Anda di halaman 1dari 33

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………….…………i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1

BAB I ...................................................................................................................... 2

PENDAHULUAN .................................................................................................. 2

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 2

1.2 Rumusan masalah .......................................................................................... 3

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3

BAB II ..................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5

2.1 Preeklamsia ................................................................................................... 5

2.2 Eklamsia ...................................................................................................... 17

BAB III ................................................................................................................. 32

PENUTUP ............................................................................................................. 32

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 32

3.2 Saran ............................................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang


disebabkan oleh kehamilan walaupun belum jelas bagaimana terjadi. Diindonesia
preeclampsia, eklampsia, disamping perdarahan dan infeksi masih merupakan
sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. (professor
dotor dokter sarwono prawirhadjo, DSOG).
Angka kematian Ibu dan bayi saat ini masih sangat tinggi. Terutama untuk
ibu hamil yang tinggal di desa-desa, selain karena pengetahuan ibu hamil yang
kurang dan tidak begitu mengerti tentang kesehatan juga karena perawatan dalam
persalinan masih di tangani oleh petugas non medik dan sistem rujukan yang
belum sempurna. (Prof. dr.H. Muh.Dikman Angsar, SpOG, tahun 2005).
Salah satu penyebab dari tingginya mortalitas dan morbiditas ibu bersalin
adalah hipertensi yang karena tidak di tangani dengan benar berujung pada
preeklsamsia dan eklamsia. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5 – 15 %
penyulit kehamilan. Oleh karena itu, ditekankan bahwa pengetahuan tentang
pengelolaan sindroma preeklamsi ringan dengan hipertensi, odema dan protein
urine harus benar–benar dipahami dan ditangani dengan benar oleh semua tenaga
medis. (Prof. dr.H. Muh.Dikman Angsar, SpOG, tahun 2005).
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung
disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri
dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi. Preeklampsia
hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada multipara. Biasanya terdapat
pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun
atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun.
Eklampsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan
atau nifas, yang ditandai dengan timbulnya kejang dan / atau koma. Biasanya

2
Sebelumnya wanita hamil itu menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (kejang-
kejang dipastikan BUKAN timbul akibat kelainan neurologik lain).

1.2 Rumusan masalah

1. Jelaskan tentang Preeklamsia!


2. Jelaskan tentang Eklamsia!

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum
 Mampu menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan preeklampsia
dan eklampsi
 Menganalisa hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap
terjadinya PE dan E pada saat kehamilan
2. Tujuan Khusus
 Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada pasien dengan
preeklampsia dan eklampsia.
 Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada
pasien dengan preeklampsia dan eklampsi.
 Dapat membuat perencanaan pada pasien dengan preeklampsia dan
eklampsia.
 Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu
mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan
preeklampsia dan eklampsia.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu sumber informasi bagi mahasiswa, serta sebagai salah satu
persyaratan dalam untuk memenuhi tugas perkuliahan kami.
2. Manfaat Ilmiah, sebagai bahan masukan atau informasi bagi perawat, maupun
tenaga kesehatan lainnya dalam menangani kasus khususnya yang berkaitan
dengan PE dan E.

3
3. Manfaat Institusi, sebagai acuan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam
pengembangan institusi dan penulisan asuhan keperawatan pada PE dan E.
4. Manfaat bagi Penulis, dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
serta tambahan pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan
manajemen asuhan keperawatan, khususnya pada kasus PE dan E.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Preeklamsia

1. Pengertian

Beberapa pengertian preeklamsia menurut para ahli :

1. Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang


disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema
(penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir
minggu pertama setelah persalinan ( Manuaba, 1998 ).
2. Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria
tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
3. Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. (Mansjoer, 2000)
4. Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh
hipertensi, edema, dan proteinuria (kamus saku kedokteran Dorland ).

2.Etiologi / Faktor Penyebab Preeklampsia

5
Adapun penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui, namun
ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklampsia, yaitu :

 Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,


dan mola hidatidosa.
 Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.
 Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
 Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.

