Anda di halaman 1dari 15

Memahami Rintangan Budaya Perawatan Kesehatan Mental di Masyarakat

Latin

Abstrak
Proliferasi populasi Latin di Amerika Serikat menandakan urgensi untuk
memahami kebutuhan perawatan kesehatan mental. Telah tercatat bahwa populasi
Latin merupakan etnis minoritas terbesar di negara ini, namun orang Latin
merupakan populasi yang paling jarang menggunakan pelayanan perawatan
kesehatan mental. Laporan ini memeriksa adanya penghalangan budaya dan praktik
saat ini yang mungkin dapat mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan
mental di kalangan orang Latin. Ia menyajikan diskusi dan kesimpulan serta
implikasi untuk meningkatkan sensitivitas terhadap budaya dan edukasi serta
pelatihan untuk praktisi pelayanan kesehatan mental generasi berikutnya.

Kata Kunci: Latin, keehatan mental, rintangan, disparitas, edukasi

Pendahuluan
Banyak penelitian telah mencoba untuk memahami penggunaan sarana
pelayanan kesehatan mental yang rendah pada populasi Latin. Penelitian-penelitian
ini telah mengidentifikasi bahasa, status sosioekonomi dan/atau pendapatan, dan
asuransi kesehatan yang menjadi penghalang atau rintangan untuk mengakses
pelayanan kesehatan mental. Penelitian terbaru menunjukkan nahwa faktor-faktor
yang berhubungan dengan budaya merupakan penentu yang sangat penting atas
perilaku mencari pertolongan di kalangan masyarakat Latin. Tulisan ini mencoba
untuk menambahkan dasar pengetahuan mengenai terminology, perawatan
informal, dan konsep-konsep budaya lain yang memainkan peran penting di
perilaku kesehatan masyarakat Latin dengan mendokumentasi dan mencari faktor-
faktor budaya karena populasi Latin terus bertumbuh. Sebagai tambahan,
diskoneksi antara penyampaian pelayanan kesehatan mental dan komunitas Latin
membutuhkan perhatian lebih. Tulisna ini menyediakan pandangan terhadap
bagaiman praktisi dan institusi Pendidikan dapat melayani klien Latin. Hal ini
penting untuk dicatat bahwa tidak semua orang latin memiliki pengalaman yang
sama mengenai gangguan mental; namun, penulis merasa bahwa isi dari tulisan ini
pantas untuk didokumentasikan sebagai pengalaman karena jumlahnya yang cukup
banyak di komunitas Latin, terutama di Amerika Serikat/perbatasan Meksiko.

Terminologi Identifikasi Etnis Diri


Istilah Latino/a dan Hispanic telah mendapatkan banyak perhatian akibat
dalamnya konteks sejarah dan politik yang mengakar pada setiap istilah.
Cnntohnya, istilah Hispanic dilihat menekankan pada warisan orang kulit putih
Eropa yang merugikan atau mengabaikan orang asli, budak, campuran (mestizo),
dan warisan budaya non-Eropa. Istilah bahasa Spanyol Latino/a, di lain sisi, dilihat
sebagai istilah yang progresif secara politis, karena ini merujuk pada individual
yang diturunkan dari negara-negara Amerika Latin yang dahulu dijajah Eropa.
Menurut Alcoff (2005), memberi nama Latino pada diri sendiri telah mengkritisi
istilah Hispanic untuk lebih dari 35 tahun, menyatakan bahwa ini lebih diterima di
masyarakat kelas menengah. Perdebatan mengenai latar belakang dan arti dari
kedua istilah dicatat pada Los Angeles Times untuk menghindari istilah Hispanic
dari surat kabrnya. Kedua istilah akan digunakan secara bergantian dalam tulisan
ini.

