Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri

mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir dan pemilihan alat kontrasepsi merupakan

proses fisiologi dan kesinabungan (Marmi, 2011). Dan tidak bisa dipungkiri

bahwa masa kehamilan, persalinan, masa nifas, bayi baru lahir, wanita akan

mengalami berbagai masalah kesehatan. Agar kehamilan, persalinan serta masa

nifas seorang ibu berjalan normal, ibu membutuhkan pelayanan kesehatan yang

baik. Untuk peraturan pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang kesehatan

reproduksi menyatakan bahwa setiap perempuan berhak mendapatkan

pelayanan kesehatan untuk mencapai hidup sehat dan mampu melahirkan

generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu

(Bandiyah, 2009).

Kehamilan merupakan fonomena normal yang terjadi adanya pertemuan

sel sprema dengan sel telur dituba fallopi, kemudian bernidasi dilapisan

endometrium yang akan berkembang menjadi janin, lamanya kehamilan normal

280 hari atau 40 minggu. Setelah kehamilan tersebut, wanita akan dihadapkan

pada sebuah proses persalinan. Setelah dihadapkan dengan perubahan-

perubahan saat hamil, sekarang ibu mulai dihadapkan dengan proses persalinan.
Proses persalinan merupakan saat paling menenganggkan dan mencemaskan

bagi wanita, apalagi jika persalinan tersebut merupakan persalianan pertama.

Saat mengetahui hamil wanita akan dihadapkan dengan berbagai perubahan,

mulai dari perubahan fisik maupun psikilogis. Selanjutnya, ibu harus

menghadapi proses adaptasi fisiologi yang terjadi di periode postpartum.

Periode postpartum merupakan jangaka waktu antara lahirnya bayi

dengan kembalinya organ reproduksi kekeadaan normal sebelum hamil.

Periode ini sering kali disebut masa nifas atau trimester keempat kehamilan.

Perbedaan fisiologis yang terjadi menunjukkan kehamilan seoloah kembali

terjadi merupakan suatu hal yang normal. Beberapa perubahan fisiologi yang

dapat terjadi adalah perubahan pada sistem integument, respirasi dan endrokin.

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

sosial dan semua yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsinya.

Ruang lingkup kesehatan reproduksi secara nasional, antara lain : kesehatan ibu

dan bayi baru lahir (BBL), keluarga berencana (KB), pencegahan dan

penanggulangan penyakit menular seksual termasuk PMS dan HIV/AIDS,

kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanggulangan aborsi,

kesehatan reproduksi remaja (Intan dan Iwan, 2012).

B. TUJUAN
Untuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai perubahan

pada sistem reproduksi pada wanita dalam masa childbearing (Hamil,

melahirkan, dan setelah melahirkan) dan bayinya sampai usia 28 hari.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Reproduksi Wanita Pada Masa Childbering

1. Sistem Reproduksi Wanita Pada Masa Hamil

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genetalia wanita

mengalmi perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang

perkembngan dan pertumbuhan janin dalam Rahim. Plasenta dalam

perkembangannya mengeluarkan hormon somatomatropin, estrogen, dan

progestero yang menyababkan perubahan pada :

a. Rahim atau Uterus


Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima

dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai

persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk

bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali

seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan.

Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan

kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah

menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan

cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya

mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan

berat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2008).

b. Vagina (liang senggama)

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia

terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga

pada vagina akan terlihat bewarna keunguan yang dikenal dengan

tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan

hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.

c. Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan

folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat

ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-

7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai


penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal

(Prawirohardjo, 2008).

d. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan

sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.

Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaru

hormone saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan

somatromatropin (Prawirohardjo, 2008).

e. Sirkulasi darah ibu

Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain:

1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat

memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin

dalam rahim.

2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi

retro-plasenter.

3) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin

meningkat.

Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan

peredaran darah, yaitu:

a) Volume darah
Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum

darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga

terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan

puncaknya pada hamil 32 minggu. Serum darah (volume darah)

bertambah sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah

sekitar 20%.

Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya

hemodilusi darah mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu,

sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati untuk hamil

beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan kerja jantung

sehingga wanita hamil dengan sakit jantung dapat jatuh dalam

dekompensasio kordis. Pada postpartum terjadi hemokonsentrasi

dengan puncak hari ketiga sampai kelima.

b) Sel Darah

Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat

mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan

sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah

sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel

darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml.

Dengan hemodilusi dan anemia maka laju endap darah semakin

tinggi dan dapat mencapi 4 kali dari angka normal.

c) Sistem Respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi

untuk dapat memnuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi

desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada

umur hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan

rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas

lebih dalam sekitar 20-25% dari biasanya.

d) Sistem Pencernaan

Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh

estrogen.

e) Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih

akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga

menimbulkan sering kemih. Keadaan ini akan hilang dengan

makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul.

Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke

pintu panggul, keluhan itu akan timbul kembali.

f) Perubahan pada Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna

menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan

mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal

dengan nama striae gravidarum.


g) Metabolisme

Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh

mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan

nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan

pemberian ASI.

Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan

bertambah 12,5 kg. Sebgaian besar penambahan berat badan

selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian

payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular. Pada

kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang

disebabkan oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia

postprandial dan hiperinsulinemia.

Zinc (Zn) sangat penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin. Beberapa peneliatian menunjukkan

kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin

terhambat. (Prawirohardjo, 2008).

2. Sistem Reproduksi Wanita Pada Masa Melahirkan

3. Sistem Reproduksi Wanita Pada Masa Post Partum

Selama hamil terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita,

diantaranya terjadi perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan,

sistem perkemihan, sistem musculoskeletal, sistem endokrin, sistem

kardiovaskuler, sistem hematologi, dan perubahan pada tanda-tanda vital.


Setelah kelahiran bayi dan pada pengeluaran plasenta, Menurut Ball

1994, Hytten,1995 ibu mengalami suatu periode pemulihan kembali

kondisi fisik dan psikologisnya. (Nurjannah, dkk, 2013).

Adapun perubahan-perubahan reproduksi dalam masa nifas

adalah sebagai berikut:

a. Uterus

Involusio uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran

desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang

ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada

lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lokia. Banyaknya

lokia dan kecepatan involusi tidak dipengaruhi oleh pemberian

rangkaian preparat ergot (Ergotrate, Methergine), yang hanya

mempunyai efek jangka pendek. Akan tetapi, menyusui akan

mempercepat proses involusi. Desidua yang tersisa di dalam uterus

setelah pelepasan dan ekspulsi plasenta dan membran terdiri dari zona

basalis dan bagian lapisan zona spongiosa desidua basalis (pada tempat

perlekatan plasenta) dan desidua parietalis (melapisi bagian uterus).

Desidua sisa ini mengalami reorganisasi menjadi dua lapisan

sebagai akibat invasi leukosit: lapisan superfisial degeneratif dan

nekrotik, yang akan terlepas sebagai bagian dari rabas lokia, dan

lapisan dalam yang fungsional serta sehat di dekat miometrium. Lapisan


dalam terdiri dari sisa kelenjar endometrium basilar dalam lapisan zona

basalis.

Endometrium mengalami regenerasi melalui proliferasi epitel

kelenjar ini. Regenerasi endometrium lengkap pada pertengahan atau

akhir minggu ketiga pascapartum kecuali pada sisi plasenta. Regenerasi

endometrium lengkap pada tempat perlekatan plasenta memakan waktu

hampir 6 minggu. Epitel tumbuh pada tempat perlekatan tersebut dari

samping dan dari sekitar lapisan uterus, dan ke atas dari bawah tempat

perlekatan plasenta. Pertumbuhan endometrium ini membuat

pembuluh darah yang mengalami pembekuan pada tempat perlekatan

tersebut rapuh sehingga meluruh dan dikeluarkan dalam bentuk lokia.

