Diajukan Oleh:
ELOK WURI SAFITRI
18/435231/PMU/09742
kepada
Proposal Tesis
Diajukan oleh:
Elok Wuri Safitri
18/435231/PMU/09742
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
ii
DAFTAR ISI
iii
2.2.5. Evaluasi Investasi Pembangunan ..........................................38
3.2.2. Sampel...................................................................................46
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Jumlah Hotel dan Jumlah Kunjungan Kota Surabaya ... 4
Tabel 3.5 Skoring Informasi Geologi untuk KRB Gempa Bumi ......... 51
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Laju Geser Segmen Sesar di Pulau Jawa dan Segmentasi
yang Berada di Kota Surabaya ............................................... 2
Gambar 2.1 Visualisasi Perbandingan antara fault rock, fault zone dan
relay zone ............................................................................. 16
vi
BAB I
PENDAHULUAN
dan luar permukaan yang mendorong terjadinya proses geologi. Adanya gaya tekan
yang sangat cepat dari dalam permukaan bumi akibat tenaga endogen,
menghasilkan patahan atau sesar. Menurut Buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa
Indonesia Tahun 2017, terjadi peningkatan jumlah sesar aktif dari data tahun 2010
yaitu 53 sesar menjadi sebanyak 295 sesar aktif yang teridentifikasi sebagai sumber
gempabumi yang tersebar di wilayah Indonesia. Dari jumlah total sesar aktif
Sumatera. Meskipun begitu, tercatat adanya gempabumi besar yang berasal dari
tahun 1994 (Abercrombie dkk. dalam PUSGEN, 2017) dan Pangandaran 7,8 SR
pada tahun 2006 (Ammon dkk, 2006; Fujii and Satake, 2006 dalam PUSGEN,
2017). Selain itu gempabumi dangkal bersumber di daratan sering terjadi dan
memiliki tingkat risiko bencana gempabumi yang sangat tinggi akibat wilayah
permukiman di Jawa yang sangat padat. Menurut Buku Peta Sumber dan Bahaya
Gempa Indonesia tahun 2017, karakteristik jalur sesar aktif di Pulau Jawa
menunjukkan dominasi sesar geser dan sesar naik, sedangkan sisanya berupa sesar
turun dengan jumlah yang lebih sedikit. Menurut lokasinya di Provinsi Jawa bagian
1
Tengah dan Timur, struktur sesar naik diantaranya pada zona Sesar Kendeng dan
struktur sesar turun ditunjukkan pada zona Sesar Pasuruan dan Probolinggo.
Gambar 1.1 Laju Geser Segmen Sesar di Pulau Jawa dan Segmentasi yang
Berada di Kota Surabaya
Sumber: PUSGEN, 2017
Jalur sesar aktif Kendeng yang memanjang dari Jawa Tengah hingga Jawa
Timur memiliki beberapa pembagian segmen, yang mana dua di antaranya melintas
di wilayah Kota Surabaya yaitu Sesar Surabaya (membentang di sisi Utara) dan
2017). Meskipun belum mengalami kejadian gempabumi besar pada abad 20, Kota
Surabaya sebagai kota terbesar ke dua di Indonesia setelah DKI Jakarta, dengan
jumlah penduduk sebesar 3,07 juta jiwa dan total luas wilayah sebesar 326,36 km2
2
memiliki persentase lahan non-Ruang Terbuka Hijau (RTH) berdasarkan rencana
pola ruang RTRW Kota Surabaya Tahun 2014-2034 sebesar 86,27% dan lahan
RTH sebesar 13,73%. Hal ini menunjukkan tingginya alokasi pola ruang sebagai
penggunaan lahan mixed use serta fasilitas umum. Sehingga dari sudut padang
Fakta lain terkait Kota Surabaya yang berhasil berkembang sebagai liveable
city dan disejajarkan dengan kota-kota besar dunia seperti Hamburg (Jerman),
3
tersebut didasari atas pencapaian Kota Surabaya di beberapa bidang seperti
hotel (data BPS Surabaya dalam Angka, 2018) serta terselenggaranya event besar
yang mampu menarik wisatawan lokal dan internasional. Hal ini menunjukkan
tingginya kunjungan Kota Surabaya yang dilihat dari jumlah tamu hotel berbintang
dan hotel non-berbintang pada akhir tahun 2017 sebanyak 337.250 tamu domestik
dan 12.110 tamu asing. Lebih rincinya tersajikan dalam Tabel 1.1. Sehingga Kota
Surabaya merupakan kota yang penting bagi warga penduduk dan wisatawannya,
tetapi hal ini juga memiliki nilai kerentanan sosial terhadap potensi bencana
gempabumi.