Demografi Latin
Berdasarkan pew Research Center, populasi Latin di AS meningkat 2,1%
menjadi kurang lebih 54 juta (per 1 Juli 2013) dalam waktu satu tahun. Estimasi
bahwa pada Juli 2050, populais Latin akan mencapai seperempat dari populasi AS.
Kenaikan populasi ini di Amerika Serikat yang juga dikenal sebagai “Latino
Nativity Shift” oleh Pew Research Center, dikarenakan adanya peningkatan jumlah
anak-anak Latin yang lahir di Amerika Serikat. Negara bagian yang memiliki
populasi Latin tertinggi adalah New Mexico 972.000 (47%); California 14.358.000
(38%); Texas 9.794.000 (38%); Arizona 1.950.000 (30%); Nevada 738.000 (27%);
Florida 4.354.000 (23%); Colorado 1.071.000 (21%); New York 3.497.000 (18%);
dan New Jersey 1.599.000 (18%); Chicago dengan 2.078.000 (16%), memiliki
jumlah masyarakat Latin yang tinggi.
Biaya Ekonomi Gangguan Mental
Berdasarkan Centers for Medicare and Medicaid Services (2015), kira-kira
15% dari semua biaya dari pelayanan di sana berasal dari diagnosis depresi pada
tahun 2012. Ini meliputi masyarakat natif (17%), Latin (16%), non-Latin (15,5%),
Afrika-Amerika (14%), dan Asia (7,5%). Laporan yang diberikan tidak memberi
jumlah riil dollar yang berhubungan dengan biaya, meskipun begitu Insel (2008)
mengestimasi bahwa biaya ekonomi untuk kesehatan mental di Amerika serikat
kurang lebih $193,2 milyar tiap tahunnya. Jumlah proyek finansial yang habis
akibat asuransi disabilitas publik yang berhubungan dengan kesehatan mental
adalah $467 milyar di Amerika Serikat pada tahun 2012.

Hambatan Perilaku Kesehatan / Kurang Pemanfaatan


Studi-studi utama yang dilakukan pada dekade-dekade sebelumnya telah
menemukan bahwa orang-orang Latin memiliki tingkat pemanfaatan kesehatan
mental yang sangat rendah. Pada tahun 2009, Survei Nasional tentang Penggunaan
Narkoba dan Kesehatan (NSDUH) menemukan bahwa orang Latin lebih jarang
menggunakan layanan perawatan kesehatan mental dibandingkan orang Afrika-
Amerika dan orang kulit putih. Cabassa, Zayas, dan Hansen (2006) meninjau tujuh
studi epidemiologi dan menyimpulkan bahwa orang dewasa Latin lebih kecil
kemungkinannya untuk mencari perawatan kesehatan mental formal dibandingkan
dengan orang dewasa berkulit putih. Penelitian mendukung fakta bahwa ada
kesenjangan dalam pemanfaatan layanan kesehatan dan kesehatan antara Latin dan
Putih, terutama dalam kondisi medis seperti gangguan kejiwaan.
Sangat penting bahwa kurang pemanfaatan perawatan kesehatan mental
oleh orang Latin diperiksa karena penjelasan untuk kurang dimanfaatkan ini belum
substansial. Beberapa perbedaan dalam kurang pemanfaatan tersebut telah
dijelaskan dengan alasan asuransi keuangan dan kesehatan. Untuk lebih
menjelaskan mengapa orang Latin cenderung kurang memanfaatkan layanan
kesehatan mental, Keyes et al. (2011) melakukan survei yang meneliti sejauh mana
penanda adaptasi imigran, seperti hanya berbicara bahasa Spanyol dan identitas
etnis yang lebih kuat, mempengaruhi pengalaman layanan kesehatan mental. Para
peneliti mewawancarai 6.359 peserta Latino menggunakan Survei Epidemiologi
Nasional tentang Alkohol dan Kondisi Terkait (NESARC), yang merupakan survei
tatap muka yang representatif secara nasional dari hanya penduduk di Amerika
Serikat (AS). Keyes et al. (2011) menemukan bahwa "tingkat yang lebih besar dari
identitas etnis Latin, penggunaan bahasa Spanyol, dan lebih sedikit waktu tinggal
di AS" meramalkan penggunaan layanan kesehatan mental yang lebih rendah untuk
beberapa gangguan mood, bahkan jika individu Latin memiliki asuransi kesehatan,
beberapa pendapatan, atau jika keparahan gejala lebih tinggi. Mereka juga mencatat
bahwa orang Latin lebih cenderung tidak mempercayai komunitas medis karena
pengalaman masa lalu dari perawatan yang diskriminatif atau perawatan yang tidak
efektif, serta stigma budaya dan sikap terhadap gangguan kejiwaan dan layanan
kesehatan mental. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa kemungkinan
penjelasan atau penyebab rendahnya tingkat pemanfaatan perawatan kesehatan
mental oleh orang Latin.

Faktor-faktor Budaya Latin


Berdasarkan Guarnaccia, Martinez dan Acosta (2005), di banyak komunitas
Latin, gangguan mental dihubungkan dengan masyarakat yang menderita “loco”
atau gila. Menjadi “loco” memiliki implikasi negatif yang sangat kuat. Ini berarti
bahwa orang tersebut sering kali berbahaya bagi komunitas dan mengalami
penyakit yang tidak dapat disembuhkan yang kemudian menyebabkan perasaan
tidak berdaya dan kegagalan dalam mencari bantuan. Di banyak komunitas Latin,
maslaah mental atau emosioanl dapat dianggap sebagai pengalaman yang di luar
kontrol mereka, seperti fatalismo (fenomena supranatural). Fenomena tersebut
bersifat susto (mengagetkan), mal de ojo (bermata jahat), nervios (cemas), espanto
(menakutkan), dan miedo (ketakutan), yang memiliki banyak gejala yang sama dan
mengarah pada gangguan mental yang dapat didiagnosis.
Seringkali, orang-orang Latin menyatakan bahwa mereka mengalami susto
atau nervios dan menggerutu tentang keluhan somatik. Menurut American
Psychiatric Association (2005), nervios adalah ungkapan umum kesusahan di
antara orang Latin, dan susto adalah sindrom terikat budaya yang mencakup gejala
psikologis dan somatik. Barrio, Yamada, Hough, Hawthorne, dan Jeste (2003)
melaporkan tingkat gejala somatik yang lebih tinggi di antara orang Latin,
dibandingkan dengan orang kulit putih dan orang Afrika-Amerika, pasien yang
didiagnosis menderita skizofrenia. Kelompok ras dan etnis minoritas tidak terlayani
oleh sistem kesehatan mental karena kesalahan umum dari praktisi kesehatan
mental gagal untuk "secara akurat membaca isyarat budaya yang relevan" dari
penyakit mental mereka. Menurut Dow, penting bagi para profesional kesehatan
mental untuk mempelajari kepercayaan dan persepsi orang-orang etnis minoritas
terhadap penyakit mental dari konteks budaya. Dow menambahkan bahwa ini
penting untuk bekerja dengan individu etnis minoritas karena “orang dari budaya
yang berbeda menjelaskan penyakit [mental] secara berbeda; oleh karena itu, cara
mereka menghadapinya juga berbeda”. Lebih jauh, “cara individu menunjukkan
gejalanya, bagaimana mereka berkomunikasi tentang masalah kesehatan mereka,
dan keputusan yang mereka ambil tentang perawatan kesehatan semuanya
dipengaruhi oleh kepercayaan dan nilai budaya terkait [penyakit]”. Oleh karena itu
penting untuk memahami variabel budaya yang dapat mempengaruhi atau
berdampak pada cara individu etnis minoritas, seperti Latin, mempersepsikan
layanan dan perawatan kesehatan mental, seperti machismo (mengenai pria) dan
marianismo (mengenai wanita), familismo (orientasi pada keluarga ), personalismo
(berorientasi pada kepribadian), individualismo (fokus diri dan / atau
individualistis), dan fatalismo (berorientasi nasib).

Machismo dan Marianismo


Menurut Paniagua (2005), machismo dapat didefinisikan oleh kepercayaan
laki-laki Latin bahwa respeto (respek) harus diberikan kepada mereka melalui
submisi dari orang-orang seperti istri atau anak-anak. Machismo juga didefinisikan
sebagai kepemilikan akan kekuatan fisik, menarik secara seksual, maskulin, agresif,
dan kemampuan untuk mengonsumsi alcohol dalam jumlah banyak tanpa mabuk.
Machismo sering kali menuntut marianismo, yang sering kali didefinisikan sebagai
ekspektasi terhadap wanita, untuk menjadi submisif, taat, pemalu, sentimental,
lemah lembut dan perawan sampai pernikahan, mampu
memasak/membersihkan/merawat anak/suami.
Paniagua (2005) menegaskan bahwa, ketika orang-orang Latin pindah dari
negara asalnya, di mana machismo lebih umum diterima, ke Amerika Serikat, di
mana machismo bukanlah normalitas yang biasa, konflik mungkin timbul. Keluarga
Latin yang berpegang pada kualitas machismo dan marianismo lebih cenderung
memiliki konflik dalam keluarga, seperti konflik “perkawinan” atau “ayah-anak”.
Dalam hal melibatkan keluarga Latin, Aviera (2002) menyarankan bahwa seorang
praktisi selalu menilai struktur hierarki keluarga klien. Ketika bekerja dengan
keluarga, penting untuk berbicara dengan ayah — atau laki-laki lain yang dianggap
sebagai kepala rumah tangga — selama proses perawatan sebagai cara untuk
melibatkan klien dan keluarganya.
Machismo juga memiliki karakteristik dan nilai-nilai positif. Menurut
Englander, Yáñez, dan Barney (2012), karakteristik patriarki seperti "rasa hormat,
kedermawanan, dan kejantanan juga terkait dengan peran sebagai ayah yang
bertanggung jawab". Sayangnya, karakteristik negatif tampaknya lebih mudah
diadopsi oleh generasi baru pria Latin. Praktik gabungan machismo dan
marianismo meningkatkan perilaku berisiko dan membahayakan perkembangan
kesehatan fisik dan mental.
Menurut Jezzini (2013), marianismo adalah prediktor utama depresi pada
wanita Latin. Lebih lanjut, Thompson (2014) menyatakan bahwa marianismo dan
machismo adalah penghalang untuk pencegahan penyakit seperti kanker kolorektal
(CRC). Sebuah laporan 2011 dari Pusat Nasional untuk Statistik Kesehatan
melaporkan bahwa "47% responden Latin melaporkan prosedur penyaringan
kanker kolorektal dibandingkan dengan 59% dari semua orang dewasa, usia 50-75
tahun, terlepas dari ras. Penulis menyatakan bahwa penelitian kualitatif menyelidiki
pengaruh kejantanan pada pemutaran CRC. Studi ini melaporkan bahwa pria
Meksiko merasa bahwa mendapatkan kolonoskopi adalah hal yang memalukan.
Demikian juga, wanita Latin yang menunjukkan perilaku yang terkait dengan
marianismo tidak dapat membuat keputusan sendiri; sebaliknya, mereka lebih
cenderung tunduk.

