Anda di halaman 1dari 12

Roger Fowler (1938-1999) adalah seorang terkenal di dunia dan lama

melayani British Linguist , dan profesor dari bahasa


Inggris dan Linguistik di University of East Anglia . Dia terkenal karena karyanya
dalam gaya bahasa . Bersama dengan Bob Hodge , Gunther Kress dan Tony Trew ,
ia menulis buku Language and Control yang berpengaruh , [1] yang memunculkan
disiplin linguistik kritis . Ia menempuh pendidikan di University College, London .

ANALISIS WACANA KRITIS menurut ROGER


FOWLER pada KORAN
Pratiwi Sakti
P0500214010

Analisis Wacana Kritis Menurut Teori Roger Fowler


Pratiwi Sakti
P0500214010

Roger Fowler merupakan salah seorang dari kelompok aliran


Linguistik Eropa Kontinental. Kehadiran mereka ditandai dengan
munculnya buku language and Central (1979).pendekatan yang mereka
lakukan kemudian dikenal sebagai critical Lingusitics. Critical Linguistics
dikembangkan dari teori linguistic sekelompok peneliti yang melihat
bagaimana tata bahasa (grammar) tertentu menjadikan kata tertentu
(diksi) membawa implikasi dan idealogi tertentu (Darma, 2009 :89). Istilah
wacana dioposisikan dengan “ideologi”. Ini banyak dilakukan oleh para
linguis kritis.
Secara tegas Roger Fowler mengemukakannya sebagai berikut:
Discourse is speech or writting seen from the point of view of the
beliefs, values and categories which it embodies; these beliefs etc.
constitute a way of looking at the world, an organization or representation
of experience—“ideology” in the neutral non-pejorative sense. Different
modes of discourse encode different representations of experience; and
the source of these representations is the communicative contextm within
which the discourse is embedded (Mills, 1997:6).
Point pentingnya adalah sbb :
1. Wacana merupakan bahasa verbal, speech. Wacana juga dapat berupa
teks tulisan yang dibentuk dari nilai, kepercayaan dan hal-hal lain yang
membentuknya.
2. Sebagai cara pandang melihat dunia, sebuah organisasi atau representasi
dari pengalaman “idiologi” dalam pandangan netral dan tidak
menyinggung.
3. Mode yang berbeda dari wacana menyandikan perbedaan representasi
dari pengalaman. Sumber dari representasi ini adalah konteks komunikasi
dalam wacana dimana dia dibentuk.
Fowler yang menekankan pada konsep “titik pandang” terhadap
perbagai hal. Seperti titik pandang pada ideologi, politik social dan
cultural. Karena para linguis kritis percaya bahwa pilihan bahasa dibuat
menurut seperangkat kendala diatas.
Berikut merupakan contoh Analisis Wacana Kritis menurut Teori
Roger Fowler pada sebuah Koran Online yang bernama Kompas.com
yang berjudul “Dihadapan ratusan Perempuan, Megawati cerita
kedekatannya dengan Susi.”

Keterangan
Bold : diksi yang dipilih penutur dalam teks.
Bold, Italic : diksi yang digunakan oleh press.

Dihadapan ratusan Perempuan, Megawati cerita kedekatannya


dengan Susi
JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan
Megawati Soekarnoputri mengungkapkan kedekatannya dengan Menteri
Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Bagi Megawati, Susi adalah
seorang menteri yang dikenal karena kinerjanya.
"Bu Susi yang terkenal. Kalau ketemu saya cium pipi, jadi mitra
liur (teman diskusi), terus bicara soal ikan dan laut. Saya bilang, kalau
bicara itu terus lama-lama Ibu (Susi) jadi putri duyung
lho," seloroh Megawati di awal pidatonya dalam rangka peringatan Hari
Perempuan Internasional, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Minggu
(8/3/2015).
Pidato Megawati diberi tema "Tahun Penentuan Bagi Perempuan
Indonesia." Hadir dalam acara tersebut para menteri perempuan dalam
kabinet kerja, di antaranya Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Menteri
Sosial Khofifah Indar Parawansah, Menteri Kehutanan dan Lingkungan
Hidup Siti Nurbaya, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Puan Maharani, Menteri Luar Negeri Retno LP Marzudi, dan Susi.
Hadir juga 300 bidan desa pegawai tidak tetap dari seluruh provinsi
di Indonesia. Acara itu diramaikan dengan pentas kesenian dan tari-tarian
daerah. (baca: Megawati Dorong Perempuan Berani Berpolitik)
Di lokasi yang sama, Susi mengapresiasi pidato yang disampaikan
Megawati. Menurut dia, pidato tersebut dapat memberi pemahaman baru
dan memberi semangat pada kaum perempuan di Indonesia untuk berani
menjalani profesi baru yang umumnya hanya dilakukan oleh laki-laki.
"Bagus untuk semangat para wanita dan sadar bahwa hak-hak
wanita bila tidak diperjuangkan tidak mungkin bisa didapat. Siapa yang
bisa mengubah? Wanita itu sendiri," pungkas Susi.