Tabel 1.1 Data Jumlah Hotel dan Jumlah Kunjungan Kota Surabaya
Tahun
Klasifikasi Data 2015 2016 2017
Jumlah Hotel (unit) 125 189 233
Jumlah Kunjungan
Tamu Asing dan
101.019 463.147 349.360
Domestik per akhir
tahun (jiwa)
Sumber: BPS Kota Surabaya Dalam Angka Tahun 2016, 2017, dan 2018
besar mengingat kondisi tersebut diperparah dengan belum adanya hasil kajian
menentukan arahan mitigasi maupun upaya tanggap darurat yang dapat dilakukan
segenap warga maupun wisatawan di Kota Surabaya. Oleh karena itu dibutuhkan
4
dalam menentukan arah investasi pembangunan yang mengevaluasi kebijakan
investasi yang belum berbasis mitigasi bencana akibat potensi gempabumi. Hal
nyawa akibat potensi gempabumi yang bersumber dari sesar aktif sesuai klasifikasi
zona KRB yang tersusun. Selain itu, adanya rekomendasi arah investasi
implementatif dan dapat diacu dengan baik oleh para pemangku kepentingan.
yaitu:
potensi gempabumi?
gempabumi?
5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang mendorong dilakukannya penelitian ini,
gempabumi.
potensi sesar.
penelitian tentang jalur sesar aktif yang teridentifikasi di wilayah Kota Surabaya
yang bernama Sesar Surabaya dan Sesar Waru dalam Buku Peta Sumber dan
Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017 yang disusun oleh Pusat Studi Gempa
PUPR. Selanjutnya lokasi jalur Sesar Surabaya dan Sesar Waru teridentifikasi
6
dalam penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2017). Adapun beberapa penelitian
dan hasil publikasi dengan topik sejenis dapat dilihat pada Tabel 1.2.
b. Manfaat Praktis
gempabumi akibat sesar aktif yang teridentifikasi pada tahun 2017 sehingga
upaya tersebut dalam rencana tata ruang yang berbasis risiko bencana.
7
Tabel 1.2 Penelitian Sebelumnya
8
No. Judul Tujuan Metode Penelitian Hasil
Adjie Pamungkas,
2017)
4 Asesmen Penelitian ini ditekankan Cara melakukan penilaian untuk mengetahui Melakukan penilaian kerentanan
Kerentanan pada upaya pengurangan kondisi kerentanan gedung terhadap gempa bangunan gedung di Kota
Bangunan Terhadap risiko bencana akibat terbagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan secara Surabaya.
Ancaman Gempa gempa melalui upaya cepat (Rapid Visual Screening) dan
Dengan Aplikasi preventive dengan pemeriksaan secara mendetail.
dan Pemetaannya di pemetaan
Surabaya kondisi kerentanan
(Wahyuni, dkk., gedung terhadap bahaya
2017) gempa. Adanya aplikasi
smartphone khusus yang
diberi nama RViSITS
digunakan untuk
mempermudah dan
mempercepat proses
pemeriksaan dan hasil
asesmen dikirim melalui
internet, dan server yang
berfungsi sebagai
pengumpul dan pengolah
data.
5 Pemantauan Penelitian ini ditekankan Metode dan teknik yang digunakan adalah: Mengamati karakteristik perubahan
Deformasi pada pemantauan analisa data Synthetic Arpeture Radar (SAR) geofisik tanah di Kota Surabaya.
Permukaan di Kota deformasi permukaan dengan teknik DInSAR dan time-series, survei Hal ini sebagai masukan
Surabaya yang terjadi di kota GNSS, dan survei micro-gravity. Dari hasil pertimbangan pada penetapan
Menggunakan Surabaya secara kontinyu awal analisa DInSAR (Mei 2015 – Mei 2017) zonasi ancaman gempa bumi akibat
Metode Geodetik menggunakan metode terlihat adanya deformasi permukaan di kota sesar aktif di Kota Surabaya.
Terintegrasi Geodetik terintegrasi. Surabaya dalam bentuk penurunan muka tanah
9
No. Judul Tujuan Metode Penelitian Hasil
(Penelitian (subsidence) dan kenaikan muka tanah (uplift)
Unggulan Dosen: yang terukur sebagai nilai Line of Sight (LOS)
Ketua Tim Peneliti displacement sebesar -60mm sampai
Ira Mutiara +60mm. Survei micro-gravity tahap dua
Anjasmara, 2017) dilakukan pada bulan Oktober 2017 dengan
metode grid dan jumlah titik pengamatan 100.
Sebagai langkah validasi, akan dilakukan
perbandingan hasil dari ketiga metode yang
digunakan.