Familismo
Menurut Mulvaney-Day, Algeria, dan Sribney (2007), keluarga merupakan
sistem pendukung yang kuat di kalangan populasi Latin. Familismo merupakan hal
yang penting bagi orang Latin dan dapat didefinisikan sebagai kepentingan tertinggi
dalam keluarga. Masyarakat Latin bergantung sangat besar pada keluarga mereka
dalam upaya memenuhi kebutuhan psikologi, social dan emosional; mereka juga
mencari pendapat dan arahan dari keluarga-keluarga mereka selama waktu-waktu
penting di kehidupan mereka atau ketika mereka membuat keputusan penting dalam
hidup. Conally, Wedemeyer, dan Smith (2013) menyatakan bahwa orang Latin
menempatkan kebutuhan keluarga mereka di atas kepentingan diri sendiri karena
saling membantu satu sama lain dianggap sebagai tanggung jawab moral. Paniagua
menambahkan bahwa ketika praktisi kesehatan mental mencoba membuat penilaian
atau membuat terapi tanpa mempertimbangkan unsur Latin dan kondisi
keluarganya, maka penyampaian pelayanan akan cenderung gagal. Hal ini
dikarenakan adanya fakta bahwa kebanyakan orang Latin akan lebih bergantung
pada keluarganya selama masa-masa kesusahan dalam hidupnya. Biasnaya apabila
terdapat masalah yang muncul dalam keluarga, terutama gangguan mental, hal ini
akan diatasi secara privat dalam keluarga. Ini menunjukkan adnaya komitmen dan
kesetiaan yang kuat dalam keluarga . Dengan mempertimbangkan familismo,
praktisi dapat memahami beberapa hambatan potensial terhadap pengobatan,
seperti jika anggota keluarga tidak menyetujui perawatan; itu juga dapat
menawarkan praktisi alat untuk memotivasi klien dan keluarganya dengan lebih
baik selama proses perawatan. Dengan menggunakan teknik adaptif budaya yang
diterima oleh anggota keluarga yang terlibat dalam proses perawatan anggota
keluarga individu atau seluruh keluarga, praktisi dapat mengembangkan aliansi
terapi yang kuat antara praktisi dan klien.

Personalismo
Personalismo didefinisikan sebagai hubungan antara klien Latin dan orang-
orang dengan siapa dia memiliki kontak, yang dapat mencakup anggota keluarga,
individu dalam masyarakat, atau bahkan penyedia layanan. Suatu bentuk
personalismo terjadi dalam tindakan menerima hadiah, yang sering terjadi ketika
seorang individu Latin berusaha untuk mengungkapkan rasa terima kasih dan
kemurahan hati. Jika hadiah tidak diterima oleh penerima yang dituju, orang-orang
Latin mungkin merasa sakit hati. Personalismo sering dipromosikan dan didorong
ketika memberikan layanan kepada individu dan keluarga Latin. Beberapa peneliti
menyatakan bahwa klien Latin dapat merasakan jarak antara mereka dan praktisi
mereka ketika mereka merasa ada kehangatan, yang disebabkan ketika pelukan
tidak diterima, ketika berjabat tangan, atau ketika praktisi menghindari berbagi
dasar dan non-praktisi. informasi pribadi yang intim, seperti preferensi makanan.
Tindakan personalismo dapat mencakup sentuhan klien yang sesuai ketika salam
berlangsung, berbagi cerita, atau bertukar hadiah. Personalismo menyajikan
skenario yang bertentangan dengan kebijakan dan prosedur banyak lembaga
kesehatan mental. Bahkan, banyak dari lembaga-lembaga ini memiliki kebijakan
yang melarang tindakan seperti yang dijamin oleh personalismo.

Individualismo
Dalam komunitas Latin, penekanan diberikan pada individu, atau
individualisme seseorang. Individualismo menekankan serangkaian kualitas unik
yang dimiliki masing-masing individu Latin dalam berbagai pengaturan, baik
dalam keluarga atau komunitas. Individualismo menyatakan bahwa keunikan
seseorang adalah penting dan penting dalam mendapatkan kerja sama dengan orang
lain, daripada persaingan dalam komunitas Latin. Misalnya, individualismo dapat
ditemukan dalam contoh ibu di komunitas Latin yang dianggap sebagai koki luar
biasa, yang karenanya menjadi kualitas yang umumnya positif bagi sebagian besar
ibu di komunitas. Selama proses perawatan, praktisi kesehatan mental harus
mengeksplorasi individualismo karena jika klien Latin merasakan bahwa mereka
diminta untuk mengubah siapa mereka, perasaan individualismo mereka mungkin
terancam.

Fatalismo
Fatalismo adalah keyakinan kuat yang dimiliki beberapa orang Latin
mengenai terjadinya masalah karena mereka percaya mereka ditentukan oleh nasib
dan / atau takdir dan, dengan demikian, berada di luar kendali mereka. Fatalismo
sering menyiratkan rasa kerentanan dan kurangnya kontrol ketika peristiwa buruk
tersebut terjadi, yang juga dilihat sebagai tidak berubah. Agama sering memainkan
peran dalam kepercayaan fatalismo, seperti ketika klien Latin merujuk si dios
quiere ("jika Tuhan berkehendak") dan memandang masalah mereka sebagai
bagian dari kehendak Tuhan. Penting bagi praktisi kesehatan mental untuk
mengeksplorasi keyakinan apa pun yang mungkin dimiliki klien Latin sehubungan
dengan fatalismeo, seperti brujeria (sihir), envidia (iri), dan mal de ojo (mata jahat).
Menurut Paniagua (2005), beberapa klien Latin tidak akan mengakui
kepercayaan agama atau kepercayaan mereka pada sesi pertama, tetapi penting bagi
praktisi kesehatan mental untuk mengeksplorasi subjek ini untuk memahami klien.
Klien Latin mungkin percaya bahwa doa akan menyembuhkan masalah fisik atau
mental dan dapat mencari bantuan dari seorang pendeta, pendeta, espiritista (tabib
spiritual), el curandero (tabib tradisional pria), la curandera (tabib tradisional
wanita), atau el / la brujo / a (dukun) untuk mengatasi tekanan fisik atau mental
mereka. Sebagian besar klien Latin merasa lebih nyaman untuk kembali ke praktik
ini karena telah digunakan dan diturunkan dari generasi sebelumnya dalam keluarga
mereka. Disarankan bahwa praktisi menilai dan memasukkan agama klien Latin
mereka, jika berlaku, selama fase keterlibatan dari proses perawatan karena agama
dapat memainkan peran penting dalam bagaimana klien memandang penyakit
mental dan praktisi secara keseluruhan. Menurut Paniagua (2005), praktisi harus
memodifikasi strategi terapi mereka selama fase keterlibatan sehingga mereka
selaras dengan sistem kepercayaan klien; jika praktisi tidak dapat bekerja dari sudut
pandang ilmiah dan kepercayaan masyarakat, mereka harus merujuk klien keluar.

