Anda di halaman 1dari 12

Islam dan pendidikan

PENTINGNYA PENDIDIKAN ISLAM PADA ANAK-ANAK DI KOMPLEK


PUNTUN CITY

Rahimatul Ni’mah
1801170172
PGMI A III

ABSTRAK

Di dunia ini banyak pasangan suami istri yang mengharapkan kehadiran anak
untuk menghiasi kehidupan mereka. Bahkan banyak diantaranya harus menunggu
sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Berbagai upaya pun dilakukan untuk
mewujudkan keinginan tersebut. Anak merupakan salah satu karunia besar Tuhan yang
hanya diberikan kepada pasangan-pasangan yang dipercaya untuk mengemban tugas
sebagai orang tua, dan anak merupakan amanah Tuhan bagi para orang tua.1
Tugas orang tua adalah mendidik anak, Pendidikan Islam untuk anak-anak
adalah kegiatan penting yang dilakukan oleh setiap orang tua, jika mereka ingin anak-
anak mereka menjadi anak-anak shaleh dalam keluarga mereka.2 Pendidikan anak harus
mendasar pada Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadits terutama tentang
keberadaan kewajiban untuk belajar bagi setiap muslim, laki-laki atau perempuan, anak-
anak dan orang dewasa. Sementara tujuan pendidikan islam pada anak adalah: merawat
jiwa anak-anak untuk menjadi jiwa yang lebih baik (fitrah) dalam Islam dan membawa
anak-anak ke kehidupan yang penuh belas kasih sayang, bahagia di dunia dan akhirat.
Pendidikan yang harus diberikan kepada anak adalah meliputi; pertama,
pendidikan akidah, hal ini diberikan karena Islam menempatkan pendidikan akidah pada
posisi yang paling mendasar Kedua, Pendidikan ibadah, agar kelak mereka tumbuh
menjadi insan yang benar-benar takwa, yakni insan yang taat melaksanakan segala
perintah agama dan taat pula dalam menjauhi segala larangannya. Ketiga, Pendidikan
akhlak, dalam rangka mendidik akhlak kepada anak-anak, selain harus diberikan
1
Aly, H. N. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.1999. hlm.78
2
Ibid.hlm86
keteladanan yang tepat, juga harus ditunjukkan tentang bagaimana menghormati dan
bertata krama dengan sesama manusia.3

Kata kunci :pendidikan, anak, islam

PENDAHULUAN

Keluarga adalah wadah utama pensosialisasian kultur di setiap lapisan


masyarakat. Keluarga juga sebagai madrasah pertama bagi anak, sebab keluarga adalah
hal yang pertama kali mempengaruhi kehidupan anak-anak, juga menjadi inspirasi bagi
anak-anak. Anak sebagai anggota/bagian dalam sebuah keluarga mendapatkan pelajaran
atas berbagai hal yang ada dalam keluarga, tanpa disadari tentang apa yang terjadi di
dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan anak.
Ayah dan ibu sebagai orang yang berperan penting dalam sebuah keluarga. Apa yang
dilakukan keduanya, akan dituruti oleh anak-anaknya. Jadi sebisa mungkin kita
memberikan atau mempengaruhi anak-anak kita dengan sesuatu yang baik/positif, untuk
perkembangan anak menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Setiap anak lahir dalam keadaan lemah tak berdaya dan tidak memiliki
pengetahuan apapun. Akan tetapi tuhan membekali anak yang baru lahir tersebut
dengan pendengaran, penglihatan dan hati nurani (akal). Dengan itu manusia dapat
membedakan di antara segala sesuatu, mana yang bermanfaat dan mana yang
berbahaya.4 Dalam pandangan Islam anak merupakan amanah di tangan kedua orang
tuanya. Hatinya yang bersih merupakan permata yang berharga, lugu dan bebas dari
segala macam ukiran dan gambaran.
Ukiran tersebut berupa pendidikan yang baik dan akan tumbuh subur pada diri
anak, jika anak dibisakan dan dididik dengan hal-hal yang baik dan diajarkan kebaikan
kepadanya, anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik.5 Orang tua memiliki

3
Suwaid, Muhammad. Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyah lit-Tifl, terjemahan Salafuddin Abu Sayyid,
Mendidik Anak Bersama Nabi.Solo: Pustaka Ara-fah. 2003.hlm75
4
Halim, M. Nipan Abdul. Anak Saleh Dambaan Keluarga. Jakarta: Mitra Pustaka. 2005.hlm216
5
Ibid.hlm221
kewajiban untuk memelihara diri dan keluarga (anak-anaknya) dari siksaan api neraka.
Cara yang dapat dilakukan oleh orang tua ialah mendidiknya, membimbingnya dan
mengajari akhlak-akhlak yang baik.
Pendidikan dalam pandangan Islam adalah memelihara, membantu pertumbuhan
dan perkembangan fitrah manusia yang dimiliki anak. Atau dengan kata lain bahwa
pendidikan anak dalam pendidikan Islam bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai
keislaman kepada anak sejak dini, sehinga dalam perkembangan selanjutnya anak
menjadi manusia muslim yang kāffah, yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Hidupnya terhindar dari kemaksiatan, dan dihiasi dengan ketaatan dan kepatuhan serta
oleh amal soleh yang tiada hentinya.6
Pendidikan merupakan transformasi nilai dari pendidik kepada peserta didik
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pendidikan juga sebagai upaya
membangun, membina, dan mengembangkan kualitas manusia yang dilakukan
terstruktur dan terprogram serta berkelanjutan.7
Problematika yang melatarbelakangi penelitian ini adalah adanya permasalahan
anak-anak di komplek Puntun yang kurang mendapat perhatian pendidikan agama dari
orang tuanya sehingga banyak anak-anak yang kurang diharapkan perkembangan
agamanya.

6
Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.
1, hlm. 130.
7
Ibid hlm65
PEMBAHASAN

Pengertian Pendidikan Islam

Al-Tarbiyah, al-Ta'dīb, dan al-Ta'līim. Dari ketiga istilah tersebut yang popular
digunakan dalam praktik pendidikan Islam ialah al-Tarbiyah, sedangkan term al-Ta'dīb
dan al-Ta'līm jarang sekali digunakan. Terlepas dari perdebatan makna dari ketiga di
atas, secara terminologi, para ahli pendidikan Islam telah mencoba menformulasikan
pengertian pendidikan Islam. Di antara batasan yang sangat variatif tersebut adalah:8
A. Al-Syaibaniy mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah
tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan
alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan
pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi diantara sekian banyak
profesi asasi dalam masyarakat.
B. Muhammad Fadhil al-Jamaly mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya
mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis
dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan mulia. Dengan proses
tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna,
baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya.
C. Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang
diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan
ajaran Islam.
D. Achmadi memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan
Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah
manusia secara sumber daya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya
manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.9
Beberapa pengertian pendidikan Islam di atas, dapat disebutkan bahwa
pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik)
dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Hakikatnya pendidikan

8
Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, Terjemahan
Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 399.
9
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1992), hlm. 32.
Islam adalah usaha orang dewasa Muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan
membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik
melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.
Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian "memberi makan"
(opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga
sering diartikan dengan menumbuhkan kemampuan dasar manusia. Bila ingin diarahkan
kepada pertumbuhan sesuai dengan ajaran Islam, maka harus berproses melalui sistem
pendidikan Islam, baik melalui kelembagaan maupun melalui sistem kurikuler. Esensi
daripada potensi dinamis dalam setiap diri manusia terletak pada keimanan/kenyakinan,
ilmu pengetahuan, akhlak moralitas) dan pengamalannya, yang keempatnya merupakan
potensi esensial yang menjadi tujuan fungsional pendidikan Islam.10 Karenanya, dalam
strategi pendidikan Islam, keempat potensi dinamis yang esensial tersebut menjadi titik
pusat dari lingkaran proses pendidikan Islam sampai kepada tercapainya tujuan akhir
pendidikan Islam, yakni terbentuknya manusia dewasa yang mukmin/Muslim, muhsin,
muchlisin dan muttaqin.

Pendidikan Islam dalam keluarga

Pendidikan agama dalam keluarga dapat diartikan sebagai sebuah usaha untuk
membantu mengembangkan dan mengarahkan potensi anggota keluarga untuk
mencapai tujuan hidupnya. Dalam hal ini, orang tua yang dapat membantu
mengembangkan potensi dan anak-anak yang dibantu agar menjadi manusia yang
diharapkan.
Tiga tempat pendidikan yang dapat membentuk anak menjadi manusia
seutuhnya adalah di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga adalah tempat titik
tolak perkembangan anak. Peran keluarga sangat dominan untuk menjadikan anak yang
cerdas, sehat, dan memiliki penyesuaian sosial yang baik. Keluarga sebagai lingkungan
pendidikan yang pertama sangat berpengaruh dalam membentuk pola kepribadian
anak.11

10
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1993), hlm. 32.
11
Helmawati, Pendidikan Keluarga, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), hlm. 49
Dalam memberikan pendidikan agama setiap orang tua memiliki pola tersendiri.
Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang
lainnya.12 Sehingga dalam penelitian ini peneliti menjabarkan pola pendidikan agama
dalam keluarga dalam tiga cakupan yaitu materi yang diajarkan dalam keluarga buruh
petani melati, metode yang diterapkan, dan pola asuh orang tua dalam mendidik
anaknya.
Ruang lingkup pendidikan dalam keluarga meliputi ruang lingkup ajaran Islam
itu sendiri. Yakni pendidikan tentang akidah (keimanan), syariat, muamalah, dan
akhlak. Inti pada lingkup keyakinan (akidah) adalah ketauhidan kepada Allah yaitu
memurnikan keyakinan hanya kepada Allah dengan tidak menyekutukannya. Secara
sederhana berisi tentang kajian rukun iman yaitu beriman kepada Allah, kepada
Malaikat-Malaikat-Nya, kepada Kitab-Kitab-Nya, kepada Rasul-Rasul-Nya, kepada hari
akhir dan kepada qadha dan qadhar. Lingkup syariat yang mencakup tentang
pemahaman ibadah, seperti shalat,puasa,zakat,haji. Lingkup muamalah yang mencakup
pemahaman tentang hukum-hukum Islam dalam kehidupan. Kemudian untuk lingkup
akhlak terbagi menjadi tiga yaitu akhlak kepada Allah, akhlak kepada makhluk, dan
akhlak kepada alam.13

Metode-metode Pendidikan Islam dalam keluarga

Metode berarti cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu
pengetahuan. Metode adalah salah satu komponen yang tidak kalah pentingnya dari
komponen-komponen lainnya dalamsebuah pendidikan.
Ada beberapa metode yang bisa digunakan oleh guru maupun orang tua dalam
mendidik anaknya, sebagai berikut :
1. Metode bercerita
Dalam mendidik anak metode cerita dapat digunakan sebagai metode
yang efektif. Seperti para Nabi-nabi terdahulu, mereka mengajarakan anak-anak
mereka dengan bercerita tentang kisah-kisah pendahulu mereka, tentunya
dengan memasukkan nilai-nilai keagamaan. Dalam islam, kita tidak boleh

12
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga, (Jakarta: RIneka
Cipta), hlm. 51
13
Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011), hlm.9-10.
menceritakan sesuatu yang itu bohong, seperti dongeng-dongeng yang dibuat-
buat oleh manusia. Seharunya kita menceritakan tentang kisah-kisah Nabi dan
Rasul yang dimana ini awal anak-anak belajar tentang agama.
2. Metode Pembiasaan
Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman. Apa yang dibiasakan?
Yang dibiasakan adalah sesuatu yang baik. Inti pembiasaan adalah pengulangan.
Dalam keluarga orang tua yang terbiasa mengucapkan salam ketika masuk-
keluar rumah, maka hal itu akan menjadi santapan rohani anak dan secara
perlahan namun pasti anak akan menuruti ucapan salam yang sering diucapkan
orang tuanya itu.14
3. Metode Keteladanan
Diantara sekian banyak metode dalam pendidikan pada umumnya dan
pendidikan Islam pada khususnya, metode keteladanan adalah salah satu metode
yang memiliki dampak pengiring yang sangat penting dalam pembentukan
kepribadian anak.
Menurut Muhammad Ibrahim Hamd mengatakan bahwa pendidik itu
besar di mata anak didiknya, apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya,
karena anak didik akan meniru dan meneladani apa yang dilihat dari gurunya,
maka wajiblah guru memberikan teladan yang baik.15
4. Metode Ganjaran
Ada dua ganjaran yang sebaiknya difahami, yaitu ganjaran ilahiah dan
ganjaran ukhrawiah. Ganjaran ilahiah adalah suatu balasan berupa pahala dari
Allah atas segala amal perbuatan yang telah dilakukan dengan ikhlas. Sedangkan
ganjaran ukhrawiah adalah suatu balasan berupa sesuatu dari sesama manusia
atas segala amal perbuatan yang telah dilakukan. Contohnya memberikan hadiah
kepada anak, ketika anak berhasil mencapai suatu prestasi. 16

14
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga, (Jakarta: RIneka
Cipta), hlm.185.
15
Ibid., hlm. 191.
16
Ibid., hlm. 210.
Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

Sebagai kegiatan yang bergerak dalam usaha pembinaan kepribadian Muslim,


tentu pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja.
Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan kegiatan pendidikan yang
diprogramkan.
Dalam hal ini, dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya
merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantarkan peserta
didik ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Dasar pendidikan Islam ialah Islam dengan
segala ajarannya yang tertuang dalam Al Qur-an dan Sunnah (hadis) Rasulullah SAW.17
Penetapan Al Qur-an dan Hadis sebagai dasar pendidikan Islam, hal ini
dikarenakan kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh
nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.
Sebagai pedoman, Al Qur-an tidak ada keraguan padanya, terpelihara kesucian dan
kebenarannya. Demikian juga dengan kebenaran hadis sebagai dasar kedua bagi
pendidikan Islam. Dalam kedudukannya sebagai dasar pendidikan Islam, sunnah Rasul
mempunyai dua fungsi, yaitu; pertama, menjelaskan sistem pendidikan
Islam yang terdapat dalam Al Qur-an dan menjelaskan hal-hal yang tidak
terdapat di dalamnya. Kedua, menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan
Rasulullah bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak, dan pendidikan
keimanan yang pernah dilakukannya.18
Adapun tujuan pendidikan Islam ialah menanamkan takwa dan akhlak serta
menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi
luhur menurut ajaran Islam.
Tujuan pendidikan Islam pada intinya merupakan penjabaran dari tujuan hidup
manusia yaitu memperoleh keridhaan Allah. Dengan demikian, tujuan akhir pendidikan
Islam ialah terciptanya manusia yang diridhai Allah, yakni manusia yang menjalankan
peranan idealnya sebagai hamba dan khalifah Allah secara sempurna.19 Lebih bervariasi
lagi, ada beberapa ahli pendidikan Islam yang merumuskan tujuan pendidikan antara
lain adalah; al-Syaibani, mengemukakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam

17
Ibid.hlm 52
18
Ibid.hlm88
19
Ibid.hlm102
adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara tujuan akhir yang ingin
dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akal
secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi
pelaksanaan fungsinya sebagai khālifah fil ardh.20
Muhammad Athiyah al-Abrasyi, menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah; (1) membentuk akhlak mulia (2) mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat
(3) persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya (4)
menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik (5) mempersiapkan tenaga
professional yang terampil.21
Kongres se-Dunia ke II tentang Pendidikan Islam tahun 1980 di Islam abad
merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan
pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik) secara menyeluruh dan seimbang
yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual) diri manusia yang
rasional; perasaan dan indera.22 Karena itu, pendidikan hendaknya mencakup
pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi,
fisik, ilmiah, dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif; dan mendorong
semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir
pendidikan Muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah,
baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.
Berdasarkan rumusan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan Islam
merupakan proses membimbing dan membina terciptanya pribadi fitrah peserta didik
secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi peserta didik sebagai Muslim
paripurna (al-insān al-kāmil. Pengertian pertama, al-insān al-kāmil dalam pengertian
konsep pengetahuan mengenai manusia yang sempurna, yang terkait dengan pandangan
mengenai sesuatu yang dianggap mutlak, yaitu Tuhan. Pengertian kedua, al-insān al-
kāmil terkait dengan jati diri yang mengidealkan kesatuan nama serta sifat-sifat Tuhan
ke dalam hakikat atau esensi dirinya.23 Melalui sosok pribadi yang demikian, peserta
didik diharapkan mampu memadukan fungsi iman, ilmu dan amal secara integral bagi
terbinanya kehidupan yang harmonis, baik dunia maupun akhirat.

20
Ibid.hlm45
21
Ibid.hlm96
22
Ibid.hlm 55
23
Ibid.hlm77
KESIMPULAN

Anak merupakan salah satu karunia besar Tuhan yang hanya diberikan kepada
pasangan-pasangan yang dipercaya untuk mengemban tugas sebagai orang tua, dan
anak merupakan amanah Tuhan bagi para orang tua. Tugas orang tua adalah mendidik
anak, Pendidikan Islam untuk anak-anak adalah kegiatan penting yang dilakukan oleh
setiap orang tua, Pendidikan anak harus mendasar pada Islam yang bersumber dari Al-
Qur'an dan hadits terutama tentang keberadaan kewajiban untuk belajar bagi setiap
muslim. pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta
didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam dan kehidupan
yang harmonis, baik dunia maupun akhirat.
Djamarah, Syaiful Bahri. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga.
Jakarta: Rineka Cipta. 2014.

Helmawati. Pendidikan Keluarga. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Suwaid, Muhammad. Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyah lit-Tifl, terjemahan


Salafuddin Abu Sayyid, Mendidik Anak Bersama Nabi. Solo: Pustaka Ara-fah.
2003.

Halim, M. Nipan Abdul. Anak Saleh Dambaan Keluarga. Jakarta: Mitra Pustaka. 2005.

Madjid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung:PT Remaja Rosdakarya,
Cet. 1. 2004

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung, Remaja Rosdakarya,
1992.

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara,1993.

Aly, H. N. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.1999.

Anda mungkin juga menyukai