organisasi dipertanggung

jawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk

pencurian, kecurangan, dan penyalah gunaan.

4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam

organisasi dapat dipercaya.

5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang

diberikan oleh manajemen.

6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka

meningkatkan efesiensi dan efektifitas.

Dari kegiiatan-kegiatan yang dilakukannya tersebut dapat disimpulkan bahwa

internal auditor antara lain memiliki peranan dalam :

1. Pencegahan kecurangan (Fraud Protection)

2. Pendeteksian kecurangan (Fraud Detection), dan

3. Penginvestigasian kecurangan (Fraud Investigation)

Sedangkan menurut Hery 2019 Auditor internal adalah auditor yang

bekerja pada suatu manajemen perusahaan sehingga berstatus sebagai karyawan

dari perusahaan tersebut. Auditor internal merupakan bagian yang integral (tidak

dapat dipisahkan) dari struktur organisasi perusahaan, dimana perannya adalah

memberikan pengawasan serta penilaian secara terus menerus. Auditor internal

memiliki kepentingan atas efektifitas pengendalian internal di satu perusahaan.


Pada perusahaan yang tergolong besar, jumlah staff auditor internal bias mencapai

puluhan bahkan ratusan orang. Mereka bertanggung jawab kepada direktur utama

(pimpinan tertinggi), atau bias juga melapor kepada komite audit yang dibentuk

oleh dewan komisaris. Agar dapat melakukan tugasnya secara efektif, auditor

internal dituntut untuk bersikaf independen terhadap fungsi-fungsi lini dalam

organisasi tempat ia bekerja, namun pada kenyataannya, auditor internal sulit

untuk bersikaf independen terhadap manjemen perusahaan mengingat ia adalah

pegawai dari perusahaan yang diauditnya.

Institute of international auditora (IIA) merupakan organisasi pendukung profesi

auditor internal. Misalnya adalah menjadi asosiasi profesi terkemuka, yang

didedikasikan bagi promosi dan perkembangan praktik audit internal di seluruh

dunia. Institut auditor internal telah mengembangkan satu set standar yang harus

ditaati oleh seluruh auditor internal, serta juga menyelenggarakan program ujian

sertifikasi. Individu yang memenuhi persyaratan sertifikasi sebagaimana yang

ditetapkan oleh IIA, termasuk lolos dalam seleksi ujian tertulis dapat dinobatkan

sebagai auditor internal yang bersertifikat (certified internal auditor). Untuk di

Indonesia, pelatihan dan pendidikan dibidang audit internal diselenggarakan oleh

yayasan pendidikan internal audit (YPIA). Mereka yang lolos dalam pelatihan dan

ujian sertifikasi berhak menyandang sebutan sebagai qualified internal auditor

(QIA).

Mengingat pentingnya peran pengawasan terhadap tindak fraud, maka

audit internal menjadi satu-satunya unit kerja yang paling tepat melakoninya.

Karena itu, peran audit internal yang selama ini selalu berkaitan dengan urusan
physical control harus sudah bergeser dari sekedar terkesan sebagai “provoost”

perusahaan menjadi unit yang mampu berperan dalam pencegahan sekaligus

pendeteksian fraud. Menurut BPKP (2008:43) dalam (zainal rifky : 2014) peran

yang ideal bagi audit internal yaitu sebagai berikut:

1. Peran audit internal dalam pencegahan fraud

2. Peran audit internal dalm pendeteksian fraud

Audit internal dituntut untuk waspada terhadap setiap hal yang

menunjukkan adanya kemungkinan terjadinya fraud, yang mencakup :

1. Identifikasi titik-titik kritis terhadap kemungkinan terjadinya fraud.

2. Penilaian terhadap sistem pengendalian yang ada, dimulai sejak lingkungan

pengendalian hingga pemantauan terhadap penerapan sistem pengendalian.

Seandainya terjadi fraud, audit internal bertanggung jawab untuk

membantu manajemen mencegah fraud dengan melakukan pengujian dan evaluasi

keandalan dan efektivitas dari pengendalian, seiring dengan potensi risiko

terjadinya fraud dalam berbagai segmen. Tidak hanya manajemen puncak, audit

internal juga harus mendapat sumber daya yang memadai dalam rangka

memenuhi misinya untuk mencegah fraud. Tanggung jawab audit internal dalam

rangka mendeteksi kecurangan, selama penugasan audit termasuk:

1. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang kecurangan, dalam rangka

mengidentifikasi indikasi-indikasi yang mungkin terjadi dan dilakukan oleh

anggota organisasi.

