Stroke Hemoragik
Pembimbing:
dr. Ibnoe Soedjarto, M.Si.Med.,Sp.S
Oleh:
dr. Anggraini Hertanti
Oleh
dr. Anggraini Hertanti
Menyetujui
KomisiPembimbing Dokter Internsip
Rumah Sakit Umum Daerah Aji Muhammad Parikesit
Pendamping 1 Pendamping 2
2019
RSUD A.M Parikesit
Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih-Nya kepada penyusun sehingga laporan kasus ini dapat
diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai laporan kasus untuk
menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca khusus dalam ilmu penyakit
dalam mengenai Pneumocytis carinii pneumonia.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran
membangun dari pembimbing klinik dan pembaca sangat diharapkan demi
perbaikan laporan ini. Atas perhatian terhadap laporan ini penyusun mengucapkan
banyak terima kasih.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya di
bidang kedokteran.
Tenggarong, 2019
Penyusun,
dr. Anggraini Hertanti
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Stroke hemoragik?
2. Untuk mengetahui penyebab dan gejala-gejala Stroke hemoragik?
3. Untuk mengetahui mekanisme dan patogenesis Stroke hemoragik?
4. Untuk mengetahui cara mendiagnosa Stroke hemoragik?
5. Untuk mengetahui cara penanganan bagi penderita Stroke hemoragik?
1.4. Manfaat
1. Teoritis
Laporan kasus ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan dan
landasan teori mengenai Stroke hemoragik
2. Praktis
Laporan kasus ini diharapkan mampu memberikan landasan ilmiah dalam
penanganan pasein dengan Stroke hemoragik
BAB II
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Loa Kulu
Tanggal lahir : 27 Mei 1968
No. RM : 11222418
II. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis tanggal 26 November 2018 di IGD RS Parikesit
Keluhan utama: Sakit kepala hebat tiba-tiba sejak beberapa jam sebelum MRS.
Keluhan Tambahan: muntah tidak menyembur, lemas seluruh tubuh
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os mengeluh sakit kepala hebat yang dirasakan tiba-tiba sejak pagi. Sakit kepala
dirasakan seperti terikat kencang. Saat serangan pasien masih dapat mengendarai
sepeda motornya sampai rumah, hanya mengeluh badannya terasa lemah.
Sakit kepala yang dirasakan semakin hebat dan terdapat keluahan mual dan disertai
muntah 1 kali tidak menyembur, tidak terdapat penurunan kesadaran, pengelihatan
kabur, anggota gerak terasa lemah sebelah atau keduanya tidak ada, demam. Bicara
pelo juga tidak dikeluhkan. Os hanya mengeluhakan tubuhnya lemas, jadi tidak bisa
bangkit. Os sangat gelisah, terlihat aktif, dan sering membenturkan kepalanya
kedinding karena rasa sakit yang hebat.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Hipertensi : (+)
Diabetes mellitus : (-)
Kolesterol : (-)
Trauma kepala : (-)
Riwayat Keluarga:
Penyakit jantung (-), Hipertensi (-), DM (-), alergi (-), stroke (-)
3. Status Neurologis
Kesadaran : E4M6V5 15
Cara berjalan : Pasien tidak dapat berjalan
Refleks Khusus : Babinsky (-)
Tonus :5 5
5 5
a) Kepala
i) Bentuk : Normocephali
ii) Nyeri tekan : Tidak ada
iii) Simetris : Asimetris
iv) Pulsasi : normal
b) Leher
i) Sikap : Simetris
ii) Pergerakan : Normal
Gerakan mata:
Superior Sulit dinilai Sulit dinilai
Inferior Sulit dinilai Sulit dinilai
Medial Sulit dinilai Sulit dinilai
Endoftalmus Tidak ada Tidak ada
Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada
Kanan Kiri
Bawah Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Strabismus - -
Diplopia - -
b. Sensibilitas
Kanan Kiri
Taktil + +
Nyeri + +
Thermi Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan
c. Refleks
Kanan Kiri
Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
Brachioradialis Tidak dilakukan
Hoffman-Tromner (-) (-)
b. Sensibilitas
Kanan Kiri
Taktil Baik Baik
Nyeri Baik Baik
Thermi Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan
c. Refleks
Kanan Kiri
Patella ++ ++
Achilles ++ ++
Babinski (-) (-)
e) Alat Vegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
EKG
Kesan : Irama sinus, tidak terdapat abnormalitas morfologi gelombang.
