KELURAHAN/DESA :
KECAMATAN :
KABUPATEN/KOTA : LOMBOK TENGAH
PEMBUKAAN
Bahwa model pembangunan yang sentralistis secara sistematis berakibat mematikan inisiatif,
memperlemah solidaritas dan menumbuhkan ketidakberdayaan masyarakat untuk membangun
masyarakat di tingkat akar rumput. Oleh karena itu, model penanggulangan kemiskinan yang
sentralistis harus diganti dengan model yang menjadikan masyarakat sebagai subyek dan pemilik
kedaulatan, sehingga penanggulangan kemiskinan dapat lebih terjamin keberlanjutannya.
Membangun masyarakat warga (civil society) di tingkat lokal (Kelurahan/Desa) merupakan
upaya yang strategis untuk menumbuhkan inisiatif, solidaritas dan keberdayaan masyarakat, oleh
karena itu kehadiran masyarakat warga (civil society) menjadi sangat penting sebagai suatu
tatanan baru hidup bermasyarakat, dimana warga masyarakat berhimpun atas prakarsa sendiri,
bekerja sama dan secara damai berupaya memenuhi kebutuhan atau kepentingan bersama,
memecahkan persoalan bersama dan atau menyatakan kepedulian bersama, dengan tetap
menghargai hak orang lain untuk berbuat yang sama dan tetap mempertahankan otonominya
terhadap institusi pemerintah, politik, militer, agama, usaha/pekerjaan dan keluarga. Tatanan
hidup bermasyarakat tersebut mesti tumbuh berkembang berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan
dan nilai-nilai kemasyarakatan.
Bahwa penanggulangan kemiskinan dipandang sebagai proses yang berkelanjutan dan
memerlukan peran aktif dari seluruh komponen masyarakat. Upaya penanggulangan kemiskinan
harus menjunjung tinggi prinsip-prinsip: Demokratis; Partisipasi; Transparansi; Akuntabilitas dan
Desentralisasi. Menjunjung tinggi nilai-nilai: Dapat dipercaya; Ikhlas/ Kerelawanan; Kejujuran;
Keadilan; Kesetaraan dan Kebersamaan dalam Keragaman.
Menyadari bahwa untuk membangun masyarakat warga (civil society) dan menanggulangi
kemiskinan itu memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, sistematis dan terorganisir, maka
kami masyarakat Kelurahan/desa teduh , Kecamatan Praya Barat Daya , Kab/Kota Lombok
Tengah, dengan ini sepakat untuk mendirikan Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
-1-
BAB II
NAMA, WAKTU PENDIRIAN, DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 2
BAB III
PRINSIP DAN NILAI
Pasal 3
Prinsip
Pasal 4
Nilai
-2-
pencaharian, budaya, pendidikan dan sebagainya, bukan hanya menjadi urusan dari
masyarakat miskin atau sekelompok elit saja.
BAB IV
PENDIRIAN, LEGALITAS, DAN KEPEMILIKAN
Pasal 5
Pendirian
KKM dibentuk atas persetujuan, kesepakatan serta keputusan dari segenap lapisan masyarakat
yang tinggal di Kelurahan/Desa Teduh, yang dilakukan melalui rembug warga secara berjenjang
mulai dari rembug warga rukun tetangga (RT) sampai rembug warga kelurahan/Desa.
Pasal 6
Legalitas
1. Hasil kesepakatan masyarakat yang dirumuskan dalam rembug warga yang dilegalisasi
adalah lembaga pimpinan kolektif yang terpilih dan mendapatkan mandat untuk memimpin
dan mewakili himpunan masyarakat warga kelurahan yang bersangkutan.
2. Hasil kesepakatan masyarakat yang dirumuskan dalam rembug warga selanjutnya
diresmikan melalui pencatatan pada notaris dalam bentuk akta notaris.
Pasal 7
Kepemilikan
BAB V
KEDUDUKAN
Pasal 8
BAB VI
PERAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Pasal 9
Peran
Peran KKM adalah mewadahi aspirasi masyarakat dengan cara melibatkan masyarakat agar
proaktif dalam proses pengambilan keputusan dalam program pemberdayaan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan di wilayahnya dan memperjuangkan dipenuhinya kebutuhan dasar,
sosial, ekonomi dan sarana prasarana dasar serta lingkungan bagi masyarakat miskin.
Pasal 10
Tugas Pokok
1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan serta aturan main (termasuk sanksi) secara
demokratis dan partisipatif mengenai hal-hal yang bermanfaat untuk meningkatkan
-3-
kesejahteraan masyarakat kelurahan, termasuk penggunaan dana BLM program
pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan (air bersih & sanitasi) di
wilayahnya;
2. Mengorganisasi masyarakat untuk bersama-sama merumuskan visi, misi, rencana strategis,
dan rencana program penanggulangan kemiskinan (air bersih & sanitasi);
3. Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah
diambil KKM, termasuk penggunaan dana program pemberdayaan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan (air bersih & sanitasi) di wilayahnya;
4. Mendorong berlangsungnya proses pembangunan partisipatif sejak tahap penggalian ide dan
aspirasi, pemetaan sosial atau penilaian kebutuhan, perencanaan, pengambilan keputusan,
pelaksanaan, pemeliharaan hingga monitoring dan evaluasi;
5. Memverifikasi penilaian yang telah dilakukan oleh unit-unit pelaksana dan memutuskan
proposal mana yang diprioritaskan didanai oleh dana program pemberdayaan masyarakat
dan penanggulangan kemiskinan di wilayahnya atau dana-dana lain yang dihimpun oleh
KKM, atas dasar kriteria dan prosedur yang disepakati dan ditetapkan bersama;
6. Memonitor, mengawasi dan memberi masukan untuk berbagai kebijakan maupun program
pemerintah lokal yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat miskin maupun
pembangunan di kelurahannya/Desanya;
7. Menjamin dan mendorong peranserta berbagai unsur masyarakat, khususnya masyarakat
miskin dan kaum perempuan di wilayahnya, melalui proses serta hasil keputusan yang adil
dan demokratis;
8. Membangun tranparansi kepada masyarakat khususnya dan pihak luar umumnya, melalui
berbagai media seperti papan pengumuman, sirkulasi laporan kegiatan dan keuangan
bulanan/triwulan serta rapat-rapat terbuka, dan lainnya;
9. Membangun akuntabilitas kepada masyarakat dengan mengauditkan diri melalui auditor
external/independen serta menyebarluaskan hasil auditnya kepada seluruh lapisan
masyarakat;
10. Melaksanakan Rapat Anggota Tahunan dengan dihadiri masyarakat luas dan memberikan
pertanggungjawaban atas segala keputusan dan kebijakan yang diambil kepada masyarakat;
11. Membuka akses dan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk melakukan
kontrol terhadap kebijakan, keputusan, kegiatan dan keuangan yang di bawah kendali KKM;
12. Memfasilitasi aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam perumusan kebutuhan dan usulan
program penanggulangan kemiskinan dan pembangunan wilayah kelurahan setempat, untuk
dapat dikomunikasikan, dikoordinasikan dan diintegrasikan dengan program serta kebijakan
pemerintah Kelurahan/Desa, Kecamatan dan Kabupaten/Kota;
13. Mengawal penerapan nilai-nilai dasar, dalam setiap keputusan maupun pelaksanaan
kegiatan penanggulangan kemiskinan serta pembangunan ;
14. Menghidupkan serta menumbuhkembangkan kembali nilai-nilai luhur dalam kehidupan
bermasyarakat, pada setiap tahapan dan proses pengambilan keputusan serta pelaksanaan
kegiatan penanggulangan kemiskinan dan/atau pembangunan kelurahan dengan bertumpu
pada kondisi budaya masyarakat setempat (kearifan lokal);
15. Merencanakan dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penciptaan
lapangan kerja baru, pengembangan ekonomi rakyat, dan peningkatan kualitas lingkungan
serta permukiman yang berkaitan langsung dengan upaya-upaya perbaikan kesejahteraan
masyarakat miskin setempat;
16. Memfasilitasi networking (jejaring) kerjasama dengan berbagai potensi sumber daya yang
ada di sumber-sumber luar masyarakat setempat.