2. Memiliki sensitivitas yang berkaitan dengan kemungkinan adanya kesempatan

terjadi kecurangan.
3. Melakukan evaluasi terhadap indikator-indikator yang mungkin

dapatmemberikan peluang terjadinya kecurangan dan menentukan apakah perlu

diadakan investigasi lanjutan.

4. Menentukan prediksi awal terjadinya kecurangan.

5. Melakukan penilaian kembali terhadap pelaksanaan pengendalian di

lingkungan dimana terjadinya tindak kecurangan dan selanjutnya menentukan

upaya untuk memperkuat pengendalian di dalamnya.

2.1.3 Pencegahan Kecurangan (Fraud)

Pencegahan kecurangan didefinisikan oleh BPKP (2008a dalam dewi

novita wulandari 2018) sebagai upaya terintegrasi yang dapat menekan terjadinya

factor penyebab kecurangan, yaitu peluang, dorongan, dan rasionalisasi. Tujuan

pencegahan kecurangan antara lain mencegah terjadinya kecurangan pada semua

lini organisasi, menangkal pelaku potensial, mempersulit gerak langkah pelaku

kecurangan, mengidentifikasi kegiatan berisiko tinggi dan kelemahan

pengendalian, serta melakukan tuntutan dan penjatuhan sanksi pada pelaku

kecurangan. Adapun metode pencegahan kecurangan yang dapat dilakukan,

meliputi penetapan kebijakan anti-fraud, menciptakan prosedur pencegahan baku,

membangun struktur organisasi dengan pengendalian yang baik, merancang

teknik pengendalian yang efektif danmenumbuhkan kepekaan terhadap

kecurangan.

Sedangkan menurut Dr. Cris kuntandi (2017) Istilah kecurangan atau fraud

sudah lama dikenal dikalangan auditor. Namun dalam skala yang luas seperti

program clean and good governance, istilah ini masih terbilang baru. Pada
umumnya orang lebih akrab pada istilah korupsi atau rangkaiannya yaitu kolusi

dan nepotisme, yang biasa disingkat KKN. Bahkan orang akan merasa heran

bahwa korupsi sebenarnya hanya satu cabang saja dari pohon besar bernama

fraud. Agar tidak muncul pemahaman tumpang tindih, dibawah ini akan

dikemukakan berbagai definisi dan pandangan mengenai kecurangan atau fraud

tersebut.

Menurut Black Law dictionary (2017) kecurangan ialah :

1. A knowing misrepresentation of the truth or concealment of a material fact to

include another to act to his or her detriment; is usual a tort, but in some cases

(esp. when the conduct is willful) it may be a crime.

Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan yang

disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat memengaruhi orang lain

untuk melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya

merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara

sengaja, memungkinkan suatu kejahatan).

2. A misrepresentation made recklessly without belief in its truth to induce another

person to act

Penyajian yang salah atau/keliru (salah pernyataan) yang secara ceroboh/tanpa

perhitungan dan tidak dapat dipercaya kebenarannya berakibat dapat

mempengaruhi atau menyebabkan orang lain bertindak.

3. A tort arising from knowing misrepresentation, concealment of material fact, or

reckless misrepresentation made to induce another to act to his or her detriment


Suatu kerugian yang timbul sebagai akibat diketahuinya keterangan atau

penyajian yang salah (salah pernyataan), penyembunyian fakta material atau

penyajian yang salah (salah pernyataan), penyembunyian fakta material atau

penyajian yang ceroboh/tanpa perihitungan yang mempengaruhi orang lain untuk

berbuat atau bertindak yang merugikannya.

Sedangkan pengertian kecurangan menurut Webster’s New World Dictionary

adalah terminology umum yang mencakup beragam makna tentang kecerdikan,

akal bulus, tipu daya manusia yang digunakan oleh seseorang untuk mendapatkan

suatu keuntungan (di) atas orang lain melalui cara yang salah. Tidak (ada) aturan

baku dan pasti yang dapat digunakan sebagai kata yang lebih untuk memberikan

makna lain tentang fraud, kecuali cara melakukan tipu daya, secara tak wajar, dan

cerdik, sehingga orang lain menjadi terpedaya. Satu-satunya yang dapat menjadi

batasan tentang fraud adalah biasanya dilakukan oleh mereka yang tidak

jujur/penuh tipu muslihat.

Dari beberapa definisi diatas , dapat dikatakan bahwa secara umum kecurangan

mengandung tiga unsur penting yaitu perbuatan tidak jujur, niat atau kesengajaan,

dan keuntungan yang merugikan orang lain. Dengan kata lain kecurangan

merupakan tindakan yang disengaja dan direncanakan dengan menggunakan

kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari posisi kepercayaan dan

kewenangan yang dimiliki. Perbuatan tersebut disengaja atau diniatkan untuk

menghilangkan uang atau harta dengan cara akal bulus, penipuan, atau cara lain

yang tidak wajar.


Kecurangan merupakan tindakan yang dirancang sebelumnya untuk

mengelabui/menipu/memanipulasi pihak lain sehingga mengakibatkan pihak lain

menderita kerugian dan pelaku kecurangan memperoleh keuntungan keuangan

baik secara langsung maupun tidak langsung.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Integritas Dalam Pencegahan fraud

Integritas karyawan dalam sebuah organisasi sangat penting agar

perusahaan dapat mencegah tindakan kecurangan yang dilakukan karyawan.

Individu dengan integritas yang baik akan menahan diri untuk melakukan

kecurangan karena individu tersebut percaya bahwa tindakan tersebut salah

(Said,2017)

Penelitian Dewi dan Ratnadi (2017) menunjukan bahwa integritas

berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan. Artinya semakin baik integritas

menyebabkan tingkat kecenderungan kecurangan menurun.

2.2.2 Peran audit internal dalam pencegahan fraud

Audit internal dalam penanggulangan kecenderungan kecurangan sangat

penting dikarenakan audit intern yang baik terjadinya praktek kecenderungan

kecurangan akan sulit terdeteksi. Ketika auditor internal bekerja seefektif

mungkin maka kecenderungan kecurangan disuatu lembaga semakin kecil.

Amanda (2015) menyatakan bahwa peran audit intern berpengaruh

signifikan positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Artinya audit


intern yang dijalankan dengan baik mengakibatkan menurunnya kecenderungan

kecurangan dalam sebuah organisasi. Damanik (2017) menyatakan bahwa auditor

internal pemerintah berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

2.2.3 Paradigma Peneliti

Dari penjelasan dan pengertian diatas dapat disimpulkan dalam paradigma

penelitian berikut ini :

Integritasl (X1)
Pencegahan
Kecurangan (Y)
Audit Internal
(X2)

Gambar 1 Paradigma Peneliti

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitiantelah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Pengertian hipotesis menurut Sugiyono adalah sebagai berikut :


Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk

kalimat pertanyaan.

Dari kerangka pemikiran diatas, maka dapat dikemukakan suatu hipotesis

sebagai berikut :

H1 : Pengaruh integritas berpengaruh positif dalam pencegahan fraud

H2 : Peran audit internal berpengaruh signifikan positif dalam pencegahan fraud

H3 : Pengaruh Integritas dan Peran Audit Internal Berpengaruh Dalam Pencegahan

Fraud

Tabel 2 Daftar Penelitian Terdahulu

No Peneliti / Tahun Judul Hasil Penelitian Jenis


penulis Penelitian/Buku/Fenomena
1 Hersi 2015 Pengaruh Integritas Untuk membangun Jurnal
Huslina , Aparatur, Kompetensi system pendukung kerja
Islahuddin , Aparatur, Dan Pemanfaatan yang handal dibutuhkan
Nadir Syah Teknologi Informasi aparatur berintegritas
Terhadap Efektivitas tinggi yang dapat
Sistem Pengendalian Fraud dipercaya dan
bertanggung jawab,
kompeten, cerdas,
trampil, dan memiliki
keahlian khusus
2 Yayuk 2014 Pengaruh Profesionalisme, Integritas merupakan Jurnal
Ramadhaniy Motivasi, Integritas, Dan kualitas yang melandasi
ati Independensi Satuan kepercayaan public dan
Nur Hayati Pengawasan Internal merupakan patokan bagi
Dalam Mencegah anggota dalam menguji
Kecurangan (Fraud) Di semua keputusannya.
Lingkungan Perguruan Integritas mengharuskan
Tinggi Negeri seorang auditor untuk
bersikag jujur dan
transfaran, berani,
bijaksana dan
bertanggung jawab
dalam melaksanakan
audit.
3 Putu Feny 2017 Pengaruh Moralitas, Integritas berpengaruh Jurnal
Kharisma Integritas, Komitmen positif terhadap
Dewi , Gede Organisasi, dan pencegahan kecurangan
Adi Pengendalian Internal kas (fraud) Kecurangan
Yuniarta , terhadap pencegahan (fraud) juga dapat
Made Arie kecurangan fraud dalam dihindari dengan adanya
Wahyuni pelaksanaan program komitmen organisasi.
subsidi beras bagi Secara umum komitmen
masyarakat berpendapatan organisasi merupakan
rendah suatu kesetiaan atau
loyalitas pegawai
terhadap organisasi
tempatnya bekerja.
Semakin tinggi
komitmen pegawai
terhadap organisasi,
pegawai tersebut
cenderung tidak akan
melakukan hal-hal yang
bisa saja menghambat
tercapainya tujuan
organisasi.
4 Gustanty 2014 Peran Integritas personal Kecurangan dan kinerja Jurnal
Dian Fitria, sebagai pemediasi pada yang menurun dari
Amilin pengaruh lingkungan etika pegawai dapat terjadi
Amilin organisasi, kualitas dikarenakan adanya
pengendalian internal dan motivasi didalam diri
keadilan organisasi mereka. Pada saat
terhadap terjadinya Fraud karyawan menganggap
keadilan di dalam
organisasi yang kurang
sesuai dan adanya
perangsang serta peluang
untuk melakukan
kecurangan, maka
rasionalisasi
membenarkan perilaku
curang tersebut. Untuk
mencegah terjadinya hal
tersebut, dimulai dari
pengendalian Internal.

