KATA PENGANTAR………………………………………………….…………i
BAB I ...................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
PENUTUP ............................................................................................................. 32
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Sebelumnya wanita hamil itu menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (kejang-
kejang dipastikan BUKAN timbul akibat kelainan neurologik lain).
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan preeklampsia
dan eklampsi
Menganalisa hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap
terjadinya PE dan E pada saat kehamilan
2. Tujuan Khusus
Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada pasien dengan
preeklampsia dan eklampsia.
Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada
pasien dengan preeklampsia dan eklampsi.
Dapat membuat perencanaan pada pasien dengan preeklampsia dan
eklampsia.
Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu
mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan
preeklampsia dan eklampsia.
1. Sebagai salah satu sumber informasi bagi mahasiswa, serta sebagai salah satu
persyaratan dalam untuk memenuhi tugas perkuliahan kami.
2. Manfaat Ilmiah, sebagai bahan masukan atau informasi bagi perawat, maupun
tenaga kesehatan lainnya dalam menangani kasus khususnya yang berkaitan
dengan PE dan E.
3
3. Manfaat Institusi, sebagai acuan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam
pengembangan institusi dan penulisan asuhan keperawatan pada PE dan E.
4. Manfaat bagi Penulis, dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
serta tambahan pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan
manajemen asuhan keperawatan, khususnya pada kasus PE dan E.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Preeklamsia
1. Pengertian
5
Adapun penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui, namun
ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklampsia, yaitu :
Molahidatidosa
Diabetes melitus
Kehamilan ganda
Hidropfetalis
Obesitas
Umur yang lebih dari 35 tahun
4. Klasifikasi Preeklampsia
1) Preeklampsia Ringan :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau
6
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-
kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg
atau lebih per minggu.
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 +
pada urin kateter atau midstream.
2) Preeklampsia Berat :
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
b. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
c. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
epigastrium.
e. Terdapat edema paru dan sianosis.
5. Patofisiologi Preeklamsia
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari
timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi
aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan
karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia
yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan
perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta
sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
7
6. Manifestasi Klinik Preeklampsia
1. Pemeriksaan Laboratorium
8
o Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
b. Urinalisis
2. Radiologi
a. Ultrasonografi
b. Kardiotografi
8. Diagnosis Preeklampsia
9
1. Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema,
hipertensi, dan timbul proteinuria
2. Gejala subyektif : sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium;
gangguan visus; penglihatan kabur, diplopia; mual dan muntah.
3. Gangguan serebral lainnya: refleks meningkat, dan tidak tenang
4. Pemeriksaan: tekanan darah tinggi, refleks meningkat dan proteinuria
pada pemeriksaan laboratorium
9. Pencegahan Preeklampsia
Pada Ibu
a. Eklampsia
b. Solusio plasenta
c. Pendarahan subkapsula hepar
d. Kelainan pembekuan darah ( DIC )
e. Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low
platelet count )
f. Ablasio retina
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian
10
Pada Janin
A. Pengkajian
1. Data subyektif :
2. Data Obyektif :
11
Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24
jam
Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya
fetal distress
Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat
pemberian SM ( jika refleks + )
3. Pemeriksaan penunjang ;
a. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2
kali dengan interval 6 jam
b. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream (
biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala
kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum
kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
c. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d. Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan
pada otak
e. USG ; untuk mengetahui keadaan janin
f. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
B. Masalah Keperawatan
12
C. Intervensi
13
dan SM
5) Anti hipertensi untuk
menurunkan tekanan
darah dan SM untuk
mencegah terjadinya
kejang.
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1) Peningkatan DJJ sebagai
terjadinya perawatan tidak terjadi indikasi terjadinya
foetal distress foetal distress pada janin hipoxia, prematur dan
pada janin solusio plasenta. Kaji
Kriteria Hasil :
berhubungan tentang pertumbuhan
dengan janin
– DJJ ( + ) : 12-12-
perubahan 2) Penurunan fungsi plasenta
12
pada plasenta mungkin diakibatkan
– Hasil NST
karena hipertensi
– Hasil USG
sehingga timbul IUGR.
Jelaskan adanya tanda-
tanda solutio plasenta (
nyeri perut, perdarahan,
rahim tegang, aktifitas
janin turun )
3) Ibu dapat mengetahui
tanda dan gejala solutio
plasenta dan tahu akibat
hipoxia bagi janin. Kaji
respon janin pada ibu
yang diberi SM
4) Reaksi terapi dapat
menurunkan pernafasan
janin dan fungsi jantung
serta aktifitas janin.