Uterus, segera setelah pelahiran bayi, plasenta, dan selaput janin,

beratnya sekitar 1000g. Berat uterus menurun sekitar 500g pada akhir

minggu pertama pascapartum dan kembali pada berat yang biasanya

pada saat tidak hamil, yaitu 70g pada minggu kedelapan pascapartum.

(Varney, dkk.2008).

Involusi uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali

ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini

dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos

uterus. Segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri (TFU)

sekitar pertengahan simfisis pubis dan umbilikus. Setelah 24 jam tonus

segmen bawah uterus telah pulih kembali sehingga mendorong fundus


keatas menjadi setinggi umbilikus. Pada hari pertama dan kedua TFU

satu jari dibawah umbilikus, hari ke 5 TFU setinggi 7 cm diatas simfisis

atau setengah simfisi-pusat, pada hari ke 10 tidak teraba lagi. Fundus

turun 1-2 cm setiap 24 jam. (Sulistyawati,2009)

b. Lochea

Lochea adalah sekresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea

mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam

uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat

organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada

pada vagina normal. Lochea mempunyai bau yang amis (anyir)

meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada

setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya

infeksi. Lochea mengalami perubahan karena proses involusi.

(Sulistyawati,2009).

Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan

warnanya seperti berikut ini: Lochea rubra ini keluar pada hari pertama

sampai hari ke-4 masa postpasrtum. Cairan yang keluar berwarna merah

karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim,

lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.

Lochea sanguinolenta ini berwarna merah kecoklatan dan

berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.

Pada hari ke- 8 mulai keluar lochea serosa yang berwarna kuning
kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau

laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14. Dan setelah

hari ke 14, Lochea mulai berwarna putih yang mengandung leukosit, sel

desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.

Lochea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum.

(Varney,2008).

c. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-

perubahan yang terdapat pada serviks postpasrtum adalah bentuk

serviks yang akan membuka seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh

korpus uteri yang dapat berkontraksi, sedangkan serviks tidak

berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan

serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah

kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Beberapa hari setelah

persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya

tidak rata tetapi retak-retak kareana robekan dalam persalinan. Pada

akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran

retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis servikalis. Pada

serviks terbentuk otot- otot baru yang mengakibatkan serviks

memanjang seperti celah. Karena hiperpalpasi ini dan karena retralsi

dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh, setelah 6 minggu

persalinan serviks menutup. Walaupun begitu, setelah involusi selesai,

ostium externum tidak serupa dengan keadaannya sebelum hamil, pada


umumnya ostium externum lebih besar dan tetap ada retak-retak dan

robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.

Oleh robekan ke samping ini terbentuk bibir depan dan bibir belakang

pada serviks. (Nurjannah,dkk,2013)

d. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam

beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap

berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina

kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara

berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih

menonjol. (Nurjannah,dkk,2013)

e. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.

Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali

sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan

sebelum melahirkan. Tipe penurunan tonus otot dan motilitas traktus

intestinal berlangsung hanya beberapa waktu setelah persalinan.

Penggunaan analgetik dan anastesi yang berlebihan dapat


memperlambat pemulihan kontraksi dan motilitas otot.

(Nurjannah,dkk,2013)

B. Neonatus

1. Definisi Neonatus

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari

(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia

satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya

2.500-4000 gram (Dewi, 2010).

2. Ciri-Ciri Neonatus

Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir

2500-4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis,

bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak

ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar

dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160

x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala

tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7,

refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (rooting, sucking, morro,

grasping), organ genitalia pada bayi laki-laki testis sudah berada pada
skrotum dan penis berlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra

berlubang serta adanya labia minora dan mayora, mekonium sudah keluar

dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2010).

3. Klasifikasi Neonatus

Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi

menurut Marmi (2015) , yaitu :

a. Neonatus menurut masa gestasinya :

1) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)

2) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)

3) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)

b. Neonatus menurut berat badan lahir :

1) Berat lahir rendah : < 2500 gram

2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram

3) Berat lahir lebih : > 4000 gram

c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi

dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :

1) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)

2) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK

C. Konsep Dasar Peyakit Gonore

1. Pengertian Gonore
Gonore adalah salah satu penyakit menular seksual paling umum

yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoaeae (Irianto, 2014).

Neisseria gonorrhoaeae merupakan bakteri diplokokkus gram negative dan

manusia merupakan satu-satunya faktor host alamiah untuk gonokokus,

infeksi gonore hampir selalu ditularkan saat aktivitas seksual(Sari et al.,

2012 ). Menurut Irianto setiap tahunnya kasus gonore lebih banyak terjadi

pada wanita dari pada pria.

Ties et al. (2015) memperkirakan setiap tahunnya terdapat 78 juta

penderita baru penyakit menular seksual dan pada tuhun 2012 tercatat data

yang diperoleh untuk penderita baru penyakit yang di sebabkan oleh bakteri

Neisseria gonorrhoaeae sebanyak 78,3 juta diseluruh dunia.

2. Etiologi

Penyebab pasti penyakit gonore adalah Neisseria gonorrhoaeae

yang bersifat pathogen. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah

dengan mukosa epitel kuloid atau lapis gepeng yang belum berkembang

pada wanita yang pubertas.

3. Patofisiologis

Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain

terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran

kelamin dan menginfeksi selaput didalam panggul sehingga menyebabkan

nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.


Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran

anus, konjungtiva dan faring. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate,

vas deferens, vesikula seminalis,epididymis,dan testis pada pria dan kelenar

skene, bartholini,endometrium, tuba fallopi dan ovarium pada wanita.

4. Manifestasi Klinis

a. Pada pria

- Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah

terinfeksi

- Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian

diikuti nyeri ketika berkemih

- Rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lender mukoid dari

uretra

- Retensi urin akibat inflamasi prostat

b. Pada wanita

- Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah

terinfeksi

- Penderita seing kali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu

atau bulan (asimtomatis)

- Jika timbul gejala biasanya bersifat ringan.namun beberapa

penderita menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk

berkemih

- Nyeri ketika berkemih


- Demam

- Infeksi dapat mnyerang leher Rahim, indung telur, uretra, dan

rectum. Serta menyebabkan nyeri panggul yang dalam ketika

berhubungan seksual

5. Diagnosis

Kementrian kesehatan RI (2011) memberikan pedoman tata cara

melakukan diagnosis gonore yang terdiri dari:

a. Anamnesis

Anamnesis dapat dilakukan oleh tenaga medis atau paramedic

dengan menanyakan beberapa informasi terkait penyakit kepada pasien

untuk membantu menentukan faktor resiko pasien, menegakkan

diagnosis sebelum melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan didaerah sekitar genital pria atau

wanita dengan bantuan lampu sorot yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan ahli.jenis pemeriksaan pada wanita dan pria memiliki

perbedaan seperti:

1) Pasien wanita, diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik

dengan posisi litotomi. Pemeriksaan dilakukan dengan memisahkan

kedua labia dan diperhatikan adaanya tanda kemerahan,

pembengkakan, luka/lecet, massa atau duh tubuh vagina (cairan yag

keluar dari da;am vagina, bukan darah dan bukan air seni).
2) Pada pria, diperiksa dengan posisi duduk/berdiri. Pemeriksaan

dilakukan dengan melihat pada daerah penis adanya tanda

kemerahan, luka/lecet,duh tubuh (cairan yang keluar dari uretre

bukan darah dan bukan air seni) dan lesi lain. Pada pasien pria

sebelum dilakukan pemeriksaan diharapkan untuk tiidak berkemih

selama 1 jam (3 jam lebih baik).

c. Pengambilan specimen

Pengambilan specimen berdassarkan kementrian kesehatan RI

(2011) dengan gejala duh tubuh uretra terdiri dari:

1) Pasien laki-laki, pemgabilan bahan duh tubuh genetalia dengan

sengkelit steril atau denga swab berujung kecil.

2) Pasien wanita sudah menikah, pengambilan specimen dilakukan

dengan menggunakan speculum steril yang dimasukkan kedalam

vagina.

3) Pasien wanita belum menikah, pengambilan specimen dilakukan

tidak meggunakan speculum karena dapat merusak selaput

darahnya, tetapidigunakam sengkleit steril untuk pengambilan

specimen dari dalam vagina.

d. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan :

1) Pemeriksaan gram

Pemeriksaan gram dengan menggunakan sediaan langsung

duh uretra yang memiliki sensitivitas dan spesifitas tinggi terutama


pada duh uretra pria, sedangkan duh endoserviks memiliki sensivitas

yang tidak terlalu tinggi. Pemerisaan ini akan menunjukkan

Neisseria gonorrhoaeae yang merupakan bakteri gram negative dan

dapat ditemukan didalam maupun diluar sel leukosit.

2) Kultur bakteri

Kultur untuk bakteri Neisseria gonorrhoaeae umumnya

dilakukan pada media pertumbuhan Thayer-Marlin yang

mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman gram

negative dan nistasin untuk menekan pertumbuhan jamur.

Pemeriksaan kulturini merupakan pemeriksaan dengan sensivitas

dan spesifitas yang tinggi, sehingga sangat diaanjurkan dilakukan

pada pasien wanita.

3) Tes Thomson

Tes ini dilakukan dengan menampung urine setelah bangun

pagi ke dalam dua gelas dan tidak boleh menahan kencing dari gelas

pertama dan kedua. Hasil dinyatakan positif jika gelas pertama

tampak jernih.

6. Komplikasi

a. Komplikasi pada pria

- Prostatitis

- Cowperitis

- Vesikulitis seminalis
- Epididymitis

- Cystitis dan infeksi urinarius superior

b. Komplikasi pada wanita

- Komplikasi uretra

- Bartholinitusendometritis dan metritis

- Salphingitis

7. Pengobatan

Tanpa komplikasi :

a. Ampicillin : 3,5 g

b. Amoxyllin : 3 g

c. Cotrimoxazole

d. 4 tablet/hari selama 5 hari

e. 2 x 4 tab/hari selama 2 hari

Dengan komplikasi :

a. Penicillin 5-10 hari

b. Thiamphenicol 10-14 hari

c. Tetracycline 10-14 hari


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pemeriksaan fisik

a. Data Subjektif

1) pasien mengatakan gatal dan panas

2) pasien mengatakan nyeri saat kencing

3) pasien mengatakan keluar nanah yang kadang disertai darah saat

kencing

4) pasien mengatakan nyeri saat ereksi

5) pada wanita pasien mengatakan terkadang sering kencing

6) pasien mengatakan nyeri punggung bawah

7) pasien mengatakan kencing tersendat-sendat

b. Data Objektif

1) Uretitis

2) orifisum uretra eksternum eritematosa

3) edematosa

4) Ektropion

5) tubuh yang mukopurulen

6) bau busuk pada area genetalia

7) lesi,macula
2. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium (kimia darah, ureum, kreatinin, GDS,

analisa urin, darah rutin).

3. Pengkajian Pola Fungsional Gordon

a. Persepsi dan Penanganan Kesehatan

Pasien yang telah terdiagnosa penyakit Gonorhea akan

mematuhi semua pengobatan yang dianjurkan oleh dokter. Pasien

akan menjaga kesehatan dirinya dan keluarganya.

b. Nutrisi-Metabolik

Pasien terbiasa makan tidak teratur dan mengalami penurunan

nafsu makan sehingga gizi tidak terpenuhi.

c. Eliminasi

Pola miksi dan defikasi tidak teratur, sering mengalami

terasa nyeri waktu buang air kecil.

d. Aktivitas-Latihan

Pasien mengalami kelemahan dalam beraktivitas, mudah lelah

sehingga terjadi penurunan terhadap aktivitas sehari-hari dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya.

e. Tidur-Istirahat

Karena sering merasa nyeri pada alat kelamin, pasien

mengalami gangguan tidur.

f. Kognitif-Persepsi
Pasien dapat berbicara dengan jelas, sehingga biasa

mengungkapkan perasaan terhadap nyeri dan sumber nyerinya.

g. Persepsi Diri – Konsep Diri

Adanya lesi kemerahan pada punggung, pada paha dan alat

kelamin, sehingga mempengaruhi gaya hidup, cemas akan penyakit

yang dialami.

h. Peran – Hubungan

Karena panyakit yang dialami saat ini memprihatinkan pasien

menarik diri dari lingkungan pergaulan sehari-hari.

i. Seksualitas – Reproduksi

Sebelum mengetahui penyakit yang saat ini, pasien merasa puas

terhadap kehidupan seksualnya, sering menjalani kehidupan sex

bebas diluar rumah, dan setelah mengalami penyakit pasien

mengalami psikosis.

j. Koping – Toleransi Stres

Pasien selalu menarik diri dan menghindar dari orang-orang

sekitar dan tidak mampu untuk mengendalikan stress

k. Nilai – Kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi

tubuh dikarenakan adanya nyeri sehingga adanya keterbatasan

dalam pergerakkan dan dapat mempengaruhi pola ibadah pasien.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut

2. Nyeri kronik

3. Hipertemia

4. Cemas

C. Intervensi keprawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)

keperawatan Hasil (NOC)

1. 1. Nyeri Akut NOC NIC

a. Pain Level Pain Management

b. Pain control 1. Lakukan pengkajian

c. Comfort level nyeri secara

Kriteria Hasil : komprehensif

1. Mampu mengontrol termasuk lokasi,

nyeri karakteristik, durasi,

2. Melaporkan bahwa frekuensi, kualitas, dan

nyeri berkurang faktor presipitasi

dengan 2. Observasi reaksi

menggunakan nonverbal dari ketidak

manejemen nyeri nyamanan

3. Mampu mengenali 3. Gunakan teknik

nyeri (skala, komunikasi

teurapeutik untuk
intensitas, frekuasi mengetahui

dan tanda nyeri) pengalaman nyeri

4. Menyatakan rasa pasien

nyaman setelahnyeri 4. Kaji kultur yang

berkurang mempengaruhi respon

pasien

5. Evaluasi pengalamn

nyeri

6. Evaluasi dengan

pasien dan tim

kesehatan lain tentang

ketidakefektifan

control nyeri masa

lampau

7. Bantu pasien dan

keluarga untuk

mencari dan

menemukan dukungan

8. Control lingkungan

yag dapat

mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan,


pencahayaan dan

kebisisngan

9. Kurangi faktor

presipitasi nyeri

10. Ajarkan tentang teknik

non farmakologi

11. Berikan analgetik

untuk mengurangi

nyeri

12. Tingkatkan istirahat

13. Kalaborasi dengan

dokter jika ada keluhan

dan tindakan nyeri

tidak berhasil

14. Monitorpenerimaan

pasien tetang

manegemen nyeri

Analgesic administration

1. Tentukan lokasi,

karakteristik, kualitas,

dan derajat nyeri


sebelum pemberian

obat

2. Cek instruksi dokter

tentang jenis obat

3. Cek riwayat elergi

4. Pilih analagesik yang

diperlukan

5. Tentukan analgesic

tergantug tipe dan

beratnya nyeri

6. Monitor vital sign

sebelum dan sesudah

pemeberian analgesic

tepat waktu terutama

saat nyeri hebat

7. Evaluasi efektivitas

analgesic, tanda dan

gejala

2. 2. Nyeri kronik NOC NIC

1. Manajemen nyeri Manajemen nyeri

2. Tingkatan nyeri 1. Kaji data nyeri secara

3. Tingkat kenyamanan komprehensif (lokasi

karakteristik,
frekuensi, kualitas,

intensitas, factor

pencetus)

2. Observasi tanda non

verbal adanya

ketidaknyamanan

3. Perhatikan tipe dan

sumber nyeri untuk

menentukan strategi

manajemen nyeri

4. Ajarkan teknik non

farmakologi untuk

mengutangi nyeri

(seperti relaksasi,

guided imagery,

distraksi massage)

5. Tingkatkan istirahat

atau tidur untuk

memfasilitasi

manajemen nyeri

Pemberian analgetik
1. Cek obat dosis,

frekuensi pemberian

analgetik

2. Pilih analgetik atau

kombinasi yang tepat

apabila lebih dari satu

analgetik yang

diresepkan.

3. Monitor tanda vital

sebelum dan sesudah

pemberian analgetik

3. Hipertemia NOC NIC

Thermoregulation Fever treatment

Kriteria Hasil : 1. Monitor suhu sesering

1. Suhu tubuh dlam mungkin

rentang normal 2. Monitor IWL

2. Nadi dan RR dalam 3. Monitor warna dan

rentang normal suhu kulit

3. Tidak ada perubahan 4. Monitor tekanan

dan tidak ada pusing darah, nadi dan RR


5. Monitor penurunan

tigkat kesadran

6. Monitor WBC, Hb dan

Hct

7. Monitor intake dan

output

8. Berikan antipiretik

9. Berikan pengobatan

untuk mengatasi

penyebab deman

10. Kolaborasi dalam

pemberian intravena

Temperature regulation

1. Monitor suhu minimal

2 jam

2. Rencanakan

monitoring suhu secara

kontinyu

3. Monitor TD, nadi dan

RR
4. Monitor warna dan

suhu kulit

5. Monitor tanda-tanda

hipertermi dan

hipotermi

6. Tingkatkan intake

cairan dan nutrisi

7. Selimuti pasien untuk

mencegah hilangnya

kehangatan tubuh

8. Ajarkan pada pasien

mengech keletihan

akibat panas

9. Beritahukan tentang

indikasi terjadinya

keletihan dan

penanganan

emergency yang

diperlukan.
10. Berikan anti pireti bila

perlu.

11. Ajarkan indikasi dari

hipertermi dan

pengananan yang

diperlukan

Vital sign monitoring

1. Monitor TD, nadi,suhu

dan RR

2. Catat adanya fluktasi

tekanan darah

3. Monitor VS pada saat

pasien berbaring,

duduk, atau berdiri

4. Auskultasi TD kedua

lengan dan bandingkan

5. Monitor TD, nadi dan

RR sebelum, selama

dan setelah aktivitas


6. Monitor kualitas dari

nadi

7. Monitor frekuensi dan

irama pernapasan

8. Monitor suara paru

9. Monitor adanya

cushing triad (tekanan

nadi yang melebar,

bradikhardi,

peningkatan sistolik)

10. Monitor sianosis

perifer

4. Cemas NOC NIC

1. Control cemas Control cemas

2. Penurunan
Indikator
kecemasan
1. Monitor intensitas

tingkat kecemasan
3. Peningkatan koping 2. Menyingkirkan tanda

kecemasan

3. Menurunkan stimulasi

lingkungan ketika

cemas

4. Menggunakan teknik

relasasi untuk

menurunkan

kecemasan

5. Merencanakan koping

6. Mengguankan strategi

koping efektif

7. Melaporkan

penurunan durasi dari

periode cemas

8. Melaporkan rentang

waktu antara episode

cemas

9. Mempertahankan

huubungan sosial
10. Melaporkan tidak

adanya gangguan

persepsi sensori

Koping

1. Menunjukkan

fleksibilitas peran

2. Keluarga

menunjukkan

fleksibilitas peran para

anggotanya

3. Pertentangan masalah

4. Nilai keluarga dapat

mengatur masalah

5. Manajemen masalah

6. Melibatkan anggota

keluarga memutuskan

masalah

7. Mengguanakan

support sosial

Penurunan kecemasan
1. Tenagkan klien

2. Berusaha memahami

keadaan klien

3. Berikan informasi

tentang diagnose,

prognosis, dan

tindakan

4. Jelaskan seluruh

tindakan yang

diberikan kepada klien

dan perasaan yang

ungkin muncul pada

saat diberikan tindakan

5. Kaji tingkat

kecemasan dan reaksi

fisik pada tingkat

kecemasan

6. Sediakan aktivitas

untuk menurunkan

ketegangan
7. Bantu pasien untuk

mengidentfikiasi

situasi yang

mencitakan cemas

8. Instruksikan pasien

untuk menggunakan

teknik relaksasi

9. Berikan pengobatan

untuk menurunkan

cemas dengan cara

cepat

Peningkatan Koping

1. Hargai pemahaman

pasien tentang proses

penyakit

2. Hargai dn diskusikan

alternative respon

terhadap situasi

3. Gunakan pendekatan

yang tenang dan

memberikan jaminan
4. Sediakan informasi

yang actual tentang

diagnose, penanganan

dan prognosis

5. Tentukan keampuan

klien untuk mengambil

keputusan

6. Instruksikan pasien

untuk menggunakan

teknik relaksasi

7. Berikan pengobatan

untuk menurunkan

cemas dengan cara

cepat

D. Implementasi
No Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Paraf

formatif

NB :

Imlementasi

disesuaikan dengan

intervensi dan

penulisannya

menggunakan kata

kerja.

E. Evalauasi

Hari/Tanggal/Jam Evaluasi Paraf

S (Sabjektif)

O (Objectif)

A (Analisis)

P (Planning)
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genetalia wanita

mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang

perkembangan dan pertumbuhan janin dalam Rahim. Perubahan sisten

reproduksi wanita pada saat hamil seperti rahim atau uterus, vagina (liang

segema), ovarium, payudara, dan siklus darah ibu akan mengakami

perubahan saat hamil.

Setelah kelahiran bayi dan pada pengeluaran plasenta, Menurut

Ball 1994, Hytten,1995 ibu mengalami suatu periode pemulihan

kembali kondisi fisik dan psikologisnya. (Nurjannah, dkk, 2013).

Adapun perubahan-perubahan reproduksi dalam masa nifas seperti

uterus, lochea, serviks, vilva, vagina dan perineum akan mengalami

perubahan setelah melahirkan.

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari

(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir normal

mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-4000 gram, umur kehamilan

37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktif, kulit kemerahan,

menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat bawaan

(Kementerian Kesehatan RI, 2010).


Gonorhea adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh

Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher

rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva).

Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya,

terutama kulit dan persendian.Pada wanita, gonore bisa menjalar ke

saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga

timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.

Penderitaseringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa

minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit tersebut hanya

setelah pasangan hubungan seksualnya tertular. Jika timbul gejala,

biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala

yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih,

keluarnya cairan dari vagina, dan demam. Infeksi dapat menyerang leher

rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra, dan rektum serta

menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual.

Diagnosis penyakit gonore didasarkan pada hasil pemeriksaan

mikroskopik terhadap nanah, dimana ditemukan bakteri penyebab

gonore.Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri,

maka dilakukan pembiakan di laboratorium. Gonore biasanya diobati

dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau

dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama satu minggu


(biasanya diberikan doksisiklin). Jika gonore telah menyebar melalui

aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan

antibiotik intravena (melalui pembuluh darah atau infus).

B. Saran

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang agar

tidak tertular penyakit Gonorhea. Hal-hal yang dapat dilakukan antara

lain: agar tidak berganti-ganti pasangan dan berhubungan seksual yang

aman, selektif memilih pasangannya.


DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T Heather. Nanda International Nursing Diagnoses Defenitions and

Classification 2009-2011. 2009. United Stated: Wiley-Blacwell

Sarwono Prawirohardjo, (2007). Ilmu Kebidanan, Jakarta. YBPS

Price. A Sylvia, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed 6.

Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai