Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….………i

DAFTAR ISI............................................................................................................1

BAB I.......................................................................................................................2

PENDAHULUAN...................................................................................................2

1.1 Latar Belakang...............................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3

1.3 Tujuan.............................................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

PEMBAHASAN......................................................................................................4

2.1 Definisi KPD/PROM......................................................................................4

2.2 Etiologi KPD/PROM......................................................................................5

2.3 Tanda dan Gejala KPD/PROM.......................................................................6

2.4 Anatomi dan Fisiologi KPD/PROM...............................................................7

2.5 Patofisiologi..................................................................................................10

2.6 Pemeriksaan Penunjang................................................................................11

2.7 Penatalaksanaan KPD...................................................................................12

2.8 Komplikasi...................................................................................................15

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan pada KPD/PROM.........................................16

BAB III..................................................................................................................24

PENUTUP..............................................................................................................24

3.1 Kesimpulan...................................................................................................24

3.2 Saran.............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membranes (PROM)


adalah pecahnya selaput ketuban sebelum tanda-tanda persalinan. (Mansjoer, Arif,
dkk.2002). Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya kantung ketuban dan
kebocoran dari cairan ketuban awal minimal 1 jam sebelum awal persalinan pada
setiap usia kehamilan. (Lowdermilk , Deitra Leonard, 2000). Ketuban pecah dini
(KPD) adalah pecahnya kantung ketuban sebelum onset persalinan yang benar,
terlepas dari lamanya kehamilan. (Murray , Sharon Smith, dkk . 2002)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban disertai keluarnya cairan


amnio inin sebelum proses persalinan dimulai baik pada kehamilan cukup bulan
maupun pada persalinan premature. Walaupun penyebabnya belum diketahui, hal
tersebut dihubungkan dengan infeksi pada membran (korioamnionitis). Ketuban
pecah dini merupakan ancaman bagi janin, khususnya jika hal ini terjadi di awal
kehamilan, karena, setelah ruptur, perlindungan terhadap janin hilang, dan infeksi
uterus dan janin dapat terjadi.

Persalian prematur dapat terjadi setelah ruptur membran, meyebabkan


kelahiran prematur pada janin semakin beresiko. Komplikasi tambahan mencakup
peningkatan tekanan pada tali pusat (tali pusat memanjang dan keluar dari lubang
uterus masuk ke dalam vagina), biasanya jika ruptur terjadi pada saat kepala janin
masih terlalu kecil untuk ukuran serviks. Janin tersebut mungkin mengalami
sindrom potter pada gambaran wajah dan hipoplasia pulmoner.

Pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartus,


pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum

2
usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih
dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang


bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada
bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu
sangat kommplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya
prematuritas dan RDS (Respiration Dystress Syndrome). (Miranie , Hanifah, dan
Desy Kurniawati. 2009).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari KPD ?


2. Apakah etiologi KPD ?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari KPD ?
4. Bagaimana Anatomi Fisologi KPD?
5. Bagaimana Patofisologi KPD?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang KPD?
7. Bagaimana penatalaksanaan KPD?
8. Apa saja komplikasi pada KPD?
9. Bagiamana asuhan keperawatan pada klien dengan KPD?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami tentang penyakit ketuban pecah dini.

2. Tujuan khusus

- Mahasiswa mampu mengetahui mengenai kondisi ibu melahirkan dengan


ketuban pecah dini.
- Mahasiswa mampu mengetahui permasalahan yang mungkin timbul dalam
melahirkan dengan ketuban pecah dini.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi KPD/PROM

Ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membranes (PROM)


didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda
persalinan.Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam
sebelum waktunya melahirkan. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua
kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan.70% kasus KPD
terjadi pada kehamilan cukup bulan.KPD merupakan penyebab kelahiran
prematur sebanyak 30%.

Ketuban Pecah Dini ( amniorrhexis – premature rupture of the


membrane PROM ) adalah pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi proses
persalinan. Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu hamil
mengalami pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian tidak
terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian untuk kepentingan klinis waktu 1
jam tersebut merupakan waktu yang disediakan untuk melakukan pengamatan
adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu
maka peristiwa tersebut disebut KPD Preterm (PPROM = preterm premature
rupture of the membrane - preterm amniorrhexis.

Pengertian KPD menurut WHO yaitu Rupture of the membranes before


the onset of labour. Hacker (2001) mendefinisikan KPD sebagai amnioreksis
sebelum permulaan persalinan pada setiap tahap kehamilan. Sedangkan Mochtar
(1998) mengatakan bahwa KPD adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu
bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5

4
cm. Hakimi (2003) mendefinisikan KPD sebagai ketuban yang pecah spontan 1
jam atau lebih sebelum dimulainya persalinan.

Periode Laten : adalah interval waktu dari kejadian pecahnya selaput


chorioamniotik dengan awal persalinan.

Arti klinis Ketuban Pecah Dini adalah :

1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka
kemungkinan terjadinya prolapsus talipusat atau kompresi talipusat
menjadi besar.
2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian
terendah yang masih belum masuk pintu atas panggul seringkali
merupakan tanda adanya gangguan keseimbangan feto pelvik..
3. KPD seringkali diikuti dengan adanya tanda-tanda persalinan sehingga
dapat memicu terjadinya persalinan preterm dengan segala akibatnya.
4. Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam ( prolonged rupture of
membrane) seringkali disertai dengan infeksi intrauterine dengan segala
akibatnya.
5. Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka
panjang kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion
bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.

2.2 Etiologi KPD/PROM

Etiologi terjadinya ketuban pecah dini tidak jelas dan tidak dapat
ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan
sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah :

1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun


ascenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD. Penelitian menunjukkan infeksi sebagai penyebab utama
ketuban pecah dini.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, kuretase).

5
3. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya tumor, hidramnion, gemelli.
4. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau
penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan
seksual, pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis menyebabkan
terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi
5. Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah.
6. Keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan rendahnya kualitas
perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan
oleh Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae.
7. Faktor lain yaitu:
 Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu
 Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum
 Defisiensi gizi dari tembaga dan vitamin C

2.3 Tanda dan Gejala KPD/PROM

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui


vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris
warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya "mengganjal" atau "menyumbat" kebocoran untuk
sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.Pada periksa dalam
selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering dan terjadi Inspekulo yaitu
tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan ketuban sudah
kering.

Menurut Mansjoer, 2001 manifestasi klinis ketuban pecah dini adalah :

1. Keluarnya air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning atau


kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.

6
3. Janin mudah diraba.
4. Pada periksa dalam sepaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah bersih.
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.
6. Takikardi pada ibu hamil muncul kemudian, ketika ibu mulai demam.

2.4 Anatomi dan Fisiologi KPD/PROM

Lapisan-lapisan selaput ketuban :

AMNION : membran transparant berwarna abu-abu yang melapisi korion.


Selaput ini menutup pars fetal plasenta dan talipusat. Kantung amnion berisi
cairan amnion dan janin berada dalam cairan tersebut. Histologi : Selaput amnion
terdiri dari 5 lapisan:

1. Lapisan seluler
2. Membrana basalis
3. Stratum kompaktum
4. Stratum fibroblas
5. Stratum spongiosum di bagian paling luar dan melekat dengan lapisan
seluler korion
KORION : membran bagian paling luar dan menempel pada dinding uterus serta
menempel pada tepi plasenta Histologi Korion : terdiri dari 4 lapisan

7
1. Lapisan seluler
2. Lapisan retikuler padat
3. Pseudo-basement membrane
4. Trofoblas
CAIRAN AMNION
1. Cairan jernih agak pucat dan sedikit basa ( pH 7.2 )
2. Pada pertengahan kehamilan jumlahnya sekitar 400 ml dan pada
kehamilan 36 – 38 minggu mencapai 1000 ml setelah itu volume terus
menurun dan penurunan berlanjut terus sampai kehamilan postmatur.
Komposisi :
1. Air ( 98 – 99% )
2. Karbohidrat ( glukosa dan fruktora ), protein ( albumin dan globulin ),
lemak, hormon (sterogen dan progesteron ) , enzym ( alkali fosfatase )
3. Mineral ( natrium, kalium dan klorida )
4. Material lain ( vernix caseosa, rambut lanugo, sel epitel yang terkelupas
dan mekonium )
Sirkulasi :
Cairan amnion bersifat dinamik dan senantiasa ber sirkulasi dengan kecepatan 500
ml setiap jamnya.

Asal :

a) Janin ( produksi utama )


- Sekresi aktif dari epiteo amnion

- Transudasi sirkulasi janin

- Air seni janin

b) Maternal
Cairan amnion diabsorbsi melalui amnion kedalam sirkulasi maternal dan
melalui gastrointestinal janin (proses menelan pada janin.

Fungsi :
1. Selama kehamilan

8
o Melindungi janin terhadap trauma

o Medium bagi gerakan janin

o Mempertahankan suhu tubuh janin

o Sumber nutrisi janin

o Medium eksresi janin

2. Selama persalinan
- “Fore water ( cairan ketuban yang berada di depan bagian terendah janin )
membantu proses dilatasi servik.
- Antiseptik jalan lahir setelah ketuban pecah.

Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan adalah 1000 – 1500 cc
 Ciri-ciri kimiawi :
Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa manis,
reaksinya agak alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas 98
% air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo,
verniks kaseosa dan garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6 gr % per liter
terutama sebagai albumin.
Dijumpai lecitin spingomyelin dalam air ketuban amat berguna untuk
mengetahui apakah janin sudah mempunyai paru-paru yang matang. Sebab
peningkatan kadar lecitin pertanda bahwa permukaan paru-paru diliputi zat
surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-paru untuk berkembang dan bernapas.
Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau pada letak sungsang akan
kita jumpai warna ketuban keruh kehijau-hijauan, karena telah bercampur dengan
mekonium.
 Fungsi Air Ketuban

1. Untuk proteksi janin.


2. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
3. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.

9
4. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
5. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin
6. Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila
ketuban pecah.
7. Peredaran air ketuban dengan darah cukup lancar dan perputarannya
cepat, kira-kira 350-500 cc.

 Asal Air Ketuban

1. Kencing janin (fetal urin)


2. Transudasi dari darah ibu
3. Sekresi dari epitel amnion
4. Asal campuran (mixed origin)

2.5 Patofisiologi

Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan


menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak
mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid A2 dan fosfolipid C
yang dapat meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih
lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya
menyebabkan kontraksi miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi
akibat aktivasi monosit/ makrofag, yaitu sitokin, interleukin 1, factor nekrosis
tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru
janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam cairan amnion, secara sinergis juga
mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk ke dalam cairan
amnion juga akan merangsang sesl-sel desidua untuk memproduksi sitokin dan
kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.

Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme


lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bacterial
dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat
menyebabkan kelemahan dan ruptur kulit ketuban. Banyak flora servikovaginal
komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan

10
kolagenase yang menurunkan kekuatan tegangan kulit ketuban. Elastase leukosit
polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III pada manusia,
membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena
kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III
dan menyebabkan ketuban pecah dini.

Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N, dan kolagenase


yang dihasilkan netrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit ketuban. Sel
inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin, potensial menjadi penyebab ketuban pecah dini.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboraturium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau
dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga
urine atau sekret vagina.

 Tes Lakmus (tes Nitrazin), yaitu dengan memeriksa kadar keasaman


cairan vagina. Kertas mustard emas yang sensitive, pH ini akan berubah

11
menjadi biru tua pada keberadaan bahan basa. pH normal vagina selama
kehamilan adalah 4,5-5,5, pH cairan amniotik adalah 7-7,5. Tempatkan
sepotong kertas nitrazin pada mata pisau spekulum setelah menarik
spekulum dari vagina, jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina
dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
 Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam


kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun
sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.

2.7 Penatalaksanaan KPD

Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan


dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas ibu maupun bayinya.

Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan
menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan
menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus KPD yang kurang bulan kalau
menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan
kalau menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu
pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan
memperjelek prognosis janin.

Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur


kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko
yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan
dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-
hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur
kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah matang,

12
chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab utama
meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan,
infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau
lamanya perode laten.

Kebanyakan penulis sepakat mengambil 2 faktor yang harus


dipertimbangkan dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap penderita KPD
yaitu umur kehamilan dan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu.

 Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu)

Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD


keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian
infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan
permulaan dari persalinan disebut periode latent = L.P = “lag” period. Makin
muda umur kehamilan makin memanjang L.P-nya.

Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan


dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan
dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah, bila dalam 24 jam setelah kulit
ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi
persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah caesar.

Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu.


Walaupun antibiotik tidak berfaedah terhadap janin dalam uterus namun
pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya
sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian
antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan dengan
pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah
terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa
penulis meyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau
ditunggu samapai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi inpartu dengan
sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD dapat diperpendek
sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat
dikurangi.

13
Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap
keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan
komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi
yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi
semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi dilakukan dengan mempehatikan
bishop score jika > 5 induksi dapat dilakukan, sebaliknya < 5, dilakukan
pematangan servik, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.

 Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu)

Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak
dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat konservatif disertai
pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksis. Penderita perlu dirawat di
rumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan
bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic agent
diberikan juga tujuan menunda proses persalinan.

Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada


pnderita KPD kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya pematangan paru,
jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul
tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang
umur kehamilan.

Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlansung dengan


jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulakan komplikasi-
komplikasi yang kadang-kadang tidak ringan. Komplikasi-kompliksai yang dapat
terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan
juga mungkin terjadi intoksikasi.

Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan


bedahsesar. Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tidakan
bedah sesar hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin
tetapi seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat
janin, partus tak maju, dll.

14
Selain komplikasi-kompilkasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif.
Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang
berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatan
pengolahan konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap
kemungkinan infeksi intrauterin.

Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari,


pem,eriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan
denyut jantung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkan dan
selanjutnya stiap 6 jam. Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD
telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS. The National
Institutes of Health (NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid
pada preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi
intramanion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12 mg i.m
tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam.

2.8 Komplikasi

Pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan bayi adalah meningkatnya
mortalitas dan morbiditas perinatal. Pengaruh KPD terhadap janin dan ibu yaitu :

1. Terhadap janin

Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin


mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi
(amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan
mortalitas dan morbiditas perinatal. Janin yang mengalami takhikardi mungkin
mengalami infeksi intrauterin.

2. Terhadap ibu

Karena jalan terlalu terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi
bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi
puerpuralis (nifas), peritonitis dan septikemia, serta dry – labor. Ibu akan merasa

15
lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, nadi cepat dan
nampaklah gejala-gejala infeksi. Hal tersebut akan meninggikan angka kematian
dan angka morbiditas pada ibu

Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar


dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi ascenden.
Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia
luar dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin
lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan
prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu
dan bayi atau janin dalam rahim (Manuaba, 1998). Tanda adanya infeksi bila suhu
ibu ≥38oC, air ketuban yang keruh dan bau, lekosit darah >15.000/mm3.

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan pada KPD/PROM

1. PENGKAJIAN
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien ( A.Aziz
Alimul h, 2000 )

 Identitas atau biodata klien


Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register ,
dan diagnosa keperawatan.

 Keluhan utama
a. Riwayat kesehatan
– riwayat kesehatan dahulu

Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi,


DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.

- Riwayat kesehatan sekarang

16
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatkan cairan ketuban yang
keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda
persalinan.

- Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,


TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien ( Depkes RI, 1993:66)

- Riwayat psikososial

Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat


bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri
rendah.

 Pola-pola fungsi kesehatan


- Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat

Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya

- Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.

- Pola aktifitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.

- Pola eleminasi

17
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari
trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.

- Pola istirahat dan tidur

Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan

- Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.

- Pola penagulangan sters

Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas

- Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara
terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya

- Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih


menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep
diri antara lain dan body image dan ideal diri

- Pola reproduksi dan social

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau


fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan
dan nifas ( Sharon J. Reeder, 1997:285)

- Pola tata nilai dan kepercayaan

18
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien
akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah
partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.

 Pemeriksaan fisik
- Kepala

Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat


adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjola

- Leher

Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena


adanya proses menerang yang salah

- Mata

Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan


kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing

- Telinga

Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,


adakah cairan yang keluar dari telinga.

- Hidung

Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung

- Dada

Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola


mamae dan papila mamae

19
- Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.

- Genitaliua

Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat


pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.( cristina ibrahim, 1993: 50)

- Anus

Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture

- Ekstermitas

Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya


uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.

- Muskulis skeletal

Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya
luka episiotomy

- Tanda-tanda vital

Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini.


2. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d ketegangan ototrahim.
3. Defisit / kurang pengetahuan b.d pengakuan persalinan premature.
4. Kecemasan / ansietas b.d persalinan premature dan neonates berpotensi
lahir premature.
3. INTERVENSI

20
No Diagnosa NOC NIC

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3×24 jam di
harapkan pasien
tidak menunjukan 1. Kaji tanda-
tanda-tanda infeksi tanda infeksi .
dengan criteria 2. Pantau keadaan
hasil : umum pasien
3. Bina hubungan
- Tanda-tanda
saling percaya
infeksi tidak
melalui
tidak ada.
komunikasi
- Tidak ada therapeutic.
lagi cairan 4. Berikan
ketuban lingkungan
yang keluar yang nyaman
dari untuk pasien.
pervaginaan 5. Kolaborasi
dengan dokter
- DJJ normal
untuk
- Leukosit memberikan
pasien obat antiseptik
kembali sesuai terapi.
normal
Resiko infeksi
- Suhu 36-37
b.d ketuban
1 pecah dini

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3×24 jam di
harapkan nyeri
berkurang / nyeri
hilang dengan
21 :
kriteria hasil

- Tanda-tanda
4. IMPLEMENTASI

Setelah rencana tindakan keperawatan selanjutnya rencana tindakan


tersebut diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang
diterapkan. Tindakan keperawatan harus mendetail agar semua tenaga perawatan
dapat menjalankan dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung
melaksanakannya pada klien dan perawat dapat mendelegasikannya kepada orang
lain yang dipercayai dibawah pengawasan yang masih seprofesi dengan perawat.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban


sebelum ada tanda-tanda persalinan.Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.Pada sebagian besar kasus,
penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan
KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama
kehamilan, pada dasarnya setiap ibu hamil mempunyai ketebalan dan kekuatan
selaput ketuban yang berbeda-beda tergantung gizi, aktivitas dan pergerakkan
yang dilakukan oleh calon ibu tersebut.

3.2 Saran

Ketuban pecah dini harus dihindari karena dapat menyebabkan infeksi


karena dapat membuat kuman masuk melalui jalan lahir , untuk mencegahnya
diharapkan para calon ibu jangan melakukan aktifitas yang berat dan lebih baik
beristirahat dan lakukan kegiatan dalam batas kemampuan.

Sebagai pemberi informasi perawat juga harus dapat memberikan


informasi melalui pendidikan kesehatan kepada para ibu hamil agar dapat
menjaga kehamilan baik dari dalam maupun luar diri agar tidak terjadi masalah
masalah sebelum ataupun sesudah melahirkan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika: Jakarta

Pillitteri, Adele. 2002. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. EGC:
Jakarta

High Risk Pregnancy, Premature Rupture of The Membranes(PROM). http//www.


healthsystem.virginia.edu/uvahealth/pedshrpregnant/online.cfm

Prawirohardjo. S. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.

24

Anda mungkin juga menyukai