Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerajaan-kerajaan di Indonesia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan menjadi bentuk-bentuk kesatuan besar. Perkembangan dan
pertumbuhan tersebut tidak terlepas dari keberadaan kerajaan-kerajaan di
Indonesia seperti Hindu, Budha, dan Islam. Keberadaan kerajaan-kerajaan
tersebut telah mewarnai sejarah kerajaan di Indonesia.
Pada zaman kerajaan berkembang Agama Hindulah yang pertama masuk
ke Indonesia dengan diperkirakan pada awal Tarikh Masehi dan terus berkembang
sampai kerajaan-kerajaan Islam bermunculan. Sedangkan kerajaan Islam di
Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-13 sampai
dengan abad ke-16. Timbulnya kerajaan-kerajaan tersebut didorong oleh
maraknya lalu lintas perdagangan laut dengan pedagang-pedagang Islam dari
Arab, India, Persia, Tiongkok, dll. Kerajaan tersebut dapat dibagi menjadi
berdasarkan wilayah pusat pemerintahannya, yaitu di Sumatera, Jawa, Maluku,
dan Sulawesi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Sejarah berdirinya Kerajaan Tarumanegara?
2. Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara ?
3. Bagaimana Letak dan wilayah kekuasaan ?
4. Bagaimana kehidupan Masyarakat Tarumanagara ?
5. Bagaimana keruntuhan Kerajaan Tarumanegara ?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah


Makalah Tarumanegara ini dibuat dengan tujuan untuk membantu
mempermudah pembelajaran, serta melengkapi tugas mata pelajaran Sejarah
Indonesia dan untuk kami mengetahui tentang sejarah Kerajaan Tarumanegera.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara


Kerajaan Terumanegara dibangun oleh raja Jayasinghawarman ketika
memimpin pelarian keluarga kerajaan dan berhasil meloloskan diri dari musuh
yang terus menerus menyerang kerajaan Salakanagara.
Di pengasingan, tahun 358 M, Jayasinghawarman mendirikan kerajaan
baru di tepi Sungai Citarum, di Kabupaten Lebak Banten dan diberi nama
Tarumanegara. Nama Tarumanegara diambil dari nama tanaman yang bernama
tarum, yaitu tanaman yang dipakai untuk ramuan pewarna benang tenunan dan
pengawet kain yang banyak sekali terdapat di tempat ini. Tanaman tarum tumbuh
di sekitar Sungai Citarum. Selain untuk pengawet kain, tanaman ini merupakan
komoditas ekspor dan merupakan devisa pemasukan terbesar bagi Kerajaan
Tarumanegara.
Raja Jayasinghawarman berkuasa dari tahun 358-382 M. Setelah raja
mencapai usia lanjut, raja mengundurkan diri untuk menjalani kehidupan
kepanditaan. Sebagai pertapa, Jayasinghawarman bergelar Rajaresi. Nama dan
gelar raja menjadi Maharesi Rajadiraja Guru Jayasinghawarman.
Kerajaan Tarumanegara banyak meninggalkan Prasasti , sayangnya tidak
satupun yang memakai angka tahun. Untuk memastikan kapan Tarumanegara
berdiri terpaksa para ahli berusaha mencari sumber lain. Dan usahanya tidak sia-
sia. Setelahnya ke Cina untuk mempelajari hubungan Cina dengan Indonesia
dimasa lampau mereka menemukan naskah-naskah hubungan kerajaan Indonesia
dengan kerajaan Cina menyebutnya Tolomo. Menurut catatan tersebut, kerajan
Tolomo mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 528 M, 538 M, 665 M, 666M.
sehingga dapat disimpulkan Tarumanegara berdiri sejak sekitar abad ke V dan ke
VI.
Masa kejayaan Tarumanegara diperkirakan berada pada tahun 395-434,
saat diperintah oleh Purnawarman. Ia membangun ibukota kerajaan baru pada

2
3

tahun 397. Ibukota ini letaknya lebih dekat ke pantai dan terkenal dengan nama
Sundapura.
Di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 kerajaan daerah di bawah
Tarumanegara. Wilayahnya terletak mulai dari sekitar Pandeglang (Rajatapura )
hingga Purwalingga (diduga inilah asal usul nama kota Purbalingga) di Jawa
Tengah. Secara umum wilayah kekuasaan meliputi hampir seluruh Jawa Barat;
dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon
Pada masa Suryawarman berkuasa lebih banyak lagi kerajaan daerah yang
dibangun. Pada tahun 526 misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman,
mendirikan kerajaan Kendan, yang terletak di kawasan Nagreg, wilayah
perbatasan Bandung-Garut sekarang. Lalu pada masa Kertawarman (561-628)
berdiri pula Kerajaan Galuh.

2.2 Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanegara


1. Prasasti
a. Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor)
Sebelumnya dikenal dengan nama prasasti Ciampea, terletak di
pinggir sungai Ciaruteun, dekat muaranya dengan Cisadane. Di atasnya
terdapat lukisan laba-laba dan tapak kaki yang dipahatkan di atas
aksaranya. Prasasti terdiri dari 4 baris, ditulis dalam bentuk puisi India
dengan irama anustubh (Anustubh: jumlah suku kata pada masing-masing
baris dalam satu bait puisi Jawa kuno sebanyak 8 suku kata). Prasasti ini
mengingatkam adanya hubungan dengan prasasti raja Mahendawarman I
dari keluarga Pallawa. Bunyi dari prasasti ini ialah :
vikrantasyavanipateh
srimatah purnavarmmanah
tarumanegarendrasya
visnor iva padadvayam
‘’Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu, ialah kaki
Yang Mulia Sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah
berani di dunia’’
4

b. Prasasti Jambu/ Pasir Koleangkak


Di temukan di bukit, daerah perkebunan Jambu kira-kira 30 km
sebelah barat Bogor. Bunyi dan terjemahan prasasti ini adalah :
-sriman-data krtajno narapatir- asamo yah pura/ta/r/u/maya/m/namna
sri-purnnavarmma pracura-ripusarabhedya-vikhyatavarmmo
-tasyedam-padavimbadvayam-arinagaroysadane
nityadaksambhaktanamyandripanam- bhavati sukhakaram salyabhutam
ripunam
“gagah, memgagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah
pemimpin manusia yang tiada taranya- yang termashur Sri
Purnnawarman- yang sekali waktu( memerintah) di Taruma dan yang baju
zirahnya yang terkenal (=varmman) tidak dapat di tembus senjata musuh.
Ini adalah sepasang tapak kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur
kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tapi merupakan duri
dalam daging bagi musuh-musuhnya’’
Dari Prasasti diatas kita dapat keterangan bahwa Purnawarman
suka memakai Warman (baju Zirah/Besi) yang tidak dapat ditembus
senjata. Dari itu juga kita tahu dia sering berperang dan menggempur kota
– kota musuhnya.
c. Prasasti Kebon Kopi (kampung Muara Hilir, Cibungbulang)
Terdapat dua tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki
gajah Airawata. Bunyinya sebagai berikut:
jayavsalasya taruma/ ndra/ sya ha/st/inah- sira/ vatabhasya vibhatidam-
padavayam
“Disini nampak sepasang tapak kaki….yang seperti Airavata, gajah
penguasa taruma (yang) agung dalam….dan(?) kejayaan”
d. Prasasti Tugu (Tugu, Jakarta)
Merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan
Purnawarman. Tulisannya dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang
secara melingkar.
Yang khas dari prasasti ini adalah:
5

1) Di dalamnya disebutkan nama dua sungai yang terkenal di Panjab,


yaitu sungai Candrabhaga dan Gomati.
2) Merupakan satu-satunya prasasti purnawarman yang menyebutkan
anasir penanggalan namun tidak memuat angka tahun yang pasti,
hanya menyebutkan phalguna dan caitra yang bertepatan dengan
bulan Februari- April.
3) Menyebutkan dilakukannya upacara selamatan oleh Brahmana
diserati 1000 ekor sapi yang dihadiahkan
4) Menyebutkan dua nama lain dari Purnawarman
5) Candrabhaga merupakan nama sungai India yang diberikan kepada
sebuah sungai di Jawa dan nama itu sekarang dikenal dengan nama
Bekasi, Chandrabagha dapat diartikan menjadi bekasi = Bhagasasi =
Baghacandra = Chandabagha (Sasi = Candra = Bulan), yang diduga
pusat Kerajaan Tarumanegara. Bunyi Prasasti Tugu sebagai berikut :
pura rajadhirajena guruna inabahuna
khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam yayau
pravarddhamana-dvavinsad-vatsare srigunaujasa
narendradhvajabhutena srimata purnnavarmmana
caitrasukla-trayodsyam dinais siddhaikavinsakaih
ayata satrasahasrena dhanusam sasaterna ca
dvavinsena nadi ramya gomati nirmalodaka
pitamahasya rajasser vvidarya sibiravanim
brahmanair ggo-sahasrena prayati krtadaksina
“Dulu (kali yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja
yang mulia dan mempuyai lengan kencang dan kuat( yakni raja
Purnawarman) untuk mengalirkannya ke laut setelah kali ini sampai
di istana kerajaan yang termasyur. Di dalam tahun keduapuluh-
duanya dari tahta yang mulai raja Purnawarman yang berkilau-
kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaanya serta menjadi panji
segala raja, maka sekarang beliau menitahkan pula menggali kali
yang permai dan berair jenih, Gomati namanya, setelah sungai itu
6

mengalir di tengah-tengah tanah kediaman yang mulia Sang Pendeta


nenek-da( Sang Purnawarman). Pekerjaan ini dimulai pada hari yang
baik, tanggal 8 paro-petang bulan Phalguna dan disudahi pada
tanggal 13 paro terang bulan Caitra, jadi hanya 21 saja, sedang galian
itu panjangnya 6.122 tumbak (12 km). Selamatan baginya dilakukan
oleh para brahmana disertai 1000 ekor sapi yang dihadiahkan ‘’
e. Prasasti Pasir Awi (Pasir Awi, Bogor)
Tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Pada prasasti
ini juga terdapat gambar tapak kaki.
f. Prasasti Muara Cianten (muara Cianten, Bogor)
Prasasti ini di temukan di muara Cianten Bogor , prasasti ini juga
terdapat telapak kaki. Sayang tulisannya belum dapat diartikan sebab
tulisannya dalam huruf ikal sehingga tidak banyak yang diketahui tentang
isinya.
g. Prasasti Cidanghiang atau Lebak
Ditemukan di kampung Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang,
kecamatan Munjul, kabupaten Pandeglang, Banten. Prasasti Cidanghiyang
dilaporkan pertama kali oleh Toebagus Roesjan kepada Dinas Purbakala
tahun 1947 (OV 1949:10), tetapi diteliti pertama kali tahun 1954 dan
berisi dua baris aksara yang merupakan satu Sloka dalam metrum
anustubh. Bunyi prasasti ini:
vikranto yam vanipateh prabhuh satyapara (k) ra (mah)
narendraddvajabhutena srimatah purnnavarmmanah
“Inilah tanda keperwiraan, keagungan dan keberanian yang
sesungguh-sungguhnya dari raja dunia, yang mulia Purnawarman, yang
menjadi panji sekalian raja”
Dari Prasasti ini kita bisa tahu rupanya Raja Purnawarman seorang
raja yang perkasa yang mempunyai wilayah kekuasaan yang luas. Dia
banyak menaklukan raja – raja di daerah sekitarnya.
7

2. Arca
a. Arca Rajasi
Diperkirakan ditemukan di Jakarta.menggambarkan rajarsi yang
menggambarkan sifat-sifat Wisnu-Surya. Ada yang berpendapat bahwa
arca itu adalah arca Siwa dari abad II.
b. Arca Wisnu Cibuaya I
Berasal dari abad 7 dan bisa dianggap bisa melengkapi prasasti-
prasasti Purnawarman. Arca ini memperlihatkan adanya persamaan
dengan arca yang ditemukan di Kemboja, Siam dan Semenanjung
Melayu.
c. Arca Wisnu Cibuaya II( di desa Cibuaya)
Terdapat kesamaan dengan arca-arca dari seni Pala abad ke 7-8,
yaitu:
1) Jenis batu yang digunakan
2) Bentuk arca dan laksananya
3) Bentuk badan
4) Makuta

3. Sumber lain
a. Fa-Hien
Dia adalah musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di Yepoti
(Yawadhipa/Jawa) tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. dalam
catatannya disebutkan rakyat Tolomo sedikit sekali memeluk Budha yang
banyak dijumpainya adalah Brahmana. Fa Hien juga menyebutkan dalam
bukunya Fa Kuo Chien bahwa rakyat Tolomo bermata pencaharian
bertani, berdagang dan pandai membuat minuman dari malai kelapa. Dari
bukti-bukti yang ada, para ahli sejarah menduga Tolomo/ Taluma menurut
Fa hien adalah Tarumanegara
8

b. Dinasti Soui
Selain berita Fa Hien keberadaan Taruma juga diperkuat dari berita
Dinasti Soui, bahwa tahun 528 dan 535 datang utusan dari Negeri Tolomo
yang terletak disebelah selatan
c. Dinasti Tang Muda
Berita dinasti Tang Muda menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M
datang utusan dari Tolomo nama Tolomo di duga lafal bahasa Cina untuk
Tarumanegara.
d. Dinasti Tang( 618-906)
Menyebutkan nama sebuah daerah bernama Ho-ling atau Jawa, yang
terletak di Lautan Selatan, sebelah timur Sumatra dan sebelah barat Bali.
Nama Ho-ling oleh para sarjana disesuaikan dengan Kalinga yang
letaknya diperkirakan di Jawa Tengah Utara/ Walaing. Daerah yang
disebut Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas , perak, cula badak dan
gading gajah. Sedangkan penduduknya membuat benteng-benteng kayu
dan rumah-rumah mereka beratap daun kelapa.

2.3 Letak Dan Wilayah Kekuasaan


Dari sumber – sumber di atas dapat disimpulkan bahwa Tarumanegara
terletak di Jawa Barat. Pusatnya belum dapat dipastikan, namun para ahli
menduga kali Chandabagha adalah kali Bekasi, kira – kira anatar sungai Citarum
dan sungai Cisadane. Adapun wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara meliputi
daerah Banten, Jakarta, sampai perbatasan Cirebon.
Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta (Naskah
Wangsakerta adalah istilah yang merujuk pada sekumpulan naskah yang disusun
oleh Pangeran Wangsakerta secara pribadi atau oleh "Panitia Wangsakerta".)
Raja-raja Tarumanegara
No. Raja Masa pemerintahan
1. Jayasingawarman 358-382
2. Dharmayawarman 382-395
3. Purnawarman 395-434
9

4. Wisnuwarman 434-455
5. Indrawarman 455-515
6. Candrawarman 515-535
7. Suryawarman 535-561
8. Kertawarman 561-628
9. Sudhawarman 628-639
10. Hariwangsawarman 639-640
11. Nagajayawarman 640-666
12. Linggawarman 666-669

2.4 Kehidupan Masyarakat


1. Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan
kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja
Purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah
kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan
saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.

2. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat
dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan
kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat
memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam
melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda
penghormatan kepada para dewa.

3. Kehidupan Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwa raja Purnawarman memerintahkan
rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan
terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar bagi masyarakat, karena dapat
dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir serta sarana lalu-lintas
10

pelayaran perdagangan antar daerah di Kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar.


Juga perdagangan dengan daerah-daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan
perekonomian masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah berjalan teratur.

4. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti
yang ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui
bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai
peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah
berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan Tarumanegara.
Segi yang sangat penting didalam kehidupan suatu masyarakat, adalah mata
pencaharian masyarakat pada saat itu. Berdasarkan bukti-bukti dan sumber yang
ada sampai saat ini, dapatlah diduga bagaimana kira-kira mata pencaharian
penduduk pada zaman Tarumanegara. Kalau dugaan tentang barang-barang
dagangan yang berasal dari daerah Ho – ling dapat diterima, maka kita
memperoleh gambaran bahwa pada masa itu perburuan, pertambangan, perikanan
dan perniagaan termasuk mata pencarian penduduk Tarumanegara disamping
pertanian, pelayaran, dan perternakan.
Bukti pada masa itu ada perburuan adalah , adanya berita tentang
perdagangan cula badak dan gading gajah, sedangkan gajah dan badak adalah
hewan liar. Dari situlah disimpulkan untuk mendapatkan itu, mereka harus
berburu. Sedang perikanan, pada masa itu terjadi jual beli kulit penyu. Untuk
pertambangan, kita peroleh dari perdagangan mas dan perak . Jelaslah telah
disebutkan berulang kali perdangan ini membuktikan adanya perniagaan pada saat
itu . Pada prasasti tugu disebutkan usaha pembuatan saluran yang dilakukan pada
tahun ke dua pulah dua tahun pemerintahan Raja Purnawarman. Yang kegunaanya
untuk mengatasi banjir yang selalu melanda daerah pertanian di sekitar itu,. Selain
itu ditemukan alat dari batu yang erat hubunganya dengan pertanian. Sedangkan
perternakan belum tau adanya bukti. Mengenai pelayaran, barang kali ini tidak
usah disangsikan lagi, karena letak Tarumanegara yang cukup streategis dijalan
nusantara, membuat adanya keterampilan penduduknya dibidang pelayaran .
11

Untuk teknologi belum ditemukan buktinya namun, pada saat itu mereka telah
mempunyai kepandaian membuat minuman arak yang terbuat dari mayang, nira
dari bunga kelapa. Selain ini makan pokok pada saat itu adalah beras, selain beras
mereka makan buah –buahan serta daging .
Pada saat itu perhubungan Tarumanegara dengan kerajaan lain
menggunakan perhubungan air. Mengenai hubungan darat ,dapat diperkiraan
dengan adanya data bahwa lembu merupakan hewan piaraan. Rupanya selain
untuk hadiah kepada kaum Brahmana dan pertanian, hewan ini juga dipergunakan
untuk melakukan hubungan dalam negeri, dari satu tempat ke tempat lain, yang
tidak terlalu berjauhan letaknya.
Berdasarkan sumber-sumber yang sangat tidak lengkap itu, dapat
diperkirakan golongan masyarakat pada masa itu ialah kaum tani, pemburu,
pedagang pelaut ,nelayan, dan peternak walaupun demikian, tidak dapat
dipastikan, bagaimana pembagian kerja itu dilakukan. Ditinjau dari segi budaya,
golongan terbagi menjadi dua yaitu golongan masyarakat berbudaya hindu dan
golongan masyarakat berbudaya asli .
Menurut bukti yang ada kita hanya mengetahui adanya aksara pallawa dan bahasa
sansekerta pada masa itu. Namun berita dari Cina menyebutkan adanya suatu
bahasa dengan nama kwun lun yang digunakan baik di Jawa maupun di
Sumatra. Kwunlun ini adalah bahasa Indonesia yang tercampur dengan bahasa
sansekerta.
Dari berita fa – shien jelas, bahwa pada awal abad ke 5 di Tarumanagara
terdapat tiga macam agama, yaitu agama Budha, Hindu dan agama yang kotor dan
dari ketiga agama tersebut agama Hindulah yang paling banyak karena diperkuat
dengan berbagai macam prasasti yang ditemukan. Antara lain Prasasti Tugu,
Prasasti Jambu, Prasasti Pasir Kolengkak. Apa yang kita ketahui tentang agama
Budha di Tarumanegara, sama sekali terbatas kepada berita Fa shien yang
mengatakan bahwa pada waktu itu terdapat sedikit sekali orang beragama Budha
termasuk dia. Agama kotor adalah agama yang sudah lama ada sebelum masuknya
pengaruh India ke Indonesia. Lapisan masyarakat Tarumanegara di duga terdiri
dari:
12

a. Keluarga raja dan kaum bangsawan (pangeran) yang memerintah kerajaan


b. Kaum Brahmana yang memimpin upacara agama dan mengembangkan
agama Hindu
c. Rakyat yang terdiri dari pemburu, pedagang, petani, pelayar, penambang,
peternak
d. Budak - budak
Agama yang dianut adalah:
a. Agama Hindu seperti yang di anut Purnawarman
b. Agama Budha meskipun hanya sedikit
c. penganut animisme dan dinamisme

2.5 Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara


Pada tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan
menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri,
yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Kerajaan Sunda dan
yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa
pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh
kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.
Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada
Tarusbawa. Ia memilih mengembangkan Kerajaan Sunda yang sebelumnya
merupakan kerajaan daerah yang berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas
pengalihan kekuasaan ke Kerajaan Sunda ini, kerajaan lain bernama Kerajaan
Galuh memutuskan untuk berpisah dari Kerajaan Sunda. Akhirnya wilayah bekas
Kerajaan Tarumanegara dibagi menjadi dua, sehingga kekuatan kerajaan
Tarumanagara menjadi lemah.
Tahun 686 Kerajaan Tarumanegara runtuh ditaklukan Dapunta Hyang
Salendra, yaitu raja Sriwijaya dari Kedah. Dalam prasasti Kedukan Bukit yang
ditemukan di dekat Palembang mempunyai angka tahun 605 Caka atau sama
dengan 683 Masehi, menerangkan tentang perjalanan penjelajahan Raja Dapunta
Hyang Cri Jayanaca. Raja berangkat dari Minangatamwan dengan armada
berkekuatan 20.000 tentara dan menaklukan beberapa daerah sehingga
13

menjadikan Palembang sebagai Bandar pelabuhan terbesar di Sumatra (Suwarna


Dwipa). Dalam sejarah, Palembang menjadi tempat penting untuk pusat ziarah
umat beragama Buddha Mahayana. Karena kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada
tahun 670 M dan didirikannya Bandar pelabuhan Palembang, maka kekuatan
armada laut semakin kuat dan bertambah besar sehingga dengan mudah
memperluas kekuasaannya di Tanah Jawa termasuk Kerajaan Tarumanegara.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari Makalah Kerajaan Taruma Negara ini dapat di tarik kesimpulan
bahwa, pengaruh kebudayaan India di Indonesia tidak hanya menunjuk pada
perkembangan ajaran Hindu – Budha, tetapi juga pada aspek lain missal aspek
politik, ekonomi, sosial budaya dan lain sebaginya.
Dalam proses akulturasi, Indonesia sangat berperan aktif. Hal ini terlihat dari
peninggalan – peninggalan yang tidak sepenuhnya merupakan hasil jiplakan
kebudayaan India
Meskipun corak dan sifat kebudayaan dipengaruhi India. Namun dalam
perkembangannya Indonesia mampu menghasilkan kebudayaan kepribadian
sendiri.

3.2 Saran
Dari keberadaanya kerajaan Tarumanegara di wilayah kita pada masa
yang lalu. Maka kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat
diwujudkan dalam sikap dan perilaku dengan hati yang tulus serta didorong rasa
tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek
moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti
kita ikut mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita
bersama – sama menjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang
menjadi kebanggaan kita semua.

14
15

DAFTAR PUSTAKA

http://makalah15.blogspot.com/2015/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://rialint.blogspot.com/2013/10/makalah-kerajaan-tarumanegara.html
https://www.academia.edu/8220937/MAKALAH_SEJARAH_TARUMANEGARA_
KELAS_X_IPA

Anda mungkin juga menyukai