Kolaborasi dengan medis
14
dalam pemeriksaan USG
dan NST
5) USG dan NST untuk
mengetahui
keadaan/kesejahteraan
janin
3. Gangguan Setelah dilakukan 1) Ambang nyeri setiap
rasa nyaman tindakan perawatan ibu orang berbeda ,dengan
( nyeri ) mengerti penyebab demikian akan dapat
berhubungan nyeri dan dapat menentukan tindakan
dengan mengantisipasi rasa perawatan yang sesuai
kontraksi nyerinya dengan respon pasien
uterus dan terhadap nyerinya.
Kriteria Hasil :
pembukaan Jelaskan penyebab
jalan lahir nyerinya
– Ibu mengerti
2) Ibu dapat memahami
penyebab nyerinya
penyebab nyerinya
– Ibu mampu
sehingga bisa kooperatif.
beradaptasi
Ajarkan ibu
terhadap nyerinya
mengantisipasi nyeri
dengan nafas dalam bila
HIS timbul
3) Dengan nafas dalam otot-
otot dapat berelaksasi ,
terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, expansi
paru optimal sehingga
kebutuhan 02 pada
jaringan terpenuhi. Bantu
ibu dengan
mengusap/massage pada
bagian yang nyeri
15
4) Untuk mengalihkan
perhatian pasien
16
D. Implementasi
E. Evaluasi
2.2 Eklamsia
1. Definisi / Pengertian
Eklamsia kelainan akut pada ibu hamil, saat persalinan atau masa nifas
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala pre eklamsia (Hipertensi, oedema, proteinuria).
Eklampsia adalah akut dengan kejang coma pada wanita hamil dan wanita
dalam nifas disertai dengan hipertensi, edema, dan proteinuria. (Obsetri
Patologi ; UNPAD).
17
dalam 40 tahun terakhir, dengan persentase 10 % – 15 %. Antara tahun 1991 –
1997 kira-kira 6% dari seluruh kematian ibu di Amerika Serikat adalah akibat
eklampsia, jumlahnya mencapai 207 kematian. Kenyataan ini mengindikasikan
bahwa eklampsia dan pre eklamsia berat harus selalu dianggap sebagai keadaan
yang mengancam jiwa ibu hamil.Eklampsia di Indonesia masih merupakan
penyakit pada kehamilan yang meminta korban besar dari ibu dan bayi. Dari
berbagai pengumuman, diketahui kematian ibu berkisar antara 9,8% - 25,5%
sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yakni 42,2%-48,9%. Sebaliknya,
kematian ibu dan bayi di negara maju lebih kecil. Tingginya kematian ibu dan
anak di negara-negara yang kurang maju disebabkan oleh kurang sempurnanya
pengawasan antenatal dan natal. Sebab kematian bayi terutama oleh hipoksia
intrauterin dan prematuritas. Berlawanan dengan yang sering diduga, eklampsia
tidak menyebabkan hipertensi menahun. Ditemukan bahwa pada penderita yang
mengalami eklampsia pada kehamilan pertama, frekuensi hipertensi 15 tahun
kemudian/lebih, tidak lebih tinggi daripada mereka yang hamil tanpa eklampsia.
3. Etiologi / Penyebab
- Teori Genetik
- Teori Imunologik
18
eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan dalam adaptasi imunologik yang tidak
terlalu kuat sehingga konsepsi tetap berjalan.
19
terbentuknya radikal bebas yaitu peroksidase lemak atau proses oksidase asam
lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase lemak asam jenuh. Pada
eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak akibat adanya peroksidase lemak
adalah sel endotel pembuluh darah.Kerusakan endotel ini sangat spesifik dijumpai
pada glumerulus ginjal yaitu berupa “glumerulus endotheliosis”.
Gambaran kerusakan endotel pada ginjal yang sekarang dijadikan diagnosa pasti
adanya pre eklamsia.
- Teori Trombosit
4. Patofisiologi
20
miometrium yang ditimbulkan oleh janin yang besar pada primipara, anak kembar
atau hidraminion.
5. Pathway
21
6. Tanda dan Gejala Klinis
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan
kaki membengkok ke dalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis,
lidah dapat tergigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
d. Stadium koma
7. Klasifikasi
a. Eklampsia gravidarum
22
· Serangan terjadi dalam keadaan hamil
b. Eklampsia parturientum
· Kejadian sekitar 30% sampai 35%
· Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai
inpartu
c. Eklampsia puerperium
8. Komplikasi
Komplikasi yag terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia. Komplikasi di bawah
ini biasanya terjadi pada eklampsia :
a. Solusio plasenta.
Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut
dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia. Di rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo 15,5% solusio plasenta disertai pre-eklampsia.
b. Hipofibrinogenemia
c. Hemolisis
23
d. Perdarahan otak
e. Kelainan mata
f. Edema paru-paru
g. Nekrosis hati
h. Sindroma HEELP
i. Kegagalan Ginjal
j. Komplikasi lain
24
9. Pemeriksaan Diagnostik / penunjang
Pada umumnya diagnosa pre eklamsia didasarkan atas adanya 2 dari trias
gejala utama. Uji diagnostik yang dilakukan pada pre eklamsia menurut
Prawirohardjo, S, 1999 adalah :
Cara memeriksa :
Penderita tidur miring kekiri kemudian tensi diukur diastolik, kemudian tidur
terlentang, segera ukur tensi, ulangi 5 menit, setelah itu bedakan diastol, tidur
miring dan terlentang, hasil pemeriksaan ; ROT (+) jika perbedaan > 15 mmHg,
ROT (-) jika perbedaan < 15 mmHg.
10. Penatalaksanaan
25
Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat penting bagi penanganan
penderita eklampsia, sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Pada pengangkutan
ke rumah sakit diperlukan obat penenang yang cukup untuk menghindarkan
timbulnya kejangan ; penderita dalam hal ini dapat diberi diazepam 20 mg IM.
Selain itu, penderita harus disertai seseorang yang dapat mencegah terjadinya
trauma apabila terjadi serangan kejangan.
26
· Lytic cocktail yang terdiri atas petidin 100 mg, klorpromazin 100 mg, dan
prometazin 50 mg dilarutkan dalam glukosa 5% 500 ml dan diberikan
secara infus intravena. Jumlah tetesan disesuaikan dengan keadaan dan
tensi penderita. Maka dari itu, tensi dan nadi diukur tiap 5 menit dalam
waktu setengah jam pertama dan bila keadaan sudah stabil, pengukuran
dapat dijarangkan menurut keadaan penderita.
1. Pengkajian
a. Data subyektif :
- Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau >
35 tahun
- Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
- Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya
- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan
- Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya
b. Data Obyektif :
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
27
- Palpasi : untuk mengetahui TFU (tinggi fundus uteri), letak janin,
lokasi edema
- Auskultasi : mendengarkan DJJ (denyut jantung janin) untuk
mengetahui adanya fetal distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian
SM (jika refleks + )
- Pemeriksaan penunjang ;
· Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2
kali dengan interval 6 jam
· Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream (biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif),
kadar hematokrit menurun, berat jenis urine meningkat, serum
kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
· Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
· Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan
pada otak
· USG ; untuk mengetahui keadaan janin
· NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
2. Diagnosa
3. Intervensi
28
nafas b.d kejang diharapkan bersihan jalan mulut dari benda
nafas maksimal. atau zat tertentu atau
Kriteria Hasil : alat yang lain untu
· Pasien akan menghindari rahang
mempertahankan mengatup jika kejang
pola pernafasan terjadi.
efektif dengan 2) Letakkan pasien pada
jalan nafas paten posisi miring,
atau aspirasi permukaan datar,
dicegah miringkan kepala
selama serangan
kejang.
3) Tanggalkan pakaian
pada daerah leher
atau dada dan
abdomen.
4) Lakukan
penghisapan sesuai
indikasi
5) Berikan tambahan
oksigen atau ventilasi
manual sesuai
kebutuhan.
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1) Monitor DJJ sesuai
terjadinya foetal tindakan perawatan tidak indikasi
distress pada terjadi foetal distress 2) Kaji tentang
janin pada janin pertumbuhan janin
berhubungan Kriteria Hasil : 3) Jelaskan adanya tanda-
dengan DJJ ( + ) : 12-12-12 tanda solutio plasenta (
perubahan pada Hasil NST : Normal nyeri
plasenta Hasil USG : Normal perut, perdarahan,
rahim tegang, aktifitas
29
janin turun )
4) Kaji respon janin pada
ibu yang diberi SM
5) Kolaborasi dengan
medis dalam
pemeriksaan USG dan
NST
30
4. Implementasi
5. Evaluasi
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
Heller, Luz. 1988. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri. Jakrta : EGC
33