Foto Toraks
Kesan : Tidak tampak cardiomegali, pulmo tidak tampak kelainan
CT Scan
Tampak lesi hiperdens pada cerebelum disertai perifokal edema disekitarnya yang
tampak mengisi dan menyebabkan penyempitan ventrikel ventrikel IV dan tampak
ruptur ke falk cerebri posterior dan tentorium cerebri kanan dan kiri
Sulkus kortikalis dan fissura Sylvii kanan kiri baik
Ventrikel lateral kanan kiri dan III tampak melebar
Ventrikel IV tampak menyempit
Cisterna perimescenphalic tampak menyempit
Tidak tampak midline shifting
Pons baik
Kesan:
Intracerebellar Hemorhage (padacerebelum disertai perifokal edema disekitarnya)
Intraventrikular Haemorhage
Subarachnoid Haemorhage
Hidrocephalus obstructif
Tampat tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial
V. RESUME
Subjektif
Laki-Laki 50 tahun, mengeluh sakit kepala hebat yang dirasakan tiba-tiba sejak pagi.
Sakit kepala dirasakan seperti terikat kencang. Saat serangan pasien masih dapat
mengendarai sepeda motornya, hanya mengeluh badannya terasa lemas
Mual (+) muntah (+) 1 kali tidak menyembur, penurunan kesadaran (-), pengelihatan
kabur (-) anggota gerak terasa lemah (-), demam (-).
Os sangat gelisah, terlihat aktif, dan sering membenturkan kepalanya
Objektif
3.1 Definisi
Berdasarkan WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat
akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskular.
3.2 Klasifikasi
Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke. Stroke menurut perjalanannya dibagi
menjadi dua golongan yaitu stroke iskemik (infark) dan stroke hemoragik. Stroke hemoragik
terdiri dari stroke intracerenral hemorrhagic (ICH) dan stroke subarrachnoid hemorrhagic
(SAH).
Stroke iskemik diakibatkan oleh penyumbatan sedangkan stroke hemoragik
diakibatkan oleh pendarahan.
3.3 Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga dan penyebab utama kecacatan.2 Sekitar
0,2% dari populasi barat terkena stroke setiap tahunnya yang sepertiganya akan meninggal
pada tahun berikutnya dan sepertiganya bertahan hidup dengan kecacatan, dan sepertiga
sisanya dapat sembuh kembali seperti semula. Dari keseluruhan data di dunia, ternyata stroke
sebagai penyebab kematian mencapai 9% (sekitar 4 juta) dari total kematian per tahunnya.5
Insidens kejadian stroke di Amerika Serikat yaitu 500.000 pertahunnya dimana 10-
15% merupakan stroke hemoragik khususnya perdarahan intraserebral. Mortalitas dan
morbiditas pada stroke hemoragik lebih berat dari pada stroke iskemik. Dilaporkan hanya
sekitar 20% saja pasien yang mendapatkan kembali kemandirian fungsionalnya. Selain itu,
ada sekitar 40-80% yang akhirnya meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan
sekitar 50% meninggal pada 48 jam pertama. Penelitian menunjukkan dari 251 penderita
stroke, ada 47% wanita dan 53% kali-laki dengan rata-rata umur 69 tahun (78% berumur
lebih dari 60 tahun. Pasien dengan umur lebih dari 75 tahun dan berjenis kelamin laki-laki
menunjukkan outcome yang lebih buruk.2
3.6 Patogenesis
A. Intracerebral Hemorrhage (ICH)
Hal ini sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis melemahkan arteri kecil yang
menyebabkannya robek. Penggunakan kokain atau amfetamin dapat menyebabkan tekanan
darah dan perdarahan sementara tapi sangat tinggi. Pada beberapa orang tua, sebuah protein
abnormal yang disebut amiloid terakumulasi di arteri otak. Akumulasi ini (disebut angiopati
amiloid) melemahkan arteri dan dapat menyebabkan perdarahan.7
Penyebab umum yang kurang termasuk kelainan pembuluh darah saat lahir, luka,
tumor, peradangan pembuluh darah (vaskulitis), gangguan perdarahan, dan penggunaan
antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi. Pendarahan gangguan dan penggunaan
antikoagulan meningkatkan resiko kematian dari perdarahan intraserebral.7
Perdarahan serebeli, nuklei serebri terletak didalam arteri superior serebeli. Salah satu
cabang arteri ini yang menyuplai nukleus dentatus, terutama rentan mengalami ruptur. Pada
pasien yang mengalami hipertensi, perdarahan dari pembuluh darah ini lebih sering terjadi
dari pada iskemik pada tentorinya.duus
3.7 Patofisiologi
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran dalam
waktu 15-20 detik dan kerusakan otak yang irreversibel terjadi setelah tujuh hingga sepuluh
menit. Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di area otak yang terbatas
(stroke). Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu defisiensi energi yang disebabkan oleh
iskemia. Perdarahan juga menyebabkan iskemia dengan menekan pembuluh darah di
sekitarnya.8
Hilangnya perfusi ke otak dalam beberapa detik sampai menit menyebabkan terjadi
cascade iskemik yang menyebabkan gambaran pusat sentra area infark irreversible yang
dikelilingi area penumbra (potensial reversible). Kekurangan O2 dan glukosa untuk proses
fosforilasi oksidatif. Terjadilah proses oksidasi oksidasi anaerob yang menghasilkan asam
laktat. Otak mengalami asidosis, akibat terjadinya denaturasi protein, influks Ca2+, edema
glial, dan terjadi produksi radikal bebas.
Kekurangan O2 dan glukosa akan menyebabkan deplesi ATP sehingga pompa Na-K-
ATPase juga mengalami kegagalan. Hal ini menyebabkan proses depolarisasi membran
sehingga terjadilah Na influks. Na masuk ke intra sel dengan membawa Cl dan H2O,
akibatnya sel akan mengalami pembengkan dan osmolisis.
Dengan menambah Na+/K+-ATPase, defisiensi energi menyebabkan penimbunan Na+
dan Ca2+ di dalam sel, serta meningkatkan konsentrasi K+ ekstrasel sehingga menimbulkan
depolarisasi. Depolarisasi menyebabkan penimbunan Cl- di dalam sel, pembengkakan sel,
dan kematian sel. Depolarisasi juga meningkatkan pelepasan glutamat, yang mempercepat
kematian sel melalui masuknya Na+ dan Ca2+.8
Pembengkakan sel, pelepasan mediator vasokonstriktor, dan penyumbatan lumen
pembuluh darah oleh granulosit kadang-kadang mencegah reperfusi, meskipun pada
kenyataannya penyebab primernya telah dihilangkan. Kematian sel menyebabkan inflamasi,
yang juga merusak sel di tepi area iskemik (penumbra).
Diagram dibawah ini merangkum penjelasan diatas:
Gejala ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah yang disuplai
oleh pembuluh darah tersebut.8
Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi menyebabkan kelemahan
otot dan spastisitas kontralateral, serta defisit sensorik (hemianestesia) akibat kerusakan girus
lateral presentralis dan postsentralis. Akibat selanjutnya adalah deviasi okular, hemianopsia,
gangguan bicara motorik dan sensorik, gangguan persepsi spasial, apraksia, dan
hemineglect.8
Penyumbatan arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan defisit sensorik
kontralateral, kesulitan berbicara serta apraksia pada lengan kiri jika korpus kalosum anterior
dan hubungan dari hemisfer dominan ke korteks motorik kanan terganggu. Penyumbatan
bilateral pada arteri serebri anterior menyebabkan apatis karena kerusakan dari sistem
limbik.8
Penyumbatan arteri serebri posterior menyebabkan hemianopsia kontralateral parsial
dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi kehilangan memori.8
Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit di daerah yang
disuplai oleh arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid anterior tersumbat, ganglia
basalis (hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis), dan traktus optikus (hemianopsia) akan
terkena. Penyumbatan pada cabang arteri komunikans posterior di talamus terutama akan
menyebabkan defisit sensorik.8
Penyumbatan total arteri basilaris menyebabkan paralisis semua eksteremitas dan
otot-otot mata serta koma. Penyumbatan pada cabang arteri basilaris dapat menyebabkan
infark pada serebelum, mesensefalon, pons, dan medula oblongata. Efek yang ditimbulkan
tergantung dari lokasi kerusakan:8
Pusing, nistagmus, hemiataksia (serebelum dan jaras aferennya, saraf vestibular).
Penyakit Parkinson (substansia nigra), hemiplegia kontralateral dan tetraplegia
(traktus piramidal).
Hilangnya sensasi nyeri dan suhu (hipestesia atau anastesia) di bagian wajah
ipsilateral dan ekstremitas kontralateral (saraf trigeminus [V] dan traktus
spinotalamikus).
Hipakusis (hipestesia auditorik; saraf koklearis), ageusis (saraf traktus salivarus),
singultus (formasio retikularis).
