KELAS : XI.TPB No Abs : 11 SEJARAH 3.1 Menganalisis perubahan dan keberlanjutan dalam peristiwa sejarah pada masa penjajahan asing hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia Sejarah adalah ilmu tentang asal usul dan perkembangan masyarakat dan bangsa yang berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa di masa kini. Pendidikan Sejarah merupakan suatu proses internalisasi nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan kesejarahan dari serangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar. periodesasi sejarah , misalnya sejarah Indonesia. Untuk mempermudah memahami perkembangan sejarah Indonesia, maka sejarah Indonesia disusun dalam periodesasi sebagai berikut: 1. Prasejarah (jaman batau dan jaman logam) 2. Masuk dan berkembangnya pengaruh budaya India 3. Masuk berkembangnya islam 4. Zaman colonial 5. Zaman pendudukan jepang 6. Revolusi kemerdekaan 7. Masa orde lama 8. Masa orde baru 9. Masa reformasi Tujuan di buatnya periodisasi bukan berarti memutuskan peristiwa yang satu dengan yang lainnya , karena dalam sejarah aspek kesinambungan dan kontinuitas merupakan suatu hal yang pokok 3.2 Menganalisis proses masuk dan perkembangan penjajahan bangsa barat(portugis,belanda,inggris). Di Indonesia Masuknya Bangsa Portugis ke Indonesia Bangsa Portugis telah berhasil mencapai India (Kalikut) 1498. Bangsa Portugis berhasil mendirikan kantor dagangnya di Gowa pada tahun1509. Pada tahun 1511 di bawah pimpinan d'Albuquerque Portugis berhasil menguasai Malaka. Dari Malaka di bawah pimpinan d'Abreu tahun 1512 Portugis telah sampai di Maluku dan diterima baik oleh Sultan Ternate yang pada waktu itu sedang bermusuhan dengan Tidore. Portugis berhasil mendirikan benteng dan mendapatkan hak monopoli perdagangan rempah-rempah. Selain mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku, Portugis juga aktif menyebarkan agama Kristen (Katolik) dengan tokohnya yang terkenal ialah Franciscus Xaverius. Portugis ini tidak hanya memusatkan kegiatannya di Indonesia bagian timur (Maluku ), tetapi juga ke Indonesia bagian barat (Pajajaran). Pada tahun 1522 Portugis datang ke Pajajaran di bawah pimpinan Henry Leme dan disambut baik oleh Pajajaran dengan maksud agar Portugis mau membantu dalam menghadapi ekspansi Demak. Terjadilah Perjanjian Sunda Kelapa (1522) antara Portugis dan Pajajaran, yang isinya sebagai berikut: 1. Portugis diijinkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa. 2. Pajajaran akan menerima barang-barang yang dibutuhkan dari Portugis termasuk senjata. 3. Portugis akan memperoleh lada dari pajajaran menurut kebutuhannya. Awal tahun 1527 Portugis datang lagi ke Pajajaran untuk merealisasi Perjanjian Sunda Kelapa, namun disambut dengan pertempuran oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahilah. Pertempuran berakhir dan namanya diganti menjadi Jayakarta, artinya pekerjaan yang jaya (menang).
Masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia
Sebelum datang ke Indonesia, para pedagang Belanda membeli rempah-rempah di Lisabon (ibu kota Portugis). Pada waktu itu Belanda masih berada di bawah penjajahan Spanyol. Mulai tahun 1585, Belanda tidak lagi mengambil rempah-rempah dari Lisabon karena Portugis dikuasai oleh Spanyol. Dengan putusnya hubungan perdagangan rempah-rempah antara Belanda dan Spanyol mendorong bangsa Belanda untuk mengadakan penjelajahan samudra. Pada bulan April 1595, Belanda memulai pelayaran menuju Nusantara dengan empat buah kapal di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Dalam pelayarannya menuju ke timur, Belanda menempuh rute Pantai Barat Afrika –Tanjung Harapan–Samudra Hindia–Selat Sunda– Banten. Pada saat itu Banten berada di bawah pemerintahan Maulana Muhammad (1580–1605) Kedatangan rombongan Cornelis de Houtman, pada mulanya diterima baik oleh masyarakat Banten dan juga diizinkan untuk berdagang di Banten. Namun, karenanya sikap yang kurang baik sehingga orang Belanda kemudian diusir dari Banten. Selanjutnya, orang-orang Belanda meneruskan perjalanan ke timur akhirnya sampai di Bali. Rombongan kedua dari Negeri Belanda di bawah pimpinan Jacob van Neck dan Van Waerwyck, dengan delapan buah kapalnya tiba di Banten pada bulan November 1598. Pada saat itu hubungan Banten dengan