Sumber: Sintesis Berbagai Sumber, 2019
10
BAB II
Lindung, bahwa kawasan rawan bencana alam merupakan kawasan yang sering
atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Kawasan ini adalah bagian dari
kawasan lindung yang bertujuan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari
bencana dengan kriteria kawasan yang memiliki paparan tinggi dan intensitas
kejadian tinggi dan intensitas kejadian tinggi terhadap suatu ancaman bencana
tertentu seperti halnya terhadap ancaman erupsi gunungapi, gempa bumi, tsunami,
tanah longsor, dan lain-lain. Pada Keppres tersebut menuturkan perlu adanya
terjadinya bencana.
ditentukan dari jenis ancaman bencananya. Oleh karena itu dalam penelitian
ini, erat kaitannya jalur sesar aktif terhadap ancaman gempa bumi, sehingga
11
Gempabumi, yang mana memiliki tipologi karakteristik fisik kawasan yang
a. Tipe A
Intensity / MMI VIII) maka efek merusaknya diredam oleh sifat fisik
b. Tipe B
pada tipe ini tidak disebabkan oleh satu faktor dominan, tetapi
yaitu intensitas gempa tinggi (MMI VIII) dan sifat fisik batuan
c. Tipe C
kerawanan tinggi pada kawasan ini. Kombinasi yang ada antara lain
adalah intensitas gempa tinggi dan sifat fisik batuan lemah; atau
kombinasi dari sifat fisik batuan lemah dan berada dekat zona sesar
12
kerusakan bangunan dengan konstruksi beton terutama yang berada
d. Tipe D
merusak; atau berada pada kawasan dimana sifat fisik batuan lemah,
e. Tipe E
merusak. Sifat fisik batuan dan kelerengan lahan juga pada kondisi
f. Tipe F
Kondisi ini diperparah dengan sifat fisik batuan lunak yang terletak
13
pada kawasan morfologi curam sampai dengan sangat curam yang
sesuai dengan fungsi kawasan dan tidak menyalahi rencana tata ruang.
berikut:
a. Tipe A
14
pertambangan rakyat, permukiman, perdagangan dan perkantoran,
kerentanan rendah.
b. Tipe B
untuk kegiatan budi daya seperti pada kawasan rawan gempa bumi
c. Tipe C
d. Tipe D
15
e. Tipe E
f. Tipe F
lindung.
setiap tahapan perubahan zona sesar yang meliputi fault rock, fault zone,
16
Berdasarkan fokus penelitian yang berupa zonasi sesar maka
penjabaran akan dibatasi pada penentuan zona sesar dari penelitian yang
dilakukan Chields, dkk. (2009). Fault zone atau zona sesar didefinisikan
sebagai sebuah sistem dari beberapa segemen sesar yang berinteraksi dan
bertautan satu dengan yang lain serta ukurannya yang terbatas pada
penampang atau volume batuan yang relatif tipis (Peacock, dkk. (2000)
dalam Childs, dkk., 2009). Manifestasi umum dari zona sesar bahwa
atau berfusi menjadi satu (sehingga cukup sulit untuk dibedakan) yang
sebesar 10 cm. Keberagaman zona sesar dan ketebalan dari fault rock secara
bumi berupa patahan dan rekahan kuat dan aktif di interval zona sesar yaitu
17
pada 5 m dengan kedalaman 30 m;10 m dengan kedalaman 60 m, sedangkan
dan/atau di dalam tanah atau air. Bangunan berfungsi sebagai tempat manusia
bangunan gedung yang didirikan pada daerah lokasi bencana wajib memenuhi
teknis yang ditetapkan pemerintah daerah sesuai kondisi sosial dan budaya
sehingga harus disediakan sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar
darurat, dan jalur evakuasi apabila terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana
perihal wewenang pemerintah daerah untuk mengatur setiap bangunan gedung yang
daerah bencana dan penetapan larangan membangun pada batas waktu tertentu atau
18
umum atau menetapkan persyaratan khusus tata cara pembangunan apabila daerah
tersebut telah dinilai tidak membahayakan. Selain itu pemeriksaan berkala pada
bangunan gedung yang berada di daerah bencana wajib dilakukan apabila adanya
perubahan fungsi bangunan gedung, atau karena adanya bencana yang berdampak
gedung khusus.
19
e. Klasifikasi berdasarkan lokasi meliputi bangunan gedung di lokasi
lokasi renggang.
memiliki jumlah penghuni lebih dari 500 orang, atau luas lebih dari 5.000
20
digunakan dalam perencanaan, pelaksanaan, atau perubahan yang
diperlukan pada bangunan gedung meliputi pembagian klas pada Tabel 2.1
berikut ini.
21
Klas 8 Bangunan gedung laboratorium, industri, pabrik, dan/atau bengkel mobil, yaitu bangunan
gedung laboratorium dan bangunan yang dipergunakan untuk tempat pemrosesan suatu
produksi, perakitan, perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, atau pembersihan
barang-barang produksi dalam rangka perdagangan atau penjualan.