Contoh analisis roger fowler


Home » blog » Analisis Wacana Roger Fowler dkk

16/08/2016 BLOG

Analisis Wacana Roger Fowler dkk

Kehadiran Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew (dikenal dengan
Roger Fowler dkk) ditandai dengan diterbitkannya buku Language and control pada
tahun 1979. Pendekatan yang mereka lakukan kemudian dikenal sebagai critical
linguistics.

Critical Linguistics terutama memandang bahasa sebagai praktik sosial, melalui mana
suatu kelompok memantapkan dan menyebarkan ideologinya. Critical Linguistics
terutama dikembangkan dari teori linguistik. Yang dilakukan oleh sekelompok peneliti ini
adalah melihat bagaimana tata bahasa/grammar tertentu dan pilihan kosakata tertentu
membawa implikasi dan ideologi tertentu.
Dalam membangun model analisisnya, Roger Fowler dkk terutama menggunakan
penjelasan Halliday mengenai struktur dan fungsi bahasa sebagai dasar. Fungsi dan
struktur bahasa ini menjadi dasar struktur tata bahasa, dimana tata bahasa itu
menyediakan alat untuk dikomunikasikan.

Apa yang dilakukan oleh Fowler dkk tersebut adalah meletakan tata bahasa dan praktik
pemakaiannya tersebut untuk mengetahui praktik Ideologi.

Berikut beberapa elemen yang digunakan oleh Fowler Dkk

A. Kosa kata

Bahasa dilihat sebagai sistem klasifikasi. Bahasa menggambarkan bagaimana realitas


dunia dilihat, memberi kemungkinan seseorang untuk mengontrol dan mengatur
pengalaman pada eralitas sosial. Akan tetapi, sistem klasifikasi ini berbeda-beda antar
orang, satu kelompok atau lain kelompok. Karena orang atau kelompok yang berbeda
mempunyai pengalalaman budaya, sosial, politik yang berbeda.

A.1 Kosakata: membuat klasifikasi

Bahasa pada dasarnya selalu menyediakan klasifikasi. Realitas tertentu dikategorisasikan


sebagai A, dan pada akhirnya dibedakan dengan realitas yang lain. Klasifikasi terjadi
karena realitas begitu kompleksnya, sehingga orang kemudian membuat
penyerderhanaan dan abstraksi dari realitas tersebut.

A.2 Kosakata: membatasi pandangan


Menurut Fowler dkk, bahasa pada dasarnya bersifat membatasi. Kita diajak untuk
berfikir memahami seperti itu, bukan seperti yang lain. Klasifikasi menyediakan arena
untuk mengontrol informasi dan pengalaman. Kosakata berpengaruh terhadap
bagaimana kita memahami dan memaknai suatu peristiwa. Hal ini karena khalayak tidak
mengalami atau mengikuti suatu peristiwa secara langsung. Oleh karena itu, ketika
membaca suatu kosakata tertentu, akan dihubungkan dengan realitas tertentu.

A.3 Kosakata: pertarungan wacana

Kosakta haruslah dipahami dalam konteks pertarungan wacana. Dalam suatu


pemberitaan, setiap pihak mempunyai versi atau pendapat sendiri atas suatu masalah.
Mereka mempunyai klaim kebenaran, dasar pembenar dan penjelas mengenai suatu
masalah. Mereka bukan hanya mempunyai versi yang berbeda, tetapi juga berusaha
agar versinya yang dianggap paling benar dan lebih menentukan dalam mempengaruhi
opini publik.

