DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Dan juga kami berterima kasih pada Pak Sugeng Sugiharto yang telah
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
ttd
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
............................................................................................................i
KATA PENGANTAR
..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI
........................................................................................................................iii
BAB I : Pendahuluan
A. Latar
belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan
Masalah................................................................................................1
C.
Tujuan...........................................................................................................
.......1
BAB II : Pembahasan
A. Pengertian Fiqih
................................................................................................2
B. Perkembngan ilmu
fiqih.....................................................................................2
C. Pembagian ilmu
fiqih.........................................................................................4
Kesimpulan................................................................................................
............8
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak dari kita yang kurang mengerti bahkan ada yang belum mengerti
sama sekali apa itu Qawaidul fiqhiyah. Maka dari itu, kami selaku penulis mencoba
yang menguasai fiqh, karena kaidah fiqh itu menjadi titik temu dari masalah-
masalah fiqh, dan lebih arif di dalam menerapkan fiqh dalam waktu dan tempat
yang berbeda untuk kasus, adat kebiasaan, keadaan yang berlainan. Selain itu juga
budaya dan lebih mudah mencari solusi terhadap problem-problem yang terus
B. Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
dapat diartikan pada faham agama. Tafaqquh fiddin disebutkan dalam QS At-
Taubah ayat 122. Dalam hadits disebutkan menurut riwayat al-Bukhori dan
Muslim:
Di masa sahabat, ahli agama disebut hukum qurra (PHI 31). Di kalangan
mujtahidin (jama mujtahid, yakni orang yang mempunyai kemampuan dan keahlian
melakukan ijtihad) dan fuqaha (jama dari faqieh yakni orang yang menguasai
hukum-hukum syara) istilah di masa tabiin. Ada beberapa pengertian tentang ilmu
fiqih ini.
Kata Fiqih (dahulu belum disebut ilmu) di kalangan sahabat Nabi, berarti ilmu
yang tidak mudah diketahui orang awam, yang didapatkan dengan menggunakan
abad kedua Hijriyah, Abu Hanifah (Nu’man bin Tsabit, hidup pada tahun 80 – 150
H) mengemukakan bahwa fiqih ialah ilmu yang menerangkan tentang segala hak
dan kewajiban.
5
Menurut Wahbah Az-Zuhaili pengertian itu umum meliputi hukum-hukum
Sekarang ilmu Fiqih itu terbatas pada hukum-hukum yang pertaliannya dengan
perbuatan manusia saja. Hal ini sama dengan apa yang dikemukakan oleh Asy
Syafi’i (Muhammad Ibnu Idris, hidup pada tahun 150 – 204 H), yang menyatakan
fiqih adalah:
“Ilmu tentang hukum-hukum syara yang bertalian dengan perbuatan manusia yang
Menurut ahli Hukum Islam (Fiqih), ilmu fiqih itu bisa dibagi dua, yaitu
metode menemukan hukum dari dalil-dalilnya, yang disebut ilmu ushul fiqih (yang
akan dibicarakan kemudian yakni ilmu ushul fiqih), dan ilmu tentang hukum-
b. Ilmu pengetahuan tentang hukum. Ilmu fiqih ini berupa teori tentang hukum
Islam yang ditulis oleh para ulama, baik satu aliran maupun berbagai aliran.
Ataupun meliputi berbagai aspek kehidupan masa lampau yang sekarang ini
perlu dikembangkan.
6
Tahanawi, menyebutkan bahwa para faqih mazhab Syafii membagi fiqh
(perkawinan). 4) Sanksi.
Bahkan padamasa kita sekarang ada yang membaginya lebih rinci lagi, seperti
bagian, yaitu :
Madzhab dapat berarti jalan yang dilalui oleh suatu faham/ilmu. Jelasnya dalam
7
Dalam sejarah Islam ada kenyataan bahwa dalam keilmuan Islam ada beberapa
aliran:
Di masa Rasul, para sahabat apabila mendapatkan masalah yang perlu ditentukan
hukumnya bertanya pada Nabi. Nabi pun menjawab atas dasar wahyu yang matluw
yakni Al-Qur’an atau atas dasar wahyu yang ghairu matluw yang berupa hadits atau
sunnah Nabi.
Di masa sahabat, mereka menentukan hukum suatu masalah sesuai dengan apa yang
mereka terima dari Nabi, baik langsung maupun dari sesama sahabat, dan sebagian
mereka berijtihad ketika tak dijumpainya jawaban dari Al-Qur’an atau hadits.
Sesudah masa tabi’in dan tabi’it tabi’in terdapat pula dua aliran, yakni:
b. Aliran yang menitikberatkan pada hadits saja sesudah Al-Qur’an yang disebut
c. Aliran yang berpegang pada rayu (qiyas) disamping Al-Qur’an dan hadits,
Pada akhir abad pertama sampai abad ke empat Hijriyah tumbuhlah aliran-
Pada akhir-akhir ini di dunia Islam termasuk Indonesia ada usaha untuk
8
dikemukakan berbagai pandangan aliran dalam satu bab terutama yang dikehendaki
Kita kenal kita At Tasyri’ul Jinaiy, tulisan Abdul Qadir Audah, tentang
Pidana Islam. Ada pula kitab Ahkamul Mu’amalat, oleh Ali Al Khafifi, tentang
Hukum Perdata Islam disamping Al-Fighul Islami fi Tsaubihil Jadid oleh Musthafa
Dapat juga dikemukakan disini kitab Nidhamul Hukmi fil Islam ditulis oleh
Milkiyyatul Aradli fil Islam oleh Muhammad Abdul Jawad Muhammad. Kitab ini
perbuatan orang-orang mukallaf yakni orang yang telah akil baligh dan mempunyai
hak dan kewajiban. Adapun ruang lingkupnya seperti telah disebutkan di muka
meliputi:
9
1) Hukum-hukum keluarga yang disebut Al Ahwal Asy Syahshiyyah.
maliyyah.
dan terus berkembang. Menurut saya, pengembangan pemikiran tentang ilmu fiqih
ini dilakukan karena ini menyangkut intensitas dan ekstensitas materi maupun
intensitas dan ekstensitas cakupannya. Hukum fiqih itu tidak berada di ruang
fakum, tetapi berlaku di tengah masyarakat, sehingga hukum yang bertalian dengan
teknologi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
Menurut Bahasa Fiqih Berarti faham atau tahu. Menurut istilah, fiqih berarti
amal perbuatan manusia yang diperoleh dari dalil-dali tafsil (jelas).Orang yang
mendalami fiqih disebut dengan faqih. Jama’nya adalah fuqaha, yakni orang-orang
1. Al-Qur’an
2. As-Sunnah
3. Ijma’
4. Qiyas
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca terutama pada dosen mata kuliah ini, agar
dapat pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Atas kritik dan
saranya, penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
11
Dradjat ,Zakiah Prof.Dr. Ilmu Fiqh,Yogyakarta:PT Dana Bhakti Wakaf,1995
Kitabah
12
13
14