Portugis sedang memburuk sehingga kedatangan bangsa Belanda diterima dengan baik. Sikap Belanda sendiri juga sangat hati-hati dan pandai mengambil hati para penguasa Banten sehingga tiga buah kapal mereka penuh dengan muatan rempah-rempah (lada) dan dikirim ke Negeri Belanda, sedangkan lima buah kapalnya yang lain menuju ke Maluku. Keberhasilan rombongan Van Neck dalam perdagangan rempah-rempah, mendorong orang- orang Belanda yang lain untuk datang ke Indonesia. Akibatnya terjadi persaingan di antara pedagang-pedagang Belanda sendiri. Setiap kongsi bersaing secara ketat. Di samping itu, mereka juga harus menghadapi persaingan dengan Portugis, Spanyol, dan Inggris. Melihat gelagat yang demikian, Olden Barneveld menyarankan untuk membentuk perserikatan dagang yang mengurusi perdagangan di Hindia Timur. Pada tahun 1602 secara resmi terbentuklah Vereenigde Oost Indiesche Compagnie (VOC) atau Perserikatan Dagang Hindia Timur. VOC membuka kantor dagangnya yang pertama di di Banten (1602) di kepalai oleh Francois Wittert. Tujuan dibentuknya VOC adalah sebagai berikut: 1. Untuk menghindari persaingan yang tidak sehat antara sesama pedagang Belanda. 2. Untuk memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan, baik dengan sesama bangsa Eropa, maupun dengan bangsa-bangsa Asia. 3. Untuk mendapatkan monopoli perdagangan, baik impor maupun ekspor. Masuknya inggris ke Indonesia Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake dan Thomas Cavendish. Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magellan, pada tahun 1579 Francis Drake berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari Ternate dan kembali ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya dilakukan pada tahun 1586 oleh Thomas Cavendish melewati jalur yang sama. Pengalaman kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan pelayaran internasioalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol, menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah. Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian Company) untuk mengurus perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James Lancestor berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka gagal mencapai Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di selat Malaka. 3.3 menganalisis strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan bangsa barat di Indonesia sebelum dan sesudah abad ke-20 menggunakan strategi perang gerilya, Gerilya adalah salah satu strategi perang yang dikenal luas, karena banyak digunakan, selama perang kemerdekaan di Indonesia pada periode 1950-an. A.H. Nasution yang pernah menjabat pucuk panglima Tentara Nasional Indonesia- Angkatan Darat (TNI-AD) menuliskan di buku "Pokok-pokok Gerilya". Bagi tentara perang gerilya sangatlah efektif. Mereka dapat mengelabui,menipu atau bahakan melakukan serangan kilat. Taktik ini juga manjur saat menyerang musuh jumlah besar yang kehilangan arah dan tidak menguasai medan. kadang taktik ini juga mengarah pada taktik mengepung secara tidak terlihat (invisible). Sampai sekarang taktik ini masih dipakai teroris untuk sembunyi. Jika mereka menguasai medan mereka dapat melakukan : penahanan sandera, berlatih, pembunuhan hingga menjadi mata-mata. Dan musuh dapat melakukan nomaden, yaitu berpindah- pindah. 3.4 Menganalisis persamaan dan perbedaan pendekatan dan strategi pergerakan nasional di Indonesia pada masa awal kebangkitan nasional, sumpah pemuda dan sesudahnya sampai dengan proklamasi kemerdekaan secara kooperatif dan nonkooperatif/radikal 3.5 Menganalisis peran tokoh nasional dan daerah dalam perjuangan menegakkan Negara republic Indonesia 1. Peristiwa redas dengklok Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas dengan dijatuhkannya bom atom oleh Sekutu di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat peristiwa tersebut, kekuatan Jepang makin lemah. Kepastian berita kekalahan Jepang terjawab ketika tanggal 15 Agustus 1945 dini hari, Sekutu mengumumkan bahwa Jepang sudah menyerah tanpa syarat dan perang telah berakhir. Berita tersebut diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh para pemuda yang termasuk orang-orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh, Abubakar Lubis, Wikana, dan lainnya. Penyerahan Jepang kepada Sekutu menghadapkan para pemimpin I ndonesia pada masalah yang cukup berat. Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan (vacuum of power). Jepang masih tetap berkuasa atas Indonesia meskipun telah menyerah, sementara pasukan Sekutu yang akan menggantikan mereka belum datang. Gunseikan telah mendapat perintah-perintah khusus agar mempertahankan status quo sampai kedatangan pasukan Sekutu. Adanya kekosongan kekuasaan menyebabkan munculnya konflik antara golongan muda dan golongan tua mengenai masalah k emerdekaan Indonesia. Golongan muda menginginkan agar proklamasi kemerdekaan segera dikumandangkan. Mereka itu antara lain Sukarni, B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik, dan Chaerul Saleh. Sedangkan golongan tua menginginkan prokla masi kemerdekaan harus dirapatkan dulu dengan anggota PPKI. Mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Moh. Yamin, Dr. Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB. Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh yang menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hal dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan har us diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan perundingan dengan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta agar kelompok pemuda diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi. Langkah selanjutnya malam itu juga sekitar jam 22.00 WIB Wikana dan Darwis mewakili kelompok muda mendesak Soekarno agar bersedia melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya lepas dari Jepang. Ternyata usaha tersebut gagal. Soekarno tetap tidak mau memproklamasikan kemerdekaan. Kuatnya pendirian Ir. Soekarno untuk tidak memproklamasikan kemerdekaan sebelum rapat PPKI menyebabkan golongan muda berpikir bahwa golongan tua mendapat pengaruh dari Jepang. Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di Jalan Cikini 71 Jakarta pada pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16 Agustus 1945. Mereka membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta harus diamankan dari pengaruh Jepang. Tujuan para pemuda mengamankan Soekarno Hatta ke Rengas dengklok antara lain : a. agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh Jepang, dan b. mendesak keduanya supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang. Pada tanggal 16 Agustus 1945 pagi, Soekarno dan Hatta tidak dapat ditemukan di Jakarta. Mereka telah dibawa oleh para pemimpin pemuda, di antaranya Sukarni, Yusuf Kunto, dan Syudanco Singgih, pada malam harinya ke garnisun PETA (Pembela Tanah Air) di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak sebelah Utara Karawang. Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota PETA Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak keduanya melakukan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil, sehingga dapat dilakukan deteksi dengan mudah setiap gerakan tentara Jepang yang menuju Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta, Bandung, atau Jawa Tengah. Mr. Ahmad Subardjo, seorang tokoh golongan tua merasa prihatin atas kondisi bangsanya dan terpanggil untuk mengusahakan agar proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan secepat mungkin. Untuk tercapainya maksud tersebut, Soekarno Hatta harus segera dibwa ke Jakarta.Akhirnya Ahmad Subardjo, Sudiro, dan Yusuf Kunto segera menuju Rengasdengklok. Rombongan tersebut tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Peranan Ahmad Subardjo sangat penting dalam peristiwa kembalinya Soekarno Hatta ke Jakarta, sebab mampu meyakinkan para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB, nyawanya sebagai jaminan. Akhirnya Subeno sebagai komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno Hatta ke Jakarta. 2. Perumusan teks proklamasi Sekitar pukul 21.00 WIB Soekarno Hatta sudah sampai di Jakarta dan langsung menuju ke rumah laksamana Muda Maeda, Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta untuk menyusun teks proklamasi. Dalam kondisi demikian, peran Laksamana Maeda cukup penting. Pada saat-saat yang genting, Maeda menunjukkan kebesaran moralnya, bahwa kemerdekaan merupakan aspirasi alamiah dan hak dari setiap bangsa, termasuk bangsa Indonesia. Berikut ini tokoh-tokoh yang terlibat secara langsung dalam perumusan teks proklamasi. 3. Pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Setelah rumusan teks proklamasi selesai dirumuskan muncul permasalahan, siapa yang akan menandatangani teks proklamasi? Soekarno mengusulkan agar semua yang hadir dalam rapat tersebut menandatangani naskah proklamasi sebagai” Wakil-wakil Bangsa Indonesi a”. Usulan Soekarno tidak disetujui para pemuda sebab sebagian besar yang hadir adalah anggota PPKI, dan PPKI dianggap sebagai badan bentukan Jepang. Kemudian Sukarni menyarankan agar Soekarno Hatta yang menandatangani teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia. Saran dan usulan Sukarni diterima. Langkah selanjutnya, Soekarno minta kepada Sayuti Melik untuk mengetik konsep teks proklamasi dengan beberapa perubahan, kemudian ditandatangani oleh Soekarno Hatta. Perubahan-perubahan tersebut meliputi: a. kata “ tempoh” diubah menjadi tempo, b. wakil-wakil bangsa Indonesia diubah menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”, dan c. tulisan “Djakarta, 17-8-’05“ diubah menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahun ‘05. Naskah hasil ketikan Sayuti Melik merupakan naskah proklamasi yang autentik. Malam itu juga diputuskan bahwa naskah proklamasi akan dibacakan pukul 10.00 pagi di Lapangan Ikada, Gambir. Tetapi karena ada kemungkinan timbul bentrokan dengan pasukan Jepang yang terus berpatroli, akhirnya diubah di kediam an Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Sejak pagi hari tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Ir. Soekarno Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta telah diadakan berbagai persiapan untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kurang lebih pukul 09.55 WIB, Drs. Mohammad Hatta telah datang dan langsung menemui Ir. Soekarno. Sebelum proklamasi kemerdekaan dibacakan, pukul 10.00 WIB Soekarno menyampaikan pidatonya. Perjuangan bangsa Indonesia setelah kemerdekaan Kedatangan Sekutu dan NICA Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, Sekutu menugaskan Jepang untuk mempertahankan keadaan seperti apa adanya (status quo) sampai dengan kedatangan sekutu ke Indonesia. Pasukan sekutu yang masuk ke Indonesia adalah tentara kerajaan Inggris yang bernama SEAC (South East Asia Command) dibawah pimpinan Louis Mounbatten . Dalam melaksanakan Tugasnya untuk Indonesia bagian barat, Louis Mounbatten Membentuk kesatuan khusus, yaitu AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies) dibawah pimpinan Letnan Jendral Sir Philip Christison,yang mendarat di Jakarta 29 September 1945. Adapun tugas AFNEI di Indonesia adalah sebagai berikut : Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang Membebaskan para tawanan perang dan interniran sekutu.Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut mereka di depan pengadilan. Kedatangan tentara sekutu pada mulanya disambut dengan sikap netral oleh pihak Indonesia. Namun, setelah diketahui sekutu membawa NICA (Netherland Indies Civil Administration), masyarakat menjadi curiga karena NICA adalah pegawai sipil pemerintah Hindia Belanda yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan sipil di Indonesia. Situasi keamanan menjadi semakin buruk sejak NICA mempersenjatai tentra KNIL yang baru dilepaskan dari tawanan jepang. : Melihat kondisi yang kurang menguntungkan, panglima AFNEI menyatakan pengakuan secara de facto atas Republik Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1945. Sejak saat itu, pasukan AFNEI diterima dengan tangan terbuka oleh pejabat-pejabat RI di daerah-daerah untuk membantu membantu memperlancar tugas-tugas AFNEI. Namun di sisi lain, masuknya NICA di bawah pimpinan Van Mook, selalu memancing kerusuhan di mana- mana. Yang bertujuan ingin menegakan kembali kekuasaan di Indonesia, memanfaatkan pasukan sekutu. Sehingga bangsa Indonesia curiga, bahwa sekutu tidak sunggu-sungguh menghormati kedaulatan bangsa Indonesia. 2. Kontak Fisik Bangsa Indonesia dengan Sekutu (Belanda) di Berbagai Daerah. : a. Pertempuran di Surabaya Pada tanggal 25 Oktober 1945, Brigade 49 di bawah Brigadir Jendral A.W.S Mallaby mendarat di Surabaya. Mereka mendapat tugas dari panglima AFNEI untuk melucuti serdadu Jepang dan menyelamatkan interniran Sekutu. Pemimpin pasukan sekutu menemui gubernur Jawa Timur, R.M Suryo tentang maksud kedatangan mereka. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan, yaitu : 1) Inggris berjanji di antara mereka tidak terdapat Angkatan Perang Belanda 2) Disetujui kerjasama antara kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan ketentraman 3) Akan segera dibentuk kontak biro agar kerjasama dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya 4) Inggris hanya melucuti senjata tentara Jepang Dalam perkembanganya, pihak inggris ternyata melanggar janji. Pada tanggal 26 Oktober 1945 malam hari, satu peleton dari Field Security Section di bawah pimpinan Kapten Shaw melakukan penyergapan ke penjara kalisosok. Penyergapan ini bertujuan Kolonel Huiyer, seorang perwira Angkatan Laut Belanda dan kawan-kawanya. Tindakan Inggris tersebut dilanjutkan keesokan harinya dengan menduduki pangkalan udara , Tanjung perak, Kantor Pos Besar, Gedung Internatio, dan obyek-obyek vital lainya. Pada hari yang sama terjadi kontak senjata antara pemuda dengan pasukan Inggris di beberapa sektor. Pada tanggal 28 Oktober 1945, tank-tank Inggris berhasil dilumpuhkan. Beberapa obyek vital pun berhasil dilumpuhkan. Untuk menyelamatkan pasukan Inggris dari kehancuran, komando sekutu menghubungi presiden Soekarno. Keesokan harinya pukul 11.00, Bung Karno bersama Jendral Hawthorn, atasan Mallaby tiba di Surabaya. Presiden didampingi oleh wakilPresiden Moh. Hatta dan menteri penerangan Amir Syarifudin segera mengadakan perundingan dengan Mallaby. Perundingan tersebut menghasilkan kesepakatan penghentian kontak senjata dan Inggris mengakui kedaulatan RI. Untuk menghindari kontak senjata diatur cara-cara sebagai berikut : 1) TKR dan Polisi Indonesia diakui oleh pihak sekutu 2) Kota Surabaya tidak dijaga oleh sekutu, kecuali kamp- kamp tawanan dijaga tentara sekutu bersama TKR 3) Untuk sementara waktu, Tanjung Perak dijaga bersama oleh TKR, Polisi, dan tentara sekutu guna penyelesaian tugas menerima obat- obatan un tuk tawanan perang. Agar perundingan tersebut berhasil dengan baik dibentuklah kontak biro yang terdiri atas pemerintah RI di Surabaya dengan tentara Inggris. Pada pukul 17.00 seluruh anggota kontak biro kontak biro mendatangi beberapa tempat untuk menghentikan pertempuran. Tempat terakhir yang dikunjungi adalah gedung Bank Internatio di jembatan merah. Ketika anggota kontak biro tiba di tempat tersebut terjadi kontak senjata antara para pemuda dengan pasukan sekutu. Insiden ini menyebabkan Brigjen Mallaby terbunuh. Pihak Inggris menuntut pertanggungjawaban atas terbunuhnya Mallaby. Pada tanggal 31 Oktober 1945, Jendral Christison memperingatkan kepada rakyat Surabaya agar segera menyerah. Apabila tidak menyerah, mereka akan dihancurleburkan. Selanjutnya Inggris mendatangkan pasukan baru di bawah pimpinan Mayor E. C Mansergh. Pihak Inggris mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Surabaya yang disertai dengan instruksi agar pimpinan pemuda, pimpinan polisi dan kepala pemerintahan harus melapor pada tempat dan waktu yang telah ditentukan dengan meletakan tangan mereka di atas kepala. Selanjutnya, mereka harus menandatangani dokumen tanda menyerah tanpa syarat , sedangkan bagi pemuda-pemuda yang bersenjata harus Menyerahkan senjatanya dengan berbaris serta membawa bendera putih. Batas waktu yang ditentukan pukul 06.00 tanggal 10 Nopember 1945. Apabila tidak dipatuhi, Inggris akan mengerahkan seluruh kekuatan darat, laut dan udaranya untuk menghancurkan Surabaya. Adanya ultimatum ini dilaporkan ke pusat. Tetapi pusat menyerahkan kebijakan ini kepada rakyat Surabaya. Sehingga puncaknya pada tanggal 10 Nopember 1945 rakyat Surabaya menunjukan kegigihanya dalam mempertahankan kemerdekaan. B. Pertempuran Ambarawa Pada tanggal 20 Oktober 1945 Brigade Arteleri dari divisi India ke-23 pasukan Sekutu mendarat di Semarang. Pemerintah RI memperkenankan mereka untuk mengurus tawanan perang yang ada di Ambarawa dan Magelang. Namun, mereka diboncengi NICA dan mempersenjatai para bekas tawanan. Akibatnya, pada tanggal 26 Oktober 1945 pecahlah insiden di Magelang yang berlanjut insiden antara TKR dengan pasukan Sekutu. Insiden ini berhenti setelah kedatangan presiden Soekarno dan Brigjen Bethell di Magelang pada tanggal 2 November 1945. Mereka mengadakan perundingan dan menghasilkan kesepakatan antara lain sebagai berikut : 1) Sekutu tetap akan menempatkan pasukanya di Magelang untuk melakukan kewajibanya melindungi dan evakuasi tawanan perang. 2) Jalan raya Magelang-Ambarawa terbuka bagi lalu lintas Indonesia dan Sekutu 3) Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dalam badan- badan yang berada di bawah kekuasaanya. Ternyata pihak sekutu ingkar janji. Kesempatan dan kelemahan pasal-pasal ini dipergunakan untuk menambah jumlah pasukanya. Tantangan & hambatan yang dihadapi bangsa Indonesia setelah proklamasi Terwujudnya kejayaan bangsa yang disimbolkan dengan kalimat gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja, adalah cita-cita para founding fathers ketika memperjuangkan pembebasan Nusantara dari penjajahan dan melahirkan sebuah negara baru bernama Indonesia. Pertanyaannya, setelah lebih dari 63 tahun proklamasi kemerdekaan dikumandangkan oleh dwi tunggal Soekarno-Hatta, kian dekatkah kita pada cita-cita tersebut Sejauh kita menjawabnya dengan jujur, bisa katakan bahwa Indonesia belum berada pada titik yang cukup dekat dengan cita-cita kejayaan bangsa. Hal ini bisa kita simpulkan dengan melihat berbagai kondisi, problematika dan tantangan kebangsaan yang saat ini kita hadapi, setidaknya sebagaimana terpapar di bawah ini. Pertama, berkaitan dengan pangan. Indonesia belum mandiri dalam penyediaan pangan dan diprediksi akan mengalami krisis pangan pada 2017 atau 10 tahun mendatang bila melihat ketimpangan antara jumlah penduduk dan ketersediaan lahan pangan yang makin tidak seimbang dewasa ini. Tentu kita sadar apa yang tengah terjadi saat ini. Di satu sisi pertumbuhan jumlah penduduk di negeri ini relatif tinggi. Laju pertambahan penduduk di Indonesia mencapai 1,49 persen per tahun. Artinya di Indonesia setiap tahun jumlah penduduk bertambah 3-3,5 juta jiwa. Dengan jumlah kesetaraan ber-KB per tahun angkanya tetap sama seperti saat ini yaitu 60,3 persen, maka jumlah penduduk Indonesia tahun 2015 diproyeksikan menjadi sekitar 255,5 juta. Sementara di sisi lain lahan pertanian di Indonesia terus mengalami penyusutan akibat konversi lahan menjadi kawasan perubahan, pabrik dan peruntukan non- pertanian lainnya.Di luar faktor tersebut, kerawanan pangan juga menjadi ancaman karena ketergantungan negeri ini kepada pihak luar untuk berbagai komoditas pangan yang strategis dan dikonsumsi mayoritas warga. Untuk komoditas gandum misalnya, dari tahun ke tahun, nilai impor kita makin banyak. Pada tahun 2000, Indonesia mengimpor gandum sebanyak 6,037 juta ton. Lima tahun kemudian, tahun 2005, impor gandum naik hampir 10 persen menjadi 6,589 juta ton. Tahun 2025, diproyeksikan impor gandum akan meningkat tiga kali lipat menjadi 18,679 juta ton. Impor kedelai dalam lima tahun terakhir (2003-2007) rata-rata 1.091 juta ton atau mencapai 60,5 persen dari total kebutuhan. Untuk daging ayam ras, meskipun sebagian besar ayam usia sehari (day old chicken/DOC) diproduksi di dalam negeri, yaitu sebanyak 1,15 miliar ekor (2007), tetapi super induk ayam (grand parent stock/GPS) dan induk ayam (parent stock/PS)-nya diimpor dari negara maju. Ketergantungan pada impor juga terjadi pada susu. Setiap tahun 70 persen kebutuhan susu diimpor dalam bentuk skim. Untuk jagung, produksi tahun 2008 memang surplus. Namun, peningkatan produksi itu ditunjang oleh penggunaan benih jagung hibrida. Tahun 2008, penggunaan hibrida mencapai 43 persen dari total luas tanaman jagung nasional 3,5 juta hektar. ”Kondisi jagung lebih baik karena ada progres penggunaan teknologi,” kata Rudi. Meskipun begitu, kebutuhan benih jagung hibrida sekitar 30.100 ton per tahun itu sebagian atau 43 persen bukan berasal dari perusahaan benih nasional atau petani penangkar, tetapi diproduksi oleh perusahaan multinasional, sepertiBayer Crop dan Dupont. Ketergantungan pada impor juga terjadi pada daging sapi. Impor dalam bentuk daging dan jeroan beku per tahun mencapai 64.000 ton. Adapun impor sapi bakalan setiap tahun sekitar 600.000 ekor. Pada komoditas kedelai yang menjadi bahan baku makanan kebangsaan kita, yaitu tempe, juga terjadi fenomena ketergantungan yang luar biasa. Sejak era reformasi, catatan impor kedelai Indonesia nyaris tidak