Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL

BERBANTUAN LKS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP


SAINS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 LAPE
KABUPATEN SUMBAWA
TAHUN PELAJARAN
2020

PROPOSAL

Diajukan Kepada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Pendidikan Mandalika Mataram Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan

Oleh:

IDA NURHAMIDA
NIM : 16211004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA MATARAM
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat
kompleks dalam menyiapkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
mampu bersaing di era global. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 UU
Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Aqib,
2009).
Upaya yang tepat untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia yang
berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang yaitu sebagai alat
untuk membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan. Salah satu
masalah pokok dalam pembelajaran formal atau sekolah dewasa ini adalah
rendahnya daya serap peserta. Pada arti yang lebih substansial, bahwa proses
pembelajaran dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak
memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui
proses berpikirnya (Trianto, 2008).
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dunia pendidikan juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Banyak
upaya yang telah ditempuh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
untuk meningkatkan SDM melalui peningkatan mutu pendidikan, diantaranya
meningkatkan kualitas tenaga pendidikan melalui pendidikan dan pelatihan
(PLPG), Pembentukkan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan membuka
kesempatan untuk penyetaraan jenjang pendidikan guru serta Uji Kompetensi
guru yang baru saja dilaksanakan. Seiring dengan perbaikan mutu pendidikan,
masih dirasakan guru sebagai nahkoda yang mengarahkan mutu pendidikan
belum maksimal garda utama membentuk sumber daya manusia yang
berkualitas. Lemahnya kualitas pendidikan tidak serta merta kita justifikasi
karena kegagalan guru semata. Namun, kurang optimalya proses
pembelajaran mungkin menjadi salah satu problema yang dihadapi oleh dunia
pendidikan saat ini. Menurut Sanjaya (2006) ,Proses pembelajaran di dalam
kelas hanya mendorong anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa
untuk megingat dan menimbun berbagai informasi tanpa menghubungkannya
dengan kehidupan mereka sehari-hari. Proses ini menyebabkan anak kurang
termotivikasi untuk mengebangkan berpikir. Akibatnya ketika anak didik kita
lulus dari sekolah, mereka pintas secra teoritistetapi miskin aplikasi.
Realita ini berlaku untuk semua mata pelajaran tidak terkecuali pada
mata pelajaran sains . Pembelajaran sains kurang mengembangkan kemmpuan
anak untuk berpikir kritis dan sistematis karena strategi pembelajaran tidak
digunakan secara baik dalam setiap pembelajaran di kelas. Gejala-gejala ini
merupakan hasil umum dari proses pembelajaran yang terjadi. Pendidikan di
sekolah terlalu menejali otak siswa dengan bahan ajar yang harus
dihafal,pendidikan tidak dikembangkan untuk mengembangkan karakter serta
potensi yang dimilki. Dengan kata lain,proses pendidikan belum
mengarahkan pembentukan manusia yang cerdas, memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari hari, serta belum mengarahkan
pembejaran untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif. Selama ini
siswa belajar sains hanya berdasarkan pada materi yang ada di buku paket saja
dan sangat jauh dari kehidupan nyata peserta didik.
Lembar kerja siswa (LKS) yang merupakan bahan ajar wajib seorang
guru belum dapat dibuat dengan baik.pemahaman siswa terkait pembelajarn
sains masih rendah.Ini tamak ketika di ontarkan pertanyaan-pertanyaan
pemahaman konsep yang berkaitan antara materi pembelajaran dn kehdupan
peserta didik mereka sangat kebingungan.
Pada proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu membimbing
dan memfasilitasi siswa agar dapat memahami kekuatan serta kemampuan
yang dimiliki, untuk selanjutnya memberikan motivasi agar siswa terdorong
untuk bekerja atau belajar sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan
berdasarkan kemampuan yang dimiliki (Aunurrahman, 2010). Di Indonesia,
pemahaman tentang pembelajaran sains yang mengarah pada pembentukan
literasi sains peserta didik,tampaknya masih belum sepenuhnya dipahami
dengan baik oleh para guru pengajar sains (biologi).Akibatnya, proses
pembelajaran pun masih bersifat konvensional dan bertumpu pada penguasaan
konseptual peserta didik.Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil pengukuran
mutu hasil pembelajaran sains peserta didik yang dilakukan secara
internasional.Hasilnya menunjukan bahwa pencapaian peserta didik Indonesia
masih jauh di bawah kemampuan peserta didik negara-negara lain di dunia
(Toharudin, dkk, 2011).
Ada banyak model dan stategi pembelajaran yang dikembangkan
oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa, salah satunya
adalah pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu
model pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
peserta didik untuk dapat menerapkan dalam kehidupannya (Toharudin, dkk,
2011).
Proses pembelajaran kontekstual ini, peneliti memadukannya dengan
berbantuan lembar kegiatan siswa (LKS). LKS merupakan panduan siswa
yang digunakan untuk melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah.
Lembar kegiatan siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan
aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek
pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. LKS
memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa
untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan
dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Pembelajaran Berbasis Kontekstual Berbantuan LKS Terhadap Pemahaman
Konsep Sains Siswa Kelas VIII di SMP NEGERI 1 LAPE Kabupaten
Sumbawa Besar”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pembelajaran berbasis kontekstual dapat meningkatkan