Ptosis, miosis, dan anhidrosis fasial ipsilateral (sindrom Horner, pada kehilangan
persarafan simpatis).
Paralisis palatum molle dan takikardia (saraf vagus [X]). Paralisis otot lidah (saraf
hipoglosus [XII]), mulut yang jatuh (saraf fasial [VII]), strabismus (saraf
okulomotorik [III], saraf abdusens [V]).
Paralisis pseudobulbar dengan paralisis otot secara menyeluruh (namun kesadaran
tetap dipertahankan).
Peringatan Sebelumnya ++ -
Nyeri Kepala ± ++
Muntah - ++
Kejang - ++
Kesadaran Menurun + ++
Ptosis - +
Rangsang Meningeal - ++
Papil Edem - ++
Gambaran klinis berbagai macam stroke dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Gambaran Stroke Stroke Embolik ICH SAH
Klinik Trombotik
Serangan Saat istirahat/tidur Saat aktivitas Saat melakukan Nyeri kepala sangat
malam, sehari-hari, tidak aktivitas hebat, mendadak,
Sering didahului saat tidur biasanya saat
TIA aktivitas
Defisit Fokal, sering Fokal, seringkali Fokal, sangat akut Defisit neurologic
Neurologik memberat secara maksimal saat disertai tanda jarang dijumpai
gradual serangan peningkatan TIK Tanda rangsangan
(nyeri kepala, selaput otak
muntah, kesadaarn
menurun,
kejang,dll)
Tekanan Hipertensi Normotensi Hipertensi berat Hipertensi (jarang)
darah (sering) (sering)
Temuan Penyakit Aritmia jantung, Penyakit jantung Perdarahan
khusus jantung/pembuluh fibrilasi atrial, hipertensif, subhialoid/preretina
lainnya darah kelainan katup retinopati l likwor berdarah
arterosklerotik jantung, bising hipertensif
karotis/tanda
sumber embolik lain
CT Scan Area Hipodens Area hipodens pada Area hiperdens Area hiperdens di
Kepala infark hemoragik, intraserebral / sisterna basalis
tampak pula area intraventikular
hiperdens
Gangguan berat dapat berkembang dan menjadi permanen dalam beberapa menit atau
jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama. Sebuah perdarahan
subaraknoid dapat menyebabkan beberapa masalah serius lainnya, seperti: 2,9
- Hydrocephalus: Dalam waktu 24 jam, darah dari perdarahan subaraknoid dapat
membeku. Darah beku dapat mencegah cairan di sekitar otak (cairan
serebrospinal) dari pengeringan seperti biasanya tidak. Akibatnya, darah
terakumulasi dalam otak, peningkatan tekanan dalam tengkorak. Hydrocephalus
mungkin akan menyebabkan gejala seperti sakit kepala, mengantuk, kebingungan,
mual, dan muntah-muntah dan dapat meningkatkan risiko koma dan kematian.
- Vasospasme: Sekitar 3 sampai 10 hari setelah pendarahan itu, arteri di otak dapat
kontrak (kejang), membatasi aliran darah ke otak. Kemudian, jaringan otak tidak
mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati,seperti pada stroke iskemik.
Vasospasm dapat menyebabkan gejala mirip dengan stroke iskemik, seperti
kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu sisi tubuh, kesulitan menggunakan atau
memahami bahasa, vertigo, dan koordinasi terganggu.
Pecah kedua: Kadang-kadang pecah kedua terjadi, biasanya dalam seminggu
3.9 Pemeriksaan
3.9.1 Pemeriksaan Neuro-radiologik
1. Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu diagnosis dan
membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase akut. Pada CT Scan dapat
memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.8
2. Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan gambaran yang
jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila scan tak jelas. Angiografi
serebral dapat membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri.8
3. Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali dapat membantu membedakan
infark, perdarahan otak, baik perdarahan intraserebral (PIS) maupun perdarahan
subarakhnoid (PSA).8
4. MRI : menunjukkan daerah yang mengalami infark atau hemoragik.
5. EEG : memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.8
6. Ultrasonografi Dopler : mengidentifikasi penyakit arteriovena.8
3.9.2 Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah rutin (Hb,
hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu gambaran darah. Komponen kimia
darah, gas, elektrolit, Doppler, Elektrokardiografi (EKG). Jika tidak terdapat CT Scan atau
MRI, terdapat sistem skoring sederhana yang dapat digunakan sebagai panduan untuk .
Beberapa sistem skoring meliputi Siriraj Stroke Score (SSS) dan Algoritma Gadjah Mada.
3.10 Penatalaksanaan Farmakoterapi
Terapi Umum (dilakukan pada stroke iskemik maupun perdarahan)
Dalam terpi stroke dikenal pedoman 6-B yaitu mengoptimalkan :5
1. Breath : suplai oksigen lewat pernafasan
2. Blood : sirkulasi darah ke otak
3. Brain : perbaiki fungsi otak
4. Bowel : intake makanan dan fungsi pencernaan
5. Bladder : optimalikan saluran kencing
6. Bone and Body’s skin
2. Terapi Khusus
Penanggulangan stroke iskemik yang diderita oleh sebagian besar (> 80%) dari seluruh
penderita stroke. Upaya yang paling krusial untuk menurunkan kecacatan dan kematian
akibat stroke adalah upaya terapi stroke pada fase akut. Untuk mencegah kecacatan dan
kematian karena stroke, penderita harus diperlakukan dengan prinsip ‘time is brain’. Menurut
cara pandang ini, serangan stroke akut merupakan keadaan darurat yang harus segera
ditangani. Terapi stroke harus dimulai sedini mungkin, agar tidak terjadi kecacatan dan
kematian. Beberapa penelitian klinik telah menunjukkan bahwa iskemia serebral yang
berlangsung lebih dari 6 jam dapat mengakibatkan kerusakan sel otak secara permanen.5
Strategi pengobatan stroke iskemik saat ini tertujuan untuk tatalaksana modifikasi
faktor resiko melalui kombinasi perubahan gaya hidup, termasuk diet, olahraga, henti
merokok, operasi karotis pada resiko tinggi dan terapi farmakologik dengan antihipertensi,
antihiperlipidemia, antikoagulan dan atau antiplatelet. Strategi pengobatan stroke iskemik ada
2, yaitu:3,4
1) Reperfusi yaitu memperbaiki aliran darah ke otak yang bertujuan untuk
memperbaiki area iskemik dengan obat-obatan antitrombotik (antikoagulan,
antiplatelet dan trombolitik).
Gambar 3.5. Antithrombotic agents.8,12
2) Neuroproteksi yaitu mencegah kerusakan otak agar tidak berkembang lebih berat
akibat adanya area iskemik. Obat yang digunakan antara lain pirasetam, CPD
cholin dan lain-lain.
2. Terapi khusus
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan bedah
mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya kian
memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3 cm dengan deteriorasi atau
mengalami kompresi batang otak dan hidrosefalus akibat obstruksi ventrikel, perdarahan
intraserebral karena lesi struktural (aneuriama, malformasi arteriovenosa, angioma
kavernosa), jika lesi terjangkau dan perdarahan lebar > 60 mL dengan tanda peningkatan
tekanan intrakranial akut dan ancaman.4,5
4.1 Kesimpulan
Stroke merupakan kumpulan gejala yang ditandai dengan adanya defisit neurologis.
Stroke merupakan salah satu penyakit yang sulit dideteksi karena cakupan gejala klinis yang
luas.
Terdapat beberapa faktor risiko stroke meliputi faktor yang dapat dimodifikasi
(genetik, usia, jenis kelamin,dan ras) dan yang tidak dapat dimodifikasi (hipertensi, perokok,
alkohol, kolesterol, tingkat pendidikan).
Gejala klinis ditentukan oleh derajat cedera dan lokasi terjadinya stroke. Karena gejala
klinis yang cakupannya cukup luas, beberapa hal dapat digunakan untuk menunjang
diagnosis meliputi sistem skoring seperti siriraj stroke skor, algoritma gadjah mada, dan
pemeriksaan penunjang lanjutan lain seperti CT Scan.
Prinsip terapi memiliki dua tujuan yaitu terapi umum dan terapi khusus baik untuk
pemantauan maupun perawatan.
Indikator prognosis adalah : tipe dan luasnya serangan, age of onset, dan tingkat
kesadaran. Prognosis pasien dengan stroke hemoragik (perdarahan intrakranial) tergantung
pada ukuran hematoma.
Tatalaksana paska-stroke menjadi salah satu hal yang paling sulit (terutama pada
kasus stroke luas dan berat) karena adanya kemungkinan imobilisasi lama dengan
kemungkinan komplikasi infeksi yang tinggi.
4.1. Saran
Perlu dilakukan penatalaksanaan yang komprehensif pada pasien stroke.
DAFTAR PUSTAKA