3. Faktor Predisposisi Preeklamsia

 Molahidatidosa
 Diabetes melitus
 Kehamilan ganda
 Hidropfetalis
 Obesitas
 Umur yang lebih dari 35 tahun

4. Klasifikasi Preeklampsia

Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :

1) Preeklampsia Ringan :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau

6
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-
kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg
atau lebih per minggu.
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 +
pada urin kateter atau midstream.
2) Preeklampsia Berat :
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
b. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
c. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
epigastrium.
e. Terdapat edema paru dan sianosis.

5. Patofisiologi Preeklamsia

Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari
timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi
aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan
karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia
yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan
perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta
sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.

7
6. Manifestasi Klinik Preeklampsia

1. Pertambahan berat badan yang berlebihan


2. Edema
3. Hipertensi
4. Proteinuria
5. Pada preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal,
diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau
muntah.

7. Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

o Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal


hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )
o Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )

8
o Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )

b. Urinalisis

Ditemukan protein dalam urine.

c. Pemeriksaan Fungsi hati

o Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )


o LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
o Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
o Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-
45 u/ml )
o Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N=
<31 u/l )
o Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

d. Tes kimia darah

Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

2. Radiologi

a. Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan


intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban
sedikit.

b. Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin lemah.

8. Diagnosis Preeklampsia

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

9
1. Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema,
hipertensi, dan timbul proteinuria
2. Gejala subyektif : sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium;
gangguan visus; penglihatan kabur, diplopia; mual dan muntah.
3. Gangguan serebral lainnya: refleks meningkat, dan tidak tenang
4. Pemeriksaan: tekanan darah tinggi, refleks meningkat dan proteinuria
pada pemeriksaan laboratorium

9. Pencegahan Preeklampsia

a. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti, mengenali


tanda-tanda sedini mungkin (preeklampsi ringan), lalu diberikan
pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
b. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsi
kalau ada faktor-faktor predisposisi.
c. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan,
serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat
dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

10. Komplikasi Preeklampsia

Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk


komplikasi antara lain:

Pada Ibu

a. Eklampsia
b. Solusio plasenta
c. Pendarahan subkapsula hepar
d. Kelainan pembekuan darah ( DIC )
e. Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low
platelet count )
f. Ablasio retina
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian

10
Pada Janin

a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus


b. Prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

11. Konsep Dasar Askep Preeklampsia

A. Pengkajian

Data yang dikaji pada ibu dengan preeklampsia adalah :

1. Data subyektif :

 Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20


tahun atau > 35 tahun
 Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi,
edema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah,
penglihatan kabur
 Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal,
anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
 Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola
hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan
preeklampsia atau eklampsia sebelumnya
 Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan
pokok maupun selingan
 Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan
moril untuk menghadapi resikonya

2. Data Obyektif :

11
 Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24
jam
 Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
 Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya
fetal distress
 Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat
pemberian SM ( jika refleks + )

3. Pemeriksaan penunjang ;

a. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2
kali dengan interval 6 jam
b. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream (
biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala
kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum
kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
c. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d. Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan
pada otak
e. USG ; untuk mengetahui keadaan janin
f. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

B. Masalah Keperawatan

1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan


fungsi organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
4. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak
efektif terhadap proses persalinan

12
C. Intervensi

No Diagnosa NOC NIC


1. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1) Tekanan diastole > 110
terjadinya perawatan tidak terjadi mmHg dan sistole 160
kejang pada kejang pada ibu atau lebih merupkan
ibu indikasi dari PIH. Catat
Kriteria Hasil :
berhubungan tingkat kesadaran pasien
dengan 2) Penurunan kesadaran
– Kesadaran :
penurunan sebagai indikasi
compos mentis,
fungsi organ penurunan aliran darah
GCS : 15 ( 4-5-6 )
(vasospasme otak. Kaji adanya tanda-
– Tanda-tanda vital :
dan tanda eklampsia (
– Tekanan Darah :
peningkatan hiperaktif, reflek patella
100-120/70-80
tekanan dalam, penurunan
mmHg Suhu : 36-
darah). nadi,dan respirasi, nyeri
37 C
epigastrium dan oliguria )
– Nadi : 60-80 x/mnt
3) Gejala tersebut
RR : 16-20 x/mnt
merupakan manifestasi
dari perubahan pada otak,
ginjal, jantung dan paru
yang mendahului status
kejang. Monitor adanya
tanda-tanda dan gejala
persalinan atau adanya
kontraksi uterus
4) Kejang akan
meningkatkan kepekaan
uterus yang akan
memungkinkan terjadinya
persalinan. Kolaborasi
dengan tim medis dalam
pemberian anti hipertensi

13
dan SM
5) Anti hipertensi untuk
menurunkan tekanan
darah dan SM untuk
mencegah terjadinya
kejang.
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1) Peningkatan DJJ sebagai
terjadinya perawatan tidak terjadi indikasi terjadinya
foetal distress foetal distress pada janin hipoxia, prematur dan
pada janin solusio plasenta. Kaji
Kriteria Hasil :
berhubungan tentang pertumbuhan
dengan janin
– DJJ ( + ) : 12-12-
perubahan 2) Penurunan fungsi plasenta
12
pada plasenta mungkin diakibatkan
– Hasil NST
karena hipertensi
– Hasil USG
sehingga timbul IUGR.
Jelaskan adanya tanda-
tanda solutio plasenta (
nyeri perut, perdarahan,
rahim tegang, aktifitas
janin turun )
3) Ibu dapat mengetahui
tanda dan gejala solutio
plasenta dan tahu akibat
hipoxia bagi janin. Kaji
respon janin pada ibu
yang diberi SM
4) Reaksi terapi dapat
menurunkan pernafasan
janin dan fungsi jantung
serta aktifitas janin.
Kolaborasi dengan medis

14
dalam pemeriksaan USG
dan NST
5) USG dan NST untuk
mengetahui
keadaan/kesejahteraan
janin
3. Gangguan Setelah dilakukan 1) Ambang nyeri setiap
rasa nyaman tindakan perawatan ibu orang berbeda ,dengan
( nyeri ) mengerti penyebab demikian akan dapat
berhubungan nyeri dan dapat menentukan tindakan
dengan mengantisipasi rasa perawatan yang sesuai
kontraksi nyerinya dengan respon pasien
uterus dan terhadap nyerinya.
Kriteria Hasil :
pembukaan Jelaskan penyebab
jalan lahir nyerinya
– Ibu mengerti
2) Ibu dapat memahami
penyebab nyerinya
penyebab nyerinya
– Ibu mampu
sehingga bisa kooperatif.
beradaptasi
Ajarkan ibu
terhadap nyerinya
mengantisipasi nyeri
dengan nafas dalam bila
HIS timbul
3) Dengan nafas dalam otot-
otot dapat berelaksasi ,
terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, expansi
paru optimal sehingga
kebutuhan 02 pada
jaringan terpenuhi. Bantu
ibu dengan
mengusap/massage pada
bagian yang nyeri

15
4) Untuk mengalihkan
perhatian pasien

4. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1) Tingkat kecemasan ringan


psikologis ( perawatan kecemasan ibu dan sedang bisa
cemas ) berkurang atau hilang ditoleransi dengan
berhubungan pemberian pengertian
Kriteria Hasil :
dengan sedangkan yang berat
koping yang diperlukan tindakan
– Ibu tampak tenang
tidak efektif medikamentosa. Jelaskan
– Ibu kooperatif
terhadap mekanisme proses
terhadap tindakan
proses persalinan
perawatan
persalinan 2) Pengetahuan terhadap
– Ibu dapat
proses persalinan
menerima kondisi
diharapkan dapat
yang dialami
mengurangi emosional
sekarang
ibu yang maladaptive.
Gali dan tingkatkan
mekanisme koping ibu
yang efektif
3) Kecemasan akan dapat
teratasi jika mekanisme
koping yang dimiliki ibu
efektif. Beri support
system pada ibu
4) Ibu dapat mempunyai
motivasi untuk
menghadapi keadaan yang
sekarang secara lapang
dada asehingga dapat
membawa ketenangan
hati

16
D. Implementasi

Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.

E. Evaluasi

Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil yang telah ditentukan.

2.2 Eklamsia

1. Definisi / Pengertian

Eklamsia kelainan akut pada ibu hamil, saat persalinan atau masa nifas
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala pre eklamsia (Hipertensi, oedema, proteinuria).