5 Harum 2018 Efektivitas pengendalian Berdasarkan hasil


heryanto internal, moralitas dan analisis dan pembahasan
Eka pradana integritas terhadap dapat diambil
Yulian hasbi pencegahan fraud kesimpulan bahwa
almaududi efektivitas pengendalian
Muhammad internal dan integritas
dicky berpengaruh positif
prasetya terhadap pencegahan
fraud. Dimana semakin
baik efektivitas
pengendalian internal
dan integritas akan
berdampak positif pada
pencegahan terjadinya
fraud. Sedangkan
moralitas tidak
berpengaruh terhadap
pencegahan fraud.

Peran Audit Internal Terhadap Pencegahan Fraud


N Peneliti / Tahu Judul Hasil Penelitian Jenis
o penulis n Penelitian/Buku/Fenomen
a
1 Suginam 2016 Pengaruh peran audit Audit Internal Jurna
internal terhadap berpengaruh l
pencegahan fraud terhadap
pencegahan
fraud. Dengan
demikian kondisi
ini
memperlihatkan
bahwa internal
audit perusahaan
sangat memiliki
peran yang besar
di dalam
perusahaan
terutama dalam
pencegahan
fraud.
2 Riri 2015 Pengaruh Budaya Auditor internal Jurna
Zelmiyant Organisasi Dan Peran berfungsi l
i Auditor Internal Terhadap membantu
Lili Anita Pencegahan Kecurangan manajemen
Dengan Pelaksanaan dalam
Sistem Pengendalian pencegahan,
Internal Sebagai Variabel pendeteksian dan
Intervening penginvestigasia
n fraud yang
terjadi di suatu
organisasi
(perusahaan).
Sesuai
interpretasi
standar
professional audit
internal (SPAI)-
standar 120.2
tahun 2004,
tentang
pengetahuan
mengenai
kecurangan,
dinyatakan
bahwa auditor
internal harus
memiliki
pengetahuan
yang memadai
untuk dapat
mengenali,
meneliti dan
menguji adanya
indikasi
kecurangan.
3 Suginam 2017 Pengaruh Peran Audit Pengaruh audit Jurna
Internal Dan Pengendalian internal sangat l
Intern Terhadap memiliki peran
Pencegahan Fraud yang besar di
dalam
perusahaan untuk
mengendalikan
dan
mengevaluasi
aktivitas kegiatan
perusahaan
terutama dalam
pencegahan
fraud.Peran audit
internal senantias
mengevaluasi
efektivitas
system
pengendalian dan
memberikam
rekomendasi
intern perbaikan
jika ditemukan
kelemahan-
kelemahan.
4 Rio 2015 Pengaruh Audit Internal Berdasarkan hasil Jurna
sempana Dan Pengendalian Intern penelitian l
karo karo Terhadap Pencegahan dilapangan, audit
Kecurangan Pada internal
Pemerintah Kabupaten berpengaruh
Bandung sebesar 8,566%
terhadap
pencegahan
kecurangan
dengan nilai
korelasi 0,422
yang berarti audit
internal
memberikan
pengaruh yang
sedang/cukup
arah positif
terhadap
pencegahan
kecurangan pada
pemerintah
kabupaten
bandung. Arah
hubungan positif
audit internal
dengan
pencegahan
kecurangan yang
baik pula. Jadi
hasil penelitian
ini diketahui
bahwa audit
internal
memberikan
pengaruh sebesar
8,566% terhadap
pencegahan
kecurangan,
sedangkan
sisanya
memberikan
pengaruh sebesar
91,434%
dipengaruhi oleh
factor lain yang
tidak diteliti.
5 Ida bagus 2017 Pengaruh Audit Internal Dari hasil Jurna
dwika Dan Efektivitas analisis secara l
maliawan, Pengendalian Interen bersama sama
edy Terhadap Pencegahan diketahui bahwa
sujana, I Kecurangan (Fraud) variable yang
putu gede dominan
diatmika mempengaruhi
pencegahan
kecurangan
(fraud) adalah
variable audit
internal, ini
dibuktikan
dengan nilai
koefisien regresi
yang paling besar
yaitu 0,322
dibanding dengan
koefisien regresi
variable yang
lainnya. Selain
itu ditunjukan
hasil adjusted R
square sebesar
98.9 persen
variable
pencegahan
kecurangan
(fraud) dapat
dijelaskan oleh
variable oleh
audit internal dan
efektivitas
pengendalian
interen. Hal
tersebut berarti
apabila audit
internal
ditingkatkan,
pencegahan
kecurangan
(fraud) akan
semakin
meningkat.

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:38) objek penelitian adalah sebagai berikut :


“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek

atau kegiatan yang mempunyai variable tertentu yang diteteapkan untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulan.”

Objek dalam penelitian ini adalah variable pada penelitian ini yaitu pengaruh

integritas (X1), peran auditor internal (X2), dalam pencegahan kecurangan (fraud)

(Y).

3.2.1 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Dapat ditemukan,

dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga dapat

digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah

(Sugiyono,2013:2). Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu sebagaimana diuraikan sebagai berikut :

3.2.1 Desain Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis yang telah

dirumuskan yaitu menjelaskan variable-variabel yang diteliti serta hubungannya

antara satu variable dengan variable lainnya.

Untuk menguji hipotesis tersebut maka penulis menggunakan metode

penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan


instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic, dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. (Sugiyono,2014:11).

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan rumusan masalah asosiatif. Menurut Sugiyono (2014 : 61) rumusan

masalah asosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitian yang bersifat

menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih.

3.2.2 Operasional variable

Secara teoritis variable dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau

objek, yang mempunyai “variasi “ antara satu orang dengan yang lain atau satu

objek dengan objek lain (Hatch dan Farhady dalam Sugiyono,2014 : 63). Variable

juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu, variable

yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variable, sehingga untuk

mencapai variable bervariasi tersebut maka penulis harus didasarkan pada

sekelompok sumber data atau objek yang bervariasi. Sugiyono (2014:63).

Sugiyono (2016) menyatakan bahwa, operasional variable adalah sebuah

operasionalisasi yang bertujuan untuk mencari peranan, pengaruh hubungan

antara variable independen (mempengaruhi) terhadap variable dependen

(dipengaruhi).

Penelitian ini mengenai “pengaruh integritas dan peran auditor internal dalam

pencegahan fraud” sebagai berikut :

1. Variabel Independen (X)


Variabel independen sering disebut sebagai variable stimulus, predictor,

antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variable bebas.

Variable bebas adalah variable yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab berubahnya atau timbulnya variable variable dependen (terikat).

(Sugiyono, 2014 : 64). Variable bebas yang digunakan dalam penelitian ini

ialah :

a. Intergritas (X1)

Integritas menurut kode etik akuntan professional yaitu bersikaf

lugas dan jujur dalam semua hubungan professional dan bisnis. Prinsip

integritas mewajibkan setiap akuntan professional untuk bersikaf lugas

dan jujur dan jujur dalam semua hubungan professional dan hubungan

bisnisnya. Integritas juga berarti berterus terang dan selalu mengatakan

yang sebenarnya.

Menurut Stephen R. Covey penulis buku best seller, the 7 habit on

Highly Effective People, integritas mencakup lebih dari kejujuran.