pernah berada di bawah 1,2 juta ton per tahun. Lebih dari 90% impor kedelai Indonesia berasal dari Amerika Serikat dan hanya sedikit saja dari Argentina, Brazil, dan lain-lain. Kedua, berkenaan dengan kemiskinan dan pengangguran yang rentan menimbulkan gejolak sosial. Saat ini, tercatat 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) yang memperoleh raskin dengan subsidi sebesar Rp6,3 triliun. Pada tahun 2007, menurut data BPS, jumlah penduduk miskin mencapai 37,17 juta orang atau 16,58 persen dari total penduduk Indonesia. Kemudian, menyangkut pengangguran, bisa dikatakan bahwa pengangguran di Indonesia sudah menjadi ancaman virus di Asean dimana kontribusi Indonesia pada angka pengangguran di Asean itu sudah mencapai 60 persen. Jumlah penganggur di Indonesia bisa mencapai 40 jutaan dan semakin bertambah menyusul banyaknya industri yang melakukan PHK menyusul krisis global saat ini. Dari jumlah pengangguran tersebut, sebanyak 4.516.100 dari 9.427.600 orang yang masuk kategori pengangguran terbuka adalah lulusan SMA, SMK, program diploma, dan universitas. Dibarengi naiknya harga pangan, gejolak sosial menjadi sebuah ancaman serius. Seperti dinyatakan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB, setidaknya 36 negara, termasuk Indonesia, mengalami lonjakan harga pangan luar biasa yang berkisar antara 75 persen hingga 200 persen, sehingga negara-negara tersebut rentan terjadi gejolak sosial dan politik. Ketiga, berkenaan dengan meningkatnya jumlah area dan warga penghuni pemukiman kumuh. Akibat tingkat urbanisasi yang tinggi, semakin banyak masyarakat Indonesia yang tinggal di lingkungan kumum yang sudah pasti menurunkan kualitas kehidupan mereka. Indonesia saat ini memiliki kawasan kumuh seluas 4.750 hektar ha. Seperti dinyatakan Menteri Perumahan Rakyat Yusuf Asy'ari menyatakan, areal pemukiman kumuh di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Penyebabnya, harga tanah yang kian mahal dan keterbatasan pemerintah menyediakan rumah sederhana bagi rakyat. Jumlah penghuni pemukiman kumuh saat ini mencapai sekitar 17,2 juta kepala keluarga. Dari jumlah tersebut, 13,5 juta diantaranya di perkotaan. Sisanya tersebar di berbagai pedesaan. Keempat, berkenaan dengan krisis energi. Krisis ini mulai kita rasakan, dan ini ditandai oleh beberapa fenomena. Setelah mencapai puncaknya pada tahun 1980-an, produksi minyak Indonesia terus menurun; dari hampir 1.6 juta barel/hari, saat ini hanya 1.2 juta barel/hari. Pertumbuhan konsumsi energi dalam negeri yang mencapai 10%per tahun sementara kecenderungan harga minyak dunia yang terus bergejolak. Kelima, Indonesia – sebagaimana negara-negara di berbagai belahan dunia lainnya - juga mengalami permasalahan berkenaan dengan ketersediaan air. Menurut Jacques Diouf, Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), saat ini penggunaan air di dunia naik dua kali lipat lebih dibandingkan dengan seabad silam, namun ketersediaannya justru menurun. Akibatnya, terjadi kelangkaan air yang harus ditanggung oleh lebih dari 40 persen penduduk bumi. Kondisi ini akan kian parah menjelang tahun 2025 karena 1,8 miliar orang akan tinggal di kawasan yang mengalami kelangkaan air secara absolut. Kekurangan air telah berdampak negatif terhadap semua sektor, termasuk kesehatan. Tanpa akses air minum yang higienis mengakibatkan 3.800 anak meninggal tiap hari oleh penyakit. Di Indonesia sendiri, saat ini sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air bersih. Keenam, kita berhadapan dengan kualitas lingkungan yang makin buruk dan mengancam kelangsungan hidup. Kita misalnya, ikut terancam oleh pemanasan global. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Kemudian, hadir pula ancaman berupa polusi udara yang makin meningkat. Polusi udara kota di beberapa kota besar di Indonesia, khususnya di Jakarta, telah sangat memprihatinkan. Beberapa hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala risikonya telah dipublikasikan, termasuk risiko kanker darah. Namun, jarang disadari, entah berapa ribu warga kota yang meninggal setiap tahunnya karena infeksi saluran pernapasan, asma, maupun kanker paru akibat polusi udara kota. Tak ketinggalan, kita juga dihadapkan pada tingkat kerusakan hutan, sungai, danau dan berbagai elemen alam lainnya yang sangat tinggi. Ketujuh, problematika negeri ini berkaitan dengan taraf kesehatan warga, terutama anak-anak. Mayoritas anak Indonesia lebih rentan terserang penyakit dibanding dengan anak dari negara lain. Ini tak lain dipicu masalah kurang gizi yang sejak lama menjadi kendala utama pembangunan bangsa. Departemen Kesehatan (Depkes) mencatat bahwa pada 1999 ada sekitar delapan persen anak Indonesia kekurangan gizi. Ini artinya ada sekitar 1,8 juta anak balita di seantero Indonesia menderita malnutrisi. Namun realitas yang ada di lapangan bisa lebih dari itu. Jika hal seperti ini tak diantisipasi, bisa dibayangkan bagaiman nasib bangsa ini di masa depan. Kedelapan, jumlah konflik horizontal yang berujung pada peristiwa kekerasan, cenderung meningkat. Penyebab utama problema ini, di samping fragmentasi dan distrust antar kelompok yang relatif tinggi, adalah juga tingkat persaingan dalam memperebutkan sumber-sumber daya ekonomi dan politik yang kian sengit. Seiring dengan ini, kita juga dihadapkan pada angka kriminalitas yang juga punya kecenderungan meningkat. Langkah – langkah yang ditempuh bangsa Indonesia/tujuan nasional NKRI 1. Melindungi Setiap Bangsa Dan Seluruh Tumpah Darah Indonesia Melindungi eksistensi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia termasuk segenap komponen bangsa dan seluruh kekayaan alamnya serta kekayaan nilai-nilai bangsa Indonesia yang dicita-citakan oleh segenap pendiri negara yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Nilai-nilai yang harus dilindungi dan dipertahankan seperti tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah, antara lain, kemerdekaan dan kedaulatan NKRI, Cita-cita dan Tujuan bangsa Indonesia, Pancasila sebagai dasar negara, falsafah bangsa dan way of life bangsa Indonesia, karena nilai-nilai tersebut bersifat final dan merupakan “harga mati” yang harus dipertahankan oleh seluruh bangsa 2. Memajukan Kesejahteraan Umum Untuk memajukan kesejahteraan bagi rakyat secara keseluruhan, bukan hanya kesejahteraan orang per orang. Oleh karena itu perlu disusun suatu sistem yang dapat menjamin terselenggaranya keadilan sosial. Dan kesejahteraan yang harus diciptakan bukan hanya sekedar kesejahteraan ekonomis dan material, melainkan kesejahteraan lahir dan batin,kesejahteraan material dan spiritual. Artinya, kesejahteraan material itu harus terselenggara dalam masyarakat yang saling menghormati dan menghargai hak dan kewajiban masing-masing, masyarakat yang bebas dari rasa takut, masyarakat yang hidup dalam kesederajadan dan kebersamaan masyarakat yang bergotong royong. Masyarakat adil, makmur dan beradap. 3. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Membangun peradapan bangsa, sehingga bangsa Indonesia akan mampu hadir sebagai bangsa yang memiliki kepribadian nasional yang bersumber kepada nilai-nilai yang terkandung dari ideologi nasional Indonesia, yaitu Pancasila. Serta memciptakan masyarakat yang pandai dan cerdas. 4. dan Ikut Melaksanakan Ketertinbandunia Berdasarkan Kemerdekaan Perdamaian Abadi dan Keadilan Sosial. Bangsa Indonesia cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kepada kemerdekaan dan kedaulatannya. Penyelesaian pertikaian atau pertentangan yang timbul antara bangsa Indonesia dan bangsa lain akan selalu diusahakan melalui cara-cara damai. Bagi bangsa Indonesia. bangsa Indonesia menentang segala bentuk penjajahan dan menganut politik bebas aktif. Untuk itu, pertahanan negara ke luar bersifat defensif aktif yang berarti tidak agresif dan tidak ekspansif sejauh kepentingan nasional tidak terancam. Atas dasar sikap dan pandangan tersebut, bangsa Indonesia tidak terikat atau ikut serta dalam suatu pakta pertahanan dengan negara lain. Bentuk pertahanan negara bersifat semesta dalam arti melibatkan seluruh rakyat dan segenap sumber daya nasional, sarana dan prasarana nasional, serta seluruh wilayah negara sebagai satu kesatuan pertahanan. Pertahanan negara disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak asasi manusia, kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional dan kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Di samping prinsip tersebut, pertahanan negara juga memperhatikan prinsip kemerdekaan, kedaulatan, dan keadilan sosial.