Eklamsia adalah suatu komplikasikehamilan yg ditandai dengan


peningkatan TD (S > 180 mmHg, D > 110 mmHg), proteinuria,oedema, kejang
dan/atau penurunan kesadaran.

Eklampsia adalah akut dengan kejang coma pada wanita hamil dan wanita
dalam nifas disertai dengan hipertensi, edema, dan proteinuria. (Obsetri
Patologi ; UNPAD).

Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika pre eklampsia


memburuk menjadi kejang (Helen Varney ; 2007).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan yaitu


eklampsia adalah suatu keadaan dimana pre eklampsia tidak dapat diatasi
sehingga mengalami gangguan yang lebih lanjut yaitu hipertensi, edema, dan
proteinuria serta kejang.

2. Epidemiologi / Insiden Kasus

Eklampsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan merupakan salah


satu keadaan paling berbahaya dalam kehamilan. Statistik menunjukkan di
Amerika Serikat kematian akibat eklampsia mempunyai kecenderungan menurun

17
dalam 40 tahun terakhir, dengan persentase 10 % – 15 %. Antara tahun 1991 –
1997 kira-kira 6% dari seluruh kematian ibu di Amerika Serikat adalah akibat
eklampsia, jumlahnya mencapai 207 kematian. Kenyataan ini mengindikasikan
bahwa eklampsia dan pre eklamsia berat harus selalu dianggap sebagai keadaan
yang mengancam jiwa ibu hamil.Eklampsia di Indonesia masih merupakan
penyakit pada kehamilan yang meminta korban besar dari ibu dan bayi. Dari
berbagai pengumuman, diketahui kematian ibu berkisar antara 9,8% - 25,5%
sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yakni 42,2%-48,9%. Sebaliknya,
kematian ibu dan bayi di negara maju lebih kecil. Tingginya kematian ibu dan
anak di negara-negara yang kurang maju disebabkan oleh kurang sempurnanya
pengawasan antenatal dan natal. Sebab kematian bayi terutama oleh hipoksia
intrauterin dan prematuritas. Berlawanan dengan yang sering diduga, eklampsia
tidak menyebabkan hipertensi menahun. Ditemukan bahwa pada penderita yang
mengalami eklampsia pada kehamilan pertama, frekuensi hipertensi 15 tahun
kemudian/lebih, tidak lebih tinggi daripada mereka yang hamil tanpa eklampsia.

3. Etiologi / Penyebab

Menurut Manuaba, IBG, 2001 penyebab secara pasti belum diketahui,


tetapi banyak teori yang menerangkan tentang sebab akibat dari penyakit ini,
antara lain:

- Teori Genetik

Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih sering


ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre eklamsia.

- Teori Imunologik

Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang


merupakan benda asing karena ada faktor dari suami secara imunologik dapat
diterima dan ditolak oleh ibu. Adaptasi dapat diterima oleh ibu bila janin dianggap
bukan benda asing dan rahim tidak dipengaruhi oleh sistem imunologi normal
sehingga terjadi modifikasi respon imunologi dan terjadilah adaptasi. Pada

18
eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan dalam adaptasi imunologik yang tidak
terlalu kuat sehingga konsepsi tetap berjalan.

- Teori Iskhemia Regio Utero Placental

Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero


placenta menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai sirkulasi,
menimbulkan bahan vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini mengakibatkan
peningkatan produksi renin angiotensin dan aldosteron. Renin angiotensin
menimbulkan vasokonstriksi general, termasuk oedem pada arteriol. Perubahan
ini menimbulkan kekakuan anteriolar yang meningkatkan sensitifitas terhadap
angiotensin vasokonstriksi selanjutnya akan mengakibatkan hipoksia kapiler dan
peningkatan permeabilitas pada membran glumerulus sehingga menyebabkan
proteinuria dan oedem lebih jauh.

- Teori Radikal Bebas

Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal bebas.


Radikal bebas merupakan produk sampingan metabolisme oksigen yang sangat
labil, sangat reaktif dan berumur pendek. Ciri radikal bebas ditandai dengan
adanya satu atau dua elektron dan berpasangan. Radikal bebas akan
timbul bila ikatan pasangan elektron rusak. Sehingga elektron yang tidak
berpasangan akan mencari elektron lain dari atom lain dengan menimbulkan
kerusakan sel. Pada eklamsia sumber radikal bebas yang utama adalah placenta,
karena placenta dalam pre eklamsia mengalami iskhemia. Radikal bebas akan
bekerja pada asam lemak tak jenuh yang banyak dijumpai pada membran sel,
sehingga radikal bebas merusak sel. Pada eklamsia kadar lemak lebih tinggi
daripada kehamilan normal, dan produksi radikal bebas menjadi tidak terkendali
karena kadar anti oksidan juga menurun.

- Teori Kerusakan Endotel

Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi


pembuluh darah agar tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan menghindari
pengaruh vasokonstriktor. Kerusakan endotel merupakan kelanjutan dari

19
terbentuknya radikal bebas yaitu peroksidase lemak atau proses oksidase asam
lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase lemak asam jenuh. Pada
eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak akibat adanya peroksidase lemak
adalah sel endotel pembuluh darah.Kerusakan endotel ini sangat spesifik dijumpai
pada glumerulus ginjal yaitu berupa “glumerulus endotheliosis”.
Gambaran kerusakan endotel pada ginjal yang sekarang dijadikan diagnosa pasti
adanya pre eklamsia.

- Teori Trombosit

Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin dari


asam arakidonik secara seimbang yang aliran darah menuju janin. Ishkemi regio
utero placenta menimbulkan gangguan metabolisme yang menghasilkan radikal
bebas asam lemak tak jenuh dan jenuh. Keadaan ishkemi regio utero placenta
yang terjadi menurunkan pembentukan derivat prostaglandin (tromboksan dan
prostasiklin), tetapi kerusakan trombosit meningkatkan pengeluaran tromboksan
sehingga berbanding 7 : 1 dengan prostasiklin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat dan terjadi kerusakan pembuluh darah karena gangguan sirkulasi.

- Teori Diet Ibu Hamil

Kebutuhan kalsium ibu hamil 2 - 2½ gram per hari. Bila terjadi


kekurangan kalsium, kalsium ibu hamil akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan janin, kekurangan kalsium yang terlalu lama menyebabkan
dikeluarkannya kalsium otot sehingga menimbulkan kelemahan konstruksi otot
jantung yang mengakibatkan menurunnya strike volume sehingga aliran darah
menurun. Apabila kalsium dikeluarkan dari otot pembuluh darah akan
menyebabkan konstriksi sehingga terjadi vasokonstriksi dan meningkatkan
tekanan darah.

4. Patofisiologi

Eklampsia dimulai dari iskemia uterus plasenta yang diduga berhubungan


dengan berbagai faktor. Satu diantaranya adalah peningkatan resisitensi intra
mural padapembuluh miometrium yang berkaitan dengan peninggian tegangan

20
miometrium yang ditimbulkan oleh janin yang besar pada primipara, anak kembar
atau hidraminion.

Iskemia utero plasenta mengakibatkan timbulnya vasokonstriksor yang


bila memasuki sirkulasi menimbulkan ginjal, keadaan yang belakangan ini
mengakibatkan peningkatan produksi rennin, angiostensin dan aldosteron. Rennin
angiostensin menimbulkan vasokontriksi generalisata dan semakin memperburuk
iskemia uteroplasenta. Aldosteron mengakibatkan retensi air dan elektrolit dan
udema generalisator termasuk udema intima pada arterior.

Pada eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi


peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari
timbulnya proses eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran
darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena
adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Eklamsi yang berat dapat
mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat
berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.

5. Pathway

21
6. Tanda dan Gejala Klinis

Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-


kejang atau koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :

a. Tingkat awal atau aura (invasi)

Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat


(pandangan kosong), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan
dan ke kiri.

b. Stadium kejang tonik

Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan
kaki membengkok ke dalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis,
lidah dapat tergigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.

c. Stadium kejang klonik

Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat,


mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit. Mata
melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung 1-2 menit
kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti
mendengkur.

d. Stadium koma

Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang


antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam
keadaan koma (Muchtar Rustam, 1998: 275).

7. Klasifikasi

Berdasarkan waktu terjadinya, eklampsia dapt dibagi:

a. Eklampsia gravidarum

· Kejadian 50% sampai 60%

22
· Serangan terjadi dalam keadaan hamil
b. Eklampsia parturientum
· Kejadian sekitar 30% sampai 35%
· Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai
inpartu

c. Eklampsia puerperium

· Kejadian jarang yaitu 10%


· Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir

8. Komplikasi

Komplikasi yag terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia. Komplikasi di bawah
ini biasanya terjadi pada eklampsia :

a. Solusio plasenta.

Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut
dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia. Di rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo 15,5% solusio plasenta disertai pre-eklampsia.

b. Hipofibrinogenemia

Pada eklampsia, ditemukan 23% hipofibrinogenemia. Maka perlu


dilakukan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.

c. Hemolisis

Penderita dengan eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala


klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel-sela hati atau destruksi sel darah merah.
Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia
dapat menerangkan ikterus tersebut.

23
d. Perdarahan otak

Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita


eklampsia.

e. Kelainan mata

Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai


seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini
merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.

f. Edema paru-paru

Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus eklampsia,


hal ini disebabkan karena payah jantung.

g. Nekrosis hati

Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus


arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tapi ternyata juga
ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati juga dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnyz.

h. Sindroma HEELP

Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.

i. Kegagalan Ginjal

Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan


sitoplasma sel endotelialtubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan
lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.

j. Komplikasi lain

Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang,


pneumonia aspirasi, dan DIC (dessiminated intravaskuler coogulation).

24
9. Pemeriksaan Diagnostik / penunjang

Pada umumnya diagnosa pre eklamsia didasarkan atas adanya 2 dari trias
gejala utama. Uji diagnostik yang dilakukan pada pre eklamsia menurut
Prawirohardjo, S, 1999 adalah :

· Uji Diagnostik Dasar diukur melalui :

Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urine, pemeriksaan


oedem, pengukuran tinggi fundus uteri dan pemeriksaan funduskopi.

· Uji Laboratorium Dasar


a. Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi
eritrosit pada sediaan hapus darah tepi).
b. Pemeriksaan fungsi hati (billirubin, protein serum, aspartat
amino transferase, dan lain-lain).
c. Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
· Uji Untuk Meramalkan Hipertensi
a. Roll over test.

Cara memeriksa :

Penderita tidur miring kekiri kemudian tensi diukur diastolik, kemudian tidur
terlentang, segera ukur tensi, ulangi 5 menit, setelah itu bedakan diastol, tidur
miring dan terlentang, hasil pemeriksaan ; ROT (+) jika perbedaan > 15 mmHg,
ROT (-) jika perbedaan < 15 mmHg.

b. Pemberian infus angiotensin II


c. Mean Arterial Pressure yaitu : tekanan siastole + 2 tekanan diastole

10. Penatalaksanaan

Tujuan utama pengobatan eklampsia adalah menghentikan berulangnya


serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman
setelah keadaan ibu mengizinkan.

25
Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat penting bagi penanganan
penderita eklampsia, sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Pada pengangkutan
ke rumah sakit diperlukan obat penenang yang cukup untuk menghindarkan
timbulnya kejangan ; penderita dalam hal ini dapat diberi diazepam 20 mg IM.
Selain itu, penderita harus disertai seseorang yang dapat mencegah terjadinya
trauma apabila terjadi serangan kejangan.

Tujuan pertama pengobatan eklampsia ialah menghentikan kejangan


mengurangi vasospasmus, dan meningkatkan dieresis. Dalam pada itu,
pertolongan yang perlu diberikan jika timbul kejangan ialah mempertahankan
jalan pernapasan bebas, menghindarkan tergigitnya lidah, pemberian oksigen, dan
menjaga agar penderita tidak mengalami trauma. Untuk menjaga jangan sampai
terjadi kejangan lagi yang selanjutnya mempengaruhi gejala-gejala lain, dapat
diberikan beberapa obat, misalnya:

· Sodium pentotbal sangat berguna untuk menghentikan kejang dengan


segera bila diberikan secara intravena. Akan tetapi, obat ini mengandung
bahaya yang tidak kecil. Mengingat hal ini, obat itu hanya dapat diberikan
di rumah sakit dengan pengawasan yang sempurna dan tersedianya
kemungkinan untuk intubasi dan resustitasi. Dosisi inisial dapat diberikan
sebanyak 0,2 – 0,3 g dan disuntikkan perlahan-lahan.
· Sulfas magnesicus yang mengurangi kepekatan saraf pusat pada hubungan
neuromuscular tanpa mempengaruhi bagian lain dari susunan saraf. Obat
ini menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, meningkatkan
dieresis, dan menambah aliran darah ke uterus. Dosis inisial yang
diberikan ialah 8g dalam larutan 40% secara intramuscular; selanjutnya
tiap 6 jam 4g, dengan syarat bahwa refleks patella masih positif,
pernapasan 16 atau lebih per menit, dieresis harus melebihi 600ml per hari;
selain intramuskulus, sulfas magnesikus dapat diberikan secara intravena;
dosis inisial yang diberikan adalah 4g 40% MgSO4 dalam larutan 10ml
intravena secara perlahan-lahan, diikuti 8g IM dan selalu disediakan
kalsium gluakonas 1g dalam 10 ml sebagai antidotum.

26
· Lytic cocktail yang terdiri atas petidin 100 mg, klorpromazin 100 mg, dan
prometazin 50 mg dilarutkan dalam glukosa 5% 500 ml dan diberikan
secara infus intravena. Jumlah tetesan disesuaikan dengan keadaan dan
tensi penderita. Maka dari itu, tensi dan nadi diukur tiap 5 menit dalam
waktu setengah jam pertama dan bila keadaan sudah stabil, pengukuran
dapat dijarangkan menurut keadaan penderita.

Sebelum diberikan obat penenang yang cukup, maka penderita eklampsia


harus dihindarkan dari semua rangsang yang dapat menimbulkan kejangan, seperti
keributan, injeksi, atau pemeriksaan dalam.

11. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan eklampsia adalah :

a. Data subyektif :
- Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau >
35 tahun
- Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
- Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya
- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan
- Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya
b. Data Obyektif :
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam

27
- Palpasi : untuk mengetahui TFU (tinggi fundus uteri), letak janin,
lokasi edema
- Auskultasi : mendengarkan DJJ (denyut jantung janin) untuk
mengetahui adanya fetal distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian
SM (jika refleks + )
- Pemeriksaan penunjang ;
· Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2
kali dengan interval 6 jam
· Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream (biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif),
kadar hematokrit menurun, berat jenis urine meningkat, serum
kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
· Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
· Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan
pada otak
· USG ; untuk mengetahui keadaan janin
· NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2. Diagnosa

a. Ketidakefektifnya kebersihan jalan nafas b.d kejang


b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
c. Risiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi
darah ke placenta
d. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan koping yang tidak
efektif terhadap proses persalinan

3. Intervensi

No Diagnosa NOC NIC


1. ketidakefektifnya Setelah dilakukan 1) Anjurkan pasien
kebersihan jalan tindakan keperawatan untuk mengosongkan

28
nafas b.d kejang diharapkan bersihan jalan mulut dari benda
nafas maksimal. atau zat tertentu atau
Kriteria Hasil : alat yang lain untu
 · Pasien akan menghindari rahang
mempertahankan mengatup jika kejang
pola pernafasan terjadi.
efektif dengan 2) Letakkan pasien pada
jalan nafas paten posisi miring,
atau aspirasi permukaan datar,
dicegah miringkan kepala
selama serangan
kejang.
3) Tanggalkan pakaian
pada daerah leher
atau dada dan
abdomen.
4) Lakukan
penghisapan sesuai
indikasi
5) Berikan tambahan
oksigen atau ventilasi
manual sesuai
kebutuhan.
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1) Monitor DJJ sesuai
terjadinya foetal tindakan perawatan tidak indikasi
distress pada terjadi foetal distress 2) Kaji tentang
janin pada janin pertumbuhan janin
berhubungan Kriteria Hasil : 3) Jelaskan adanya tanda-
dengan DJJ ( + ) : 12-12-12 tanda solutio plasenta (
perubahan pada Hasil NST : Normal nyeri
plasenta Hasil USG : Normal perut, perdarahan,
rahim tegang, aktifitas

29
janin turun )
4) Kaji respon janin pada
ibu yang diberi SM
5) Kolaborasi dengan
medis dalam
pemeriksaan USG dan
NST

3. Risiko cedera Setelah dilakukan 1) Istirahatkan pasien


pada janin tindakan perawatan agar 2) Anjurkan ibu agar
berhubungan cedera tidak terjadi pada tidur miring ke kiri
dengan tidak janin. 3) Pantau tekanan darah
adekuatnya ibu
perfusi darah ke 4) Memantau bunyi
plasenta jantung ibu
5) Beri obat hipertensi
setelah kolaborasi
dengan dokter

4. Gangguan Setelah dilakukan


psikologis tindakan perawatan 1) Kaji tingkat kecemasan
(cemas) kecemasan ibu berkurang ibu
berhubungan atau hilang. 2) Jelaskan mekanisme
dengan koping Kriteria Hasil : proses persalinan
yang tidak  Ibu tampak tenang 3) Gali dan tingkatkan
efektif terhadap  Ibu kooperatif mekanisme koping ibu
proses persalinan terhadap tindakan yang efektif
perawatan 4) Beri support system
 Ibu dapat menerima pada ibu
kondisi yang
dialami sekarang

30
4. Implementasi

Implementasi sesuai dengan rencana keperawatan

5. Evaluasi

 Pasien akan mempertahankan pola pernafasan efektif dengan jalan nafas


paten atau aspirasi dicegah
 DJJ ( + ) : 12-12-12
 Hasil NST : Normal
 Hasil USG : Normal
 Agar cedera tidak terjadi pada janin
 Ibu tampak tenang
 Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
 Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang.

31
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odema, dan


protein urine yang timbul karena kehamilan, penyakit ini umumnya terjadi
dalam trisemster ke-3 kehamilan. Preeklampsia juga merupakan penyulit
kehamilan yang akut dan dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi
pada masa ante, intra dan post partum. Pre eklamsi merupakan suatu
kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20
pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal.
Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak
system yang ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria
(Bobak, 2004).
 Eklamsia adalah kejang yang dialami oleh ibu hamil pada usia kehamilan
8-9 bulan. Eklamsia disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya
keracunan pada saat mengkonsumsi obat-obatan dan penyakit darah tinggi
yang diderita oleh ibu hamil. Selain faktor medisa tersebut, eklamsia bisa
disebabkan juga oleh faktor psikis dari sang ibu yaitu, faktor trauma atau
ketakutan saat kehamilan sebelumnya.

3.2 Saran

Diharapkan kepada mahasiswa dapat mempelajari dan memahami tentang


penyakit pre-eklampsia dan Eklampsia serta untuk pencegahannya. Dalam bidang
keperawatan, mempelajari suatu penyakit itu penting dan diharapkan kepada
mahasiswa mampu membuat konsep teoritis suatu penyakit tersebut beserta
asuhan keperawatannya. Dalam penyusunan makalah kami menyadari bahwa
makalah ini sangatlah kurang dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun agar dalam penyusunan
makalah selanjutnya dapat lebih baik.

32
DAFTAR PUSTAKA

Heller, Luz. 1988. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri. Jakrta : EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Wiknojosatro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan..Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Hamilton,P.M.1995.Dasar-dasar keperawatan Maternitas.Jakarta : EGC


Doenges, M.E.1999.Rencana asuhan perawatan maternal/bayi.edisi 2.Jakarta :
EGC
Reeder,Martin dan grifin kontak.1997.Maternity Nursing: Family new born and
women and helath care.8th edisi.Philadephia : Lippincot
Price, S.A.1999.Patofisiologis.edisi 4.Jakarta : EGC
Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran.Jakarta
:EGC
Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2006). Pedoman Pengelolaan
Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia, edisi (2). Kelompok Kerja Penyusun
Prawirohardjo, S. (2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP

33

Anda mungkin juga menyukai