Dalam upaya memenangkan penerimaan publik tersebut, masing-masing pihak


menggunakan kosakata sendiri dan berusaha memaksakan agar kosakata itulah yang
lebih diterima oleh publik.

A.4 Kosakata: marjinalisasi

Argumen dasar dari Roger Fowler dkk adalah pilihan linguistik tertentu –kata, kalimat,
proposisi- membawa nilai ideologis teertentu. Kata dipandang bukan sebagai suatu yang
netral, tetapi membawa implikasi ideologis tertentu. Disini, pemakaian kata, kalimat,
susunan, dan bentuk kalimat tertentu, proposisi tidak dipandang semata sebagai
persoalan teknis tata bahasa atau linguistik tetapi eksperimen dari ideologi.

Pemakaian bahasa dipandang tidak netral karena membawa implikasi ideologis tertentu.
Teks memproduksi “posisi pembacaan” untuk khalayak, dalam arti menyediakan
perspektif bagaimana suatu teks harus dibaca dan dipahami-meskipun pemaknaan suatu
teks melibatkan juga hubungan transaksional dengan pembaca.

B. Tata Bahasa

Roger Fowler dkk memandang bahasa sebagai satu set karegori dan proses. Kategori
yang penting tersebut sebagai “model” yang menggambarkan hubungan antara objek
dengan peristiwa. Secara umum ada tidak model yang diperkenalkan oleh Roger Fowler
dkk. Pertama, model transitif, kedua, model intransitif dan ketiga model relasional.

Salah satu aspek penting dan khas dari pemikiran Roger Fowler dkk adalah transformasi.
Tata kalimat tersebut bukan sesuatu yang baku, tetapi dapat diubah susunannya,
dipertukarkan, dihilangkan, ditambah, dan dikombinasikan dengan kalimat lain dan
disusun ulang. Tipe transformasi tersebut antara lain

B.1 Pasivasi

Yakni mengubah tata susunan kalimat dari bentuk aktif menjadi bentuk pasif. Dalam
kalimat aktif, aktor sebagai pelaku diletakan dimuka digambarkan melakukan suatu
tindakan yang mengenai objek yang dikenai. Disini proses atau tindakan ditunjukkan
kepada subjek. Ketika kalimat aktif tersebut diubah dalam bentuk pasif, pola tersebut
mengalami perubahan.

B.2 Nominalisasi

Nominalisasi terjadi ketika kalimat atau bagian dari kalimat , gambaran dari suatu
tindakan atau partisipan dibentuk dalam kata benda, umumnya mengubah kata kerja
(verba) ke dalam kata benda (nomina) Akibatnya, yang diterima oleh pembaca adalah
kesan intensifier dari suatu tindakan, tetapi sekaligus menghilangkan atau menurunkan
peran aktor atau partisipan suatu peristiwa. Titik perhatian pembaca bukan pada siapa
yang melakukan tindakan, tetapi pada tindakan itu sendiri.

Kerangka Analisis

Teks berita, jika hendak di analisis menggunakan kerangka yang dibuat oleh Roger
Fowler dkk, maka yang menjadi titik perhatian adalah pada praktik pemakaian bahasa
yang dipakai. Ada dua hal yang bisa diperhatikan.

Pertama, pada level kata. Bagaimana peristiwa dan aktor-aktor yang terlibat di dalam
peristiwa tersebut hendak dibahasakan. Kata-kata disini bukan hanya penanda atau
identitas tetapi dihubungkan dengan ideologi tertentu. Makna apa yang ingin
dikomunikasikan kepada khalayak. Pihak atau kelompok mana yang diuntungkan dengan
pemakaian kata-kata tersebut atau kelompok mana yang dirugikan dan posisinya
dimarjinalkan.

Kedua, pada level susunan kata atau kalimat. Bagaimana kata-kata disusun ke dalam
bentuk kalimat tertentu dimengerti dan dipahami bukan semata sebagai persoalan
teknis kebahasaan, tetapi praktik bahasa. Yang ditekankan disini adalah bagaimana pola
pengaturan, penggabungan, penyusunan tersebut menimbulkan efek
tertentu: membuat posisi satu pihak lebih menguntungkan dibandingkan pihak yang
lain, atau peristiwa tertentu dipahami dalam kategori yang lebih menguntungkan
dibandingkan dengan kategori pemahaman lain.
Tingkat Yang Ingin Dilihat

Kata Pilihan kosa kata yang dipakai untuk


menggambarkan peristiwa

Pilihan kosakata yang dipakai untuk


menggambarkan aktor yang terlibat dalam
peristiwa

Kalimat Bagaimana peristiwa digambarkan lewat


rangkaian kata

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati


Soekarnoputri mendorong kaum perempuan Indonesia untuk berani terjun ke dunia
politik. Hal itu ia ungkapkan saat berpidato dalam acara peringatan Hari Perempuan
Internasional, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Minggu (8/3/2015). Megawati
menjelaskan, terjunnya perempuan dalam dunia politik dapat menjadi bukti
terwujudnya kesetaraan dan membuka lebar kesempatan bagi perempuan
memperjuangkan hak-haknya. Ia menilai, minat perempuan Indonesia untuk
berpolitik masih sangat rendah. "Banyak ibu-ibu bilang, politik itu tabu. Karena
katanya hanya untuk kaum laki-laki. Jangan lupa, kalau ibu bicara harga cabai, harga
kebutuhan sehari-hari, sebetulnya itu ranah politik," kata Megawati. Presiden kelima
Republik Indonesia itu melanjutkan, Indonesia harusnya memiliki banyak pemimpin
penerus dari kalangan perempuan. Dalam posisi ini, kata Megawati, perempuan
harus berani membuat pilihan dan berani mengubah nasibnya. "Bagaimana kita bisa
mencapai masyarakat adil dan makmur apabila dalam kehidupan sehari-hari saja
kaum perempuan justru makin terpinggirkan," ujarnya. Pidato Megawati diberi tema
"Tahun Penentuan Bagi Perempuan Indonesia." Hadir dalam acara tersebut para
menteri perempuan dalam kabinet kerja, di antaranya Menteri Kesehatan Nila F
Moeloek, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansah, Menteri Kehutanan dan
Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Puan Maharani, Menteri Luar Negeri Retno LP Marzudi, serta Menteri Kelautan dan
Perikanan Susi Pudjiastuti. Hadir juga 300 bidan desa pegawai tidak tetap dari
seluruh provinsi di Indonesia. Acara itu diramaikan dengan pentas kesenian dan tari-
tarian daerah.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Megawati Dorong Perempuan
Berani
Berpolitik", https://nasional.kompas.com/read/2015/03/08/17573991/Megawati.Doron
g.Perempuan.Berani.Berpolitik.
Penulis : Indra Akuntono

Menurut Fowler (dalam Eriyanto, 2006 :164) hal yang harus


diperhatika ketika menganalisis pemberitaan suatu teks adalah bahasa
yang dipakai bukanlah suatu yang netral, tetapi memilliki aspek dan atau
nilai idealogi tertentu. Permasalahannya adalah bagaimana realitas itu
dibahasakan. Realitas itu berarti bagaimana peristiwa dan actor-aktor
yang terlibat didalamnya dipresentasikan. Bahasa sebagai representasi
dari realitas tersebut dapat berubah dan berbeda sama sekali dari realitas
yang sesungguhnya.
Analisis Fowler ini memusatkan perhatian pada kata dan susunan
kata atau kalimat.
1. Pada level kata, bagaimana peristiwa dan actor-aktor yang terlibat dalam
peristiwa tersebut hendak dibahasakan. Kata-kata disini bukan hanya
penanda atau identitas tetapi dihubungkan dengan ideologi tertentu,
makna apa yang ingin dikomunikasikan kepada khalayak. Pihak atau
kelompok mana yang diuntungkan dengan memakai kata-kata tersebut
dan sebaliknya.
2. Pada Level susunan kata atau kalimat. Bagaimana kata-kata disusun
kedalam bentuk kalimat tertentu untuk dimengerti dan dipahami semata
sebagai persoalan teknis kebahasaan, tetapi pada praktik bahasa. Yang
ditekankan adalah bagaimana pola pengaturan penggabungan,
penyusunan tersebut menimbulkan efek tertentu.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan diatas maka Koran online
kompas yang berjudul “Dihadapan ratusan Perempuan, Megawati
cerita kedekatannya dengan Susi” dapat dianalisis sebagai berikut.
Kalimat diatas jika dilihat merupakan kalimat inklusi, dimana penulis
berita menyertakan pelaku (actor) yakni Ketum DPP PDIP perjuangan
Megawati Soekarno putri. Pada kalimat selanjutnya penulis berita juga
melakukan hal yang sama. Selanjutnya pada kalimat kedua, kalimat
diterangkan dengan menggunakan kalimat aktif, “susi adalah seorang
menteri yang dikenal karena kinerjanya”.

Pemilihan kata “Mitra Liur”, kemudian diterangkan oleh redaktur


dalam kurung teman diskusi merupakan hal yang bisa diambil dianalisis
sebagai bentuk kedekatan antara ibu Mega dengan Susi. Pemilihan kata
“seloroh” oleh penulis berita mengesankan bahwa berita ini hal yang
santai dan tidak seserius berita lainnya.

Pada kalimat diatas pelaku (aktor) disertakan dengan jelas dan acara
yang diadakan diberitakan dengan jelas dan hadirin yang dianggap akan
menjadi ikon dalam acara tersebut dicantumkan namanya dengan jelas.
Kalimat ini menurut saya sebenarnya kelanjutan dari kalimat pada
paragraf sebelumnya. penulis memberikan info tambahan dengan
menambahkans asatu artikel yang dia attach dikalimat setelahnya.

Penulis menggunakan kata “apresiasi” daripada kata “memuji”, hal


ini menandakan penulis berpikir bahwa apresiasi lebih tepat digunakan
pada forum formal dan juga pemberitaab ini tidak berniat menonjolkan
salah satu pihak secara berlebihan. Penulis menulis “dapat memberi
pemahaman baru ” daripada “meng-inspirasi”, pemahaman baru disini
lebih khusus dibandingkan “menginspirasi”, menurut saya menginspirasi
masih belum mengena jika digunakan pada pemberitaan ini. Berbeda
halnya jika kita menggunakan frasa “dapat memberi pemahaman baru ”,
maka pembaca bisa mengartikannya dengan lebih sempit, kaitannya
karena yang berbicara adalah seorang menteri kelautan dan satu-satunya
menteri perempuan yang bisa memperoleh jabatan tanpa sekolah orang
bisa berpersepsi bahwa untuk menjadi menteri tidak selamanya harus laki-
laki, tidak selamanya harus berpendidikan tinggi dan sebagainya.
Pemahaman baru disini dapat diartikan bahwa, untuk menjadi menteri bisa
dilakukan dengan cara ahli dibidang tersebut baik marketingnya,
administrasinya. Mengingat bahwa menteri susi pudjiastuti merupakan
mantan pengepul ikan, pendiri susi airline, pengusaha lobster dan bisa
mendidik beberapa anaknya menjadi pilot. Dia juga menjadi sorotan
majalah internasional karena usaha-usaha tersebut diatas. Walaupun
beberapa pro dan kontra dimedia social karena dia hanya lulusan SMP.

Secara keseluruhan kata yang digunakan merupakan kata yang


eksplisist, jelas, tidak ada ketaksaan makna kata. Diksi yang digunakan
baik oleh pembicara maupun oleh penulis berita menggambarkan
hubungan kedekatan antara megawati dan Susi sangat jelas. Diksi sepeti
“mitra liur”, merupakan contoh kedekatan. “Seloroh” digunakan dibanding
kelekar, karen disini keadaany adalah formal, berbeda jika dinovel maka
kata yang biasa digunakan adalah “kelakar”. Aktor pun tidak ada yang di
eksplisikan, semua disebut, seperti Megawati, Susi, para menteri
perempuan dan seterusnya.
Alasan kenapa tokoh perempuan disebut secara eksplisit, karena
ini merupakan pemberitaan acara hari peringatan perempuan
internasional, dimana orang yang bisa dicontoh oleh perempuan
Indonesia yang membaca ini khususnya bisa diketahui sepak terjangnya.
Latar belakangnya dan diharapkan dengan menyertakan nama mereka
secara jelas, dapat menggerakkan perempuan lainnya untuk memberikan
sumbangsih dibidang yang bermanfaat bagi pembangunan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai