Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vesikolitiosis atau batu buli-buli lebih banyak terjadi pada pasien yang menderita
gangguan miksi. Gangguan miksi terjadi pada pasien-pasien yang hyperplasia prostat,
striktura uretra, divertikel buli-buli atau buli-buli neurogenic. Batu buli-buli dapat
berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun ke buli-buli. Di negara berkembang
masih sering dijumpai batu endemic pada buli-buli yang banyak dijumpai pada anak-
anak yang mendertita kurang giziyang sering menderita dehidrasi atau diare. (Purnomo,
2014).
Menurut angka kejadian peubahan mikroskopik pada usia 30-40 tahun jika terjadi
perkembangan maka akan terjadi perubahan patologik, anatomi, yang ada pada pria usia
50 tahun, angka kejadian sekitar adalah 50%. Penyakit ini penyebaraannya merata
diseluruh dunia, akan tetapi lebih utama didaerah dikenal dengan stone belt atau lingkar
sabuk (sabuk batu). (Supriyanto , 2014)
Diketahui seperti di Indonesia merupakan negara yang dilalui stone belt atau sabuk
batu. Berdasarkan dinas kesehatan jawa tengah diperkirakan mencapai 6% dari total
penduduk jawa tengah , pada penelitian tahun 2010 dirumah sakit umum daerah
kabupaten semarang menukan 146 yang menderita batu kemih , yang terbanyak adalah
batu kandung kemih (58,97%) sebanyak 92 kasus . (Supriyanto , 2014)

Beberapa Kelainan bawaan atau cidera, keadaan patologis disebabkan karena


infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadaan tersebut sering
menyebakan bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih baik itu
yang disebabkan karena infeksi, trauma dan tumorserta kelainan metabolisme dapat
menyebabkan penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan
statisurin. Jika sudah terjadi bendungan dan statisurin lama kelamaan klasium akan
mengendap menjadi besar hingga mebentuk batu (Sjamsuhidajat dan Wim de jong,
2001:997)
Satu tindakan medis pada kasus vesikolitiasis adalah dilakukan vesikholithotomy,
yaitu alternatif pembedahan untuk membuka dan mengambil batu yang ada di kandung
kemih, sehingga pasien tersebut tidak mengalami gangguan pada aliran perkemihannya.
(Supriyanto , 2014)
Salah satu cara penanganan untuk mengeluarkan batu dari kandung kemih adalah
melalui tindakan operasi yang memerlukan persiapan matang .Oleh karena itu
diperlukan perawatan yang komphrehensif dan menyeluruh guna mempersiapkan
tindakan operasi sampai dengan aman dan tidak merugikan klien maupun petugas.
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan antara lain :
1. Apa definisi dan anfis dari Vesikolitiasis ?
2. Apa penyebab dari Vesikolitiasis ?
3. Apa manifestasi klinis dari Vesikolitiasis ?
4. Apa patofisiologi dari Vesikolitiasis ?
5. Bagaimana pathway dari Vesikolitiasis ?
6. Apa pencegahan dari Vesikolitiasis ?
7. Apa penatalaksanaan dari Vesikolitiasis ?
8. Apa pemeriksaan penunjang dari Vesikolitiasis ?
9. Apa saja komplikasi dari Vesikolitiasis ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Vesikolitiasis ?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Vesikolitiasis
b. Tujuan Khusus
1. Mampu mengetahui dan memahami definisi dari Vesikolitiasis ?
2. Mampu mengetahui dan memahami penyebab dari Vesikolitiasis ?
3. Mampu mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari Vesikolitiasis ?
4. Mampu mengetahui dan memahami patofisiologi dari Vesikolitiasis ?
5. Mampu mengetahui dan memahami pathway dari Vesikolitiasis ?
6. Mampu mengetahui dan memahami pencegahan dari Vesikolitiasis ?
7. Mampu mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari Vesikolitiasis ?
8. Mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dari
Vesikolitiasis ?
9. Mampu mengetahui dan memahami komplikasi dari Vesikolitiasis ?
10. Mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
Vesikolitiasis ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Definisi Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi
substansi tertentu seperti kalsium,fosfat dan asam urat meningkat atau ketika terdapat
defisiensi substansi tertentu seperti sitrat yang secara normal mencegah terjadinya
kristalisasi dalam urin. (Smeltzer and Bare, 2002).

Penyakit Batu buli-buli atau vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita
gangguan miksi atau terdapat benda asing di buli-buli. Gangguan miksi terjadi pada pasien-
pasien hyperplasia prostat, striktura uretra, divertikel buli-buli atau buli-buli neurogenic.
Batu buli-buli dapat berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun ke buli-buli. Di
negara berkembang masih sering dijumpai batu endemic pada buli-buli yang banyak
dijumpai pada anak-anak yang mendertita kurang gizi atau yang sering menderita dehidrasi
atau diare. (Purnomo, 2014)

Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang menyebabkan gelombang
nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha, abdomen dan daerah genetalia..
Batu Vesika urinaria terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya
dengan fosfat, oksalat dan zat-zat lainnya. (Brunner and Suddarth, 2001).

A. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi
a. Anatomi Ginjal (Renal)
Ginjal suatu kelenjar yang terletak dibagian belakang dari kavum
abdomeinalis dibelakang peritonium pada kedua sisi vertebral lumbalis III,
melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuknya seperti biji
kacang, jumlahnya ada dua kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal
kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita
(Syaifuddin, 2011).
b. Anatomi Ureter
Ureter terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari
ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya 25-30 cm, dengan
penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
 Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
 Lapisa tengah lapisan otot polos.
 Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap
5x/menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk kedalam kandung
kemih. Gerakan peristaltik urin masuk ke dalam kandung kemih.
c. Anatomi Vesika urinaria (kandung kemih)
vesica urinari atau kandug kemih adalah satu kantong berotot yang
dapat mengempes, terletak dibelakang simfisis pubis dan kandung kemih
mempunyai tiga muara, dua muara ureter serta satu muara uretra. Kandung
kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak
dibelakang simfisis pubis didalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih
seperti kerucut dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikus medius (Sylvia A. Prince Lorrance W, 2006).
Bagian vesika urinaria terdiri dari:
 Fundus yaitu bagian yang menghadap kearah belakang dan bawah,
bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikale yang terisi
oleh jaringan ikat duktus deferent vesika seminalis dan prostat.
 Korpus yaitu bagian antara verteks dan fundus.
 Verteks bagian yang runcing kearah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umilikalis
Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan:
 Peritonium (Lapisan Luar)
 Tunika Muskularis (lapisan otot)
 Tunika Submukosa dan
 Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)
d. Proses miksi atau rangsangan berkemih
Akibat distensi kandung kemih oleh air kemih akan merangsang
stresreseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250
cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan
terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama
terjadi relaksasi spinter internus segera diikuti oleh relaksasi spinter eksternus,
akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang
menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interhus
dihantarkan melalui serabut-serabut saraf para simpatis. Kontraksi spinter
eksternus secara volunter ini hanya mungkin bila saraf-saraf yang menangani
kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila ada
kerusakan pada saraf-saraf tersebut maka terjadi inkontinensia urin (kencing
keluar terus menerus tanpa disadari) dan retensi urin (kencing tertahan).
Persyaratan dan peredaran darah vesika urinarius. Persyaratan diatur torako
lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontaksi spinter internal
peritonium melapisi kandung kemih. Peritonuim dapat digerakkan membuat
lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih berisi penuh.
c. Pembuluh Darah
Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbikalis bagian distal, vena
membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh Limfa berjalan
menuju duktus limfatikus sepanjang arteri umbilikalis (Syaifuddin, 2011).
2. Fisiologi
Kandung kemih juga sering disebut buli-buli. Adapun fungsi dari
kandung kemih adalah:
 Muara tempat akhir zat-zat sisa dari makanan yang kita makan yang tidak
diperlukan tubuh atau tidak diroabsorsi tubuh.
 Tempat penampungan atau menyimpan air kemih yang akan dikeluarkan
melalui uretra (Syaifuddin, 2011).
 Ginjal juga merupakan salah satu salah satu organ tubuh yang sangat
penting berfungsi sebagai:
 Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau
racun.
 Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.
 Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain
dalam tubuh.
 Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh.
 Mengeluarkan sisa-sisa metabilosme hasil akhir dari protein
ureum, kreatinin, amoniak (Syaifuddin, 2011).
2.2 Etiologi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih adalah :


1.FaktorEndogen

Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hyperkalsiuria dan hiperoksalouria.


2.FaktorEksogen

Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum.
3.Faktorlainnya

Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan atau
penduduk yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing atau buli-buli
(Syaifuddin,2011).

Menurut (Basuki, 2009) bahwa, batu kandung kemih disebabkaninfeksi, statis urin dan
periode imobilitas (drainage renal yang lambat danperubahan metabolisme kalsium).
Faktor- faktor yang mempengaruhi batu kandung kemih(Vesikolitiasis) adalah :
1. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,hiperkalsiuria
idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukantinggi natrium, kalsium dan protein),
hiperparatiroidisme primer,sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.

2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih,khususnya
sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I(lengkap atau tidak lengkap),
minum Asetazolamid, dan diare danmasukan protein tinggi.
3. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacupembentukan
batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
4. Penurunan jumlah air kemih
Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
5. Jenis cairan yang diminum
Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan jus anggur.
6. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan oleh diet
rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus kecil atau
akibat reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.
7. Ginjal Spongiosa Medula
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak dijumpai
predisposisi metabolik).
8. Batu Asan Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan hiper urikosuria
(primer dan sekunder).
9. Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan organisme yang
memproduksi urease.
Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :
1. 75 % kalsium.
2. 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
3. 6 % batu asam urat.
4. 1-2 % sistin (cystine).

2.3 Manifestasi Klinis

Beberapa Gejala khas batu buli-buli adalah berupa gejala iritasi antara lain ; nyeri
kencing/disuria hingga stranguri, perasaan tidak enak sewaktu kencing dan kencing tiba-
tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh. Nyeri pada
saat miksi saeringkali dirasakan (refered pain) pada ujung penis, skrotum, perineum,
pinggang, sampai kaki. Pada anak seringkali mengeluh adanya enuresis nokturna disamping
sering menarik-narik penisnya (pada anak laki-laki) atau menggosok-gosok vulva (pada
anak perempuan). (Purnomo, 2014)

Gejala :

 Kencing lancar tiba -tiba terhenti terasa sakit yang menjalar ke penis bila pasien
merubah posisi dapat kencing lagi, pada anak-anak mereka akan berguling-guling
dan menarik-narik penis.
 Jika terjadi infeksi ditemukan tanda sistitis, kadang-kadang terjadi hematuria.

Tanda-Tanda

 Adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi atau teraba adanya urine yang
banyak (retensi)
 Hanya pada batu yang besar dapat diraba secara bimanual.
 Pada pria diatas 50 tahun biasanya ditemukan pembesaran prostat. (Purnomo, 2014)

Saat batu menghambat dari saluran urin, terjadi obtruksi, meningkatkan tekanan hidrostatik.
Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran osteovertebral dan muncul
mual muntah maka klien mengalami episode kolik renal. Diare, demam dan perasaan tidak
nyaman di abdomen dapat terjadi gejala gastrointestinal ini akibat refleks dan proximitas
anatomik ginjal kelambung, pankreas dan usus besar. Batu yang terjebak dikandung kemih
menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar kepala abdomen
dan genitalia. Klien sering merasa ingin buang air kecil, namun hanya sedikit urin yang
keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan kolik
ureter. Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai dengan 1 cm
secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya harus diangkat atau
dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran urin membaik dan
lancar. (Brunner and Suddarth.2001)
2.4 Patofisiologi

Etiologi spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari batu kalsium oksalat dengan
inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat memicu pembentukan
kandung kemih seperti asam sitrat memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan dan inhibitor
belum dikenali sepenuhnya dan terjadi peningkatan klasium fosfat dan asam urat
meningkatkan terjadinya batu disaluran kemih. Adapun faktor tertentu yang mempengaruhi
pembentukan batu kandung kemih, mencakup infeksi saluran ureter atau vesika urinari,
stasis urine, priode imobilitas dan perubahan metabolisme kalsium. Telah diketahui sejak
waktu yang lalu, bahwa batu kandung kemih sering terjadi pada laki-laki dibanding pada
wanita, terutama pada usia 60 tahun keatas serta klien yang menderita infeksi saluran
kemih. (Brummer and Suddarth.2001)

Berberapa kelainan bawaan atau cidera, keadaan patologis disebabkan karena infeksi,
pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadaan tersebut sering menyebakan
bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih baik itu yang disebabkan
karena infeksi, trauma dan tumorserta kelainan metabolisme dapat menyebabkan
penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statisurin. Jika sudah
terjadi bendungan dan statisurin lama kelamaan klasium akan mengendap menjadi besar
hingga mebentuk batu (Sjamsuhidajat dan Wim de jong, 2001:997)

Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan
dalam beberapa teori (Soeparman,2001:388).

1. Teori Supersaturasi
Kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya
kristalisasi, kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agregasi kristal
dan kemudian menjadi batu.
2. Teori Matriks
Teori Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65% protein, 10%
hexose,3-5 hexosamin dan 10% air. Adanya matriks menyebabkan penempelan
kristal-kristal sehingga menjadi batu.
3. Teori Kurangnya Inhibitor
Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang melampaui daya
kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambatan pengendapan. Fosfat
mukopolisakarida dan fosfat merupakan penghambat pembentukan kristal. Bila
terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
4. TeoriEpistaxy
Adalah pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah satu jenis
batu merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan pembentuk pada lapisan
luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang berlebih dalam urin akan mendukung
pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
5. Teori kombinasi
Batu berbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas
Faktor predisposisi
a. Riwayat pribadi tentang batu kandung kemih dan saluran kemih
b. Usia dan jenis kelamin
c. Kelainan marfologi
d. Pernah mengalami infeksi saluran kemih
e. Makanan yang dapat meningkatkan kalsium dan asam urat
f. Adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
g. Masukan cairan kurang dari pengeluaran
h. Profesi sebagai pekerja keras
i. Penggunaan obat antasid, aspiri dosis tinggi dan vitamin D terlalu lama.
(Brunner and Suddart,2001).
2.5 Pathway (Lampiran)
2.6 Pencegahan

Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)

1) Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)


2) Meningkatakan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat (kalium sitrat 20
mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon malam hari), dan bila batu
tunggal dengan meningkatkan masukan cairan dan pemeriksaan berkala
pembentukan batu baru.
3) Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan soft drinks,
kurangi masukan protein (sebesar 1g/kg BB/hari), dan masukan kalsium.
4) Pemberian obat
Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan kelainan
metabolik yang ada. (Putri, 2013)
Saat batu menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi, meningkatkan
tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran
osteovertebral dan muncul mual muntah maka klien sedang mengalami episode
kolik renal. Diare, demam dan perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi.
Gejala gastrointestinal ini akibat refleks dan proxsimitas anatomik ginjal
kelambung, pangkereas dan usus besar. Batu yang terjebak dikandung kemih
menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar kepala
obdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urin
yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala ini
disebabkan kolik ureter. Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter
0,5 sampai dengan 1 cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm
biasanya harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara
spontan dan saluran urin membaik dan lancar. ( Brunner and Suddarth. 2001).
Batu terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi
leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau dapat menyebabkan sepsis,
kondisi ini lebih serius yang bisa mengancam kehidupan pasien dan terjadi tanda
seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung (Elizabeth, 2009)

2.7 Penatalaksanaan Medik

Menurut Putri, (2013) pengobatan dapat dilakukan dengan :

1. Ajarkan simtom
Ajari pasien dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis, berikan
spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tidak
di kontra indikasi kan pasang kateter.
2. Pengambilan batu
a. Batu dapat keluar sendiri, batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika
ukurannya melebihi 6 mm.
b. Vesikolitektomi
c. Pengangkatan Batu
1) Lithotripsi gelombang kejut ekstra korporeal
Prosedur non inpasif yang digunakan untuk menghancurkan batu. Litotriptor
adalah alat yangdigunakan untuk memecahkan batu tersebut, tetapi alat ini
hanya dapat memecahkan batu dalam batas ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di
atas ukuran ini dapat ditangani dengan gelombang kejut atau sistolitotomi
melalui prannentiel. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang terkecil seperti
pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
2) Metode endourologi pengangkatan batu
Bidang endourologi menggabungkan keterampilan ahli radiologi mengangkat
batu renal tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat dengan forseps atau jaring,
tergantung dari ukurannya selain itu alat ultrasound dapat dimasukkan ke selang
nefrostomi disertai gelombang ultrasonik untuk menghancurkan batu.
3) Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan alat
ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan
laser, litotrips elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian di angkat.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batu kandung kemih adalah :

1. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap.
2. Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukkan adanya batu.
3. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.
4. EKG
Menunjukkan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
5. Foto rontgen
Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
6. IVP ( Intra Venous Pylografi)
Menunjukkan perlambatan pengosongan kandung kemih, membedakan derajat
obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot
kandung kemih.
7. Vesikolitektomi (sectio alta)
Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
8. Litotripsi bergelombang kejut ekstra corporeal
Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.
9. Pielogram retrograde
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena
atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk
mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan
upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal,
ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi
faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada klien. ( Tjokro,
N.A, et al. 2001)

2.9 Komplikasi

Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini adalah :

a. Hidronefrosis
Yaitu pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal
menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan
dan aliran balik ureter dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi
menampung urine. Sementara urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa
dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan
basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat terjadi gagal ginjal.
b. Uremia
yaitu peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring
hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala,
penglihatan kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine.
c. Pyelonefritis
yaitu infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke
ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi
disertai mengigil, sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.
d. Gagal ginjal akut sampai kronis.
e. Obstruksi pada kandung kemih.
f. Perforasi pada kandung kemih.
g. Hematuria atau kencing darah.
h. Nyeri pingang kronis.
i. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu.
( Soeparman, et.al. 1960 )
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian

a. Demografi :
Usia : paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50
tahun
Jenis kelamin :
: banyak ditemukan pada pria dibandingkan wanita
Suku/bangsa
:
Pekerjaan banyak ditemukan pada bangsa Asia dan Afrika
orang yang pekerjaan banyak duduk / kurang
aktivitas (sedentary life
b Riwayat penyakit sekarang
Biasanya keluhan utama yang sering terjadi pada klien batu kandung kemih adalah
nyeri pada kandung kemih yang menjalar ke penis, berat ringannyatergantung
pada lokasi dan besarnya batu, dapat terjadi nyeri/kolik renal.Klien dapat juga men
galami gangguan gastrointestinal dan perubahandalam eliminasi urine.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit
penyakit yang pernah diderita oleh penderitayang mungkin berhubungan denga
n batu saluran kemih antara laininfeksi kemih, hiperparatirodisme, penyakit infla
masi usus, gout, keadaan-
keadaan yang mengakibatkan hiperkaslemia, immobilisasi lama dan
dehidrasi
d. Riwayat penyakit keluarga
Beberapa penyakti atau kelainan yang sifatnya herediter dapat menjadi
penyebab terjadinya batu ginjal antara lain riwayat keluarga dengan renal
tubular acidosis (RTA), cystinuria, xanthinuria, dan dehidroxinadeninuria(Munver d
an Preminger, 2001)

e. Pola fungsional
1. Pola persepsi dan pemerliharaan kesehatan
Klien bisanya tinggal pada lingkungan dengan temperatur panas danlingkunga
n dengan kadar kalsium yang tinggi pada air.Terdapat riwayat penggunan alko
hol, obat-obatan seperti antibiotik,anti hipertensi, natrium bikarbonat, alu
purinol dan sebagainyaAktivitas olah raga tidak penah dilakukan
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya asupan dengan diit tinggi purin, kalisum oksalat, dan fosfat.Terdapat
juga ketidakcukupan intake cairan. Klien BSK dapat
mengalami mual/muntah, nyeri tekan abdomen
3. Pola eliminasi
Pada klien BSK terdapat riwayat adanya ISK kronis, adanya obtruksisebelumn
ya sehingga dapat mengalami penurunan haluaran urine,kandung kemih t
erasa penuh, rasa terbakar saat berkemih, sering
berkemih dan adanya diare
4. Pola istirahat tidur
Klien BSK dapat mengalami gangguan pola tidur apabila nyeri timbul
pada malam hari/saat tidur Pola aktivitas Adanya riwayat
keterbatasan aktivitas, pekerjaan monoton ataupun imobilisasi
sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contoh penyakit tak
sembuh, cedera medulla spinalis)
5. Pola hubungan dan peran
Didapatkan riwayat klien tentang peran dalam keluarga dan
masyarakat. Interaksi dengan keluarga dan orang lain serta hubungan
kerja, adakah perubahan atau ganguan
6. Pola persepsi dan konsep diri
Klein dapat melaporkan adanya keresahan gugup atau
kecemasan yang dirasakan sebagai akibat kurangnya pengetahuan
tentang kondisi,diagnosa dan tindakan operasi
7. Pola kognitif-perseptual
Didapatkan adanya keluhan nyeri, nyeri dapat akut ataupun kolik
tergantung lokasi batu
8. Pola repdoduksi dan seksual
Dikaji tentang pengetahuan fungsi seksual, adakah perubahan dalam
hubungan seksual karean perubahan kondisi yang dialami
9. Pola koping dan penanganan stress
Dikaji tentang mekanisme klien terhadap stress, penyebab stressnya
Yang mungkin diketahui bagaimanamengambil keputusan.
10. Pola tata nilai dan kepercayan
Bagaimana praktek religius klien (type, frekuensi) dengan apa (siapa)
klien mendapat sumber kekuatan/makna

3.2 Pemeriksaan fisik


Kepala
Apakah klien terdapat nyeri kepala, bagaimana bentuknya, apakah terdapat
masa bekas terauma pada kepala, bagaimana keadaan rambut klien.
2. Muka
Bagaimana bentuk muka, apakah terdapat edema, apakah terdapat paralysis
otot muka dan otot rahang.
3. Mata
Apakah kedua mata memiliki bentuk yang berbeda, bentuk alis mata, kelopak
mata, kongjungtiva, sclera, bola mata apakah ada kelainan, apakah daya
penglihatan klien masih baik.
4. Telinga
Bentuk kedua telinga simetris atau tidak, apakah terdapat sekret, serumen dan
benda asing, membran timpani utuh atau tidak, apakah klien masih dapat
mendengar dengan baik.
5. Hidung
Apakah terjadi deformitas pada hidung klien, apakah settum terjadi diviasi,
apakah terdapat secret, perdarahan pada hidung, apakah daya penciuman
masih baik.
6. Mulut faring
Mulut dan Faring, apakah tampak kering dan pucat, gigi masih utuh, mukosa
mulut apakah terdapat ulkus, karies, karang gigi, otot lidah apakah masih baik,
pada tonsil dan palatum masih utuh atau tidak.
7. Leher
Bentuk leher simetis atau tidak, apakah terdapat kaku kuduk, kelenjar limfe
terjadi pembesaran atau tidak.
8. Dada
Apakah ada kelainan paru-paru dan jantung.
9. Abdomen
Bentuk abdomen apakah membuncit, datar, atau penonjolan setempat,
peristaltic usus meningkat atau menurun, hepar dan ginjal apakah teraba,
apakah terdapat nyeri pada abdomen.
10. Inguinal /Genetalia/ anus.
Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana bentuk penis
dan scrotum, apakah terpasang keteter atau tidak, pada anus apakah terdapat
hemoroid, pendarahan pistula maupun tumor, pada klien vesikollitiasis
biasanya dilakukan pemeriksaan rectal toucer untuk mengetahuan pembesaran
prostat dan konsistensinya.
11. Ekstermintas
3.3
Apakah pada ekstermitas bawah dan atas terdapat keterbatasan gerak, nyeri
sendi atau edema, bagaimana kekuatan otot dan refleknya.
12. Tanda-tanda vital : peningkatan tekanan dan nadi, peningkatan
suhu bila dijumpai infeksi
13. Kulit : hangat dan kemerahan, pucat
14. Abdomen : adanya nyeri tekan abdomen, distensi abdominal,
penurunan atau tidak adanya bising usus.

Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisa : warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah : secara
umum menunjukkan SDM, SDP, kristal (sistin, asa, urat,
Kalsium osakat), serpihan, mineral, bakteri, PUS : pH mungkin
asam(peningkatan magnesium, fosfat ammonium / batu kalsium fosfat.)
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalisum, fosfat, oksalat/ sistin
mungkin meningkat.
3. Kusltur urine : mungkin menunjukkan ISK ((Stapylococcus Aureus,
proteus, klebseila, pseudomonas)
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalisum, asam
urat,protein, elektrolit.
5. BUN/kreatinin serum dan urine : abnormal (tinggi pada serum / rendah
pada urine)sekunder tingginya batu osbtruksi pada ginjal
menyebabkan iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan
penurunan kadar bikarbinat menunjukkan tarjadinya asidosis tubulus
ginjal
7. Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukkan infeksi
/ septilumia.
8. SDM : biasanya normal
9. Hb/Ht : abnormal bila klien dehidrasi berat / polisitenia terjadi(mendo
rong presipitasi pemadatan) /anemi (peradarahan,
disfungsi/gagl ginjal)
10. Hormon paratiroid : mungkin meningkat jika gagal ginjal (PTH )
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine
11. Foto rotgen KUB : menunjukkan adanya kalkuli atau
perubahan anatomic pada area ginjal dan sepanjang ureter.
12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada strukturn
anatomic (distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
Sistouterkopi :visualisasi langsung kandung kemih dapat
menunjukkan batu /efek-efek obtruksi.

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensiatau dorongan kontraksi vesika

urinaria
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh
batu, obtruksi mekanik
3. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan mual/muntah(iritasi saraf
4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor internal :proses penyakit,stres psik
ologis, ketidakaktifan

3.5 Intervensi keperawatan

Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan sekunder terhadap
batukandung kemih dan spasme otot polos
Tujuan : rasa nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil : Menunjukan nyeri berkurang sampai hilang,
ekspresi wajah rileks, skala nyeri 3.
Intervensi :
a. Catat lokasi, lamanya intensitas nyeri (skala nyeri 0 – 10)
danpenyebarannya
Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan
kemajuangerakan kulkus. Nyeri panggul sering menyebar,
nyeri tiba tiba dan hebat dapat mencetuskan
ketakutan, gelisahdan ansietas sampai tingkat berat/panic.
b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf
terhadapperubahan kejadian/karakteristik nyeri
Rasional : memberikan kesempatan untuk pemberian
analgesicsesuai waktu (membantu meningkatkan
koping klien dandapat menurunkan ansietas.
c. Berikan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan seperti
pijatanpunggung, lingkungan, dan istirahat.
Rasional : memberikan relaksasi, menurunkan ketegangan otot
danmeningkatkan koping.
d. Bantu/dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinas
danaktivitas terapeutik
Rasional : mengarahkan kembali perhatian dan membantu
dalamrelaksasi otot
e. Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi
Rasional : biasanya diberikan pada episode akut untuk menurun
kankolik uretral dan meningkatkan relaksasi otot.
2. Perubahan eleminasi berhubungan dengan stimulasi kandung kemih olehbatu, o
bstruksi mekanik, inflamasi
Tujuan : klien berkemih dengan jumlah normal dan pola
biasa /tidakada gangguan
Kriteria Hasil : jumlah urine 1500 ml/jam dan pola biasa, tidak
ada distensikandung kemih dan edema
Intervensi :
a. Monitor pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine
Rasional : Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan
adanyakomplikasi, contoh infeksi dan pendarahan.
b. Tentukan pola berkemih norml klien dan perhatikan variasi
Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf,
yangmenyebabkan sensasi kebutuhan berkemih
segera.
c. Dorong klien untuk meningkatkan pemasukan cairan
Rasionalnya: peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah
dandebris dan dapat membantu lewatnya batu.
d. Periksa semua urine, catat adanya keluaran batu dan
kelaboratorium untuk dianalisa.
Rasionalnya : penemuan batu meningkatkan identifikasi tipe batu
danmempengaruhi pilihan terapi.
e. Selidiki keluhan kandungan kemih penuh : palpasi untuk
distensisuprapubik
Rasionalnya : retensi urin dapat terjadi, menyebabkan
distensijaringan (kandung kemih atau ginjal)
, dan potensial resiko infeksi,
f. Kolaborasi berikan obat sesuai indikasi : alupurenol
(ziloprim),asetazolamid (diamox)
Rasionalnya: meningkatkanpHurine(alkalinitas),untuk
menurunkan batu asam.
3. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan mual,
Muntah
Tujuan : klien dapat mempertahankan keseimbangan cair adekuat
Kriteria Hasil : - tekanan darah 120/85 mmHg
- nadi 60-100x/menit
- BB dalam rentang normal
- Membrane mukosa lembab
- Turgor kulit baik
Intervensi :
a. Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan
Rasionalnya : membantu dalam evaluasi adanya atau derajat
statisatau kerusakan ginjal.
b. Catat insiden muntah, diare. Perhatikan karakteristik dan
frekuensimuntah/diare, jaga kejadian yang menyertai/
mencetuskan
Rasionalnya : pencatatan dapat membantu
mengesampingkankejadianabdominallain
yang menyebebabkan nyeri atau
menunjukkan kalkulus.
c. Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 L / hari dalam
toleransijantung.
Rasionalnya:mempertahankankeseimbangan cairan untuk
homeostatis juga tindakan “mencuci” yang
dapat membilas batukeluar.
d. Awasi tanda vital, evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit
danmembrane mukosa.
Rasionalnya : indikator hidrasi atau volume sirkulasi dan
kebutuhanintervensi.
e.Berikan obat sesuai dengan indikasi : antiemetik,
contoh:proklorperazin (compazin)
Rasionalnya : menurunkan mual muntah
4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan : pola aktivitas terpenuhi
Kriteria Hasil : klien menunjukkan pola aktivitas
Intervensi :
a. Kaji kemempuan pasien untuk melakukan tugas
Rasionalnya : mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan
b. Berikanlingkungantenang,pertahankantirahbaringbila
diindikasikan.
Rasionalnya : meningkatkan istirahat dan ketenangan
c. Berikan bantuan dalam aktivitas atau ambulasi bila perlu,
memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin.
Rasionalnya : membantu bila perlu harga diri ditingkatkan
bilapasien melakukan sesuatu sendiri.
d. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi
Rasionalnya : meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas
sampainormal dan memperbaiki tonus otot
atau stamina tanpa kelemahan.
e. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila nyeri.
Rasionalnya : untuk menurunkan rasa nyeri saat aktivitas
5 Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri abdomen
Tujuan : pasien dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
Kriteria Hasil : - Pasien tidur kurang lebih 6-8 jam
- Raut muka segar
Intervensi :
a. Mengkaji kebutuhan tidur dan penyebab kurang tidur
Rasionalnya : mengetahui permasalahan pasien dalam
pemenuhankebutuhan istirahat tidur
b. Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi
bantal,guling
Rasionalnya : meningkatkan kenyamanan tidur serta
Dukunganfisiologis atau psikologis.

c. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur misal, mandi


hangatdan masase.
Rasionalnya : meningkatkan efek relaksasi
d. Intruksikan tindakan relaksasi
Rasionalnya : membantu dalam menginduksi tidur
e. Dorong posisi nyaman, bantu dalam mengubah posisi
Rasionalnya : perubahan posisi mengubah area tekanan
danmeningkatkan istirahat.

3.6 Discharge Planning


1. Diet tinggi kalori dan protein yakni nasi , telur , daging , susu dan lain lain untuk
tenaga dan proses penyembuhan.
2. Diet minum air putih yang banyak 3000 cc per hari dan hindari minum kopi
alkohol dan bersoda serta makanlah makanan yang mengandung serat.
3. Mendorong klien agar tidak melakukan pekerjaan yang berat , buang air kecil
yang teratur dan mendorong klien dalam mematuhi program pemulihan kesehatan
dan minum obat sesuai dengan pesanan dokter,
4. Memberikan penjelasan mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
penatalksanaan , komplikasi penyakit.
5. Rencana kontrol ulang rutin untuk mengetahui pengembangan pemulihan
penyakit saat dirumah.
(Sumber : Smeltzer dan Bare 2001).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat
defisiensi substansi tertentu seperti kalsium,fosfat dan asam urat meningkat atau
ketika terdapat defisiensi substansi tertentu seperti sitrat yang secara normal
mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin.
Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar
biasa, akut dan kolik yang menyebar kepala abdomen dan genitalia. Klien sering
merasa ingin buang air kecil, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya
mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan kolik ureter.
4.2 Saran

Dengan adanya makalah ini, penyusun mengharapkan agar para pembaca dapat
memahami materi tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Vesikolitiasis”
mulai dari definisi, etiologi, manifestasi sampai pada intervensi keperawatannya.
Sehingga pembaca mampu mengambil manfaat dari makalah ini untuk di aplikasikan
dalam kehidupan demi memenuhi kebutuhan dasar akan kesehatan individu. Selain
itu, kami mengharap kritik dan saran dari para pembaca. Agar penyusunan makalah
selanjutnya menjadi lebih baik lagi.
Daftar Pustaka

Bare, Smeltzer dan Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Ed 8
vol 1). Jakarta : EGC
Purnomo, Basuki B. 2014.Dasar-dasar UROLOGI Edisi Ketiga. Jakarta : CV
Sagung Seto.
Corwin J Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Aditya Media.
Suddarth dan Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8
volume 2). Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8.
Jakarta: EGC
Price, A.Sylvia. Lorraine.Charty wilson.2006.Pathofisiologi: Konsep Kliis porses-
proses penyakit , edisi 6(Terjemahan) Peter Anugrah, Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat and Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. 3rd ed.: 2004:95-98
Soeparman D., 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI,.
Supriyanto,2014. Perawatan Luka dengan Sofratulle pada pasien Post Operasi
Vesikolitotomi hari ke-VII di Ruang Dahlia RSU Kartini Jepara. Hal 1. diakses pada
tanggal 18 September 2018 jam 13.00 WIB

Syaifuddin.2011. Anatomi Fisiologi : Kurikulum berbasis kompetensi utuk


keperawatan dan kebindanan edisi 4. Jakarta : EGC

Wijaya A.S dan Putri,YM. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2 , Keperawatan


Dewasa Teori dan Contoh Askep. Jogjakarta : Nuha Medika

Arjatmo, Tjokro Negoro,Ph.D,Sp.dkk.2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi


III .Jakarta : FKUI

Anda mungkin juga menyukai