pemahaman konsep sains siswa kelas VIII SMP NEGERI 1 LAPE
Kabupaten Sumbawa Besar?.
2. Apakah Ada Pengaruh Model pembelajaran berbasis kontekstual dapat
meningkatkan pemahaman konsep sains siswa kelas VIII SMP NEGERI 1
LAPE Kabupaten Sumbawa Besar?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pembelajaran berbasis kontekstual dapat


meningkatkan pemahaman konsep sains siswa kelas VIII SMP NEGERI 1
LAPE Kabupaten Sumbawa Besar
2. Untuk mengetahui Pengaruh Model pembelajaran berbasis kontekstual
dapat meningkatkan pemahaman konsep sains siswa kelas VIII SMP
NEGERI 1 LAPE Kabupaten Sumbawa Besar
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan tambahan

pengetahuan tentang Pengaruh Model Pembelajaran berbasis kontekstual

dapat meningkatkan pemahaman konsep sains siswa kelas viii smp negeri

1 lape kabupaten sumbawa besar.


2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siwa

Dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi dalam

belajar, lebih aktif dan merangsang kemampuan berpikir siswa dalam

memecahkan masalah.

b. Bagi Guru

Sebagai salah satu alternatif bagi guru dalam memilih model

pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga

upaya peningkatan konsep siswa dan tujuan pembelajaran dapat

tercapaii.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

meningkatkan pengetahuan peneliti tentang pembelajaran yang tepat

dan efektif dalam pembelajaran biologi. Penelitian ini juga dihrapkan

dapat menambah wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan

dalam bidang pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar

pada khususnya.

d. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk


perbaikan kondisi pembelajaran biologi kelas VIII SMP Negeri 1 Lape
sehingga dapat membantu menciptakan panduan pembelajaran bagi
mata pelajaran lainnya, serta sebagai bahan pertimbangan dalam
memilih model pembelajaran yang akan diterapkan bagi perbaikan
kualitas pendidikan dimasa yang akan datang.
E. Lingkup penelitian
Pembatasan ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk membatasi

unsur-unsur yang digunakan guna memperlancar proses pelaksanaan

penelitian.

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Lape Kabupaten

Sumbawa besar.

2. Subjek Penelitian

Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lape Kab Sumbawa besar tahun

pelajaran 2019/2020

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Pengaruh Pembelajaran Berbasis

Kontekstual Berbantuan LKS Terhadap Pemahaman Konsep Sains Siswa

Kelas VIII SMP Negeri 1 Lape Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran

2020.

F. Definisi operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman terhadap makna judul

dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah berikut:

1. Model pembelajaran

Secara umumnya, model pembelajaran adalah cara atau teknik


penyajian sistematis yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan
pengalaman proses pembelajaran agar tercapai tujuan dari sebuah
pembelajaran. Definisi singkat lainnya yaitu suatu pendekatan yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran bisa juga diartikan sebagai seluruh rangkaian
penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah
pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang
digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar
mengajar. Model pembelajan sendiri memiliki makna yang lebih luas dari
pada strategi, metode atau sekedar prosedur pembelajaran.

2. Pembelajaran Kontekstual

Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning)


adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment).

Pembelajaran kontekstual atau biasa disebut dengan CTL


menurut Nurhadi (2003 dalam Sugiyanto, 2010) adalah konsep
pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara
materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dan juga
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan peserta didik
sendiri.Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha
siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru
ketika siswa belajar. Sedangkan menurut Sanjaya (2006 dalam
Toharudin, dkk, 2011), menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual
merupakan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan
peserta didiksecara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari
dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan peserta didik.

3. Media Belajar/media pembelajaran


Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata “medium”, yang berarti perantara atau pengantar. Media adalah
perantara atau pengantar pesan dari si pengirim (komunikator atau
sumber/source) kepada si penerima (komunikan atau audience/receiver).
Sedang menurut KBBI, media dapat diartikan sebagai perantara,
penghubung; alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio,
televisi, film, poster, dan spanduk, yang terletak diantara dua pihak
(orang, golongan, dan sebagainya).
Jadi, secara umum bisa diartikan bahwa media pembelajaran adalah
alat bantu proses belajar mengajar. Yaitu segala sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan atau ketrampilan pelajar sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada peserta didik (siswa/murid).

4. Media LKS (Lembar kerja siswa)


LKS menurut Indrianto dalam Alan (2012) adalah lembar kerja siswa
yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang
mencerminkan ketrampilan proses agar siswa memperoleh pengetahuan
atau ketrampilan yang perlu dikuasainya.
LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan
oleh siswa. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar
kegiatan harus jelas kaitannya dengan kompetensi yang akan dicapai
(Depdiknas dalam Alan, 2012).
LKS merupakan panduan siswa yang digunakan untuk melakukan
penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan siswa dapat
berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun
panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk
panduan eksperimen atau demonstrasi. LKS memuat sekumpulan
kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk
memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan
dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.

5. Konsep sains

Menurut Djaramah (2002 dalam Handayani, 2011) mengatakan

bahwa konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang

mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep sangat penting bagi manusia,

karena digunakan dalam berkomunikasi, berpikir ilmiah, belajar atau


mengaplikasikan pada masalah yang sedang dihadapi.Sebagian besar apa

yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Selama menuntut

ilmu, siswa dituntut untuk menguasi konsep kata-kata tertentu. Melalui

pemahaman konsep siswa diharapkan tidak sekedar untuk memilikinya,

tetapi siswa diharapkan dapat menggunakan konsep yang dimilikinya

untuk mengorganisasikan dan mengklasifikasikan pengalamannyauntuk

memecahkan masalah yang dihadapinya. Sebab dengan pemahaman

konsep didapatkan pengertian atas kata-kata yang dipelajari. Seseorang

yang tidak menguasai konsep kata-kata tertentu akan mengalami kesulitan

memahami suatu kalimat yang dibaca. Ini berarti belajar konsep

mempunyai arti penting bagi keberhasilan belajar.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. DESKRIPSI TEORI
Belajar didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan secara

sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari

(Djamarah, 1994). Belajar juga merupakan suatu aktifitas mental atau psikis

yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai

sikap (Winkel,1995).

Menurut Muhibbin (1995) belajar dapat dipahami sebagai tahapan

perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagi hasil

pengalaman interaksi dengan lingkungan dengan melibatkan proses kognitif,

sedangkan perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan,

keadaan gila, mabuk-mabukan dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai

proses belajar. Selanjutnya Sardiman (2004) menyatakan bahwa belajar

merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan dengan serangkaian

kegiatan misalnya: dengan membaca, mengamati, mendengar, meniru dan

lain-lain.

Hamalik (2001), menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses

suatu kegiatan-kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan

hanya mengingat tetapi juga mengalami. Belajar juga merupakan suatu proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.


Menurut Skinner (2002), belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang

belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar

maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan hal berikut :

1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pembelajar,

2. Respons si pembelajar, dan

3. kosenkuesi yang bersifat menguatkan respon tersebut.

Berdasarkan definisi tentang belajar di atas, dapat di simpulkan bahwa belajar


adalah suatu perubahan tingkah laku pada individu yang belajar mengenai
segala aaspek organisme atau pribadi seseorang yang menyangkut tentang
kesanggupan mengahadapi kesulitan memecahkan masalah atau penyesuaian
diri siswa terjadi pada lingkungan edukatif yang diciptakan oleh guru,
sehingga menimbulkan perubahan prilaku pada siswa, yang dinyatakan dalam
bentuk angka (kuantitatif), maupun pernyataan (kualitatif) melalui proses
pengukuran dan penilaian terhadap tingkah laku yang dihasilkan dari kegiatan
pembelajaran.
Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses
belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan
dan kemampuan, serta perubahan aspek- aspek yang lain yang ada pada
individu yang belajar. Menurut Kimble dan Garmezi (dalam Trianto, 2008)
menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif
permanen terjadi sebagai hasil dari pengalaman.
Pembelajaran kontekstual atau biasa disebut dengan CTL menurut
Nurhadi (2003 dalam Sugiyanto, 2010) adalah konsep pembelajaran yang
mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan
situasi dunia nyata siswa dan juga mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan
peserta didik sendiri.Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha
siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika
siswa belajar. Sedangkan menurut Sanjaya (2006 dalam Toharudin, dkk,
2011), menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan
pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didiksecara
penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan peserta didik.
Menurut Djaramah (2002 dalam Handayani, 2011) mengatakan
bahwa konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep sangat penting bagi manusia, karena
digunakan dalam berkomunikasi, berpikir ilmiah, belajar atau
mengaplikasikan pada masalah yang sedang dihadapi.Sebagian besar apa yang
dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Selama menuntut ilmu, siswa
dituntut untuk menguasi konsep kata-kata tertentu. Melalui pemahaman
konsep siswa diharapkan tidak sekedar untuk memilikinya, tetapi siswa
diharapkan dapat menggunakan konsep yang dimilikinya untuk
mengorganisasikan dan mengklasifikasikan pengalamannyauntuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Sebab dengan pemahaman konsep
didapatkan pengertian atas kata-kata yang dipelajari. Seseorang yang tidak
menguasai konsep kata-kata tertentu akan mengalami kesulitan memahami
suatu kalimat yang dibaca. Ini berarti belajar konsep mempunyai arti penting
bagi keberhasilan belajar.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang ini sebelumnya telah banyak diteliti oleh beberapa peneliti,

diantaranya sebagai berikut:

1.

C. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pembelajaran IPA SMP

LKS IPA Terpadu Permendikbud No 21 tahun 2016


D.
1. Sebagai bahan belajar siswa 1. Pembelajaran IPA
2. Membantu memahami konsep IPA (Fisika,kimia dan biologi)
E.
Terpadu dikaji secara terintegrasi.
F.
3. Menambah pengalaman belajar siswa 2. Pembelajaaran lebih efektif
G.
LKS dikembangkan berbasis dan efisien.
H. Tema Pemanasan Global dan
permainan kartu domino Ekosistem
I.
1. Meningkatkan minat belajar siswa
J. Meningkatkan keaktifan siswa dalam
2. Menggunakan model pembelajaran
K. pembelajaran kooperatif
L. Meningkatkan kerjasama yang positif
3.
M. antar siswa
4.
N. Membantu siswa mengetahui
Pengembangan konsep-
media LKS berbasis permainan kartu domino
O. konsep IPA
Analisis KI dan KD,analisis dokumen dan literature
Desain LKS berbasis permainan kartu domino

Validasi LKS oleh ahli Revisi


Revisi Uji coba
LKS final

LKS berbasis permainan kartu domino layak dan efektif


digunakan dalam pembelajaran
Gambar 2.4 Skema kerangka berfikir
D. Hipotesis penelitian

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap


permasalahan peneliti sampai terbukti melalui data terkumpul
(Arikunto,2006). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Ada
Pengaruh Pembelajaran berbasis konntekstual Terhadap Pemahaman konsep
sains siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lape Kabupaten Sumbawa Besar Tahun
Pelajaran 2019/2020.”
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi

Eksperiment (eksperimen semu) yaitu Penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan

secara sengaja oleh peneliti.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan

yang tidak menggunakan angka dalam pengumpulan data dan dalam

memberikan penafsiran terhadap hasilnya yaitu data yang berupa informasi

dalam bentuk uraian kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapat

penjelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya sehingga memperoleh

gambaran baru ataupun menguatkan suatu gambaran yang ada seperti nilai

afektif dan psikomotorik. sedangkan Pendekatan kuantitatif adalah

pendekatan yang menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya seperti nilai

kognitif.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan suatu cara untuk mencari jawaban

dari rumusan masalah. Adapun rancangan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pre-test post-tes control group desigen rancangan ini mempunyai
kelas kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-

variabel yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Dalam rancangan ini

sebelum dimulai perlakuan, ke dua kelas diberi tes awal (pre-test) untuk

mengukur kondisi awal (Y1) dengan model soal pilihan ganda. Selanjutnya

pada kelas eksperimen diberi perlakuan (X1) dan pada kelas kontrol tidak

diberikan perlakuan (X0).

Tabel. 3.1 Perlakuan Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pretest Treatment Posttest

Eksperimen Y1 X1 Y3

Kontrol Y2 X0 Y4

Keterangan :

Y1 :Pembelajaran dengan pengunaan model pembelajaran kooperatif tipe

talking stick

Y2 : Pembelajaran dengan metode konvensional

Y1 : Pretest pada kelas ekperimen

Y2 : Pretest pada kelasKontrol

Y3 :Post test pada kelas eksperimen

Y4 : Post test pada kelas kontrol (Sugiyono, 2013).

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2013).Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lape Kabupaten Sumbawa besar

tahun pelajaran 2019/2020.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Sebagai sampel dalam

penelitian ini akan diambil 2 kelas untuk menjadi kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Sampling

jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel sehingga yang menjadi kelas

ekperimen yaitu kelas VIII A sebanyak 20 orang dan siswa kelas VIII B

sebanyak 25 orang tepilih menjadi kelas kontrol.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua penomena

ini disebut variable penelitian (Sugiyono, 2013).Instrumen yang digunakan

dalam Penelitian adalah.

1. Lembar observasi

Lembar observasi yaitu lembaran yang berisikan tentang komponen-

komponen yang akan diamati di dalam tahapan pembelajaran guru.


Instumen ini dirancang oleh peneliti untuk mengumpulkan data mengenai

keterlaksanaan langkah pembelajaran oleh guru dan aktivitas siswa selama

proses pembelajaran berlangsung. Data observasi ini memuat kegiatan

pembelajaran untuk setiap sub konsep yang dikaji, yang berisi lembar

observasi keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Tes Hasil Belajar

Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar

atau salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang

membutuhkan jawaban atau sejumlah pertanyaan yang hars diberikan

tanggapan dengan tanggapan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau

mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (Mardapi : 2008).

Tes diberikan dalam bentuk pretest dan posttest. Pretest digunakan

untuk mengetahui sama tidaknya dua kelas yang diambil sebagai kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan posttest digunakan untuk menguji

kebenaran hi.potesis penelitian. Sesuai dengan fungsinya yaitu untuk

mengukur hasil belajar siswa. Didalam penelitian ini, tes dilakukan terhadap

tes hasil belajar. Tes hasil belajar dapat dilakukan dengan memberikan soal

pilihan ganda yang berjumlah 30 butir soal.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Lembar observasi Keterlaksanaan RPP


Lembar Observasi keterlaksanaan RPP digunakan untuk mengetahui

keterlaksanaan pembelajaran dan dilaksanakan pada saat proses

pembelajaran berlangsung yang di observer oleh guru mata pelajaran

biologi.

2. Lembar observasi pemahaman konsep

3. Hasil belajar

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang berbentuk

soal pilihan ganda sebanyak 30 item yang bertujuan untuk mengukur hasil

belajar siswa. Tes dilaksanakan dua kali yaitu pada awal pembelajaran

(pretest) sebelum melakukan proses pembelajaran dan setelah melakukan

proses pembelajaran yaitu pada akhir proses pembelajaran (posttest).

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa uji,

yaitu sebagai berikut:

1. Data Keterlaksanaan RPP

Kriteria penskoran pada setiap fase pembelajaran yang dinilai dengan

memberikan checklist pada kolom keterlaksanaannya. Analisis hasil

pengamatan keterlaksanaan RPP menggunakan rumus sebagai berikut:

∑A
𝑝= × 100%
∑N

Keterangan:

P = persentase keterlaksanaan RPP


∑A = jumlah aspek yang teramati

∑N = jumlah keseluruhan aspek yang diamati

Tabel 3.2 Kriteria Keterlaksanaan RPP

No Persentase Katergori
1 80-100 Sangat baik
2 60-79 Baik
3 40-59 Cukup Baik
4 20-39 Kurang Baik
5 0-19 Tidak Baik
Sumber: (Arikunto,2012)
2. Uji Homogenitas (Uji-F)

Tujuan dilakukan uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah

pasangan yang akan diuji perbedaannya memiliki varians homogen atau

heterogen yang lebih lanjut digunakan sebagai dasar dalam menentukan

jenis uji t yang akan digunakan untuk uji hipotesis. Uji homogenitas dicari

dengan menggunakan rumus uji F yaitu : (Sugiyono:2007) :

var ians terbesar


F
var ians terkecil

Varians masing-masing kelas diperoleh dengan rumus:

2
 

  X  X 
S2   
n 1

Keterangan:

F= indeks homogenitas yang dicari


S2= varians
X= nilai siswa

X = Nilai rata-rata kelas
n= jumlah sampel

Data dikatakan homogen jika F hitung < F tabel dan data tidak homogen

jika F hitung ≥ F tabel pada taraf signifikan 5 %.

3. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data prestasi belajar dalam penelitian ini

terdistribusi normal, maka dilakukan uji normalitas data. Normalitas data

dapat dihitung dengan menggunakan rumus Chi kuadrat (Sugiyono, 2007) :

(𝑓𝑜−𝑓ℎ)2
χ2hitung = ∑𝑘𝑖=1 𝑓ℎ

Keterangan :

χ2 = Chi-kuadrat

fo = Frekuensi/ jumlah data observasi

fh = Frekuensi/ jumlah yang diharapkan

fo-fh = Selisih data fo dengan fh

Kaidah keputusan:

Data akan terdistribusi normal apabila χ2hitung ≤ χ2tabel pada taraf

signifikan yang digunakansebesar 5%.


4. Uji Beda (Uji-t)

Data hasil belajar siswa dianalisis dengan statistik deskriptif, yaitu

melihat persentase ketuntasan kelas dan rata-rata kelas. Untuk melihat

pengaruh perlakuan atau untuk membuktikan hipotesis yang diajukan, maka

data tersebut diolah dengan menggunakan rumus uji-t (uji beda) pada uji dua

pihak dengan taraf signifikan 5%. Terdapat dua alternatif rumus uji-t yang

akan digunakan dalam menguji hipotesis, yaitu Separated Varians dan

Polled Varians.

Rumus Separated Varians:

X1  X 2
t
 S12 S 22 
  
 1
n n2 

Rumus Polled Varians:

X1  X 2
t
n1  1S12  n2  1S 22  1 1 
n1  n2  2  n  n 
 1 2 

Keterangan:

X1 = rata-rata sampel 1

X2 = rata-rata sampel 2

S12 = varians sampel 1


S 22 = varians sampel 2

n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2
Setelah uji hipotesis dilakukan, maka terlebih dahulu hipotesis

penelitian dinyatakan dalam analisis statistik yaitu:

Ho : Tidak ada pengaruh Model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking

Stick Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Islam Ar-

Rodhyien Bakan Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2016/2017.

Ha : Ada pengaruh Model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick

Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Islam Ar-Rodhyien

Bakan Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kriteria pengujian jika thitung < ttabel dengan taraf signifikan 5%

maka Ho diterima, untuk thitung> ttabel maka Ho ditolak. Nilai t dapat

diperoleh dari tabel distributif (Sugiyono, 2007).

Kriteria pengujian hipotesis alternatif diterima jika t hitung> t tabel.

Penggunaan rumus uji-t yang akan digunakan didasarkan pada pedoman

sebagai berikut:

1. Bila jumlah anggota sampel n1 = n2 dan varians homogen maka dapat

digunakan rumus Separated Varians atau Polled Varians. Untuk

melihat harga ttabel digunakan dk = n1+n2-2,


2. Bila n1≠n2 dan varians homogen maka dapat digunakan rumus Polled

Varians. Untuk melihat harga ttabel digunakan dk = n1+n2-2

3. Bila n1 = n2 dan varians tidak homogen maka dapat menggunakan

rumus Separated Varians atau Polled Varians dengan dk = n1-1 atau

dk = n2-1.

4. Bila n1≠n2 dan varians tidak homogen maka digunakan rumus

Separated Varians, harga t sebagai pengganti ttabel dihitung dari

selisih harga ttabel dengan dk (n1-1) dan dk (n2-1) dibagi dua dan

ditambahkan dengan harga t yang kecil (Sugiyono, 2007).


DATAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai