Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang pada saat ini sudah menyebar ke seluruh Benua
dan Negara yang ada dipermukaan bumi ini.Karena memang didalam ajaran Islam
itu sendiri menuntut kepada orang yang memeluk agama Islam untuk
menyebarkannya kepada umat-umat yang lainnya yang belum kenal Islam, di
dalam Islam pun ajaranya mudah dimengerti sesuai rasional dan juga banyak bukti-
bukti alam bahwa agama Islam adalah agama yang benar.Maka orang Islam yang
berakhlak baik memudahkan dalam penyebaranya agar penduduk sekitar yang non
Islam mau menerima, mengikuti, dan masuk agama Islam.
Salah satu fakta tentang orang yang paling berpengaruh diseluruh dunia
adalah Nabi kita Rasulullah Muhammad Shallallahu‘alaihiwasallam.Beliau
menyebarkan Islam sendirian di Mekkah yang saat itu penduduknya jahiliyah dan
kemudian berubah menjadi masyarakat yang berakhlak baik dengan memeluk
Agama Islam yang dibawa oleh beliau.Dari sinilah sejarah penyebaran Islam
semakin luas ke seluruh dunia hingga sampai ke Asia Tenggara.
Seiring berjalanya waktu dari penyebaran Islam di Mekkah sampai ke
penjuru dunia, maka para pakar sejarah melakukan penelitian dan menceritakan
dalam buku seperti apa perjalanan penyebaran Islam itu hingga bisa mencapai ke
setiap Negara. Sebenarnya para ahli sejarah yang telah menggungkapkan seperti
apa perjalanan penyebaran Islam ada yang berbeda-beda pendapat, dari masalah
penepatan tahun persisnya waktu kejadian tersebut, tapi pada dasarnya semua
saling melengkapi. Karena seiring dengan berkembangya teknologi di zaman
sekarang, buku-buku tentang sejarah direvisi dari kekurangan-kekurangannya,
sehingga menjadi semakin lengkap dan benar.
B. Perumusan Masalah
1. Perkembangan Islam di Timur Tengah
2. Perkembangan Islam di Eropa
3. Perkembangan Islam di negara-negara Asia Tenggara

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembaharuan Islam Kontemporer di Timur Tengah


Pada abad ke 18, kawasan barat yang sudah mapan memasuki negara-
negara Islam serta mendirikan dominasinya di berbagai jalur sehingga dapat
menguasai beberapa aspek kehidupan masyarakat Islam yang akhirnya
mendominasi kebudayaan serta peradaban Islam. Sejak itulah umat Islam mulai
sadar betapa beratnya penderitaan di bawah penjajahan Negara-negara barat.
Mulailah umat Islam menginstropeksi diri dalam segala kehidupannya, baik dalam
bidang agama, politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya. Kebangkitan
dunia Islam dilatar belakangi banyaknya negara-negara Islam yang memberontak
Negara-negara barat melalui beberapa pemikiran serta dipacu oleh pemuka-pemuka
Islam untuk memodernkan dunia Islam. Dalam sejarah perjalanan Islam dibagi
beberapa periode, diantaranya periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan
(1250-1800 M), dan peride modern dan kontemporer (1800 M). Pada periode klasik
Islam mengalami kemajuan karena pada masa itu terjadi ekspansi intregasi dan
keemasan Islam. Pada masa itu pula lah lahir beberapa cendekiawan yang memiliki
berbagai macam keahlian ilmu pengetahuan dan filsafat.
Diantara negara-negara yang mengalami perkembangan peradaban dalam kategori
modern dan kontemporer adalah Baghdad, Mesir, Persia, Turki, dan kawasan
sekitarnya.
1. Baghdad
Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan
kebangkitan ilmu pengetahuan dalam islam. Itulah sebabnya, Philip K.Hitti
menyebutnya sebagai kota intelektual. Setelah masa Al-manshur, kota bagdad
menjadi lebih masyhur lagi karena perannya sebagai pusat perkembangan
peradaban dan kebudayaan Islam. Banyak para ilmuan dari berbagai daerah datang
ke kota ini untuk mendalami ilmu pengetahuan yang ingin dituntutnya. Masa
keemasan kota bagdad terjadi pada zaman pemerintahan khalifah Harun Al-Rasyid
(786-809) dan anaknya Al-makmun (813-833 M). Dari kota inilah memancar sinar
kebudayaan dan peradaban Islam ke seluruh dunia. Prestise politik, supremasi
ekonomi, dan aktifitas intelektual merupakan tiga keistemewaan kota ini.
2. Kairo (Mesir)
Kota yang terletak di tepi sungai Nil ini mengalami tiga kali masa kejayaan,
yaitu pada masa dinasti Fathimiah, di masa Shalah Al-Din Al- Ayyubi dan di

2
bawah Baybars dan al-nasyir pada masa dinasti Mamalik. Periode Fathimiah ini
dimulai dengan al-mu’izz dan puncaknya terjadi pada masa pemerintahan anaknya,
al-aziz. Al- muizz lidinillah dan Aziz di Mesir dapat disejajarkan dengan Harun al-
rasyid di Baghdad. Selama pemerintahan mu’izz dan tiga orang pengganti
pertamanya, seni dan ilmu mengalami kemajuan besar.
Pada masa-masa selanjutnya, dinasti fathimiah mulai mendapat gangguan–
gangguan politik. Akan tetapi, Kairo tetap menjadi sebuah kota besar dan penting.
Ketika jayanya, di Kairo terdapat lebih kurang 20.000 toko milik khalifah, penuh
dengan barang-barang dari dalam dan luar negeri. Kafilah-kafilah, tempat-tempat
pemandian, dan sarana umum lainnya banyak sekali didirikan oleh penguasa. Istana
khalifah dihuni oleh 30.000 orang, 12.000 diantaranya adalah pembantu, dan 1000
pengawal berkuda.
3. Isfahan (Persia)
Persia memiliki kebudayaan dan peradaban yang mempunyai ciri
menggunakan bahasa Indo-Irannya dan ciri etnik karya serta dominasi bahasa
Persia. Pengaruh kebudayaannya mampu mempengaruhi negara-negara di India,
Asia Tenggara khususnya Melayu maupun daratan Cina. Persia memiliki ciri-ciri
kebudayaan seperti arsitektur dan kesenian yang sangat khas sehingga mampu
digunakan sebagai alat dalam penyebaran serta pengembangan agama Islam pada
periode Islam modern dan kontemporer. Pengelompokan keagamaan di Persia
banyak mendapat perhatian dari pihak Arab karena sistematis pengelompokannya
sangat baik dan praktis dengan menggunakan dua corak kehidupan Syiah dan
Sunni.
Ketika berada di bawah kekuasaan kerajaan Syafawi, dikelilingi oleh
tembok yang terbuat dari tanah dengan delapan buah pintu. Di dalam kota banyak
berdiri bangunan seperti istana, sekolah, masjid, menara, pasar, dan rumah-rumah
yang indah, terukir rapi dengan warna-warna yang menarik
4. Turki
Dalam aspek budaya dan sosialnya kawasan Turki banyak dihuni oleh suku
Kurdi yang sering melakukan pemberontakan dengan kebijakan publik karena
adanya perbedaan pemahaman dalam bidang agama. Dalam aspek agamanya
masyarakat Turki mampu berkembang dan mengembangkan ajaran Islam karena
memiliki dua madzhab dalam memahami ajaran Islam yaitu madzhab Sunni dan
Syi’ah. Masing-masing dari madzhab tersebut memiliki pemimpin dan
bergerak dalam bidangnya masing-masing tanpa mengganggu aktivitas diantara
keduanya. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan dari kaisar Turki yang membagi
daerah penyebaran masing-masing.

3
B. Tokoh Pembaharuan Islam Kontemporer
1. M. Hassan Hanafi
Karya-karya Hanafi dapat diklasifikasikan dalam tiga periode: Periode
pertama berlangsung pada tahun-tahun 1960-an; periode kedua pada tahun-tahun
1970-an, dan periode ketiga dari tahun-tahun 1980-an sampai dengan 1990-an.
Pada awal dasawarsa 1960-an pemikiran Hanafi dipengaruhi oleh faham-faham
dominan yang berkembang di Mesir, yaitu nasionalistik-sosialistik populistik yang
juga dirumuskan sebagai ideologi Pan Arabisme, dan oleh situasi nasional yang
kurang menguntungkan setelah kekalahan Mesir dalam perang melawan Israel pada
tahun 1967. Pada awal dasawarsa ini pula (1956-1966), sebagaimana telah
dikemukakan, Hanafi sedang berada dalam masa-masa belajar di Perancis. Di
Perancis inilah, Hanafi lebih banyak lagi menekuni bidang-bidang filsafat dan ilmu
sosial dalam kaitannya dengan hasrat dan usahanya untuk melakukan rekonstruksi
pemikiran Islam.
Untuk tujuan rekonstruksi itu, selama berada di Perancis ia mengadakan
penelitian tentang, terutama, metode interpretasi sebagai upaya pembaharuan
bidang ushul fikih (teori hukum Islam, Islamic legal theory) dan tentang
fenomenologi sebagai metode untuk memahami agama dalam konteks realitas
kontemporer. Penelitian itu sekaligus merupakan upayanya untuk meraih gelar
doktor pada Universitas Sorbonne (Perancis), dan ia berhasil menulis disertasi yang
berjudul Essai sur la Methode d’ Exegese (Esai tentang Metode Penafsiran). Karya
setebal 900 halaman itu memperoleh penghargaan sebagai karya ilmiah terbaik di
Mesir pada tahun 1961. Dalam karyanya itu jelas Hanafi berupaya menghadapkan
ilmu ushul fikih pada mazhab filsafat fenomenologi Edmund Husserl.
a) Pokok-Pokok Pemikiran Hassan Hanafi
Pemikiran Hanafi sendiri, menurut Isaa J. Boulatta dalam Trends and lssues
in Contemporary Arabs Thought bertumpu pada tiga landasan: 1) tradisi atau
sejarah Islam; 2) metode fenomenologi, dan; 3) analisis sosial Marxian. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa gagasan semacam Kiri Islam dapat disebut sebagai
pengetahuan yang terbentuk atas dasar watak sosial masyarakat (socially
contructed) berkelas yang merupakan ciri khas tradisi Marxian.
1) Kritik Terhadap Teologi Tradisional
Dalam gagasannya tentang rekonstruksi teologi tradsional, Hanafi
menegaskan perlunya mengubah orientasi perangkat konseptual sistem kepercayaan
(teologi) sesuai dengan perubahan konteks sosial-politik yang terjadi. Teologi
tradisional, kata Hanafi, lahir dalam konteks sejarah ketika inti keislaman sistem
kepercayaan, yakni transendensi Tuhan, diserang oleh wakil-wakil dari sekte-sekte

4
dan budaya lama. Teologi merupakan refleksi dari wahyu yang memanfaatkan
kosakata zamannya dan didorong oleh kebutuhan dan tujuan masyarakat; apakah
kebutuhan dan tujuan itu merupakan keinginan obyektif atau semata-
mata.manusiawi, atau barangkali hanya merupakan cita-cita dan nilai atau
pernyataan egoisme murni. Dalam konteks ini, teologi merupakan basil proyeksi
kebutuhan dan tujuan masyarakat manusia ke dalam teks-teks kitab suci.
Ia.menegaskan, tidak ada arti-arti yang betul-betul berdiri sendiri untuk setiap ayat
Kitab Suci. Sejarah teologi, kata Hanafi, adalah sejarah proyeksi keinginan manusia
ke dalam Kitab Suci itu. Setiap ahli teologi atau. penafsir melihat dalam Kitab Suci
itu sesuatu yang ingin mereka lihat. Ini menunjukkan bagaimana manusia
menggantungkan kebutuhan dan tujuannya pada naskah-naskah itu.
Hanafi ingin meletakan teologi tradisional Islam pada tempat yang
sebenarnya, yakni bukan pada ilmu ketuhanan yang suci yang tidak boleh
dipersoalkan lagi dan harus diterima begitu saja. Namun teologi adalah ilmu
kemanusiyaan yang terbuka untuk diadakan verifikasi dan falsifikasi baik secara
historis untuk kontekstualisasi ajaran Islam. Pemikiran ini juga tidak jauh berbeda
dengan teolgi pembebasan yang terjadi di Kristen. Teologi dapat berperan sebagai
suatu ideologi pembebasan bagi yang tertindas atau sebagai suatu pembenaran
penjajahan oleh para penindas. Karena itu, Hanafi menyimpulkan bahwa tidak ada
kebenaran obyektif atau arti yang berdiri sendiri, terlepas dari keinginan
manusiawi. Kebenaran teologi, dengan demikian, adalah kebenaran korelasional
atau, dalam bahasa Hanafi, persesuaian antara arti naskah asli yang berdiri sendiri
dengan kenyataan obyektif yang selalu berupa nilai-nilai manusiawi yang universal.
Hanafi menegaskan bahwa rekonstruksi teologi tidak harus membawa implikasi
hilangnya tradisi-tradisi lama. Rekonstruksi teologi untuk mengkonfrontasikan
ancaman-ancaman baru yang datang ke dunia dengan menggunakan konsep yang
terpelihara murni dalam sejarah. Rekonstruksi itu bertujuan untuk mendapatkan
keberhasilan duniawi dengan memenuhi harapan-harapan dunia muslim terhadap
kemendekaan, kebebasan, kesamaan sosial, penyatuan kembali identitas, dan
kemajuan.
Tujuan pokok dari rekonstruksi teologi adalah agar menjadikan teologi
agama tidak sekedar dogma-dogma yang kosong, melainkan menjelma sebagai
ilmu tentang perjuangan sosial, yang menjadikan keimanan-keimanan tradisional
memiliki fungsi secara aktual sebagai landasan etnik dan motivasi bagi manusia.

Menurut Hasan Hanafi, untuk melakukan rekonstruksi teologi sekurang


kurangnya dilator belakangi oleh tiga hal, sebagai berikut:

5
· Pertama, kebutuhan akan adanya sebuah idiologi yang jelas di tengah-
tengah pertarungan global antara berbagai Idiologi.
· Kedua, pentingnya teologi baru ini bukan semata pada sisi teoritisnya,
melainkan juga terletak kepada kepentingan praktis untuk secara nyata
mewujudkan idiologi sebagai gerakan dalam sejarah, salah satu kepentingan praksis
idiologi Islam (dalam teologi) adalah memecahkan kemiskinan dan
keterbelakangan di negara-negara muslim.
· Ketiga, kepentingan teologi yang bersifat praksis, yaitu secara nyata
diwujudkan dalam realitas melalui realisasi tauhid dalam dunia Islam.
Menurut hasan Hanafi, rekonstruksi teologi merupakan salah satu cara yang
harus di tempuh jika mengharapkan teologi dapat memberikan sumbangan konkrit
bagi kehidupan dan peradaban manusia. Oleh karena itu perlu menjadikan teologi
sebagai wacana tentang kemanusiaan, baik secara eksistensia, kognitif, naupun
kesejahteraan. Selanjutnya Hanafi menawarkan dua hal untuk memperoleh
kesempurnaan teori ilmu dalam teologi Islam, yaitu analisa bahasa dan analisa
realitas.
2) Oksidentalisme
Tradisi, menurut Hassan Hanafi bukanlah sekedar barang mati yang telah
ditinggalkan orang-orang terdahulu. Pernyataan ini persis sama seperti pengakuan
Al-Jabiri, yaitu bahwa tradisi adalah barang hidup yang selalu menyertai kekinian
kita. Tradisi adalah elemen-elemen budaya, kesadaran berfikir, serta potensi yang
hidup, dan masih terpendam dalam tanggung jawab generasi sesudahnya. Dia
adalah sebagai dasar argumentatif, dan sebagai pembentuk “pandangan dunia” serta
membimbing perilaku bagi setiap generasi mendatang.
Oksidentalisme merupakan antitesis Orientalisme. Para oksidentalis
mengkritik orientalisme sekaligus mengkaji ulang Barat. Ibarat permainan bola,
Oksidentalisme melakukan serangan balik terhadap Orientalisme. Para penyerang
dari kubu Oksidentalis antara lain Edward Said, Anouar Abdel-Malek dan Hassan
Hanafi. Hassan Hanafi terang-terangan menyebut kritikannya terhadap
Orientalisme sebagai Oksidentalisme. Profesor filsafat Universitas Kairo ini pula
yang membeda dengan menghadirkan Oksidentalisme bercorak filosofis.
Dengan Oksidentalisme, Hassan Hanafi berupaya membalik kedudukan
Orientalisme bahkan Barat. “Dalam ‘Oksidentalisme’ neraca-neraca berbalik,
peran-peran pun bergantian, ego Eropa yang dulu pengkaji hari ini menjadi objek
kajian sebagaimana liyan non-Eropa yang kemarin dikaji kini menjadi subjek
pengkaji.” Pembalikan kedudukan itu ditujukan untuk menghilangkan
kesombongan Eropa dan kerendahdirian non-Eropa. Namun Hanafi mengantisipasi

6
masuknya unsur-unsur Orientalisme ke dalam Oksidentalisme dalam pembalikan
itu. Ia menetapkan garis-garis pembeda antara keduanya antara
lain: Pertama, Oksidentalisme muncul pasca gerakan kemerdekaan nasional
sehingga bernuansa pembelaan atas kemerdekaan, yang tentu saja berbeda dengan
Orientalisme yang muncul bersama Kolonialisme yang merenggut
kemerdekaan. Kedua, Orientalisme menggunakan metode-metode abad ke-19
bercorak positivistik, historistik, dan rasialis, sementara Oksidentalisme
memanfaatkan metode-metode kontemporer yang mengkritik metode-metode
tersebut di atas, seperti metode linguistik, metode fenomenologi dan metode
pembebasan nasional. Ketiga, Oksidentalisme tak berkehendak untuk kuasa kecuali
kehendak untuk merdeka sehingga lebih netral ketimbang Orientalisme yang
berselingkuh dengan Kolonialisme. Seperti dijelaskan Hassan Hanafi,
Oksdentalisme adalah wajah lain dan tandingan bahkan berlawanan dengan
Orientalisme.

2. M. Syahrur
Masa-masa pembentukan Syahrur bebarengan dengan instabilitas politis-
pemerintahan pasca kemerdekaan Syiria pada 1947, yang berlanjut dengan
kekacauan ideologis. Pada 1959, Syahrur berangkat ke sebuah kota dekat Moskow
untuk belajar teknik sipil, dimana dia lagi-lagi mengalami kebingungan politis-
ideologis. Disini pula, keimanannya dihadapkan pada tantangan filsafat Marxis
yang atheis, sebagaimana pengakuannya. 11 Pertemuaannya dengan filsafat Marxis
ini mengajarkannya bahwa sebuah ideologi membutuhkan konsep pengetahuan
tentang benda-benda yang ada dalam realitas objektif. Pada masa belajar di Soviet
inilah, dia bertemu dengan orang yang berperan penting dalam perkembangan
pemikirannya, Ja’far Dik al-Bab, yang mengajar linguistika. Buku yang berjudul
lengkap al-Kitab wa al-Qur’an Qira’ah Mu’ashirah13, yang diterbitkan pertama kali
pada 1990, memantik kontroversi berkepanjangan yang memicu penerbitan banyak
buku, artikel, dan tulisan lain yang menolak satu atau beberapa aspek dari
pemikiran Syahrur yang termuat dalam buku itu. Perdebatan ini memuncak pada
tahun 2000 pada saat penerbitan buku berjudul al-Markslamiyya wa al-Qur’an aw
al-bahitsun an ‘imamah li Darwin wa Marks wa Zawjat al-Nu’man: Qira’ah fi
Da’wa al-Mua’shirah. Buku yang ditulis oleh Muhammad Sayyah al-Ma’arrawiyya
dan terdiri dari 1014 halaman ini ditujukan sebagai bantahan komprehensif atas
karya Syahrur. Disamping itu, antara tahun 1990 sampai 2000 terdapat setidaknya
delapan belas buku dan banyak artikel jurnal yang secara spesifik berbicara tentang
buku Syahrur. Banyak kritikus Syahrur yang mencoba kecenderungan Marxis-

7
materialistik-sekular dalam pemikiran Syahrur, yang hal ini kemudian direspon
oleh kalangan intelektual kiri yang mencoba mengambil jarak dari Syahrur yang
mereka anggap tidak terlalu Marxis dan materialis-sekular.
Alih-alih, pada 1992 ceramah Syahrur di Universitas Damaskus menarik
kedatangan lebih dari 5000 orang, meskipun kemudian ceramah ini dibatalkan.
Namun, tidak seperti kalangan liberal di Mesir, misalnya, yang harus berhadapan
dengan perangkat hukum setempat, Syahrur tidak harus mengalami nasib yang
sama. Dia tidak pernah secara resmi dihukum karena melakukan tindakan
penghinaan agama atau sejenisnya. Setelah pensiun dari Universitas Damaskus
pada 1998, Syahrur tetap menerima undangan untuk memberikan kuliah di
beberapa negara. Tidak diragukan lagi bahwa karya terbesar Syahrur adalah al-
Kitab wa al-Qur’an yang terbit pada 1990. Buku ini penting, karena di dalamnya,
dia mengeksplorasi sisi epistemologis yang penting untuk membaca pemikirannya
dengan lengkap, terlebih lagi buku ini didahului dengan penjelelasan metode
linguistik yang ditulis oleh guru bahasanya, Ja’far Dik al-Bab. Selanjutnya pada
1994, buku keduanya terbit berjudul Dirasah Islamiyah fi al-Dawla wa al-
Mujtama’. Dalam buku ini dia mendiskusikan konsep-konsep yang berkaitan
dengan negara dari unitnya yang terkecil. Dua tahun kemudian terbitlah bukunya
yang berjudul al-Islam wa al-Iman Manzhumah al-Qiyam yang membahas tentang
konsep-konsep teologis dalam Islam. Pada pergantian milenium, Syahrur
menerbitkan bukunya yang keempat berjudul Nahwa Ushul Jadidah li al-Fiqh al-
Islami Fiqh al-Mar’ah al-Washiyah al-Irts al-Qiwamah al-Ta’addudiyah al-
Libas. Buku ini berbicara tentang isu-isu feminisme setelah terlebih dahulu
berbicara tentang dasar-dasar epistemologis-filosofis yang mendasari diskusinya
kemudian. Bukunya yang terakhir berjudul Tajfif Manabi’ al-Irhab, yang di
dalamnya dia membantah penafsiran konsep-konsep kunci dalam Al-Quran yang
ditawarkan oleh kalangan Islam radikal. Setahun kemudian, pada 2009, kumpulan
tulisannya yang terjemahkan dan diedit ulang diterbitkan dalam edisi bahasa Inggris
dengan judul The Qur’an, Morality and Critical Reason: the Essential of
Muhammad Shahrur.
a) Prinsip-Prinsip Linguistik-Filosofis dan Tradisi yang Berpengaruh Padanya
Syahrur mengakui bahwa tujuan dari karya-karyanya adalah untuk
melampaui epistemologi kesarjanaan Islam tradisional, 21 yang tanpa terlepas
darinya pembaharuan takkan bisa terjadi. Namun keinginannya ini tidak selalu
terjadi. Dalam pemaparan prinsip kebahasaan yang mendasari pembacaannya,
misalnya, dia menyebut bahwa dia mengikuti al-Jurjani yang mengatakan bahwa
makna hanya ada dalam struktur bahasa dan konteks kesejarahan tertentu.

8
Disamping itu, guru linguistiknya, dalam kata pengantar al-Kitab wa al-Qur’an,
yang merupakan pemaparan metode kebahasaan yang digunakan Syahrur dalam
bukunya, mengakui bahwa metode linguistik yang digunakan Syahrur diambil dari
mazhab linguistik Abu ‘Ali al-Farisi. Dalam bukunya Syahrur mengelaborasi
metode yang digunakan dalam pembacaan, yang diklasifikasikan menjadi dua
kategori, linguistik dan filosofis.

B. Perkembangan Islam di Eropa


Ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran di daerah semenanjung
Arab, bangsa-bangsa Eropa justru mulai bangkit dari tidurnya yang panjang, yang
kemudian banyak dikenal dengan Renaissance. Kenbangkitan tersebut bukan saja
dalam bidang politik, dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan
Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Harus diakui bahwa justru dalam bidang ilmu dan teknologi itulah
yang mendukung keberhasilan negara-negara baru Eropa.
Kaum muslimin memasuki benua Eropa adalah sejak adanya permintaan
bantuan oleh Graf Yulian seorang bangsawan Ghotia Barat yang berkuasa di Geuta
Afrika Utara kepada gubernur Afrika Utara Musa bin Nushair agar membantu
keluarga “Witiiza” menghadapi tentara Rederik yang memberontak merebut
singgasana Witiiza pada tahun 710 M.
Sebenarnya agama Islam pernah berjaya dan menguasai Eropa selama
lebih kurang delapan abad (711-1492M), akan tetapi karena persekongkolan dan
keributan yang terjadi di dalam pemerintahan Islam di Spanyol, menyebabkan umat
Islam mengalami kelemahan dan kemunduran dalam bidang politik dan
kebudayaan. Kelemahan itu ternyata dimanfaatkan oleh Isabella dan Ferdinand
untuk memukul mundur dan menghancurkan sisa-sisa kekuatan Islam di Spanyol.
Dibeberapa negara Eropa, agama Islam mendapat tempat cukup tinggi dikalangan
masyarakat. Berkat usaha keras para pejuru dakwah, agama Islam mengalami
perkembangan yang cukup berarti di negara-negara Eropa, diantaranya:
a.Austria
Bersamaan dengan munculnya abad kebangkitan Islam di ibu kota Austria
Wina, diadakan upacara peresmian Islamic Center yang pertama kali. Gedung
Islamic Centar ini dapat menampung 30.000 umat Islam. Disampingnya berdiri

9
sebuah masjid Jami’ dan sebuah perpustakaan Islam dengan nama Moeslem Social
Service, serta sebuah madrasah sebagai tempat belajar Al-Qur’an, tak ketinggalan
pula dibangun perumahan imam jama’ah shalat di masjid. Disebelahnya lagi berdiri
sebuah. Gedug PBB yang baru di Wina
Ketika upacara peresmian gedung Islamic Center berlangsung, pesiden
Austria Rudolf dan perdana mentrinya Bruno Kreitschy serta mentri pendidikan dan
pengajaran Arab Saudi Syekh Aziz Abdullah al-Khuwitir. Dalam sambutanya
presiden dan perdana mentri Austria menyatakan akan melindungi gedung Islamic
Center yang merupakan lambang hubungan baik antara Austria dengan dunia Islam
pada umumnya. Pemerintah Austria juga mengakui bahwa agama Islam adalah
agama nomor dua setelah agama Kristen. Aktivitas yang berlangsung dalam
pengembangan Islam ditanggung oleh umat Islam itu sendiri. Dan anak-anak di beri
pelajaran agama setiap hari sabtu dan ahad.

b.Belgia
Negara Belgia merupakan suatu kerajaan. Negara telah mengakui Islam
sebagai salah satu agama resmi diantara sekian agama ysng ada di kerajaan Belgia.
Hal ini tercantum didalam undang-undang Belgia yang diumumkan pada tanggal 17
Juli 1974M.
Pada tahun 1975 Pendidikan Agama Islam dimasukkan kedalam
kurikulum dan guru-gurunya telah mendapatkan kedudukan yang baik dan
mendapat gaji dari pemerintah. Adapun Pendidikan Agama Islam yang masuk
kurikulum adalah: Al-Qur’an, Bahasa Arab, dan Ilmu Agama Islam. Kurikulum
tersebut berlaku bagi pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA.
Pada tahun 1980 M di Belgia juga pernah ada penyelenggaraan Muktamar Islam
Eropa yang diadakan di kota Brussel, samapi saat ini jumlah umat Islam di Belgia
lebih kurang 150.000 orang.
c.Jerman
Sampai saat ini pemerintah Jerman belum mengakui Islam sebagai agama
resmi. Meski begitu, agama Islam berkembang dengan baik. Hal ini karena disana
telah berdiri sebuah organisasi Islam Zentrum yang dipimpin oleh bangsa Turki.
Organisai ini memiliki dana cukup dan memiliki cabang yang banyak dan luas

10
sekali, hingga sampai ke luar negeri, seperti Belanda, Swiss, Swedia dan
mempunyai anggota lebih kurang 100.000 orang.
Adapun jumlah umat Islam disana sekitar 500.000 orang. Dakwah Islam
banyak digerakkan oleh bangsa-bangsa pendatang seperti; Turki, Iran, Mesir,
Maroko, dan Indonesia.
Di Jerman jumlah masjid sekarang sudah mencapai lebih dari 600 buah.
Pada umumnya masjid-masjid disana bertingkat tiga, karena mempunyai beberpa
fungsi, yakni tingkat bawah untuk penjualan guna memenuhi kebutuhan umat
Islam, tingkat dua untuk madrasah, dan tingkat tiga untuk sholat. Sekarang jumlah
umat Islam disana lebih kurang 1.000.000 orang.

d.Belanda
Agama Islam di negeri Belanda telah berkembang berkat perjuangan dari
Abdul Wahid Van Bommel (Belanda asli). Disana sudah berdiri organisasi Islam
yang diketuai Abdul Wahid. Melalui organisasi tersebut beliau berjuang menuntut
hak, guna dapat emnunaikan shalat lima waktu dan shalat Jum’at serta shalat Ied.
Kaum musilim disana pada umumnya terdiri dari kaum pendatang yang berasal dari
Turki, Pakistan, Maroko, Indonesia, dan lain-lain.
Pada tanggal 4 Oktober 1983 m telah dimulai pembangunan masjid untuk
masyarakat Islam Maluku dikota Ridderkek. Meesjid tersebut dibangun oleh Drs.
BJW. Bothe, kepala direktorat kesejahteraan minorotas di Belanda yang akan dapat
menampung jamaa’ah kurang lebih 500 orang, dilengkapi ruang diskusi, ruang
tamu, tempat mengambil air wudlu, dal lain-lain. Dana pembangunan selain dari
sumbangan swadaya masyarakat juga dari pemerintah Belanda sendiri.
Pada tahun 1996 sekelompok warga muslim Indonesia yang berada di negeri
Belanda memprakarsai untuk membngun sebuah masjid di kota Den Haag.
e.Inggris
Dalam penyebaran Islam di negeri itu, Mozarobes adalah seorangyang
sangat berjasa. Ia aktif dalam menyebarkan ilmu pengetahuan Islam.
Di Inggris terdapat organisasi muslim Bengali bernama Da’watul Islam. Organisai
ini dalam waktu dekat akan membangun Pusat Training Imam dan Da’I di Algate

11
Inggris Timur sebagai lembaga pendidikan para pemuda muslim yang akan
dipersiapkan sebagai imam dan da’i.
Da’watul Islam juga menyelenggarakan pengajian tafsir mingguan
dibeberapa masjid. Mendirikan toko-toko buku yang menyediakan berbagai
literatur dalam bahasa Bengali dan Inggris. Di Wales, Inggris telah diresmikan
masjid dan Islamic Center oleh duta besar Republik Arab Yaman Daifyllah al-
Aazeib tanggal 29 Januari 1984 di kota Cardif, lembaga ini dapat menampung
kurang lebih 27.999 kaum muslimin. Bangunan tersebut dilengkapi dengan pusat
pengajian bagi wanita, gedung sekolah, atau madrasah, rumah untuk imam, tempat
berjama’ah, dan menara untuk mu’adzin.
Disamping itu terdapat beberapa organisasi Islam yang ada di Inggris, antara lain:
- The Islamic Council of Europe (Majlis Islam Eropa) sebagai pengawas
kebudayaan.
- The Union of Moeslem Organization (Persatuan Organisasi Islam Inggris)
- The Assocition for British Moeslem Inggris (Perhimpunan Muslim Inggris)
- Islamic Foundation dan Moeslem Intitute (keduanya bergerak dalam bidang
penelitian)
Para anggotanya terdiri dari orang-orang Inggris dan Imigran.
f.Perancis
Negara tetangga Inggris yang paling dekat ini, secara diam-diam umat Islam telah
berkembang dengan baik. Meskipun agama Islam tidak berkembang secara tepat di
Inggris. Tetapi secara perlahan namun pasti, Islam menjadi agama nomor dua
setelah Kristek Katholik.
Perkembangan ini disebabkan banyaknya kaum intelektual Islam yang
pindah ke negara tersebut yang telah berhasil dan negara-negara beks jajahan
perancis, seperti; Al-Jazair, dan sebgainya.
Melalui mereka inilah kemudian agama Islam berkembang dengan baik di
Negara Perancis. Peran imigran juga amat membantu dalam proses perkembangan
Islam.

g.Roma
Perkembangan Islam di negara ini tidak seperti di negara-negara Eropa lainnya.

12
Karena negara ini merupakan pusat agama Kristen, maka tentunya banyak
hambatan yang menghalangi perkembangan agama Islam.
Meskipun begitu, berkat usaha keras umat Islam disana dan berkat bantuan dana
semangat umat Islam dunia, kini sudah dibangun sebuah masjid megah ditengah
jantung kota roma.

Masjid itu dibangun atas tanah Morsi Antenedi Parioli, suatu daerah yang tertib
dibagian Roma. Masjid satu-satunya saat ini di Italia yakni berada dikota Catania,
Sicilia.
Pada tahun 1973 M umat Islam mengajukan permohonan untuk mendirikan sebuah
pusat kebudayaan Islam kepada Vatikan tahun 1974 M, permohonan itu diterima
oleh Paus Paul IV bahkan ia menawarkan sebuh gereja diantara 12 gereja yang
dipakai akibat ditinggalkan pengunjungnya.
Umat Islam di Roma saat ini lebih dari 30.000 rang. Sedang di Italia kira-
kira sekitar lebih dari 200.000 orang. Umat disana adalah mayoritas buruh-buruh
imigran yang datang dari berbagai negeri Islam.
h.Yunani
Pada umumnya masyarakat Yunani beragama Kristen Ortodoks. Jumlah
penduduknya sekitar 10.000.000 jiwa, sedang yang beragama Islam lebih kurang
130.000 orang. Di Yunani terdapat lima buah Masjid dan dua Madrasah Ibtida’iyah
serta dua Madrasah Tsanawiyah.
Kehidupan umat Islam di negeri itu statis dan kurang berkembang karena
situasi dan kondisinya kurang mendukung, meskipun masyarakat Kristen dan Islam
saling menghormati.
C. Perkembangan Islam di Asia Tenggara
Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara
hampir semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan
dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia
Selatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat
persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin
hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang

13
dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada
warga sekitar pesisir.
Menurut Uka Tjandra Sasmita, prorses masukya Islam ke Asia Tenggara
yang berkembang ada enam saluran, yaitu:
1. Perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan.
Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat
pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam
perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia.
2. Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang
lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama
puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu.
Sebelum dikawin mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai
keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung,
daerah-daerah dan kerajaan Muslim.
3. Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang
bercampur dengana ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
Mereka mahir dalam soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan
menyembuhkan. Di antara mereka juga ada yang mengawini puteri-puteri
bangsawan setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada
penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang
sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti
dan diterima. Di antara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang
mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah
Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa.
Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan di abad ke-19 M bahkan di abad ke-
20 M ini.
4. Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun
pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di

14
pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan
agama.
5. Kesenian
Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan
wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam
mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia
meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat.
6. Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah
rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu
tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun
di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam
memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis
banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
A. Teori Masuknya Islam Ke Asia Tenggara
Ada beberapa teori tentang masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara,
seperti Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab, China dan India.
1. Teori Kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab
Dikemukakan oleh John Crawford1 menurutnya Islam datang dari Arab
melalui pedagang. Buktinya catatan China mengatakan orang Arab dan Persia telah
mempunyai pusat perniagaan di Canton sejak tahun 300 M. Pedagang Arab yang ke
China singgah di pelabuhan Asia Tenggara tepatnya di Selat Malaka karena
posisinya yang strategis, dalam jalur perdagangan. Kemudian Pedagang Arab ini
tinggal beberapa bulan di Asia Tenggara dan ada yang menetap serta membina
perkampungan Arab. Perkampungan ini juga menjadi tempat untuk berdagang. Ada
juga pedagang Arab yang Menikah dengan wanita tempatan dan menyebarkan
Islam. Karena sebagian besar pedagang menggunakan jalur laut sebagai sarana
transportasi maka pada Masa menunggu angin muson/musim digunakan oleh
pedagang Arab untuk mengembangkan Islam.
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :

1[1]C.V.Avendonk, Encyclopedia of islam, (Britll Ltd, Leiden, 1934), h. 326

15
1) Kampung Arab di Sumatera Utara yaitu di Ta Shih.
2) Persamaan penulisan dan kesusasteraan Asia Tenggara dan Arab.
3) Budaya dan musik pengaruh dari arab seperti dabus dan tarian Zapin.
4) Karya-karya yang menceritakan pengislaman raja tempatan oleh syeikh dari
Tanah Arab contohnya hikayat Raja-raja samudra Pasai mengatakan Raja
Malik diislamkan oleh ahli sufi dari Arab yaitu Syeikh Ismail.
2. Teori Kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari China
Dikemukakan oleh E.G Eredia dan S.Q. Fatimi, menurut Eredia, Canton
pernah menjadi pusat Perdagangan bagi para pedagang Arab hingga pedagang
China memeluk Islam. Pedagang China Islam ini kemudiannya berdagang di Asia
tenggara disamping menyebarkan Islam. Sedangkan menurut Fatimi, pedagang
Cina Canton pernah berpindah beramai-ramai ke Asia Tenggara.
Adapun Bukti kedatangan Islam dari China ini yaitu :
1) Pada Batu Bersurat Terengganu, batu nisan yang mempunyai ayat al-Quran
di Pekan, Pahang.
2) Wujud persamaan antara seni Bangunan Cina dengan seni Bangunan masjid
di Kelantan, Melaka dan Jawa yaitu seperti bumbung pagoda, ciri khas atap
genteng dari China.
3. Teori Kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari India/Gujarat
Dikemukakan oleh S.Hurgronje, menurutnya Islam datang dari
Gujarat/India dan pantai Koromandel di semenanjung India. Hubungan dagang
Asia Tenggara dengan India telah terwujud sejak lama, hal ini memberikan peluang
bagi pedagang Islam India untuk menyebarkan Islam.
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :
1) Terdapat batu marmar pada batu nisan mempunyai cirri buatan India,
contohnya di batu nisan Raja Malik Pasai.
2) Unsur budaya India amat banyak kita jumpai di Negara-negara Asia
Tenggara.
B. Kerajaan-Kerajaan Islam di Asia Tenggara
1. Indonesia
a) Kerajaan Perlak

16
Perlak adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia. Perlak adalah sebuah
kerajaan dengan masa pemerintahan cukup panjang. Kerajaan yang berdiri pada
tahun 840 M ini berakhir pada tahun 1292 M karena bergabung dengan Kerajaan
Samudra Pasai. Sejak berdiri sampai bergabungnya Perlak dengan Samudra Pasai,
terdapat 19 orang raja yang memerintah. Raja yang pertama ialah Sultan Alaidin
Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (225 - 249 H / 840 - 964 M). Sultan bernama asli
Saiyid Abdul Aziz pada tanggal 1 Muhharam 225 H dinobatkan menjadi Sultan
Kerajaan Perlak.

b) Kerajaan Samudera Pasai


Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al-Saleh dan sekaligus sebagai raja
pertama pada abad ke-13. Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah utara Perlak
di daerah Lhok Semawe sekarang (pantai timur Aceh).
Menurut Battuta, pada tahun 1345 M, Samudera Pasai merupakan kerajaan
dagang yang makmur. Banyak pedagang dari Jawa, China, dan India yang datang
ke sana. Hal ini mengingat letak Samudera Pasai yang strategis di Selat Malaka.
Mata uangnya uang emas yang disebur deureuham (dirham).
Di bidang agama, Samudera Pasai menjadi pusat studi Islam. Kerajaan ini
menyiarkan Islam sampai ke Minangkabau, Jambi, Malaka, Jawa, bahkan ke
Thailand. Dari Kerajaan Samudra Pasai inilah kader-kader Islam dipersiapkan
untuk mengembangkan Islam ke berbagai daerah. Salah satunya ialah Fatahillah. Ia
adalah putra Pasai yang kemudian menjadi panglima di Demak kemudian menjadi
penguasa di Banten.
c) Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang
didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528 M),
menjadi penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya
Kerajaan Malaka. Para pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang).
Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah
kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di
bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku.

17
d) Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang
Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang
didirikan oleh Raden Patah ini pada awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama
Glagah atau Bintoro yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Majapahit
mengalami kemunduran pada akhir abad ke-15. Kemunduran ini memberi peluang
bagi Demak untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan. Dengan
bantuan para ulama Walisongo.
e) Kerajaan Mataram
Sutawijaya yang mendapat limpahan Kerajaan Pajang dari Sutan Benowo
kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke daerah kekuasaan ayahnya, Ki
Ageng Pemanahan, di Mataram. Sutawijaya kemudian menjadi raja Kerajaan
Mataram dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama.
f) Kerajaan Banten
Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan
bagian dari Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah
pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif
Hidayatullah adalah salah seorang wali yang diberi kekuasaan oleh Kerajaan
Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif Hidayatullah memiliki 2 putra laki-
laki, pangeran Pasarean dan Pangeran Sabakingkin. Pangeran Pasareaan berkuasa
di Cirebon. Pada tahun 1522 M.
g) Kerajaan Cirebon
Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah
didirikan oleh salah seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar
Syarif Hidayatullah.
h) Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan sebenarnya terdiri atas dua
kerjaan:
Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan ini kemudian bersatu. Raja Gowa, Daeng
Manrabia, menjadi raja bergelar Sultan Alauddin dan Raja Tallo, Karaeng
Mantoaya, menjadi perdana menteri bergelar Sultan Abdullah. Karena pusat
pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut
sebagai Kerajaan Makassar.

18
Raja yang terkenal dari kerajaan ini ialah Sultan Hasanuddin (1653-1669
M). Hasanuddin berhasil memperluas wilayah kekuasaan Makassar baik ke atas
sampai ke Sumbawa dan sebagian Flores di selatan.
i) Kerajaan Ternate dan Tidore
Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13
dengan raja Zainal Abidin (1486-1500 M). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan
Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan
Mansur sebagai raja.
2. Islam di Malaysia
Malaysia adalah salah satu negara dengan tingkat perekonomian paling
maju di kawasan Asia Tenggara. Ibu kotanya, Kuala Lumpur, telah menjelma
menjadi kota modern, dengan ikonnya menara kembar Petronas (Twin Tower).
Sebagian kalangan di negara jiran itu menganggap, arsitektur kembar dari salah
satu bangunan tertinggi di dunia ini, punya arti khusus. Menara kembar merupakan
simbol kerukunan.
Hipotesis lain dikemukakan oleh Fatimi, bahwa islam datang pertama kali
sekitar abad ke-8 H (14 M). Ia berpegang pada penemuan Batu bersurat di
Trengganu yang bertanggal 702H (1303 M). Batu Bersurat itu ditulis dengan aksara
Arab. Pada sebuah sisi memuat pernyataan yang memerintahkan para penguasa dan
pemerintah untuk berpegang teguh pada keyakinan Islam dan ajaran Rasulullah.
Selain itu, Majul mengatakan bahwa Islam pertama tiba di Malaysia sekitar
abad ke-15 dan ke-16M. Kedua pendapat ini baik Fatimi maupun Majul, juga tidak
dapat diterima, karena ada bukti yang lebih kuat yang menunjukkan bahwa Islam
telah tiba jauh sebelum itu, yaitu abad ke-3 H (10 M). pendapat terakhir ini
didaraskan pada penemuan batu nisan di Tanjung Inggris, Kedah pada tahun 1965.
pada batu nisan ini tertulis nama Syeikh Abd. Al Qodir Ibnu Husein Syah yang
meninggal pada tahun 291 H (940 M).
Hasil peradaban Islam di Malaysia ini juga tidak kalah dengan negara-
negara Islam lain, seperti :
a) Adanya bangunan-bangunan masjid yang megah seperti Masjid
Ubaidiyah di Kuala Kancong.
b) Banyaknya bangunan-bangunan sekolah Islam.

19
c) Berlakunya hukum Islam pada pemerintahan Malaysia (hukum Islam di
Malaysia mendapat kedudukan khusus karena dijadikan hukum negara).

3. Islam di Singapura
Sampai sekarang belum dapat ditemukan bukti-bukti yang jelas kapan
pertama kalinya islam masuk ke Singapura, tetapi berdasarkan perkiraan sezaman
dengan masa aktifnya para pedagang muslim yang sudah ada di Malaka, Islam
masuk ke Singapura pada abad ke- 8 karena pada abad tersebut para pedagang
muslim ini telah sampai ke Kanton, China, yang kemungkinan besar akan selalu
singgah di pulau-pulau yang telah berpenduduk di semenanjung tanah Melayu ini.
Disamping sebagai pedagang, para muslim ini tampaknya telah menjadi guru-guru
agama serta imam di tengah-tengah kelompok masyarakat setempat, mereka
mengajarkan Al-Qur’an dan mendirikan madrasah-madrasah sehingga orang-orang
kampung senang pada kegiatan semacam itu, dan tidak sedikit dari mereka yang
pada akhirnya menikah dan memperistri penduduk setempat.
4. Islam di Brunei Darussalam
Brunei Darussalam adalah sebuah negara kecil yang sangat makmur di
bagian utara Pulau Borneo/Kalimantan dan berbatasan dengan Malaysia. Brunei
terdiri dari dua bagian yang yang dipisahkan di daratan oleh Malaysia. Nama
Borneo berdasarkan nama negara ini, sebab pada zaman dahulu kala, negeri ini
sangat berkuasa di pulau ini.
Diperkirakan Islam di Brunei datang pada tahun 977 M melalui jalur Timur
Asia Tenggara oleh pedagang-pedagang dari negeri Cina. Catatan bersejarah yang
membuktikan penyebaran Islam di Brunei adalah Batu Tarsilah. Catatan pada batu
ini menggunakan bahasa Melayu dan huruf Arab. Dengan penemuan itu,
membuktikan adanya pedagang Arab yang datang ke Brunei dan sekitar Borneo
untuk menyebarkan dakwah Islam.
5. Islam di Thailand
Diperkirakan para penyebar Agama Islam yang paling banyak datang ke
Nusantara diperkirakan sekitar tahun seribu empat ratusan masehi atau secara
berturut datang setelah itu hingga keabad lima belas dan enam belasan. Dan diduga
bahwa penyebar-penyebar tersebut adalah keturunan bani Abbasyiah.

20
Adapun pendapat lain mengatakan bahwa Islam diperkirakan datang ke
negara Thailand sekitar pada abad ke-10 atau 11 melalui jalur perdagangan. Yang
mana penyebaran Islam ini dilakukan oleh para guru sufi dan pedagang yang
berasal dari wilayah Arab dan pesisir India. Pendapat lain ada yang mengatakan
Islam masum ke Thailand melalui Kerajaan Samudra Pasai di Aceh.
Salah satu bukti yang menguatkan pendapat ini adalah ditemukannya
sebuah batu nisan yang bertuliskan Arab di dekat Kampung Teluk Cik Munah,
Pekan Pahang yang bertepatan pada tahun 1028 M.
6. Islam di Filipina
Sejarah masuknya Islam di Filipina tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosio
cultural wilayah tersebut sebelum kedatangan Islam. Filipina adalah sebuah Negara
kepulauan yang terdiri dari 7107 pulau dengan berbagai suku dan komunitas etnis.
Sebelum kedatangan Islam, Filipina adalah sebuah wilayah yang dikuasai oleh
kerajaan-kerajaan. Islam dapat masuk dan diterima dengan baik oleh penduduk
setempat setidaknya karena ajaran Islam dapat mengakomodasi berbagai tradisi
yang telah mendarah daging di hati mereka.
Para ahli sejarah menemukan bukti abad ke-16 dan abad ke-17 dari sumber-
sumber Spanyol tentang keyakinan agama penduduk Asia Tenggara termasuk
Luzon, yang merupakan bagian dari Negara Filipina saat ini, sebelum kedatangan
Islam. Sumber-sumber tersebut memberikan penjelasan bahwa sistem keyakinan
agama yang sangat dominan ketika Islam datang pada abad ke-14 sarat dengan
berbagai upacara pemujaan untuk orang yang sudah meninggal. Hal ini jelas sekali
tidak sejalan dengan ajaran Islam yang menentang keras penyembahan berhala dan
politeisme. Namun tampaknya Islam dapat memperlihatkan kepada mereka bahwa
agama ini memiliki cara tersendiri yang menjamin arwah orang yang meninggal
dunia berada dalam keadaan tenang, yang ternyata dapat mereka terima.
Diterimanya Islam oleh orang-orang Mindanao, Sulu, Manilad dan sepanjang
pesisir pantai kepulauan Filipina tidak terlepas dari ajaran Islam yang dibawa oleh
para pedagang tersebut dapat mengakomodasi tradisi lokal.
7. Islam di Vietnam

21
Berkembangnya Islam di Vietnam, khusunya pada tahap awal, tidak bisa
dilepaskan dari kehadiran kerajaan dan etnis Campa, uraian tentang Islam di
Vietnam diawali dengan uraian sejarah Kerajaan Campa Kuno dan Etnis Campa.
Saat ini, masyarakat muslim Vietnam biasanya dibedakan menjadi dua
kategori. Pertama, masyarakat muslim pendatang yang berkembang di kota-kota
besar, seperti HO Chi Minh. Kedua, masyarakat muslim Cam, yang merupakan
penduduk lokal dan komunitas muslim tertua yang menempati dataran pesisir
Vietnam Tengah. Jumlah masyarakat muslim Vietnam mencapai sekitar 1% dari
seluruh populasi Vietnam, yakni sekitar 420.000 jiwa.
8. Islam di Myanmar
Setelah Islam tersebar di sekitar pantai benua kecil India sekitar abad ke-7
M, pedagang Islam mulai menyebarkan agama itu ke Burma. Mayoritas mereka
berasal dari etnis Arab, Persia, dan India. Pelaut-pelaut Islam ini untuk pertama
kalinya sampai di burma kira-kira abad ke-9 M. Tumpuan utama mereka adalah
berdagang di sekitar pantai Arakan dan hilir Burma.
Dalam tulisan-tulisan pelaut (pengembara) Arab dan Persia pada masa itu
terdapat catatan tentang Burma. Ibn Khordadhbeh, Sulaiman, Ibn al-Faqih dan al-
Maqdisi yang melintasi kawasan ini pada abad ke-9 dan 10 M telah mencatatkan
aktivitas pedagang-pedagang Islam di Burma ketika itu. Diantara mereka ada yang
singgah di burma untuk berdagang dan ada pula yang menanti angin sebelum
meneruskan pelayaran mereka ke timur atau balik ke India atau tanah Arab. Ada
juga diantara mereka yang akhirnya menetap di burma karena kapal yang mereka
tumpangi rusak atau tenggelam. Mereka yang agak lama tinggal di Burma ini
akhirnya menikah dengan penduduk setempat yang beragama Budha, sehingga
terbentuklah komunitas Islam di pelabuhan-pelabuhan negara itu. Orang-orang
keturunan Islam ini dikenal sebagai Pathee atau Kala. Perkawinan campuran ini
telah menyebabkan tersebarnya agama Islam di sekitar kota-kota pelabuhan di
Burma terutama setelah abad ke-10 M.
9. Islam di Kamboja
Beberapa ahli sejarah beranggapan bahwa Islam sampai di Kamboja pada
abad ke-11 Masehi. Nenek moyang Kaum Muslim Kamboja merupakan orang
Cham, penduduk asli kerajaan Champa di Vietnam yang menguasai semenanjung

22
Indochina. Ketika kerajaan Campa hancur pada tahun 1470 M, banyak
penduduknya hijrah ke negara tetangga termasuk Kamboja, kemudian mereka
membuat komunitas dan beranak pinak di Kamboja hingga saat ini.
10. Islam di Laos
Laos dikenal sebagai salah satu Negara dengan sistem pemerintahan
komunis yang tersisa di dunia dengan mayoritas penduduknya merupakan pemeluk
Budha Theravada. Tak heran kalau Laos merupakan negara dengan penduduk
Muslim paling sedikit di Asia Tenggara.
Agama Islam pertama kali masuk ke Laos melalui para pedagang Cina dari
Yunnan. Para saudagar Cina ini bukan hanya membawa dagangannya ke Laos,
namun juga ke negara tetangganya seperti Thailand dan Birma. Oleh masyarakat
Laos dan Thailand, para pedagang asal Cina ini dikenal dengan nama Chin Haw.
Peninggalan kaum Chin Haw yang ada hingga hari ini adalah: beberapa kelompok
kecil komunitas Muslim yang tingal di dataran tinggi dan perbukitan. Mereka
menyuplai kebutuhan pokok masyarakat perkotaan. Di sini, mereka memiliki
masjid besar kebanggaan. Letaknya di ruas jalan yang terletak di belakang pusat air
mancur Nam Phui. Masjid ini dibangun dengan gaya neo-Moghul dengan ciri khas
berupa menara gaya Oriental. Masjid ini juga dilengkapi pengeras suara untuk
adzan. Ornamen lain adalah tulisan-tulisan di dalam masjid ini ditulis dalam lima
bahasa, yaitu Arab, Tamil, Lao, Urdu, dan Inggris. Selain kelompok Muslim Chin
Haw, ada lagi kehadiran kelompok Muslim lainnya di Laos yaitu komunitas Tamil
dari selatan India. Muslim Tamil dikenal dengan nama Labai di Madras dan sebagai
Chulia di Malaysia dan Phuket.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perkembangan Islam di Timur Tengah
Pada abad ke 18, kawasan barat yang sudah mapan memasuki negara-negara
Islam serta mendirikan dominasinya di berbagai jalur sehingga dapat menguasai
beberapa aspek kehidupan masyarakat Islam yang akhirnya mendominasi
kebudayaan serta peradaban Islam. Sejak itulah umat Islam mulai sadar betapa
beratnya penderitaan di bawah penjajahan Negara-negara barat.
2. Perkembangan Islam di Eropa
Ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran di daerah semenanjung
Arab, bangsa-bangsa Eropa justru mulai bangkit dari tidurnya yang panjang, yang
kemudian banyak dikenal dengan Renaissance. Kenbangkitan tersebut bukan saja
dalam bidang politik, dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan
Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Harus diakui bahwa justru dalam bidang ilmu dan teknologi itulah
yang mendukung keberhasilan negara-negara baru Eropa.
3. Perkembangan Islam di negara-negara Asia Tenggara
Perkembangan Islam di Asia Tenggara di setiap Negara ternyata berbeda,
hal itu dikarenakan perbedaaan kountur budaya, adat, pola pikir dan perekonomian
masing-masing Negara.
B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya dalam makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga dapat
menjadi bekal dikemudian hari apabila kami mempunyai kesempatan membuat
makalah lain.

24
DAFTAR PUSTAKA
A Hasyim. 1995. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Hayat, Bahrul. Kontribusi Islam Terhadap Masa Depan Peradaban di Asia
tenggara. Jakarta. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. 2012.
Huda, Sokhi. Stuktur Pemikiran dan Gerakan Islam Kontemporer. Surabaya. UIN
Sunan Ampel. 2018.
Murodi. 1994. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang : Karya Toha Putra
Ramli, Mohd Izzuddin. Islam Kontemporer di Asia Tenggara.

25

Anda mungkin juga menyukai