Kejujuran adalah mengatakan kebenaran dengan kata lain

menyesuaikan kata-kata dengan realitas, sedangkan integritas adalah

menyesuaikan realitas dengan kata-kata kita, dengan kata lain,

memenuhi janji dan memenuhi harapan. Integritas pada hakikatnya

adalah nilai yang kita berikan pada diri kita sendiri. Ia merupakan

kemampuan untuk membuat dan memenuhi komitmen pada diri kita

sendiri, untuk menjalankan apa yang kita katakan. Integritas adalah

kehormatan pada diri kita sendiri, suatu bagian fundamental dari etika
karakter, dan inti dari pertumbuhan proaktif. Seperti hal nya Covey,

Cooper & Sawaf (2002) menyatakan hubungan antara integritas tanpa

sikap jujur, tetapi tingkat integritasnya rendah. Dengan kata lain orang

dapat bersikap jujur tanpa pernah melibatkan diri dalam kerja keras

menghayati mana yang benar dan mana yang salah dalam tiap situasi.

Indikator :

1. Bersikap Lugas

2. Bersikap Jujur

Menurut Sugiyono (2012:2) metode penelitian adalah : Cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis termasuk kedalam penelitian

kuantitatif, dengan metode eksplanasi. Menurut sanafiah Faisal, yang dimaksud

dengan metode penelitian ekspalanasi adalah : “Objek telaah penelitian eksplanasi

(Explanatory research) adalah untuk menguji hubungan antar variable yang

dihipotesiskan. Pada jenis penelitian ini, jelas ada hipotesis yang akan diuji

kebenarannya. Hipotesis itu sendiri menggambarkan hubungan antar dua atau

lebih variable, untuk mengetahui apakah suatu variable berasosiasi atau tidak

dengan variable lainnya, atau apakah sesuatu variable disebabkan dipengaruhi

atau tidak oleh variable lainnya.”

b. Peran Auditor Internal (X2)


Mengingat pentingnya peran pengawasan terhadap tindak fraud,

maka auditor internal menjadi satu-satunya unit kerja yang paling tepat

melakoninya. Karena itu, peran audit internal yang selama ini selalu

berkaitan dengan urusan physical control harus sudah bergeser dari

sekedar terkesan sebagai “provost” perusahaan menjadi unit yang

mampu berperan dalam pencegahan sekaligus pendeteksian fraud.

Audit internal dituntut untuk waspada terhadap setiap hal yang

menunjukan adanya kemungkinan terjadinya fraud, yang mencakup :

1. Identifikasi titik-titik kritis terhadap kemungkinan terjadinya fraud

2. Penilaian terhadap system pengendalian yang ada, dimulai sejak

lingkungan pengendalian hingga pemantauan terhadap penerapan

system pengendalian.

objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan

meningkatkan operasi organisasi. Aktifitas ini membantu organisasi mencapai

tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk

mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas manajemen resiko, pengendalian dan

proses tata kelola ( The IIA Research Foundation,2011:2). Audit internal

dilaksanakan oleh pihak internal dalam organisasi yang dikenal dengan auditor

internal.

Dana, et al (2008), menyatakan auditor internal adalah pakar dalam tata

kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern. Audit internal berusaha untuk

meningkatkan operasi organisasi dan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

hal negative termasuk pelaporan keuangan yang tidak dapat diandalkan. Auditor
internal membantu manajemen dalam mendisain serta memelihara kecukupan dan

efektifitas struktur pengendalian intern. Auditor internal juga bertanggung jawab

untuk menilai kecukupan dan keefektifan dari masing-masing system

pengendalian yang memberikan jaminan kualitas dan integritas dari proses

pelaporan keuangan.

Indikator “.

1. Independensi

2. Kemampuan professional

3. Lingkup pekerjaan

4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan

2. Varibel Terikat (Dependent Variable)


Menurut Uma Sekaran (2014:116) variabel terikat merupakan variabel
yang menjadi perhatian utama peneliti. Berdasarkan definisi tersebut dapat
diketahui bahwa variabel terikat adalah variabel yang menjadi masalah utama
yang hendak penulis jadikan inti dari permasalahan yang ada dalam penelitian
ini dan menjadi fokus utama penulis. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
Kecurangan (fraud).

Pencegahan Fraud (Y)

Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau

penghapusan terhadap jumlah ataupun pengungkapan yang sengaja dilakukan

dengan tujuan untuk mengelabui para penggunanya. (Arens,2011:372).

Indikator :

1. Adanya insentif/tekanan
2. Adanya kesempatan

3. Tingkah laku/ rasionalisasi

Table 2 Operasionalisasi Variabel


Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala Item

Integritas (X1) Integritas  Bersikap Kode etik Ordinal 1


menurut kode Lugas
etik akuntan  Jujur akuntan 2
professional
yaitu bersikap professional
lugas dan jujur
dalam semua (2016)
hubungan
professional dan
bisnis

Audit Internal( Audit 1. Independensi Standar Profesi Ordinal 3


internal adalah Audit Internal
X2)
kegiatan
independen dan
objektif yang
menyediakan
jasa asuransi
dan konsultasi,
dirancang untuk
memberikan
niali tambah
dan
meningkatkanke
giatan operasi
organisasi.
Audit internal
membantu
organisasi
mencapai
tujuannya
melalui suatu
pendekatan
yang sistematis
dan teratur
untuk
mengevaluasi
dan
meningkatkan
efektivitas
manajemen
risiko,
pengendalian
dan proses
pengelolaan.

2. Kemampuan a. Pengetahua 4
Profesional n
b. Pendidikan
a. Keandalan 5
3. Lingkup b. Kesesuaian
Pekerjaan dengan
kebijakan
4. Pelaksanaan a. Perencaan 6
Kegiatan b. Pengujian
Pemeriksaan c. Pengevaluasi
an
Pencegahan Fraud Tiga kondisi Insentif/tekan Manajemen/ Ordinal 7
an pegawai
(Y) kecurangan Situasi
Kesempatan. Nilai-nilai Ordinal 8
yang berasal
etis
dari pelaporan
Sikap/rasional Ordinal 9
keuangan yang isasi.

curang dan

penyalahgunaan

asset diuraikan

dalam SAS 99

(AU 316).

Ketiga kondisi

ini disebut

sebagai segitiga

kecurangan

(fraud triangle).

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif,

yaitu data yang berupa nilai atau skor atas jawaban yang diberikan

oleh responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam

kuesioner.

2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Menurut Uma Sekaran (2014:245) Secondary data (data

sekunder) merupakan data yang telah dikumpulkan oleh para peneliti,

data yang diterbitkan dalam jurnal statistik dan lainnya, dan informasi

yang tersedia dari sumber publikasi atau non publikasi entah di dalam

atau di luar perusahaan, semua yang dapat berguna bagi peneliti.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono,2011:224).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sumbernya berasal dari

data primer, Sugiyono (2011:225) sumber primer adalah data yang langsung

memberikan data ke pengumpul data. Adapun teknik dalam pengumpulan data

sebagai berikut :

1. Teknik Kepustakaan

Yaitu mempelajari literature-literatur, majalah-majalah, surat kabar, dan

sumber-sumber lain serta penerbitan yang relevan dengan masalah yang

dibahas melalui studi kepustakaan.

2. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk

dijawab. (Sugiyono ;2015:224).

3.2.5 Populasi dan Sampel


Menurut Sugiyono (2015:119) populasi didefinisikan sebagai

wilayah regeneralisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan menurut

Nuryaman dan Veronica (2015:101) Populasi menunjukan seluruh

kelompok orang, kejadian atau sesuatu yang menjadi ketertarikan peneliti

untuk diinvestigasi. Bisa juga dikatakan bahwa populasi merupakan total

kumpulan elemen yang dari kumpulan tersebut akan dibuat kesimpulan.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan

memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Definisi sampel menurut Sugiyono (2015:120) sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

3.2.6 Analisa data

Analisis data adalah cara mengolah data yang terkumpul kemudian

memberikan interprestasi atau dapat pula diartikan sebagai proses

penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah diinterpretasikan.

Hasil penngolahan data tersebut digunakan untuk menunjukan masalah

yang telah dirumuskan.

Analisis data pada penelitian ini akan dilakukan dengan

menggunakan analisis regresi berganda, analisis korelasi dan koefisien

determinasi. Namun, karena analisis regresi mengharuskan data memiliki


skala pengukuran interval, maka data ordinal hasil skoring jawaban

responden dikonvensi menjadi data interval melalui Method Of Successive

Interval.

1.2.6.1 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi digunakan untuk meramalkan atau

memperkirakan nilai dari satu variabel dalam hubunganya dengan

variabel yang lain yang diketahui memlaui persamaan garis

regresinya. Sedangkan analisis regresi berganda adalah regresi

dimana variabel terikatnya (Y) dihubungkan atau dijelaskan

dengan lebih dari satu variabel bebas tetapi masih menunjukan

diagram hubungan yang linear.

Untuk mempermudah melakukan perhitungan secara

stastitik, maka semua analisis yang dilakukan dalam penelitian ini

akan diolah menggunakan software SPSS 23/16. Berikut ini

merupakan model regresi berganda yang digunakan dalam

penelitian ini :

𝒀 = 𝒂 + 𝒃𝟏 𝑿𝟏 + 𝒃𝟐 𝑿𝟐

Keterangan :

Y = Tingkat Pencegahan Kecurangan

a = Konstanta

b1 = Koefisien regresi Integritas

b2 = Koefisien regresi Audit Internal

X1 = Integritas
X2 = Audit Internal

1.2.6.2 Analisis Korelasi

Untuk mengetahui kuat tidaknya antara variabel X dan Y,

maka peneliti menggunakan pendekatan Korelasi Pearson dengan

rumus sebagai berikut :

𝒏(∑ 𝑿𝒀) − (∑ 𝑿)(∑ 𝒀)


𝒓𝒚 𝑿𝒛 =
[𝒏 ∑ 𝑿𝟐 − (∑ 𝑿)𝟐 |𝒏 ∑ 𝒓𝟐 − (𝟐𝒓)𝟐 ]

Keterangan :

r = Koefisien korelasi pearson anatara item dengan variabel yang

bersangkutan

X = Skor item dalam variabel

Y = Skor semua item dalam variabel

n = Jumlah responden

Koefisien korelasi mempunyai nilai −1 ≤ 𝑟 ≤ +1, dimana :

a. Apabila r = + 1, maka korelasi antara dua variabel

dikatatakan sangat kuat dan searah, artinya jika X naik

sebesar 1 maka Y juga akan naik sebesar 1 atau sebaliknya.

b. Apabila r = 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat

lebar atau tidak ada hubungan sama sekali.

c. Apabila r = -1, maka korelasi antara kedua variabel sangat

kuat dan berlawanan arah, artinya apabila X naik sebesar 1

maka Y akan turun sebesar 1 atau sebaliknya.


Berikut ini adalah interpretasi besarnya nilai koefisien

korelasi.:

Tabel 3 Pedoman Mengintepretasikan Koefisien Korelasi

Interval Korelasi Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiono (2014:250)

1.2.6.3 Analisis Determinasi

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

independen. Koefisien korelasi ini digunakan karena dapat

menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi terletak antara nol

dan satu (0<𝑅 2 <1). Tujuan menghitung koefisien determinasi

adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat. Nilai 𝑅 2 yang mendekati 0 menunjukan

kemampuan variabel independen sangat terbatas dalam

menjelaskan variabel dependen. Nilai 𝑅 2 yang mendekati 1


menunjukan semakin besar kemampuan variabel independen

dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali;2011)

Analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung

koefisien determinasi ini berfungsi untuk mengetahui persentase

besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Perhitungan

koefisien determinasi dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

KD = r2 x 100%

Keterangan :

KD = Koefisien Determinasi

r2 = Koefisien korelasi person

Daftar Pustaka :

Amin Widjaja Tunggal. Pemeriksaan Kecurangan (fraud auditing) Jakarta

: PT Rineka Cipta

Wikipedia 2016. Kecurangan fraud

Azmi, N. (2017) Pengaruh ketaatan aturan akuntansi, kesesuaian

kompensansi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi (Studi pada BUMN

di kota Padang). Jurnal akuntansi, 5(2)

Badan pengawasan keuangan dan pembangunan (BPKP). (2008a). fraud

auditing edisi kelima . Jakarta : pusat pendidikan dan pelatihan pengawasan BPKP

(2008b). kode etik dan standar audit edisi kelima . Jakarta pusat

pendidikan dan pelatihan pengawasan BPKP.


Auditing dan jasa assurance edisi kelima belas jilid 1, Alvin A. Arens,

Randal J. Elder, Mark S. Beasley

SIKENCUR ( system kendali kecurangan) (menata birokrasi bebas

korupsi) (edisi revisi) Dr. Cris kuntadi, SE, MM, CA, CPA, QIA,FCMA, CGMA,

CIPSAS, CFrA, Ak @2017 Dr. Cris kuntadi, SE, MM, CA, CPA, QIA,FCMA,

CGMA, CIPSAS, CFrA, Ak

Auditing : dasar-dasar pemeriksaan akuntansi Hery , S.E., M.Si., CRP.,

RSA., CFRM

Hersi Huslina , Islahuddin , Nadir Syah 2015 , Pengaruh Integritas

Aparatur, Kompetensi Aparatur, Dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap

Efektivitas Sistem Pengendalian Fraud (Jurnal akuntansi)

Anda mungkin juga menyukai