Anda di halaman 1dari 7

KONSEP DASAR KEPERAWATAN PALIATIF

DISUSUN OLEH :

LUSY ANGRIANI MANURUNG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

JURUSAN PROFESI NERS KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2017 / 2018


KONSEP DASAR KEPERAWATAN PALIATIF
1. Pengertian
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang diberikan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien yang memiliki penyakit serius atau yang mengancam jiwa, seperti kanker.
Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk mencapai kualitas hidup yang baik bagi
seseorang yang memiliki hambatan untuk terus hidup akibat suatu penyakit dan memberikan
dukungan bagi keluarga (National Cancer Institute, 2010).
World Health Organization (2010) menyatakan bahwa perawatan paliatif merupakan
perawatan total secara aktif bagi tubuh, pikiran, dan jiwa serta melibatkan pemberian
dukungan kepada keluarga. Hal ini dimulai ketika penyakit didiagnosis dan terlepas dari
pasien menerima atau tidak menerima pengobatan yang diarahkan pada penyakit.
Menurut Becker, (2009) perawatan paliatif merupakan perawatan yang aktif dan holistik
dan diberikan sejalan dengan kemajuan penyakit. Perawatan paliatif diberikan dari awal
penyakit didiagnosis, menjalani pengobatan, serta kematian dan proses berkabung. Perawatan
paliatif mencakup bagaimana memanajemen gejala dan nyeri, memberikan dukungan sosial
dan spiritual.
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang dicapai dengan efektif dengan
mengelola rasa sakit dan hal lainnya yang membuat tidak nyaman seperti kelelahan, dyspnea,
mual, muntah, gelisah, sembelit, anoreksia, depresi, kebingungan, serta menyediakan
psikologis dan perawatan spiritual dari awal di diagnosis dan terus sepanjang seluruh
program pengobatan dalam kehidupan pasien. Perawatan paliatif tidak berfokus untuk
menunda kematian tetapi berusaha untuk membimbing dan membantu pasien serta keluarga
dalam membuat keputusan yang dapat memaksimalkan kualitas hidup mereka (Palliative
Care Australia, 2014).

2. Tujuan Palliative Care


Palliative care berfungsi atau bertujuan untuk:
1) Mengurangi penderitaan pasien
2) Memperpanjang umur
3) Membantu penderita mengatasi nyeri dan gejala lainnya
4) Menghargai hidup dan kematian sebagai proses yang normal
5) Mengintegritasikan aspek psikologis dan spiritual dalam merawat penderita
6) Memberikan support agar penderita bias berfungsi secara aktif hingga kematiannya
7) Menyediakan support system bagi keluarga selama penderita sakit dan setelah
kematiannya
Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap
secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya. Jadi,
tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit dan yang ditangani
bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya.

3. Prinsip Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif harus tersedia bagi semua orang terlepas dari penyakit mereka.
Penyediaan pelayanan harus memiliki fokus tim multidisiplin dan memastikan
kesinambungan perawatan bagi pasien dan keluarga. Becker (2009) menyatakan bahwa
prinsip-prinsip dasar dalam memberikan perawatan paliatif meliputi :
1) Menghormati dan menghargai pasien serta keluarga.
Dalam memberikan perawatan paliatif, perawat harus menghargai dan menghormati
keinginan pasien dan keluarga. Berkonsultasi dengan keluarga mengenai rencana
perawatan harus menghormati pasien yang sedang sakit dimulai dari awal diagnosa
sampai pada tahap pengobatan. Sesuai dengan prinsip menghormati, informasi tentang
perawatan paliatif harus tersedia dan keluarga dapat memilih untuk memulai rujukan
untuk program perawatan paliatif. Kebutuhan keluarga juga harus diperhatikan baik
selama sakit dan setelah kematian pasien untuk mempersiapkan kemampuannya dalam
menghadapi cobaan hidup.
2) Kesempatan atau hak untuk mendapatkan kepuasan dan perawatan paliatif yang pantas.
Petugas kesehatan harus memberikan kesempatan kepada terapi untuk mengurangi rasa
sakit dan gejala fisik lainnya, sehingga memungkinkan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien. Terapi tersebut mencakup pendidikan, konseling keluarga, dukungan teman
sebaya, terapi musik, dukungan spiritual untuk keluarga dan serta perawatan menjelang
kematian.
3) Mendukung pemberi perawatan (caregiver)
Pelayanan perawatan yang profesional harus didukung oleh tim perawatan paliatif, rekan
kerja dan institusi untuk penanganan proses berduka dan kematian. Dukungan dari
institusi seperti konseling rutin dengan ahli psikologi.
4) Pengembangan profesi dan dukungan sosial untuk perawatan paliatif.
Peraturan, keuangan, dan pengetahuan sering menjadi hambatan keluarga untuk
mendapatkan kesempatan untuk layanan perawatan paliatif. Pendidikan tenaga
profesional dan masyarakat dapat mendorong kesadaran perlunya nilai dan perawatan
paliatif sehingga hal ini diupayakan untuk mengatasi hambatan dalam memberikan
perawatan paliatif. Penyuluhan kepada masyarakat tentang kesadaran akan kebutuhan
perawatan dan nilai perawatan paliatif serta usaha untuk mempersiapkan serta
memperbaiki hambatan secara ekonomi.
5) Pengembangan perawatan paliatif melalui penelitian dan pendidikan.
Penelitian klinis mengenai efektivitas dan manfaat dari intervensi perawatan paliatif dan
model penyediaan layanan harus dipromosikan. Selain itu, informasi tentang perawatan
paliatif yang sudah tersedia harus efektif disebarkan dan dimasukkan ke dalam
pendidikan dan praktek klinis.

4. Tim perawatan paliatif


Tim perawatan paliatif merupakan kolaborasi multidisiplin dan biasanya mencakup seorang
dokter dan perawatan senior bersama dengan satu atau lebih pekerja sosial dan ahli agama,
sebagai tambahan tim tersebut dibantu teman sejawat dari gizi dan rehabilitasi, seperti
fisioterapis atau petugas terapi okupasi dan terapis pernafasan (Campbell, 2013). Karena
tidak ada satu orang dapat memberikan semua yang diperlukan dalam memberikan dukungan
bagi pasien dan keluarga, perawatan paliatif adalah perawatan yang terbaik dengan
menggunakan pendekatan multidisipliner. Tim perawatan paliatif terdiri dari dokter, perawat,
pekerja sosial beserta dengan apoteker, ahli gizi, pendeta, dan profesional medis lainnya.
Anggota tim paliatif juga mencakup pasien dan atau pengasuh keluarganya. Tim perawatan
paliatif bekerjasama dengan pengasuh keluarga, dokter yang biasa menangani anggota
keluarga, dan orang lain yang terlibat dalam perawatan pasien (Center to Advance Palliative
Care, 2013).
Menurut Pamela (2005) fokus dari tim perawatan paliatif adalah dukungan tim, perawatan
berkualitas, dan memastikan kesinambungan perawatan untuk pasien dan keluarga dari
rumah sakit ke rawat jalan, dan kunjungan rumah. Dalam memberikan perawatan paliatif, tim
paliatif memiliki standar yaitu harus mencakup mekanisme untuk memastikan transisi yang
baik dalam masa perawatan pasien, menyediakan minimal satu orang yang konsisten dalam
mengasuh pasien, menyediakan tenaga kesehatan yang ahli dan menyediakan perawatan
paliatif 24 jam sehari atau 365 hari dalam setahun (American Academy of Pediatric, 2000).
Pendekatan 24 jam dalam 7 hari untuk perawatan pasien dengan kebutuhan perawatan
paliatif dihargai oleh keluarga, keluarga merasa lebih menjalin hubungan yang erat dengan
para tenaga profesional sehingga lebih mudah untuk berbicara mengenai hal-hal yang sulit
(Maynard & Lynn, 2014).

5. Tempat perawatan paliatif


Menurut Hockenberry, Wilson, & Wong (2013) pasien dengan penyakit kronis progresif
awalnya menerima layanan perawatan paliatif sebagai koordinasi pelayanan antara pasien
rawat jalan dan dokter yang diberikan oleh lembaga masyarakat di rumah. Keadaan lokasi
perawatan penyakit penting untuk memfokuskan pada intervensi yang membahas semua
aspek pasien dan kenyamanan keluarga. Hal ini memerlukan perhatian untuk kenyamanan
fisik pasien dan kebutuhan sosial, emosional dan spiritual pasien serta keluarga. Berdasarkan
hasil keputusan oleh pasien dan keluarga mengenai keinginan untuk perawatan, ada beberapa
pilihan untuk tempat perawatan yang dapat dipilih keluarga, meliputi :
1) Dirumah sakit
Keluarga dapat memilih untuk tetap berada di rumah sakit untuk menerima perawatan
jika pasien sakit atau kondisi pasien tidak stabil. Perawatan di rumah bukanlah suatu
pilihan jika kondisi pasien dalam keadaan sakit dan memerlukan pengawasan yang ketat.
Jika sebuah keluarga memilih untuk tetap berada di rumah sakit untuk perawatan terminal
pada pasien maka pengaturan kamar harus dibuat seperti keadaan di rumah. Selain itu,
dalam memberikan perawatan harus ada rencana yang konsisten dan terkoordinasi
dengan melibatkan keluarga.
2) Dirumah
Beberapa keluarga dapat memilih untuk membawa anggota keluarga mereka ke rumah
dengan menerima jasa perawatan di rumah. Umumnya layanan ini memerlukan jadwal
kunjungan perawatan untuk memberikan pengobatan, peralatan yang dibutuhkan, atau
persediaan obat-obatan. Perawatan di rumah adalah pilihan yang paling sering dipilih
oleh keluarga karena pandangan tradisional yang mengharuskan penderita kanker yang
memiliki harapan hidup kurang dari 6 bulan maka harus dirawat dekat dengan keluarga.
3) Di Hospice care
Hospice care merupakan pelayanan kesehatan yang mengkhususkan diri dalam kasus
kematian pasien dengan menggabungkan filosofi hospice care dengan prinsip-prinsip
perawatan paliatif. Filosofi hospice care menganggap kematian sebagai proses yang
alami dan perawatan pasien yang sekarat termasuk pengelolaan kebutuhan fisik,
psikologis, sosial dan spiritual penderita kanker serta keluarga. Layanan di hospice care
menyediakan home visit dan kunjungan dari pekerja sosial, pemuka agama, dan dokter.
Obat-obatan, peralatan medis dan apapun yang diperlukan semua sudah dikoordinasikan
oleh organisasi rumah sakit pemberi perawatan

6. Peran perawat
Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan untuk keluarga di seluruh
penyakit penderita kanker, mengelola gejala (Mackenzie & Mac Callam, 2009),
menyediakan perawatan yang cukup dan membantu dalam proses berkabung saat pasien
meninggal (Davies, 2003). Menurut Matzo & Sherman (2014) peran perawat paliatif
meliputi:
1) Praktik di klinik
Perawat memiliki kemampuan untuk memahami dan mengevaluasi nyeri beserta keluhan
dari nyeri yang dialami pasien. Perawat dapat berkolaborasi dengan tim profesional
lainnya dalam mengembangkan dan menerapkan perencanaan perawatan yang
komprenhensif. Perawat mengidentifikasi pendekatan baru dalam mengatasi nyeri dan
dikembangkan sesuai dengan standar rumah sakit sehingga dapat dipraktekkan sesuai
dengan aturan di rumah sakit.
2) Pendidik
Perawat memahami filosofi yang komplek, etik dan diskusi dalam membantu pasien dan
keluarga di dalam penatalaksanaan pasien di klinik sehingga semua tim perawatan dapat
mencapai hasil yang baik. Perawat menunjukkan dasar keilmuannya yang meliputi
mengatasi nyeri nueropatik, potensi jika terjadi konflik peran dengan profesi lainnya,
mengatasi rasa beduka dan kehilangan. Perawat pendidik serta tim perawatan lainnya
seperti farmasi, sesuai dengan pedoman dari tim perawatan paliatif maka memberikan
perawatan yang khusus dalam mengunakan obat-obatan intravena untuk mengatasi nyeri
neuropati yang sulit diatasi.
3) Peneliti
Perawat menghasilkan pengetahuan dari hasil sebuah penelitian dan terbukti dalam
praktek. Perawat menyelidiki dengan strategi penelitian terpadu dalam pelayan paliatif
misalnya penggunaan obat-obatan intravena dalam mengatasi nyeri neuropati.
4) Kolaborator
Perawat melakukan pengkajian untuk mengkaji bio-psiko-sosial-spiritual serta
intervesinya. Perawat membangun hubungan kolaborasi dengan profesi lainnya dengan
mengidentifikasi sumber dan kesempatan bekerja. Perawat memfasilitasi dalam
mengembangkan anggota dalam pelayanan, dokter dan perawat bekerjasama dengan
pasien dan keluarga, tim profesional dan tenaga profesional lainnya dalam rangka
mempersiapkan pelayanan dengan hasil yang terbaik.
5) Konsultan
Perawat berkonsultasi dan berkolaborasi dengan dokter, tim perawatan paliatif, dan
komite untuk menentukan strategi pengobatan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
pasien dan keluarga. Dengan mempertahankan kehadiran yang konsisten dengan pasien
dan keluarga dan dengan tim perawatan paliatif lainnya, perawat membantu
meminimalkan konflik dalam pengambilan keputusan

Anda mungkin juga menyukai