Anda di halaman 1dari 3

Foto kak igun

Hemat Biaya Hemat Waktu

Ketersediaan bahan bakar untuk kebutuhan rumah tangga merupakan sebuah


keniscayaan yang mesti terpenuhi. Berbagai jenis bahan bakar atau
sumber bahan bakar pun mewarnai kehidupan rumah tangga. Dari yang
sederhana berupa kayu bakar, hingga minyak tanah (karosin) sampai gas
LPG.
Tergerus oleh kondisi ketersediaan atau juga nilai ekonomis dan
ekologis, kebutuhan bahan bakar masyarakat pun berubah dan bergeser
dari kayu bakar ke minyak karosin (minyak tanah), dan terakhir gas LPG.
Kehadiran LPG sebagai pengganti minyak tanah sempat menimbulkan
kehebohan di tengah masyarakat. Ketidak fahaman akan sifat gas,
menimbulkan risiko, seperti ledakan dan kebakaran. Namun setelah
beberapa waktu berjalan, masyarakat pun mulai akrab dengan penggunaan
LPG.
Namun seperti "kecurigaan" yang mengiringi hadirnya LPG yang semula
ditawarkan dengan harga murah kepada masyarakat. Harga LPG pun secara
perlahan mulai merangkak naik dengan berbagai dalih dan alasan, dari
pihak penyedia. LPG pun selain bukan bahan bakar murah, juga kadangkala
sering menimbulkan kepanikan, karena seringkali tidak tersedia ketika
dibutuhkan.
Disinilah PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN) hadir menawarkan solusi
bahan bakar efisien, bersih, dan aman dengan produk gas alamnya. Tidak
heran, jika saat ini masyarakat sangat mengharapkan pipa PGN bisa
mencapai rumah mereka untuk menikmati gas bumi yang lebih hemat,
bersih, dan murah ini.
Salah satu masyarakat Palembang yang sudah menikmati keuntungan
menggunakan gas alam ini adalah Sopandi atau yang akrab disapa Abah
Opan, Owner Soto Abah Opan.
Awalnya, Abah Opan sempat ragu menggunakan gas bumi karena berdasarkan
informasi yang diperolehnya, api yang dihasilkan dari gas bumi ini
kecil dibandingkan LPG dan keamanannya juga masih diragukan. Meskipun
demikian, Abah Opan tetap terus mencari informasi tentang gas bumi ini.
Akhirnya suatu hari ada salah satu pelanggan yang menggunakan atribut
PGN makan siang di Outlet Soto Abah Opan di Jl. Kebon Duku RT 7 No.7
- Palembang, dirinya tidak melewatkan kesempatan itu.
"Saya menanyakan tentang gas bumi PGN tentang keamanannya dan kekuatan
apinya. Ternyata yang datang waktu itu adalah kontraktornya, dia
mengatakan kalau saya tertarik untuk menggunakan PGN dia akan
menghubungi orang PGN langsung untuk menjelaskan tentang PGN ini dan
saya setuju karena dia menjamin kalau PGN itu benar-benar aman,"
ujarnya.
Setelah mengatur waktu, Abah Opan dan pihak PGN melakukan pertemuan.
"Dalam pertemuan itu, petugas PGNnya menjelaskan tentang keamanan PGN
ini, mulai dari pemasangan pipa gas dilakukan oleh tim khusus yang
tersertifikasi, terus dimonitor pemasangannya apakah sudah aman,
sebelum digunakan untuk memasak. Selain itu gam bumi memiliki tekanan
yang sangat rendah saat terjadi kebocoran," ujarnya sambil mengenang.

Pria yang pernah menjadi kuli bangunan sebelum menjadi pengusaha


sukses ini juga menceritakan dirinya juga diedukasi jika terjadi
kebocoran. "Saat terjadi kebocoran katanya tidak perlu panik. Karena
massa gasnya sangat ringan jadi saat terjadi kebocoran gasnnya
langsung menguap. Makanya ketika dipasang di dapur harus ada
bolong-bolong, biar gasnya tidak diam di bawah seperti yang dijelaskan
waktu itu," ujarnya.
Selain edukasi tentang keamanan menggunakan gas bumi, pertanyaannya
tentang kecilnya api yang dihasilkan. "Sebelumnya saya kan sempat ragu
menggunakan gas bumi PGN, karena apinya kecil. Ternyata besar kecilnya
api ini bisa diatur, disesuaikan dengan kebutuhan. Perugasnya
mengatakan ada kemungkinan, terjadi seperti itu karena pengalihan
penggunaan, dari sebelumnya hanya untuk rumah tangga dialihkan untuk
penggunaan industri. Jika ada pengalihan penggunaan, sebaiknya
melapor ke PGN agar pengaturan besar kecil apinya diubah," ujarnya.
Abah Opan mengatakan, setelah mendengar penjelasan petugasnnya
akhirnya Abah Opan memutuskan untuk menggunakan PGN dengan melakukan
pengisian formulir. "Ternyata tidak bisa langsung dipasang karena di
daerah sini belum ada jaringannya pada saat itu. Namun petugas PGN
langsung mengajukan ke pusat untuk dilakikan pemasangan pipa, butuh
waktu lama memang sekitar satu tahun. Karena harus menunggu
persetujuan dari pusat. Alhamdulillah sejak setahun lalu sudah mulai
bisa memasak menggunakan bahan bakar gas bumi," ujarnya.
Sejak menggunakan bahan bakar gas bumi, Abah Opan tidak perlu repot
bolak-balik ke warung untuk mencari gas LPG dan khawatir tabung gas
meledak. "Setelah menggunakan gas dari PGN, pendapatan kami bisa
meningkat 70 persen, karena pemakaian bahan bakar menjadi lebih
hemat," ujarnya.
Abah Opan merinci, sebelum menggunakan gas bumi, setiap harinya dia
harus mengeluarkan dana untuk 3 tabung gas besar Rp 450 ribu karena
harga per tabung Rp 150 ribu dan 2 tabung gas kecil Rp 32 ribu karena
harga pertabung Rp 16 ribu pada saat itu. "Jadi setiap hari saya harus
mengeluarkan uang Rp 482 ribu per hari, artinya per bulan kami harus
mengeluarkan dana hampir Rp 15 juta hanya untuk bahan bakar. Setelah
menggunakan gas bumi PGN ini kamo bisa menghemat hingga 50 persen,
karena setiap bulannya kami hanya membayar Rp 5 juta sampai Rp 6 juta
per bulan. Biaya bisa dikontrol melalui meteran yang terpasang,
layaknya memantau meteran listrik," ujarnya.
Selain dapat menghemat biaya, juga dapat menghemat waktu, karyawan
Abah Opan tidak perlu keliling mencari gas LPG lagi, terlebih saat
terjadi kelangkaan. "Selain itu, tidak perlurwpot memasang gas LPG
lagi, biasanya kan ada karet yang gak pas jadi harus diakali atau gak
ditukar dan itu semua memakan waktu. Setelah menggunakan PGN tidak
perlu repot lagi," ujarnya.
Pria yang mempunyai 7 orang anak ini mengatakan, selama menjadi
pelanggan PGN belum merasakan adanya kendala yang berarti. "Waktu itu
pernah sempat satu kali gasnya benar-benar tidak bisa menyala karena
ada kebocoran akibat pembangunan LRT, namun hanya beberapa jam,
semuanya kembali normal seperti biasa," ujarnya.
Abah Opan mengharapkan, jika ada permasalahan teknis seperti itu
sebaiknya segera menghubungi pelanghan melalui media radio dan media
lainnya, agar pelanggan tidak panik. "Kami juga mengapresiasi langkah
dari PGN yang melakukan pengecekan secara rutin dan berkala untuk
menjaga kualitas gas yang dihasilkan serta keamanan bagi konsumen yang
teraliri gas alam," ujarnya.
Sementara itu, Area Head PGN Business Unit Gas Product Palembang,
Makmuri mengatakan pengembangan jaringan gas bumi ini fokus di wilayah
yang padat penduduk. "Tahun ini PGN melakukan pemasangan jaringan gas
di kawasan Perumnas Sako, yang akan mengcover sekitar 700 pelanggan
yang sudah sepakat. Kalau sudah ada jalurnya, kami mudah untuk
melebarkan sayap di wilayah ini," ujarnya.
Selain itu, dalam rangka mensukseskam Asian Games ke 18 pada 2018
mendatang, PGN juga meningkatkan keandalan jaringan untuk menjamin
ketersediaan gas. Saat ini perusahaan membangun jaringan baru dengan
diameter pipa lebih besar dari yang lama sejauh 4 kilometer (Km) di
jantung kota.
"Pipa yang dipasang ini berukuran 6 inci lebih besar dari pipa lama
yang hanya berdiameter 90 milimeter. Jaringan baru ini dibangun dari
Jalan Jenderal Sudirman hingga ke Palembang Indah Mall karena di lokasi
ini terdapat banyak hotel dan rumah sakit," ujarnya.(siti olisa)

Anda mungkin juga menyukai