Klas 9 Bangunan gedung umum Klas 9a Bangunan gedung
yaitu bangunan gedung perawatan kesehatan,
yang dipergunakan untuk termasuk bagian-bagian
melayani kebutuhan dari bangunan tersebut yang
masyarakat umum berupa laboratorium
Klas 9b Bangunan gedung
pertemuan, termasuk
bengkel kerja, laboratorium
atau sejenisnya di sekolah
dasar atau sekolah lanjutan,
hall, bangunan peribadatan,
bangunan budaya atau
sejenis, tetapi tidak
termasuk setiap bagian dari
bangunan yang merupakan
klas lain
Klas 10 bangunan gedung atau Klas 10a Bangunan gedung bukan
struktur yang merupakan hunian yang merupakan
sarana/prasarana bangunan garasi pribadi, garasi
gedung yang dibangun umum, atau sejenisnya
secara terpisah Klas 10b Struktur yang berupa pagar,
tonggak, antena, dinding
penyangga atau dinding
yang berdiri bebas, kolam
renang, atau sejenisnya.
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29 Tahun 2006 tentang pedoman persyaratan
teknis bangunan gedung
22
Kemampuannya dalam mencerminkan keserasian bangunan dengan
lingkungan
apabila jarak vertikal dari lantai penuh ke lantai penuh berikutnya lebih dari
pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi yang dapat menjamin
darurat, baik bagi orang normal maupun penyandang disabilitas dan lansia.
23
sarana penyelamatan bangunan gedung negara meliputi ketentuan-
a. Tangga Darurat
harus dipisahkan dari ruang-ruang lain dengan pintu tahan api dan
m dan min 9 m;
24
b. Pintu darurat
(halaman);
dari setiap titik posisi orang dalam satu blok bangunan gedung;
tangga darurat, balkon atau teras, dan pintu menuju tangga darurat;
25
d. Koridor/selasar
2) Jarak setiap titik dalam koridor ke pintu darurat atau arah keluar
26
2.1.3. Mitigasi pada Bangunan
bahan struktur yang ringan, karena struktur yang ringan lebih menguntungkan bagi
bangunan tahan gempa atau menimbulkan getaran yang relatif kecil (Astuti dan
Faizah, 2016). Selain ringan, Bangunan Tahan Gempa juga harus dirancang
Menurut Pribadi dalam Astuti dan Faizah (2016) mitigasi gempa adalah
usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak kerugian yang terjadi bila
terjadi gempa bumi. Adapun komponen mitigasi struktural yaitu yang pertama
lokasi yang baik b) Kajian gaya-gaya alam yang memadai c) Perencanaan dan
bahan yang tepat; dan f) Kualitas pekerjaan yang baik dengan pengawasan yang
cukup
di daerah yang rawan (tanah lunak, lereng atau rawan longsor) c) Insentif untuk
27
direkayasa secara sederhana dan tepat guna untuk menggantikan bangunan yang
rawan.
Dalam SNI 1726: 2012 tentang Standardisasi Nasional terkait tata cara
perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung,
ketinggian bangunan yang diizinkan untuk ditingkatkan dari 48m sampai 72m
untuk struktur yang dirancang dengan kategori desain seismik D atau E, dan dari
30m sampai 48m untuk struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik F,
apabila struktur mempunyai sistem penahan gaya gempa berupa rangka baja dengan
bresing eksenstris, rangka baja dengan bresing konsentris khusus, rangka baja
dengan bresing terkekang terhadap tekuk, dinding geser pelat baja khusus, atau
dinding geser beton bertulang cetak-setempat khusus; dan struktur memenuhi kedua
persyaratan berikut:
(2) Rangka baja dengan bresing eksentrik, rangka baja dengan bresing konsentrik
khusus, rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk, dinding geser
pelat baja khusus, pada semua bidang harus menahan tidak lebih dari 60
persen gaya gempa total dalam setiap arah, dengan mengabaikan pengaruh
28
2.1.4. Investasi Pembangunan
melalui interaksi dengan sektor swasta (privat). Menurut Lin (1994) tingkat
tingkat yang tinggi pula. Pengaruh pengeluaran publik ini terhadap pertumbuhan
investasi dan kegiatan produktif lainnya dapat berpengaruh secara positif terhadap
Aspek utama yang dikembangkan pada teori ini adalah peranan investasi yang
produksi. Adapun analisis investasi yang diutarakan oleh Limanto (2009) pada
pengembang atau investor sebagai salah satu indikator untuk mengukur kelayakan
dari investasinya adalah konsep analisis investasi. Konsep tersebut berupa nilai
waktu dari uang yang mana adalah pandangan berdasarkan motivasi investor atas
peranan biaya dan manfaat dari peluang yang ada serta kondisi dari bunga bank.
Oleh karena itu perlu membandingkan alternatif berinvestasi, di mana nilai rupiah
29
yang diterima hari ini lebih bernilai daripada nilai rupiah yang diterima dimasa
memperhatikan dua hal penting sebagai berikut “lebih banyak itu lebih baik
daripada lebih sedikit dan lebih cepat itu lebih baik daripada nanti” (Badiru dalam
Limanto, 2009).
mendorong investasi swasta dalam industri yang mana akumulasi sumber daya
untuk berperan secara aktif maupun pasif dalam pengelolaan investasi baik secara
spasial suatu daerah. Menurut Snieska dan Zykiene (2015) bahwa rencana spasial
kegiatan pembangunan yang mana hasil dari investasi. Kemudian rencana spasial
tersebut sebaiknya bersifat atraktif dan kompetitif antara daerah satu dengan daerah
30
2.1.5. Telaah RTRW Kota Surabaya Tahun 2014-2034 pada Aspek Bencana
Tahun 2014-2034 memiliki visi penataan ruang Kota Surabaya yaitu terwujudnya
kota perdagangan dan jasa internasional berkarakter lokal yang cerdas, manusiawi
dan berbasis ekologi. Visi tersebut dicapai melalui misi penataan ruang meliputi:
publik,
c. Mengembangkan aktualisasi dan kearifan budaya lokal warga kota dalam tata
pergaulan global,
pusat pelayanan Nasional dan Internasional yang berkelanjutan sebagai bagian dari
(Gerbangkertasusila).
31
a. Rencana struktur ruang, yaitu penyediaan jalur evakuasi bencana terhadap
banjir, kebakaran dan bencana lainnya seperti gempa bumi dan lain- lain di
b. Rencana pola ruang, yaitu penetapan dan pelestarian kawasan rawan bencana
kebakaran, kawasan rawan bencana alam dan/atau bencana non alam selain
d. Kawasan ruang evakuasi bencana meliputi ruang terbuka atau ruang lainnya
32
e. Strategi penetapan dan pelestarian kawasan rawan bencana, yaitu dilakukan
bencana pada kawasan rawan banjir, kebakaran dan bencana lainnya seperti
Menggunakan ruang terbuka hijau dan non hijau yang ada pada setiap
bencana.
terhadap gempa bumi, membutuhkan data pendukung kondisi fisik lahan seperti
jenis batuan, struktur geologi, kemiringan lereng dan kemantapan tanah. Kondisi
menetapkan suatu kawasan rawan bencana gempa bumi dan tsunami (Permen PU
No. 21/PRT/M/2007 dalam Malik, 2010). Selanjutnya data dan informasi geologi
33
tersebut diukur menggunakan suatu parameter berstandar, guna mengetahui tingkat
klasifikasi tiap variabel terhadap tipologi zona rawan bencana gempa bumi.
Analisis sesar aktif menurut Fahrudin, dkk (2011) meliputi morfometri dan
tektonik aktif meliputi kurva hipsometrik, faktor asimetri sungai (AF), gradien
indeks panjang sungai (SL), pegunungan muka (Smf), perbandingan lebar dan
lipatan meliputi arah dan kemiringan lapisan batuan. Pengukuran kekar meliputi
pengukuran arah orientasi kekar dan bentuk kekar. Sesar terdiri atas dua yaitu sesar
utama dan komponen struktur penyerta. Sesar dan komponen penyerta yang
terbentuk merupakan hasil dari fase deformasi. Komponen penyerta bisa berupa
kekar atau sesar minor. Model struktur berupa hubungan antara sesar utama dengan
komponen penyerta kemudian akan dicari kinematik dan dinamik dari zona sesar
perbandingan lebar dan tinggi lembah, akan menunjukkan sifat keaktifan jalur sesar
34
sekaligus mendefinisikan klasifikasi zona berdasarkan fase deformasi tektonik
Kejadian gempa Sumatera Barat pada Maret tahun 2007, peneliti BPPT
(Pradono dalam Zulfiar, dkk., 2014) telah melakukan penelitian kerusakan enam
bangunan gedung akibat gempa bumi. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa:
1) Adanya kegagalan konstruksi terjadi akibat soft story effect yang dikarenakan
kegagalan lentur dan geser kolom pada lantai 1; 2) Kerusakan konstruksi terjadi
pada lantai di atasnya terutama diakibatkan oleh kurangnya kapasitas lentur kolom
dalam menahan gaya lateral yang terjadi; dan 3) Kualitas material konstruksi
kurang baik, ditandai rendahnya mutu beton, penggunaan besi polos sebagai
tuluangan utama, sambungan tulangan pada daerah momen maksimum, ukuran dan
jarak besi sengkang tidak memadai, sengkang tidak terikat dengan benar.
1. Lokasi Bangunan
perbedaan penurunan.
35
c. Daya dukung tanah: bangunan berada di atas jenis lapisan tanah yang
struktur
gempa.
36
2) Distribusi kekakuan (kemampuan struktur berdeformasi untuk
terdistribusi merata
c. Mutu konstruksi: mutu bahan rendah dan pelaksanaan tidak sesuai dapat
4. Kondisi Bangunan
kinerja bangunan.
Mitigasi yang baik memiliki tiga unsur yaitu penilaian bahaya, peringatan dan
persiapan.
37
2.2.5. Evaluasi Investasi Pembangunan
Kegiatan ini dapat direncanakan, dibiayai serta dilaksanakan sebagai satu kesatuan
untuk menganalisis terhadap suatu proyek tertentu, baik yang akan dilaksanakan,
sedang dan telah selesai dilaksanakan sebagai bahan perbaikan dan penilaian
pelaksanaan proyek tersebut. Analisa ini dianggap perlu dilakukan karena di dalam
tertentu, baru atau perluasan pada lokasi tertentu, dalam jangka waktu tertentu baik
mengukur atau menilai adanya suatu yang akan atau yang telah didirikan, terdapat
beberapa kriteria yang digunakan, suatu kriteria baik manfaat (benefit) maupun
biaya (cost) dinyatakan dengan nilai sekarang (the present value). Dalam evaluasi
38
a. Benevit Cost Ratio Analysis
berupa usaha, atau proyek. Pada umumnya jenis invetasi yang sering
banyak.
b. Profitability Ratio
benefit dikurangi biaya rutin dengan PV biaya modal. Dalam hal ini semua
selisih tahunan antara benefit dan biaya yang positif akan masuk dalam
disamping biaya modal terdapat juga benefit dan biaya rutin, atau dalam
tahun-tahun tertentu biaya rutin melebihi benefit, maka hasil kedua kriteria
itu berbeda. Keputusan: Jika PV’K ≥ 0 maka dapat dilaksanakan dan jika
Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai
terminal cash flow) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai
39
sekarang perlu ditentukan terlebih dulu tingkat bunga yang dianggap
dianggap relevan. Pada dasarnya tingkat bunga adalah tingkat bunga pada
dari investasi tersebut. Variasi yang paling umum dari metode ini
e. Payback Period
Karena itu satuan hasilnya bukan presentase, tetapi satuan waktu (bulan,
tahun, dan sebagainya). Kalau periode payback lebih pendek dari yang
kalau lebih lama proyek bisnis ditolak. Adapun dasar yang digunakan
40
normatif, memang tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk
lainnya dari metode payback adalah diabaikannya nilai waktu uang dan
Muhammad, 2014).
bab 1, maka berdasarkan hasil studi tinjauan pustaka dan landasan teori, disusunlah
alur kerangka berpikir penelitian ini sebagaimana terlihat pada Gambar 2.2.
41
Literatur
KRB Investasi Klasifikasi Bangunan Mitigasi Struktural &
Gempabumi Perkotaan & Penilaian Kualitas Non-Struktural
Rencana Spasial
Implementasi rencana
Penentuan Unit
Analisis resiliensi masih rendah
Buffer,
Penentuan Titik Koordinat Penentuan Zonasi
Scoring,
Parameter Zonasi Weighted Gempabumi
dan Jalur Sesar
KRB Overlay
Overlay
Perumusan Ketentuan
Pengendalian Pemanfaatan
Ruang Zonasi Gempabumi
AHP Content
Analysis
42
BAB III
METODE PENELITIAN
(Yin, 2011). Sebab dalam penelitian ini mengkaji upaya mitigasi pada bangunan
tinggi terhadap dampak sesar aktif di wilayah Kota Surabaya, yang mana
kuantitatif dan kualitatif dalam tahapannya. Fokus metode tersebut terletak pada
pengumpulan data, jenis data dan analisis data sehingga peneliti dapat melakukan
kompilasi hasil setiap tahapan sesuai tujuan penelitian, yang selanjutnya disusun
sebuah kesimpulan penelitian. Metode ini menghasilkan penelitian yang lebih detail
dan obyektif dari sudut kebencanaan yang berimbas kepada aktivitas investasi
pembangunan perkotaan.
tertentu terkait jalur sesar aktif dan batas tertentu yang menunjukkan persebaran
bangunan tinggi. Secara administratif Kota Surabaya terdiri dari 31 kecamatan dan
154 kelurahan dalam luas wilayah sebesar 326,36 km 2. Secara geografis Kota
43
Surabaya berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah Utara dan Selat Madura
di sebelah Timur sebagaimana terlihat pada peta administrasi Kota Surabaya pada
Gambar 3.1.