Pasal 11
Fungsi
-4-
penanggulangan kemiskinan;
5. Pusat pembangkit dan mediasi aspirasi dan partisipasi masyarakat;
6. Pusat informasi dan komunikasi bagi warga masyarakat kelurahan/desa; serta
7. Pusat advokasi integrasi kebutuhan dan program masyarakat dengan kebijakan dan program
pemerintah.
Pasal 12
1. KKM wajib menyusun Program Penanggulangan Kemiskinan yang terdiri dari Program
Jangka Menengah (PJM ProAksi) untuk rentang waktu 5 (lima) tahunan dan RKM.
BAB VII
KEANGGOTAAN
Pasal 13
Anggota KKM
1. Anggota KKM adalah warga yang tinggal di desa .............................. yang memenuhi kriteria
nilai-nilai kemanusiaan yang telah ditetapkan warga dan dipercaya warga untuk mengemban
amanat masyarakat untuk menanggulangi masalah kemiskinan.
2. Anggota KKM menggambarkan keterwakilan nilai-nilai kemanusiaan, bukan keterwakilan
wilayah, golongan, maupun kelompok tertentu.
Pasal 14
Jumlah Anggota KKM
Pasal 15
Koordinator KKM
1. Untuk memudahkan pengkoordinasian, anggota KKM dapat memilih dan mengangkat salah
seorang di antara anggota KKM untuk menjadi koordinator yang disebut Koordinator KKM.
2. KKM tidak mengenal hirarki, tiap anggota memiliki hak yang sama, oleh karena itu semua
keputusan dilakukan secara kolektif dan koordinator KKM tidak dapat mengambil keputusan
sendiri dengan mengatas namakan KKM.
3. Koordinator KKM dipilih dari dan oleh anggota KKM.
Pasal 16
Masa Bakti KKM
1. Anggota KKM dipilih untuk masa bakti Maksimal 3 tahun, dengan tiap tahun dilakukan
evaluasi dan dapat dilakukan penggantian serta dapat dipilih ulang.
2. Bilamana salah seorang anggota KKM mengundurkan diri atau diberhentikan dan atau
meningal dunia sebelum masa jabatannya berakhir, maka anggota KKM lainnya mengadakan
Rembug Khusus untuk menetapkan anggota pengganti yang berasal dari nama hasil
Rembug Warga Kelurahan/desa sebelumnya yang memperoleh peringkat tertinggi dalam
pemilihan anggota KKM, tetapi tidak menjadi anggota KKM, kemudian dipertimbangkan dan
atau disahkan dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT).
Pasal 17
Anggota KKM bertugas berdasarkan kerelawanan dan tidak menerima gaji atau imbalan lainnya.
Pasal 18
-5-
Prinsip Pendirian KKM
1. Sistem pemilihan KKM adalah pemilihan langsung secara rahasia, tanpa pencalonan, dan
tanpa kampanye atau rekayasa.
2. Kriteria anggota KKM ditentukan sendiri oleh warga melalui refleksi kepemimpinan dengan
berbasis nilai-nilai kemanusiaan.
3. Pemilihan dimulai dari pemilihan utusan di tingkat RT dilanjutkan ke tingkat kelurahan/desa.
4. Semua warga dewasa di kelurahan/desa bersangkutan berhak untuk memilih.
5. Semua warga dewasa di kelurahan/desa bersangkutan yang memenuhi kriteria yang
disepakati warga berhak untuk dipilih.
6. Setiap pemilih tidak diperkenankan untuk diwakilkan atau dikuasakan dengan alasan
apapun.
7. Setiap pemilih tidak diperkenankan untuk mewakili golongan, ras, agama, jabatan atau
kepentingan lainnya.
Pasal 19
Tata cara Pendirian KKM
BAB VIII
PERANGKAT ORGANISASI
Pasal 20
Untuk membantu tugas dan fungsinya, maka KKM dapat mengangkat perangkat organisasi
sebagai berikut:
1. Sekretariat, diangkat sebagai unsur pelaksana harian bekerja purna waktu dan tidak
diperkenankan diangkat dari dan atau merangkap sebagai anggota KKM serta unit-unit
pengelola KKM.
2. Penasehat, bila dikehendaki KKM sesuai kebutuhan dan bersifat relawan.
3. Satuan Pelaksanan (Satlak) yang terdiri dari : Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang diangkat
untuk mengelola keuangan KKM, dan Unit Pengelola lainnya, diangkat untuk mengelola
kegiatan khusus seperti Unit Kerja Teknis Air Minum & Sanitasi, Unit Pengelola Keuangan,
dan Unit Kerja Masyarakat & Sekolah dan membentuk Unit Pengelola Lain sesuai kebutuhan
Pasal 21
-6-
Pasal 22
Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Organisasi KKM
1. Unit-unit pengelola dibentuk dan dibubarkan oleh KKM sesuai dengan kebutuhan dalam
rapat khusus KKM. Hasil rapat khusus diumumkan kepada masyarakat melalui berbagai
media, setidak-tidaknya ditempel di lima tempat strategis dengan masa sanggah 17 hari.
2. Pengurus UP / perangkat organisasi KKM diangkat dan diberhentikan oleh KKM sesuai
dengan kebutuhan dalam rapat khusus KKM. Hasil rapat khusus diumumkan kepada
masyarakat melalui berbagai media, setidak-tidaknya ditempel di lima tempat strategis
dengan masa sanggah 17 hari.
3. Kontrak kerja perangkat organisasi KKM berlaku untuk maksimal 1 (satu) tahun. Jika kinerja
dari seorang pengurus perangkat organisasi KKM dianggap baik, maka orang tersebut dapat
kembali dikontrak untuk tahun-tahun berikutnya, namun setiap pembaruan kontrak kerja tetap
hanya berlaku maksimal 1 (satu) tahun.
Pasal 23
Anggota KKM dilarang merangkap menjadi perangkat organisasi KKM yang mendapatkan honor.
BAB IX
HUBUNGAN KELEMBAGAAN
Pasal 24
BAB X
RAPAT-RAPAT
Pasal 25
Rembug Warga Kelurahan/Desa
Pasal 26
RWK/D atau RWK/D Istimewa berhak dan mempunyai wewenang untuk:
1) Meminta pertanggung jawaban KKM tentang pengelolaan KKM.
-7-
2) Merubah dan menetapkan AD.
3) Memilih, mengangkat dan memberhentikan KKM.
4) Mengadakan Referendum.
Pasal 27
1) Yang dimaksud dengan keadaan istimewa adalah sebagai berikut:
a. Jika RWK/D tidak dapat berlangsung karena tidak memenuhi ketentuan, dan
RWK/D telah ditunda paling lama 10 (sepuluh) hari, tetapi pada RWK/D kedua tetap tidak
tercapai syarat tersebut.
b. Keadaan yang mengharuskan adanya keputusan segera yang wewenangnya ada
pada RWK/D.
c. Keadaan ketika perubahan AD harus segera dilakukan karena adanya ketentuan
Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Republik Indonesia yang mengharuskan
perubahan tersebut.
2) Keputusan RWK/D Istimewa hanya sah jika keputusan tersebut
untuk menyelamatkan kelangsungan Paguyuban.
3) RWK/D Istimewa dapat diselenggarakan:
a. Atas keputusan hasil referendum yang menyetujui pelaksanaan RWK/D Istimewa, atau
b. Atas permintaan tertulis lebih dari 1/2 (setengah) jumlah anggota LKM.
Pasal 28
Rembug KKM
1. Rapat Anggota Tahunan (RAT), dilakukan setiap tahun untuk evaluasi dan penilaian
terhadap kinerja unit-unit pelaksana KKM, membahas perkembangan kegiatan tahun
sebelumnya, dan menetapkan rencana UP-UP dan kegiatan KKM, serta memilih koordinator
KKM dan pengelola UP-UP pada akhir masa jabatan.
2. Rapat Koordinasi Anggota (RKA), dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
bulan untuk melakukan pembahasan kemajuan dan perkembangan kegiatan serta
menetapkan rencana bulan berikutnya untuk kegiatan yang dilaksanakan oleh Unit-Unit
Pelaksana yang ada.
3. Rapat Prioritas Usulan Kegiatan (RPUK), dilakukan untuk menetapkan prioritas/
perankingan usulan-usulan kegiatan yang telah dinilai layak oleh UPK untuk disetujui
memperoleh dana KKM, baik penyerapan maupun kemajuan pelaksanaannya.
4. Rapat Keputusan Khusus (RKK), dilakukan secara insidental sesuai kebutuhan untuk
mengambil keputusan yang berkenaan dengan kegiatan penanggulangan kemiskinan secara
umum sesuai batas kewenangannya, misalnya keputusan mengenai auditor untuk audit
independent, keanggotaan dalam forum KKM, utusan peserta pelatihan, dll.
BAB XI
QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 29
1. Rapat-rapat sebagaimana dimaksud dalam pasal … dinyatakan sah apabila dihadiri lebih
dari ½ dari jumlah anggota plus 1.
2. Pengambilan keputusan pada dasarnya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat dan
apabila hal ini tidak mungkin, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
-8-
BAB XII
KEUANGAN
Pasal 30
Sumber Dana
Pasal 31
Pemanfaatan Dana
Pasal 32
Pengelolaan Dana
Pasal 33
Transparansi dan Akuntabilitas
BAB XIII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 34
Perubahan anggaran dasar KKM dapat dilakukan dalam rembug warga kelurahan/desa (RWK/D)
atau RWK/D istimewa, sebagaimana diatur dalam pasal-pasal mengenai RWK/D.
-9-
BAB XIV
PEMBUBARAN
Pasal 35
1. Pembubaran KKM hanya dapat dilakukan dengan keputusan yang melibatkan seluruh
masyarakat melalui rembug warga kelurahan/desa (RWK/D) atau RWK/D istimewa.
2. Tata cara pembubaran akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
3. Dalam hal KKM dibubarkan maka seluruh kekayaan yang dimiliki diserahkan kepada
masyarakat, yang pelaksanaannya diatur tersendiri melalui rapat anggota KKM.
BAB XV
ANGGARAN RUMAH TANGGA DAN PERATURAN LAINNYA
Pasal 36
1. Hal-hal yang belum ditetapkan dalam anggaran dasar, akan diatur dalam anggaran rumah
tangga. Rembug KKM menyusun dan menetapkan Anggaran Rumah Tangga serta
peraturan khusus yang memuat peraturan pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan dalam
Anggaran Dasar ini dan tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar.
2. KKM dapat mengeluarkan Surat Keputusan yang isinya tidak boleh bertentangan dengan
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta keputusan lain dari Rembug Warga
Kelurahan/Desa.
BAB XVI
PENUTUP
Pasal 37
Ditetapkan di :
Pada tanggal :
Nama & Tanda Tangan Nama & Tanda Tangan Nama & Tanda Tangan
Pimpinan rembug warga Panitia Pembentukan Panitia Pembentukan
Nama & Tanda Tangan Nama & Tanda Tangan Nama & Tanda Tangan
- 10 -