Bahasa
Psikoterapi dapat dipandang sebagai terapi bicara, dan keberhasilannya
tergantung pada kemampuan klien untuk mengartikulasikan perasaan mereka.
Akibatnya, bahasa merupakan faktor penting untuk menyediakan perawatan
kesehatan mental yang efektif. Menurut Vega dan Alegria (2001), hambatan bahasa
memainkan peran penting dalam kurang dimanfaatkannya perawatan kesehatan
mental oleh orang Latin, dan hambatan ini tampaknya tidak memiliki solusi yang
terlihat karena jumlah orang yang berbahasa Spanyol terus meningkat sementara
jumlah profesional kesehatan mental bilingual relatif rendah. Sebuah sensus singkat
pada tahun 2003 menunjukkan bahwa "penutur bahasa Spanyol tumbuh sekitar
60% dan Spanyol terus menjadi bahasa non-Inggris yang paling sering diucapkan
di rumah di Amerika Serikat dari 1990 hingga 2000". Faktanya, sekitar delapan juta
orang yang berbahasa Spanyol memiliki keterampilan berbahasa Inggris yang
buruk — suatu jumlah yang akan meningkat seiring dengan meningkatnya populasi
yang berbahasa Spanyol. Memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang buruk
menghadirkan tantangan bagi orang Latin yang mencari layanan perawatan
kesehatan mental. Ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan layanan atau
kebutuhan perawatan mereka menghasilkan peluang yang lebih besar untuk keluar
dari program perawatan. Sebuah studi oleh Laval, Gomez, dan Ruiz (1990)
mendukung pandangan bahwa klien berbahasa Spanyol, monolingual yang
memiliki kesulitan komunikasi dengan para profesional kesehatan mental
berbahasa monolingual cenderung keluar lebih awal dari perawatan atau mungkin
tidak mencari pengobatan sama sekali.

Praktek saat ini


Banyak profesional kesehatan mental dapat mendiagnosis klien tanpa
pernah mempertimbangkan budaya klien. Ini dapat menyebabkan konsekuensi
serius dan dapat memperburuk gejala yang dialami klien. Sebagai contoh, tidak
mengherankan untuk mendengar klien Latin menyatakan bahwa mereka telah
melakukan pertemuan dekat dengan La Virgen (Perawan Maria) atau santa atau
nabi lain yang dihormati dalam agama masing-masing. Menurut Diller (2014),
mayoritas orang Latin beragama Katolik, dan tidak jarang memiliki altar di rumah
mereka. Altar sering memiliki gambar Perawan Maria, salib, rosario, dan / atau
lilin. Menurut Diller (2014), Katolik terkadang dicampuradukkan dengan
kepercayaan Afrika. Jika seorang profesional kesehatan mental tidak mengakui
bahwa La Virgen dipandang sebagai ikon agama yang kuat dan berpengaruh, ini
dapat menyebabkan kesalahan diagnosis yang serius dan mungkin meningkatkan
atau menciptakan gejala palsu penyakit mental.
Memahami bahasa juga merupakan faktor penting dalam bekerja dengan
orang Latin karena memungkinkan praktisi untuk memahami bagaimana orang
Latin memahami atau menafsirkan kata-kata. Misalnya, jika klien Meksiko dengan
skizofrenia paranoid menghadiri terapi dan menyatakan bahwa dia yakin seseorang
mengutuk mereka dengan menggunakan brujeria (sihir), praktisi harus menyadari
bahwa ini terkait dengan kepercayaan budaya pasien. Kegagalan untuk mengenali
ini dapat menyebabkan terputusnya hubungan antara klien Latin dan praktisi.
Sangat penting bagi para profesional kesehatan mental untuk
mempertimbangkan kepercayaan budaya ketika bekerja dengan orang Latin karena
kepercayaan ini telah dipegang selama bertahun-tahun dan telah menjadi faktor
signifikan dalam rendahnya tingkat penggunaan layanan kesehatan mental oleh
orang Latin.

Diskusi
Sebagian besar literatur membahas penggunaan tabib tradisional untuk
perawatan kesehatan mental sebagai alternatif. Namun, penulis menganggap ini
sebagai perawatan informal yang bertentangan dengan tabib alternatif karena
banyak orang Latin adalah keturunan peradaban di mana penggunaan tabib rakyat
bukanlah alternatif, melainkan standar. Latin dapat mencari pengobatan untuk
gejala gangguan mental mereka dengan mengunjungi curandero (penyembuh
tradisional) atau esperitista (penyembuh spiritual). Orang-orang ini melakukan
penyembuhan rakyat dengan menggunakan berbagai metode perawatan yang
meliputi "herbal, pijat, diet, saran, doa, saran, dan persuasi”. Mereka juga dapat
memberikan perawatan kesehatan mental meskipun berbeda dari yang disediakan
melalui sistem perawatan kesehatan mental Barat / tradisional. Selain itu,
curanderos memiliki sejarah panjang bekerja dengan orang-orang Latin, khususnya
orang Meksiko-Amerika. Menurut Galarraga (2007), pengobatan tradisional
memiliki sejarah panjang dalam budaya Latin. Misalnya, curanderos dan santeros
dikonsultasikan secara ekstensif oleh generasi Latin pertama. Curanderos
menggunakan obat alami seperti tanaman dan herbal untuk menyembuhkan
penyakit dan melakukan ritual spiritual "limpias" (pembersihan); Sementara itu,
para santeros menggunakan kekuatan para santa untuk menyembuhkan dan
“meresepkan ramuan, salep, menyalakan lilin untuk para santa, dupa dan air Florida
yang dapat dibeli di apotek spiritual” untuk memiliki efek besar. Curanderos telah
menjalin hubungan saling percaya dengan komunitas Latin dan, sebagai hasilnya,
lebih mampu memahami fenomena budaya seperti nervios (cemas), susto
(ketakutan), dan mal de ojo (mata jahat). Cuellar, Arnold, dan Gonzalez (1995)
melaporkan bahwa memanfaatkan penyembuh rakyat dapat menyebabkan kurang
dimanfaatkannya perawatan kesehatan mental. Departemen Kesehatan dan
Layanan Kemanusiaan A.S. (2011) menemukan bahwa beberapa penelitian telah
menunjukkan sebanyak 44% responden menggunakan "curanderos atau tabib
tradisional lainnya untuk perawatan kesehatan umum dan mental mereka". Sebuah
studi yang dilakukan di Rio Grande Valley, Texas (n = 230) oleh Barrera (2010)
menemukan bahwa 25% peserta Amerika Meksiko telah dirawat oleh curandero di
masa lalu. Karakteristik budaya lain dari personalismo adalah respeto (respek),
dignidad (martabat), dan confianza (kepercayaan). Rasa hormat merupakan aspek
penting dari budaya Latin karena melibatkan orang yang lebih tua bergaul dengan
kebijaksanaan, yang darinya consejo (nasihat) biasanya dicari. Kejadian-kejadian
ini dapat menjadikannya sulit bagi para penatua untuk mencari perawatan kesehatan
mental, terutama jika profesional kesehatan mental lebih muda dari klien Latin yang
lebih tua. Bukan hal yang aneh bagi mereka untuk mengekspresikan diri mereka
dengan mengatakan "saya me van decir a la de vida, si yo ya viví (" bagaimana
mereka akan bercerita tentang kehidupan, jika saya sudah menjalani hidup "),
menunjukkan bahwa anak muda orang tidak mampu menjadi cukup bijak untuk
memberikan consejo (nasihat). Menurut Anez et al. (2005), aturan praktis untuk
setiap kontak awal dengan klien Latino dan / atau Latino adalah untuk menangani
klien secara formal sampai diberitahu sebaliknya, sebagai falta de respeto, atau
tindakan tidak hormat, dianggap ofensif dan dapat menyebabkan negatif hasil,
seperti klien tidak kembali untuk layanan.
Banyak masyarakat Latin yang memiliki rasa martabat yang tinggi.
Sehingga, orang Latin sering menemukan diri mereka terlalu tinggi hari untuk
mencari bantuan karena itu dapat merusak martabat mereka. Mereka akan
merepresi gejala gangguan mental yang dimiliki dan tidak mencari pertolongan
perawatan kesehatan mental. Confianza (kepercayaan) juga dapat mempengaruhi
kemungkinan mereka untuk mencari pelayanan kesehatan mental. Apabila ornag
latin tidak mampu menunjukkan kepercayaan dalam hubungan dengan professional
yang bersnagkutan, mereka jarang akan kembali untuk mendapatkan terapi dan
sering kali menghindar untuk mencoba mencari bantuan di masa yang akan datang.
Sehingga, sangat penting bahwa profesi kesehatan mental yang menyediakan
pelayanan ini untuk memahami konsep budaya masyarakat Latin, terutama
kebanyakan program kerja social tidak menyediakan pelatihan yang cukup diserta
kurikulum untuk bekerja dengan klien Latin. Sebagian besar buku teks yang
digunakan sebagai teks utama untuk sebuah kursus ditulis oleh penulis non-
minoritas yang memasukkan sedikit penekanan pada elemen budaya di antara klien
Latin. Selain itu, kurikulum akademik umum menyediakan sedikit, jika ada,
pelatihan budaya; ketika ditawarkan, itu adalah lokakarya satu hari di mana para
peserta kemudian diasumsikan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk
menjadi kompeten dalam bekerja dengan klien Latin. Ini memiliki potensi untuk
melakukan lebih banyak kerusakan karena para peserta kemudian mungkin berpikir
bahwa mereka memiliki semua keterampilan yang diperlukan untuk bekerja dengan
klien Latin dan tidak mencari pendidikan atau pelatihan lebih lanjut.
Kompeten secara budaya adalah pengalaman belajar seumur hidup.
Gallegos (1982) pertama kali memperkenalkan definisi kompeten untuk bekerja
dengan etnis yang berbeda dalam pendidikan pekerjaan sosial dan
mendefinisikannya sebagai “seperangkat prosedur dan kegiatan yang akan
digunakan dalam memperoleh wawasan yang relevan secara budaya ke dalam
masalah klien yang beragam dan cara menerapkan wawasan seperti itu untuk
pengembangan strategi intervensi yang sesuai secara budaya untuk klien ini “.
Istilah kompetensi budaya sejak itu memiliki berbagai definisi, beberapa termasuk
seperangkat standar aktual. Asosiasi Pekerja Sosial Nasional (NASW)
mendefinisikan kompetensi budaya sebagai “seperangkat perilaku, sikap, dan
kebijakan yang kongruen yang bersatu dalam suatu sistem atau agensi atau di antara
para profesional dan memungkinkan sistem, agensi, atau profesional untuk bekerja
secara efektif dalam lintas situasi budaya ”. Lebih jauh lagi, Cross, Bazron, Dennis,
Isaacs, dan Toward (1989) melihat kompetensi budaya jatuh bersama dari negatif
(destruktifitas budaya) ke kontinum (kecakapan budaya) yang positif dan
mendefinisikannya sebagai “seperangkat perilaku budaya dan sikap yang
diintegrasikan ke dalam metode praktik, sistem, agensi, atau profesionalnya yang
memungkinkan mereka untuk bekerja secara efektif dalam situasi lintas budaya.”
Simpulan dan Implikasi
Semakin besarnya jumlah masyarakat Latin di Amerika Serikat maka hal
ini memberikan tantangan yang besar bagi semua profesi kesehatan mental,
terutama institusi Pendidikan. Sehingga, pekerjaan social memainkan peran penting
dalam berkreasi dan memberikan solusi yang dapat diterapkan pada disparitas
kesehatan perilaku yang mucnul pada kalangan Latin. Contohnya, praktisis
kesehatan mental dapat menggunakan dichos ketika mencoba untuk berinteraksi
dengan klien Latin mereka melalui personalismo. Dichos adalah analogi, pepatah
atau perkataan popular yang sering digunakan dalam komunitas pada bahasa
Spanyol. Di komunitas Latin, dichos merupakan cara untuk menyebarkan atau
sosialisasi sehingga nilai-nilai seperti keberanian, tanggung jawab, dan tradisi dapat
diturunkan dari generasi ke generasi. Karena pola komunikasi di antara komunitas
Latin terkadang tidak langsung, dichos menyediakan jalan untuk memberi saran
dan tanggapan tanpa menyinggung individu. Penggunaan dichos pada klien Latin
dapat sangat efektif, terutama ketika berhubungan dengan klien generasi pertama,
dan dapat digunakan selama proses terapi di awal, untuk memvalidasi perasaan
klien dan mendapatkan rapport; di tengah jalan untuk memberikan tanggapan, usul,
atau membuat poin; dan di akhir, untuk memberikan simpulan atau perspektif.
Personalismo menjadi komponen penting dari hubungan yang mapan antara klien
Latin dan terapis. Misalnya, klien Latin dapat menggunakan personalismo ketika
mencari cara untuk membangun hubungan dengan terapis dengan mengenal terapis,
seperti mengetahui hobi atau musik apa yang dia sukai, daripada ingin tahu
kredensial profesional apa yang mungkin dimiliki oleh terapis. Seorang praktisi
kesehatan mental dapat memanfaatkan personalismo sebagai alat untuk melibatkan
klien Latin dan membangun confianza, yang merupakan tingkat kepercayaan yang
dapat mengarah pada pengungkapan yang lebih dalam dalam perawatan. Dengan
menggunakan personalismo sebagai alat, seorang praktisi dapat meningkatkan
keintiman untuk membuat klien Latino merasa nyaman dalam menangani masalah-
masalah sulit selama proses perawatan. Implikasi berikut juga direkomendasikan:
1) Dasar pengetahuan dari tulisan ini harus dimasukkan ke dalam kurikulum
kerja social, terutama pada area-area geografi di mana terdapat populasi
Latin yang besar.
2) Program kerja sosial perlu menarik pendidik yang berbicara dua bahasa atau
memiliki dua budaya ke dalam program magister atau doktornya.
3) Pelatihan wajib harus difokuskan pada faktor-faktor budaya perilaku
kesehatan masyarakat Latin sebagai bagian dari slah satu syarat linsensi
untuk menjadi praktisi kerja sosial yang praktik di area dengan populasi
Latin yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai