Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 2, No.

1, Februari 2017

PENINGKATAN DIMENSI SALURAN DRAINASE DALAM UPAYA


MENGATASI GENANGAN AIR DI WILAYAH KELAPA DUA ENTROP
KOTA JAYAPURA
Reny Rochmawati1, Andung Yunianta2
1,2
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Sistem Informasi, Universitas Yapis Papua
Jl. Samratulangi Dok V Atas, Jayapura
1
rochmawatireny@rocketmail.com, 2andung.ay@gmail.com

Abstrak

Jalan Kelapa Dua Entrop yang merupakan jalan protokol di Kota Jayapura yang di kedua sisi jalan tersebut
terdapat saluran drainase sebagai infrastruktur penunjang, sudah mengalami masalah dan masalah ini
menganggu aktifitas masyarakat dan merusak infrastruktur lainnya. Masalah yang terjadi adalah sistem drainase
yang tidak berfungsi secara optimal. Dengan mengacu pada masalah-masalah yang terjadi pada sistem drainase
di Jalan Kelapa Dua Entrop inilah yang menarik untuk melakukan penelitian peningkatan dimensi saluran
drainase dalam upaya mengatasi genangan dan masalah drainase lainnya diwilayah tersebut. Hasil perhitungan
debit saluran, Qsal.1 kiri = 0,96534 m3/dt, Qsal.2 kiri = 0,5392 m3/dt, Qsal.1 kanan = 0,00354 m3/dt and Qsal.2
kanan = 0,00172 m3/dt. Berdasar hasil hitungan, Qsal.1 kiri, hasil hitungan > Qsal.1 kiri di lapangan, Qsal.2
kiri, hasil hitungan > Qsal.2 kiri di lapangan, Qsal.1 kanan, hasil hitungan < Qsal.1 kanan di lapangan, dan
Qsal.2 kanan, hasil hitungan < Qsal.2 kanan di lapangan sehingga dimensi saluran kali jalan Kelapa Dua Entrop
saat ini sudah tidak dapat menampung debit air hujan. Penanganan atas masalah yang terjadi yaitu dengan
menerapkan aspek hidraulik dan aspek non struktural dengan benar, memperbesar kapasitas saluran, masalah
sampah dapat diatasi dengan menggunakan trash rack, penumpukan sedimen, menjaga keberlangsungan
operasional sistem drainase dengan melakukan kegiatan pemeliharaan secara rutin dan berkala oleh semua pihak
yang terlibat langsung dengan drainase.
Kata Kunci: dimensi, saluran drainase, genangan
Abstract

Kelapa Dua Entrop road which is a protocol road in Jayapura City which on both sides of the road has
drainage channel as supporting infrastructure, has been experiencing problems and this problem disrupt the
activity of society and damage other infrastructure. The problem is that the drainage system is not functioning
optimally. With reference to the problems occurring in the drainage system at Jalan Kelapa Dua Entrop it is
interesting to research the improvement of drainage channel dimension in order to overcome the inundation and
other drainage problems in the region. Result of calculation of channel discharge, Qsal.1 left = 0.96534 m3/dt,
Qsal.2 left = 0,5392 m3/dt, Qsal.1 right = 0,00354 m3/dt and Qsal.2 right = 0,00172 m3/dt. Based on the
results of the calculations, Qsal.1 left, the results of the calculation > Qsal.1 left in the field, Qsal.2 left, the
results of calculation > Qsal.2 left in the field, Qsal.1 right, calculation results < Qsal.1 right in the field, and
Qsal.2 right, the result of the < Qsal.2 right count in the field so that the channel dimension of the current
Kelapa Dua Entrop road is not able to accommodate the rainwater discharge. The handling of the problem that
occurs is by applying the hydraulic aspect and unstructured aspects correctly, increasing the channel capacity,
waste problem can be solved by using trash rack, sediment buildup, maintaining the operational continuity of
the drainage system by conducting routine and periodic maintenance activities by all parties directly involved
with drainage.
Keywords: dimensions, drainage channels, inundation