terbesar kedua di Indonesia, setelah DKI Jakarta, dan sebagai pusat pelayanan,
pertumbuhan aktivitas ekonomi, sosial dan budaya di Jawa Timur. Dengan kata lain
yang didukung demografis intra maupun inter-region serta wilayah yang strategis
baik darat, laut maupun udara. Namun potensi sumber daya manusia maupun
bencana gempa bumi yang diakibatkan jalur sesar aktif yang teridentifikasi pada
Buku Peta Gempa Nasional Tahun 2017, dengan potensi maksimum gempa
fold-thrust memanjang dari arah Barat ke Timur di bagian Utara Pulau Jawa dengan
segmmen yang melewati Kota Surabaya yaitu segment Sesar Surabya sepanjang 25
elemen berisiko dari ancaman gempa akibat sesar, secara tidak langsung
44
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota Surabaya
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019
3.2.1. Populasi
terkait arah investasi pembangunan Kota Surabaya sebelum dan sesudah adanya
potensi ancaman bencana gempa akibat sesar beserta dampak kerugiannya. Jumlah
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP). Adapun kelompok swasta
ahli perencana tata ruang dan mitigasi bencana dari perguruan tinggi yang terlibat
45
dalam pengkajian potensi gempabumi akibat sesar. Kemudian kelompok pemerhati
3.2.2. Sampel
dari landasan teori yang digunakan. Fungsi adanya variabel bagi peneliti yaitu
tersebut (Kidder, 1981). Berikut ini variabel yang digunakan dalam penelitian yang
46
Tujuan Indikator Variabel Satuan Sumber Data
Zulfiar
(2014)
Periode Perawatan - Boen dalam
Kondisi
Zulfiar
Bangunan Usia Bangunan tahun
(2014)
Tangga Darurat -
Pintu Darurat -
Permen PU
Sarana Koridor/selasar - No.
Penyelamatan
Sistem Peringatan - 45/PRT/M/2
Bangunan
Bahaya 007
Fasilitas -
Penyelamatan
Klasifikasi I -
Permen PU
Merumuskan Ketentuan Klasifikasi T -
No. 20
ketentuan teknis zonasi
Klasifikasi B - Tahun 2011
pengendalian
Klasifikasi X -
pemanfaatan
ruang mitigatif Siklus Pra Bencana -
UU No. 24
Manajemen Tanggap Darurat -
Bencana
Tahun 2007
Pasca Bencana -
Sumber: Sintesis Berbagai Sumber, 2019
variabel (Nazir, 1983). Dalam rangka mengurangi pemaknaan yang bias dalam
penelitian ini maka definisi operasional variabel yang digunakan ditampilkan pada
47
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian
48
3.5 Alat dan Bahan
Dalam rangka pengumpulan data dan informasi secara primer dan sekunder
kinematik dan dinamik zona sesar yang telah diukur oleh instansi pemerintah
49
maupun lembaga penelitian yang selanjutnya dikumpulkan sebagai bukti dan data
lokasi penelitian, riwayat kegempaan dan hasil pemetaan jalur sesar dari titik
geodetik sesar.
Yaitu pengumpulan data titik bangunan tinggi sesuai kriteria dari klasifikasi
risk terhadap potensi bencana gempabumi. Selanjutnya data titik bangunan tersebut
depth interview dan kuisoner AHP yang ditujukan kepada sampel penelitian yaitu
50
3.7 Metode Analisis Data
Dalam rangka melakukan pengolahan data atas hasil pengumpulan data dan
informasi secara primer dan sekunder, maka tahapan analisis penelitian ini adalah
sebagai berikut.
yang mengacu pada standar tertentu sebagai acuan parameter. Dalam penelitian ini
analisis scoring dilakukan pada tahap validasi zonasi kawasan rawan bencana
gempa bumi akibat sesar. Parameter scoring didasarkan standar kriteria kawasan
rawan bencana gempa bumi sesuai Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
Stabil 30-40 A
B
Kurang Stabil 41-50 C
D
Tidak Stabil 50-60 E
51
No. Informasi Kelas Informasi Nilai Bobot Skor
Geologi Kemampuan
Pasir, lanau, batulumpur, napal, tufa halus,
3 9
serpih
Lempung, lumpur, lempung organik, gambut 4 12
2 Kestabilan Datar – Landai (0-7%) 1 3
Lereng Miring – Agak Curam (7-30%) 2 6
3
Curam – Sangat Curam (30%-140%) 3 9
Terjal (>140%) 4 12
3 Kegempaan MMI α Richter
i, ii, iii, iv, <0,05 g <5
1 5
v
vi, vii 0,05 – 0,15 g 5-6
2 5 10
viii 0,15 – 0,30 g 6-6,5
3 15
ix, x, xi, xii >0,30 g >6,5
4 20
4 Struktur Jauh dari zona sesar 1 4
Geologi Dekat dengan zona sesar (100 – 1000 meter 2 8
4
dari zona sesar)
Pada zona sesar (<100 meter dari zona sesar) 4 16
Sumber: Permen PU No. 12 Tahun 2007
merupakan teknik untuk menerapkan suatu skala umum dan nilai beragam maupun
berbeda yang diinput untuk membuat sebuah analisis yang terpadu. Weighted
overlay hanya menerima raster integrer sebagai masukan misalnya data mengenai
penggunaan lahan dan jenis tanah. Raster continue (floating raster) harus
kemiringan, atau output jarak euclidean. Setiap rentang harus diberi nilai tunggal
sebelum dapat digunakan dalam weighted overlay. Dalam weighted overlay sendiri,
ada beberapa pencampuran antar tools dalam spatial analyst misalnya dengan
52
akhirnya didapat bobot yang bisa di-overlay-kan dengan data hasil klasifikasi
lainnya.
menemukan pokok pikiran atau inti dari sebuah deskripsi dengan menggunakan
kata kunci yang bersumber dari variabel amatan penelitian. Dalam analisis ini juga
disertai tahapan pemberian kode atau coding masing-masing variabel yang menjadi
kata kunci. Analisis konten pada penelitian ini dilakukan pada tahap perumusan
pembangunan Kota Surabaya yang mitigatif terhadap potensi sesar. Analisis konten
pengendalian pemanfaatan ruang pada hasil zonasi gempabumi dan hasil analisis
53
konten dari in-depth interview kepada masing-masing kelompok stakeholder.
Metode ini akan menghasilkan prioritas arah investasi pembangunan dan evaluasi
potensi gempabumi.
jelas dan mudah dipahami. Media penyajian dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
a. Deskripsi
Perolehan data dan informasi baik berupa data primer maupun sekunder
melengkapi pembahasan data yang disajikan dalam bentuk media lain seperti
b. Tabulasi Data
dapat disajikan dalam bentuk tabel. Bentuk tabel ini bertujuan agar
dipahami dengan jelas, mudah dan informatif. Keunggulan lain bentuk tabel
ini yaitu mampu merangkum sebaran data yang acak sehingga dapat
dikelompokkan dalam kolom dan baris tertentu. Dengan kata lain, bentuk
54
tabel dapat mempersingkat data dan informasi tertentu menjadi lebih padat
c. Grafik
pada data time series serta data beragam lokus dan klasifikasi yang saling
d. Dokumentasi Lapangan
lapangan dan rekaman suara. Foto kondisi lapangan digunakan sebagai bukti
suara digunakan sebagai bukti dan mempermudah proses transkrip hasil in-
depth interview.
e. Peta
Pengolahan data spasial akan disajikan dalam bentuk peta dasar dan
peta tematik yang berisi informasi geologi, delineasi lokasi penelitian, dan
nilai-nilai tertentu hasil analisis spasial yang umumnya tampak pada legenda
peta.
55
3.9 Alur Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai dari tahap pra penelitian yaitu pada Bulan
Desember 2019 hingga tahap penelitian pada Bulan Januari 2020 sampai dengan
Bulan Juni 2020. Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.6.
56
PRA LAPANGAN
Kajian evaluasi kebijakan arah investasi pembangunan berbasis mitigasi bencana gempabumi
akibat sesar aktif di Kota Surabaya
Latar belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Penentuan Sampel,
Tinjauan Pustaka dan Penyusunan Kriteria dan Penyusunan Kuisoner
Teknik Pengumpulan
Landasan Teori Variabel Penelitian Penelitian
Data dan Teknik Analisis
Studi Literatur
LAPANGAN
PASCA LAPANGAN
57
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, P., & Faizah, R. (2016). Model struktur portal pelana untuk rumah tinggal
Bandung, 23-24.
Fahrudin, F., Sadisun, I., & Harsolumakso, A. (2011). Studi Sesar Aktif, Kinematik,
Husnan, S., & Muhammad, S. (2014). Studi Kelayakan Proyek Bisnis. Edisi
58
Leigh, N. G., & Blakely, E. J. (2016). Planning local economic development:
Theory and practice. SAGE publications.
26(1), 83-94.
Pramono, G. H. (2008). Akurasi metode IDW dan Kriging untuk interpolasi sebaran
PUSGEN. (2017). Buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017.
Riyantiyo, N. D., Widodo, A., & Bahri, A. S. (2017). Identifikasi Patahan Lokal
59
Snieska, V., & Zykiene, I. (2015). City attractiveness for investment: characteristics
and underlying factors. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 213, 48-
54.
Jakarta.
Tiwa, F., Walangitan, D. R., & Sibi, M. (2016). Evaluasi Kelayakan Proyek
Yin, R. K. (2011). Studi Kasus Desain & Metode. Cetakan ke Sepuluh. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Perkasa.
Zulfiar, M. H., Tamin, T., Pribadi, K. S., & Irwan, I. (2015). Identifikasi Faktor
60
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2007). Peraturan Menteri
Bangunan Gedung.
Bangunan Gedung.
Penanggulangan Bencana.
61
Pemerintah Kota Surabaya. (2014). Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 12
Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya Tahun
2014-2034.
62