1. Pendahuluan yang terjadi pada beberapa titik sekitar daerah kota


Dalam perkembangannya, kota tidak terlepas adalah genangan air. Jalan Kelapa Dua Entrop yang
dari masalah-masalah yang menimbulkan dampak merupakan jalan protokol di Kota Jayapura yang di
terhadap lingkungan, sehingga harus mendapat kedua sisi jalan tersebut terdapat saluran drainase
perhatian dan penanganan dari pemerintah dan sebagai infrastruktur penunjang, sudah mengalami
masyarakat. Kota Jayapura sebagai Ibu Kota Propinsi masalah dan masalah ini menganggu aktifitas
Papua masih mempunyai permasalahan pada salah masyarakat dan merusak infrastruktur lainnya.
satu infrastruktur kota yaitu sistem drainase. Masalah Masalah yang terjadi adalah sistem drainase yang
ini harus segera ditangani guna mencegah tidak berfungsi secara optimal.
permasalahan pada infrastruktur lainnya. Masalah
1
Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 2, No. 1, Februari 2017

Kondisi topografi daerah penelitian yang yang dapat menampung air hujan yang mengalir di
memiliki ketinggian cukup signifikan antara bagian permukaan tanah tersebut (Suripin dalam Adi Yusuf
hulu dan hilir ketika terjadi curah hujan tinggi aliran M., 2006).
air memiliki kecepatan tinggi, air tidak lagi sempat Sistem drainase dapat didefinisikan sebagai
masuk ke dalam saluran (disebabkan pula oleh serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
saluran yang tersumbat dan elevasi saluran yang mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari
lebih tinggi daripada bahu jalan) mengakibatkan suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
limpasan air pada badan jalan. difungsikan secara optimal. Dirunut dari hulunya,
Dengan kecepatan aliran tinggi, seharusnya air bangunan sistem drainase terdiri dari saluran
mudah mengalir pada saluran (tidak terjadi genangan penerima (interseptor drain), saluran pengumpul
atau banjir) namun yang terjadi setelah hujan (collector drain), saluran pembawa (conveyor
berhenti yang tersisa adalah sampah-sampah yang drain), saluran induk (main drain) dan badan air
berserakan pada badan jalan dan juga genangan air penerima (receiving waters) (Suripin dalam Adi
pada saluran yang tidak dapat mengalir sehingga air Yusuf M., 2006).
meluap ke pinggir jalan (ada juga air yang melewati Secara umum sumber-sumber air buangan kota
plat pelintas). dibagi dalam kelompok- kelompok diantaranya (S.N,
Perubahan tata guna lahan juga berpengaruh 1997):
pada daerah ini yang awalnya dipergunakan untuk a. Dari rumah tangga
daerah pemukiman penduduk sekarang setelah b. Dari perdagangan
perkembangan pesat kota, daerah ini menjadi c. Dari industri sedang dan ringan
kawasan perdagangan yang padat (terkhusus d. Dari pendidikan
pembangunan rumah toko yang menjamur). Masalah e. Dari kesehatan
yang muncul adalah sistem drainase yang menjadi f. Dari tempat peribadatan
saluran tertutup akibat pembuatan plat-plat pelintas g. Dari sarana rekreasi
untuk akses mobilitas menuju lokasi perdagangan. Untuk menghindari terjadinya pembusukan
Hal ini mengakibatkan menurunnya operasional dan dalam pengaliran air buangan harus sudah tiba di
pemeliharaan pada saluran drainase di bawahnya bangunan pengolahan tidak lebih dari 18 jam, untuk
serta pemeliharaan yang tidak dilakukan secara daerah tropis. Dalam perencanaan, estimasi
berkala. Penyebab lainnya adalah kesadaran mengenai total aliran air buangan dibagi dalam 3
masayarakat akan kebersihan lingkungan yaitu (tiga) hal yaitu (S.N, 1997):
dengan sengaja membuang sampah pada pinggir a. Air buangan domestik: maksimum aliran air
saluran dan badan saluran. Sifat acuh tak acuh buangan domestik untuk daerah yang dilayani
terhadap masalah inilah yang menyebabkan pada periode waktu tertentu.
permasalahan drainase menjadi sangat kompleks, b. Instalasi air permukaan (hujan) dan air tanah
padahal masalah ini juga berdampak pada (pada daerah pelayanan dan sepanjang pipa).
masyarakat itu sendiri. c. Air buangan industri dan komersial: tambahan
Dengan mengacu pada masalah-masalah yang aliran maksimum dari daerah- daerah industri
terjadi pada sistem drainase di Jalan Kelapa Dua dan komersial.
Entrop inilah yang menarik untuk melakukan Hidrologi merupakan ilmu tentang kehadiran
penelitian peningkatan dimensi saluran drainase dan pergerakan air di alam dalam bentuk presipitasi,
dalam upaya mengatasi genangan dan masalah transpirasi, aliran permukaan dan aliran tanah. Hujan
drainase lainnya di wilayah tersebut. merupakan salah satu proses yang terbentuk dalam
Penelitian ini bertujuan menentukan dimensi siklus hidrologi.
saluran drainase yang sanggup menampung limpasan Dalam perhitungan debit air hujan diperlukan
air (runoff), bisa mengatasi genangan air, dan analisis hidrologi untuk mengetahui besarnya
masalah lain yang berkaitan dengan sistem drainase limpasan permukaan maksimum. Analisa hidrologi
pada wilayah Kelapa Dua Entrop Kota Jayapura. bertujuan agar tidak terjadi perencanaan yang
berlebihan dari perencanaan yang sebenarnya dengan
2. Tinjaun Pustaka
resiko yang semakin besar biaya konstruksinya atau
Drainase berasal dari bahasa Inggris dr ainage
sebaliknya yang berarti biaya konstruksi murah
yaitu kata kerja to drain yang artinya
namun membawa resiko kegagalan yang lebih besar,
mengeringkan, menguras, membuang, mengalirkan
baik struktural maupun fungsional. Analisa hidrologi
atau mengalihkan air. Dalam bidang teknik sipil,
meliputi uji abnormalitas, analisa frekwensi curah
drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai
hujan, waktu konsentrasi, kala ulang hujan,
suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan
intensitas curah hujan, koefisien pengaliran, luas
air yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun
daerah pengaliran dan besar debit air hujan.
kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan,
Dari hasil perhitungan curah hujan daerah, data
sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. Air
yang diperoleh perlu diuji untuk mengetahui apakah
hujan yang jatuh di suatu kawasan perlu dialirkan
data curah hujan daerah yang abnormal. Untuk
atau dibuang, caranya dengan pembuatan saluran
memperkirakan adanya data curah hujan yang
2
Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 2, No. 1, Februari 2017

abnormal diperlukan pengujian pada data curah hujan rasional:


harian maksimum dan curah hujan harian minimum. 3
Q = 0,00278.C.I.A (m /detik)
Analisis frekuensi diperlukan untuk menetapkan
Keterangan:
hujan rancangan dengan periode ulang tertentu dari
3
serangkaian data curah hujan. Untuk menganalisa Q = debit banjir maksimum (m /detik)
probabilitas hujan dan banjir digunakan beberapa C = koefisien pengaliran
metode teoritis. Secara umum distribusi teoritis I = intensitas hujan selama konsentrasi waktu banjir
dibagi atas 2 macam yaitu diskrit dan kontinyu. (mm/jam)
Distribusi kontinyu dapat berupa distribusi log A = luas daerah pengaliran (Ha)
normal, distribusi gumbel dan distribusi Log 0,00278 adalah angka koefisen
Pearson Type III. Namun dalam bahasan ini, hanya
metode Gumbel dan Log Pearson Type III yang akan Tabel 1. Hubungan Kondisi Permukaan Tanah
dibahas secara terperinci. Namun sebelum dan Koefisien Pengaliran
menggunakan macam analisis frekuensi perlu dikaji No. Kondisi Permukaan Tanah Harga C
persyaratannya. Adapun pengujian sebaran data 1. Jalan beton dan jalan aspal 0,70 – 0,95
untuk dapat menggunakan analisis frekuensi adalah 2. Jalan kerikil dan jalan tanah 0,40 – 0,70
dihitung parameter-parameter statistic Cs, Cv, Ck 3. Bahu Jalan:
untuk dapat menentukan macam analisis frekuensi. a. Tanah berbutir halus 0,40 – 0,65
Waktu konsentrasi adalah waktu yang b. Tanah berbutir kasar 0,10 – 0,20
c. Batuan keras 0,75 – 0,85
diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang
d. Batuan lunak 0,60 – 0,75
paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang 4. Daerah perkotaan 0,70 – 0,95
ditentukan di bagian hilir suatu saluran. (S.N, 1997) 5. Daerah pinggir kota 0,60 – 0,70
Pada prinsipnya waktu konsentrasi dapat dibagi 6. Daerah industri 0,60 – 0,90
menjadi: 7. Pemukiman padat 0,40 – 0,60
a. Inlet time (t0) yaitu waktu yang diperlukan oleh 8. Pemukiman tidak padat 0,40 – 0,50
air untuk mengalir di atas permukaan tanah 9. Taman dan kebun 0,20 – 0,40
menuju saluran drainase 10. Persawahan 0,45 – 0,60
11. Perbukitan 0,70 – 0,80
b. Conduit time (td) yaitu waktu yang diperlukan 12. Pegunungan 0,75 – 0,90
oleh air untuk mengalir di sepanjang saluran 13. Atap 0,75 – 0,95
sampai titik kontrol yang ditentukan dibagian Sumber: Imam Subarkah 1980
hilir Air buangan yang dimaksud adalah air bekas
Dalam perencanaan drainase waktu konsentrasi yang berasal dari lingkungan yang ditinjau. Dari
sering dikaitkan dengan durasi hujan, karena air yang sumber air tersebut dapat berupa gabungan dari
melimpas mengalir di permukaan tanah dan saluran cairan dan air yang membawa buangan dari rumah
drainase sebagai akibat adanya hujan selama waktu tangga, tempat tinggal, daerah perkantoran, daerah
konsentrasi. kelembagaan dan dari daerah rekreasi. Untuk daerah
Dalam menghitung intensitas curah hujan penelitian tidak terdapat daerah industri dan daerah
dipakai data-data hasil perhitungan curah hujan perkantoran sehingga air buangan yang dihasilkan
maksimum pada periode ulang. Menurut Dr. berupa air buangan rumah tangga yang terdiri dari
Mononobe intensitas hujan (I) di dalam rumus air kamar mandi, dapur, bekas cucian dan air
rasional dapat dihitung dengan rumus: buangan dari daerah perumahan dan pertokoan.
2/3 Untuk itu dalam menentukan air buangan tersebut
I= ( )
diperlukan perkiraan jumlah dan kepadatan
Keterangan: penduduk yang berada di wilayah tinjauan pada masa
I = intensitas curah hujan (mm/hari) yang akan datang.
tc = lamanya curah hujan (jam) Besarnya debit air buangan yang dialirkan ke
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm) saluran drainase mempunyai fluktuasi yang
Koefisien pengaliran merupakan nilai banding berbeda-beda, dalam hal ini tergantung pada
antara bagian hujan yang membentuk limpasan jumlah penduduk pemakai air yang dilayani dengan
langsung dengan hujan total yang terjadi. Besaran segala aktifitasnya. Untuk menghitung besarnya debit
ini dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan buangan rumah tangga digunakan rumus:
jalan, jenis dan kondisi tanah. Pemilihan koefisien Q =PxDxA
pengaliran harus memperhitungkan kemungkinan Keterangan:
adanya perubahan tata guna lahan di kemudian hari. Q = debit rata-rata
Harga-harga dari koefisien pengaliran C untuk P = kebutuhan air bersih (Liter/unit/hari) A = luas
berbagai penggunaan lahan seperti pada tabel 1. area (Ha)
Dalam mendimensi saluran harus dihitung D = kepadatan penduduk
jumlah air hujan yang akan ditampung. Debit banjir Untuk menentukan debit saluran lapangan harus
maksimum dari saluran dihitung berdasarkan rumus mengukur secara langsung di lapangan untuk

3
Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 2, No. 1, Februari 2017

dimensi saluran eksisting. Hasil pengukuran Lintang Selatan : 1°28”17,26”LS - 3°58’082”LS


kemudian diolah dan dihitung dengan menggunakan Bujur Timur: 137°34’10,6”BT - 141°0’8’22” BT.
rumus sebagai berikut:
a. Luas penampang basah (A)
A = (b + z.h) h
b. Keliling basah saluran (P)
P = b + 2. h.
c. Jari-jari hidrolis (R)
R=
d. Rumus pengaliran (V)
Q=AxV Gambar 1. Peta Lokasi Saluran Drainase di Jalan
Ҁ ½ Kelapa Dua Entrop
V = x R xS

Ҁ ½ 4. Bagan Alir Penelitian


Q=Ax x R xS Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yang
harus dilakukan. Tahapan pertama yaitu
Jadi: Qrata-rata = pengumpulan data yang dilanjutkan dengan analisa
pendahuluan. Pengumpulan data terdiri dari data
Keterangan: primer maupun data sekunder. Untuk lebih jelasnya
b = lebar saluran (m) dapat dilihat pada gambar 2.
h = tinggi muka air (m)
2 5. Hasil Dan Pembahasan
A = luas penampang basah (m ) Pada saluran drainase sebelah kanan dan kiri
P = keliling basah saluran (m) arah aliran pada kedua saluran diperoleh total debit
R = jari-jari hidrolis (m) lapangan yang dapat ditampung dan dialirkan oleh
V = kecepatan rata-rata pada saluran (m/det) saluran eksisting rata-rata. Dari hasil tersebut terlihat
3 bahwa kapasitas saluran pada kedua saluran untuk
Q = debit aliran (m /det)
S = kemiringan dasar saluran saluran kiri lebih kecil daripada debit air yang akan
ѿ masuk ke dalam saluran dan untuk saluran kanan
n = koefisien manning pada saluran (m /det) kapasitas saluran masih mampu menampung debit air
Untuk menjamin fungsinya suatu sistem masuk.
drainase secara baik maka diperlukan bangunan- Saluran I
bangunan pelintas guna mengatur dan mengontrol QeI kiri = 0,0442 m3/detik < QtrI kiri = 0,96534
sistem aliran air yang ada. Adapun jenis bangunan m3/detik
pelintas yang dimaksud dapat berupa gorong-gorong, QeI kanan = 0,0442 m3/detik > QtrI kanan = 0,00354
sipon, talang dan jembatan. Keberadaannya m3/detik
tergantung pada kebutuhan setempat yang biasanya Saluran II
dipengaruhi oleh fungsi saluran dan kondisi QeII kiri = 0,1311 m3/detik < QtrII kiri = 0,5392
lingkungan. Salah satu bangunan pelintas yang m3/detik
digunakan sistem jaringan saluran adalah gorong- QeII kanan = 0,1311 m3/detik > QtrII kanan =
gorong berpenampang empat persegi. Fungsi 0,00172 m3/detik
bangunan ini untuk menyalurkan air Evaluasi dilakukan pada saluran penerima akhir
melalui/melintasi jalan raya. yang dianggap kritis (kemiringan dan dimensi
Rumus hidrolis gorong-gorong: saluran relative kecil, padahal merupakan saluran
Q=AxV= akhir yang menerima air masuk paling besar) yaitu
Keterangan: dalam kelompok saluran kiri KrI.
Q = Debit aliran (m3/det) Berkaitan dengan hal tersebut, perlu
A = Luas penampang basah (m2 ) dikemukakan beberapa hal yang memungkinkan hal
V = Kecepatan air dalam gorong-gorong (Vmin = 1,5 tersebut terjadi:
m/detik) a. Karakteristik saluran eksisting yang tidak
R = Jari-jari hidrolis (m) mencukupi untuk menampung seluruh debit
S = Kemiringan dasar saluran yang ada.
n = nilai kekasaran manning b. Prinsip sistem drainase yang tidak diterapkan
3. Lokasi Penelitian yaitu dimensi saluran yang seharusnya semakin
Wilayah kota Jayapura meliputi wilayah darat, besar menuju ke hilir aliran.
laut dan udara dari wilayah Kota Jayapura. Luas c. Kapasitas saluran menurun akibat adanya
wilayah Kota Jayapura ini adalah 940 km2 atau sampah, tanaman pengganggu dan sedimentasi.
940.000 Ha. Secara astronomis terletak pada:

4
Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 2, No. 1, Februari 2017

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian


Persoalan lain dibeberapa titik sepanjang saluran merupakan saluran terbuka. Sistem buangan
ruas Jalan Kelapa Dua Entrop terjadi luapan ke badan kelebihan air dengan sistem tercampur yaitu air hujan
jalan yaitu meluapnya air sebelum adanya plat dan air kotor disalurkan melalui satu saluran yang
pelintas yang menyambungkan ke arah Jalur Entrop- sama. Saluran drainase ini menganut pola jaringan
Abepura. Hal ini disebabkan sampah-sampah yang sistem siku (topografi lebih tinggi dari sungai dan
masuk ke dalam saluran dan mengalir terbawa oleh sungai sebagai saluran pembuang akhir berada di
air tersangkut akibat sedimentasi tanah. Jika dilihat ujung lokasi penelitian). Yang terlihat dari lokasi
secara langsung pada lokasi penelitian, tidak semua penelitian, saluran drainase sepanjang tepi jalan
saluran Drainase mengalami masalah hanya terlihat lebih tinggi dari aras tanah di sekitarnya dan
dibeberapa titik yang telah dikemukakan di atas yang penyebab lainnya adalah sisa-sisa bahan bangunan
mengalami masalah secara teknis sedangkan saluran dan sampah yang menumpuk di sisi mulut saluran.
lain terlihat kering dan normal hanya secara aspek Sebagai akibatnya saluran hanya menampung aliran
sosial saluran tidak dilakukan pemeliharaan yang limpasan dari jalanan kecil dan air buangan rumah
baik. Dengan evaluasi ini terlihat bahwa saluran yang tangga meskipun mempunyai kapasitas yang secara
mengalami masalah lebih parah adalah saluran kanan substantif lebih besar dari yang diperlukan untuk
yang mendapat daerah layanan lebih besar dan sekedar menjadi drainase jalanan. Hal ini
dengan kondisi dimensi saluran yang tidak lagi mengakibatkan limpasan air hujan dari jalan raya
seragam, sedimentasi yang disebabkan oleh tidak dapat masuk untuk mengalir ke saluran
penumpukan sampah yang bercampur dengan drainase dan juga menyebabkan genangan pada
kandungan sedimen yang terbawa oleh aliran air saat daerah cekungan dan lebih rendah. Pipa pembuangan
hujan sehingga terjadi pendangkalan saluran dan air kotor dari rumah warga yang diletakkan tidak
sampah yang berserakan di samping mulut saluran benar pada dinding saluran yaitu meletakkannya di
maupun di dalam saluran sehingga kapasitas saluran atas mulut saluran, dan tepat rata dengan dinding
tidak lagi mampu melayani debit air yang ada dengan saluran mengakibatkan gerusan pada dinding saluran
melihat perhitungan sebelumnya serta memikirkan oleh air. Keadaan pipa pembuangan yang berada di
perubahan dan perkembangan yang akan terjadi atas mulut saluran menyebabkan aliran tercemar pada
beberapa tahun ke depan. daerah sekitar saluran. Air pembuangan yang tidak
Saluran Drainase pada ruas Jalan Kelapa Dua segera masuk ke dalam saluran menimbulkan bau
Entrop merupakan drainase buatan dengan pasangan busuk di sekitar pipa pembuangan.
batu, drainase permukaan tanah yang mengalirkan air Penerapan aspek hidraulik yang benar dan aspek
limpasan permukaan, berfungsi multi purpose non struktural adalah penanganan dasar masalah
mengalirkan beberapa jenis air buangan dan drainase yang harus diperhatikan oleh pihak terkait
5
Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 2, No. 1, Februari 2017

dan masyarakat sekitar pengguna saluran. Kedua Untuk Saluran KrII:


aspek tersebut mencakup penanganan secara Debit aliran = 0,5392 m3/detik
keseluruhanan jika dilaksanakan sesuai dengan Kemiringan saluran = 0.03
pedoman-pedoman yang ada mulai dari kriteria Koefisien kekasaran = 0.030
hidrologi, hidraulika, struktur, pelaksanaan Dengan menggunakan persamaan maka:
pembangunan sesuai spesifikasi, pelaksanaan P = 2h√3
operasional dan pemeliharaan yang sesuai dengan A = h2√3 R = h/2
kriteria sistem drainase perkotaan serta pemantapan Dengan menggunakan Rumus Manning, maka
perundangundangan, organisasi pengelola dan Q=AxV
penyediaan dana yang mencukupi untuk menunjang Q = h2√3 x 1/n (h/2)2/3S1/2
kegiatan tersebut. Secara khusus pada kondisi Q = 0,5392 m3/detik.; n = 0,030; S = 0,03
kapasitas saluran yang tidak mampu menampung dan 0,5392 = h2√3 x 1/0,030 x (h/2)2/3 x (0,03)1/2
mengalirkan air seperti pada kelompok saluran KrI, h8/3 = 0,096368
yang perlu dilakukan adalah dengan memperluas h = 0,657868 m
dimensi saluran (A) yang lebih besar daripada B = 2/3 h√3 = 0,75964 m
dimensi saluran sebelumnya dikarenakan saluran w = √5.h = 1,81365 m
Kn1 ini adalah saluran penerima akhir yang Jadi, dimensi saluran ekonomis untuk saluran
menerima debit paling besar diantara saluran lainnya drainase KrII adalah dengan lebar dasar B = 0,75964
atau dengan cara lain dengan lebih menghaluskan m dan tinggi air h = 0,657868 m. Dengan tinggi
dasar dan dinding saluran agar kecepatan air lebih jagaan (w = 1,81365 m).
tinggi karena pada bagian tersebut kemiringan
saluran lebih kecil. Dengan mengetahui debit aliran w = 1,81365 m
pada tiap potongan saluran drainase (I dan II), maka
dapat direncanakan dimensi saluran yang ekonomis
sebagai berikut (dengan asumsi saluran berbentuk
trapesium). Perencanaan saluran dilakukan pada
saluran yang tidak dapat lagi menampung debit air
pada lokasi penelitian sebagai berikut:
Untuk Saluran KrI:
Debit aliran = 0,96534 m3/detik h = 0,657868 m
Kemiringan saluran = 0.03
Koefisien kekasaran = 0.030 B = 0,75964 m
Dengan menggunakan persamaan maka: Gambar 4. Dimensi Saluran Drainase KrII yang
P = 2h√3 direkomendasikan (hitungan)
R = h/2
A = h2√3
Mengingat yang menjadi inti permasalahan atas
Dengan menggunakan Rumus Manning, maka
sistem drainase pada ruas Jalan Kelapa Dua Entrop
Q=AxV
yaitu sampah maka direkomendasikan untuk
Q = h2√3 x 1/n (h/2)2/3S1/2
menggunakan trash rack (saringan sampah). Trash
Q = 0,96534 m3/detik.; n = 0,030; S = 0,03
rack ini akan berguna untuk menjaga kebersihan
0,96534 = h2√3 x 1/0,030 x (h/2)2/3 x (0,03)1/2
saluran dengan sistem menyaring sampah-sampah
h8/3 = 0,053827
atau puing-puing agar tidak masuk ke dalam
h = 0,367459 m
bangunan selanjutnya. Trash Rack diletakkan pada
B = 2/3 h√3 = 0,42430 m
posisi melintang di bangunan. menahan sampah
w = √5.h = 1,35546774 m
dengan menggunakan jaring-jaring besi yang
Jadi, dimensi saluran ekonomis untuk saluran
dipasang di titik-titik tertentu yang dianggap mudah
drainase KrI adalah dengan lebar dasar B = 0,42430
sebagai tempat pengontrolan.
m dan tinggi air h = 0,367459 m. Dengan tinggi
jagaan (w = 1,35546774 m).

w = 1,35546774 m

h = 0,367459 m

B = 0,42430 m
Gambar 3. Dimensi Saluran Drainase KrI yang
direkomendasikan (hitungan) Gambar 5. Penggunaan Trash Rack pada saluran
drainase
6
Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 2, No. 1, Februari 2017

Untuk saluran drainase terbuka pada ruas Jalan melayani/mencukupi debit air yang masuk dan
Kelapa Dua Entrop lubang kontrol sebaiknya untuk saluran kanan kapasitas saluran masih
menggunakan besi jaring pada bagian penutup yang mampu menampung debit air masuk.
dapat dibuka dengan cara diangkat agar lubang Saluran I
kontrol tidak menjadi tempat masuknya sampah, QeI kiri = 0,0442 m3/detik < QtrI kiri = 0,96534
namun air hujan akan tetap bisa masuk dan masih m3/detik
bisa dilewati seperti penggunaan plat pelintas. Hal QeI kanan = 0,0442 m3/detik > QtrI kanan =
berikutnya untuk menjaga agar prasarana drainase 0,00354 m3/detik
selalu berfungsi dengan baik selama mungkin, maka Saluran II
yang terpenting adalah kegiatan pemeliharaan. Yang QeII kiri = 0,1311 m3/detik < QtrII kiri = 0,5392
termudah pemeliharaan saluran drainase yang dapat m3/detik
dilakukan adalah mengangkat sampah dan mencabut QeII kanan = 0,1311 m3/detik > QtrII kanan =
serta membuang tumbuh-tumbuhan pengganggu 0,00172 m3/detik
disekitar dan di dalam saluran secara rutin langsung c. Penanganan atas masalah yang terjadi yaitu
oleh warga sekitar. Pemerintah kota juga wajib dengan menerapkan aspek hidraulik dan aspek
mencanangkan pemeliharaan secara rutin dan berkala non struktural dengan benar, memperbesar
agar operasional dari sistem drainase ini tetap terjaga. kapasitas saluran, masalah sampah dapat diatasi
Peran serta masyarakat dilakukan dengan pendekatan dengan menggunakan trash rack, penumpukan
partisipasif dengan melibatkan seluruh masyarakat sedimen, menjaga keberlangsungan operasional
yang ada dalam pembangunan sistem drainase. Di sistem drainase dengan melakukan kegiatan
samping itu peraturan yang menjangkau perilaku pemeliharaan secara rutin dan berkala oleh
masyarakat harus berjalan dengan baik serta semua pihak yang terlibat langsung dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk drainase.
memelihara sistem drainase, meningkatkan rasa
memiliki dan meningkatkan sifat peduli terhadap Daftar Pustaka:
lingkungan. Untuk itu mulai sekarang segala - Anonim, 2003, Laporan Akhir, Operasi dan
kebijakan publik harus melibatkan masyarakat baik Pemeliharaan Jaringan Irigasi Studi Perencanaan
itu yang berupa pembangunan fisik maupun non Teknis Drainase Wilayah Tegal Barat, CV. Cipta
fisik, sejak awal munculnya ide pembangunan Rencana, Semarang.
infrastruktur sampai dengan pengoperasiannya. - Chow, V.T. (Terjemahan), 1992, Hidrolika
Saluran Terbuka (Open Channel Hydraulics),
6. Kesimpulan
Erlangga. Bandung.
Dari hasil peninjauan lapangan dan evaluasi
- Halim, HHA, 2002, Drainasi Perkotaan, UII
terhadap beberapa aspek dapat ditarik kesimpulan
Press,Yogyakarta.
sebagai berikut:
- Harto, BR, S.,1993,Mengenal Dasar Hidrologi
a. Saluran drainase ruas Jalan Kelapa Dua Entrop
Terapan, Keluarga Besar Mahasiswa Teknik Sipil
merupakan jenis drainase buatan yang berfungsi
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
mengalirkan air buangan dan air hujan secara
- Harto, BR,S., 2000, Analisis Hidrologi, PT.
bercampur (multi purpose – sistem tercampur),
Gramedia Pustaka Tama.
konstruksi saluran terbuka permanen dengan
- Puspitosari, A., 2005, Kajian Drainase
pasangan batu dan menganut pola jaringan
Permukaan Kampus II Universitas
sistem siku. Permasalahan pada saluran drainase
Muhammadiyah Surakarta, Universitas
adalah dimensi saluran tidak lagi seragam,
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, Surakarta.
vegetasi liar di samping dan di dalam saluran,
- Setiyanto, B., 2005, Kajian Drainase Permukaan
kurangnya inlet, sampah dan sedimen yang
Kampus I Universitas Muhammadiyah Surakarta,
menumpuk.
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
b. Debit air hujan dan buangan yang masuk ke
- S. Budinetro, M.Eng, Ir, H., 2001, Drainase Solo
dalam saluran (Qtr) pada saluran kiri dan kanan
Utara Yang Berwawasan Lingkungan,
adalah pada saluran I 0,96534 m3/detik dan
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
0,00354 m3/detik. Kapasitas saluran eksisting
- Shahin,1976, Statistical Analysis In Hidrology,
rata-rata (Qe) pada saluran kiri dan kanan adalah
IHE Delf, Nedeland.
pada saluran I adalah 0,0442 m3/detik dan
- Sosrodarsono, S, 1978, Hidrologi Untuk
0,0442 m3/detik. Debit air hujan dan buangan
Pengairan, Pradnya Paramita, Jakarta.
yang masuk ke dalam saluran (Qtr) pada saluran
- Sunjoto,1988, Aliran Bawah Permukaan, PAU
kiri dan kanan adalah pada saluran II 0,5392
Ilmu Teknik Universitas Gajah Mada
m3/detik dan 0,00172 m3/detik. Kapasitas
Yogyakarta.
saluran eksisting rata-rata (Qe) pada saluran kiri
- Suripin, 2003, Sistem Drainasi Perkotaan Yang
dan kanan adalah pada saluran I adalah 0,1311
Berkelanjutan, Penerbit Andi, Yogyakarta.
m3/detik dan 0,1311 m3/detik. Untuk saluran
kiri, kapasitas saluran tidak lagi mampu

Anda mungkin juga menyukai