Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

ACNE VULGARIS

Di Susun Oleh :
Nama : Ni Komang sari
Nim : (201801268)
Kelas : D nonreguler

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN 2018 /2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah “ACNE VULGARIS”.Penulisan makalah ini
adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
“Keperawatan Sistem Integumen.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki oleh kami.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Palu, 07 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................................... i


Daftar isi ................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Tujuan ..................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi ............................................................................................................... 3
2. Anatomi Fisiologi .............................................................................................. 3
3. Aspek Epidemiologi........................................................................................... 9
4. Etiologi .............................................................................................................. 9
5. Patofisiologi ...................................................................................................... 10
6. Pathway ............................................................................................................. 11
7. Manifestasi Klinik ............................................................................................. 12
8. Klasifikasi ......................................................................................................... 12
9. Pencegahan ....................................................................................................... 13
10. Penatalaksanaan ................................................................................................ 13
11. Komplikasi ........................................................................................................ 14
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ....................................................................................................... 16
2. Diagnosa .......................................................................................................... 17
3. Intervensi dan Rasional ................................................................................... 17
C. Discharge Planning................................................................................................ 20
D. Evidence Based Practice - terkait
E. ............................................................................................................................... 20
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kulit merupakan bagian terluar yang melindungi bagian tubuh yang
didalam.Perawatan diri terutama kulit sangat diperlukan agar kulit tetap utuh, jika
perawatan kulit tidak teratur dapat menyebabkan berbagai kelainan kulit diantaranya akne
vulgaris.Akne vulgaris merupakan peradangan menahun folikel polisebasea yang
umumnya terjadi pada remaja dan dapat sembuh sendiri. Umumnya insiden terjadi pada
usia 14 – 17 tahun pada wanita dan 16 – 19 tahun pada pria. Penyebab dari akne vulgaris
ini ada bermacam- macam diantaranya stress, ras , hormonal cuaca dan lain - lain.
Sebagai seorang perawat profesional peran perawat yang paling inti dalam memberikan
asuhan keperawatan adalah sebagai pengajar kesehatan dan konseling, dimana harus
memberikan pendidikan kesehatan dan support emosional serta conseling pada pasien
dengan akne vulgaris.
Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan akne vulgaris meliuti
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi serta memberikan
pendidikan kesehatan.
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep teori Akne
Vulgaris dan intervensi keperawatannya.
b. Tujuan khusus
Diharapkan Mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan definisi Akne Vulgaris.
2. Menjelaskan klasifikasi Akne Vulgaris.
3. Menjelaskan etiologi Akne Vulgaris.
4. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi Akne Vulgaris.
5. Menjelaskan patofisiologi Akne Vulgaris.
6. Menjelaskan manifestasi klinis Akne Vulgaris.
7. Menjelaskan pathway Akne Vulgaris.

1
8. Menjelaskan penatalaksanaan Akne Vulgaris.
9. Menjelaskan komplikasi Akne Vulgaris.
10. Menjelaskan diagnose yang muncul pada Akne Vulgaris.
11. Menjelaskan intervensi Akne Vulgaris.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Medis
1. Definisi
Akne (jerawat) merupakan penyakit inflamasi kronis pada kelenjar sebasea.Biasanya
akne disertai kecepatan sekresi sebum yang tinggi dan terdapat pada bagian tubuh
yang memiliki kelenjar sebasea, seperti wajah, leher, dada, punggung serta bahu
(Kowalak, 2011).
Akne Vulgaris adalah kelainan folikuler multifactorial yang umum yang
mempengaruhi folikel pilosebasea, terutama pada wajah, leher, dan badan bagian atas
(Black & Hawks, 2014).
Berdasarkan pengertian beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Akne Vulgaris adalah peradangan kelenjar sebasea yang disebabkan oleh beberapa
faktor dan menimbulkan penumpukan sebum sering terjadi pada wajah, leher, dada,
punggung, serta bahu.
2. Anatomi dan Fisiologi

Kulit dapat dibedakan menjadi dua lapisan yaitu lapisan Epidermis dan Dermis.Tepat
dibawah dermis terdapat lapisan hipodermis yang banyak disusun oleh jaringan
adiposa (jaringan lemak).

Gambar 2.1. Struktur kulit

3
A. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan yang mengandung sel pigmen berfungsi memberi
warna pada kulit.Epidermis berfungsi melindungi kulit dari kerusakan oleh sinar
matahari. Epidermis tersusun atas 5 lapisan utama yaitu:
1) Stratum Germinativum
Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah, berbatasan
langsung dengan dermis.Melekat pada jaringan ikat. Pada lapisan ini terjadi
pembelahan sel yang sangat cepat dimana sel yang baru dibentuk akan
didorong masuk ke lapisan berikutnya. Sel-sel yang dihasilkan dari
pembelahan tersebut dapat mencapai berjuta-juta sel setiap harinya.
2) Stratum Spinosum
Lapisan ini disatukan oleh tonjolan yang menyerupai spina.Spina ini
merupakan bagian penghubung intraseluler yang disebut desmosom.
3) Stratum Granulosum
Lapisan ini merupakan daerah sel-sel mulai mati karena akumulasi molekul
bakal keratin yang memisahkan sel-sel ini dari daerah dermal.Stratum ini
merupakan prekursor pembentukan keratin.Keratin adalah protein keras dan
resilien, bersifat anti air dan melindungi permukaan kulit yang terbuka. Namun
keratin yang terdapat pada epidermis merupakan keratin yang lunak yang
berkadar sulfur rendah. Berbeda dengan keratin yang ada pada kuku dan
rambut.
4) Stratum Lusidum
Lapisan ini terdiri dari sel-sel berbentuk perisai yang jernih dan tembus cahaya.
5) Stratum Korneum
Lapisan ini merupakan lapisan terluar dari epidermis yang melindungi tubuh
terhadap lingkungan.Lapisan ini disebut lapisan bertanduk karena tersusun dari
sel-sel berkeratin yang merupakan sel mati. Keratin yang bersifat tahan air
akan melindungi jaringan lebih dalam terhadap kekurangan air. Lapisan ini
terus-menerus mengalami gesekan dan mengelupas, namun akan terus diganti
oleh sel-sel yang lebih dalam yaitu stratum germinativum.

4
Gambar 2.2. Penampang epidermis

B. Dermis
Dermis merupakan lapisan kulit yang lebih sensitif.Mengandung pembuluh darah,
limfa, saraf, kelenjar, dan folikel rambut yang muncul ke permukaan dalam
bentuk papillae.Lapisan ini dipisahkan dari epidermis dengan adanya membran
dasar atau lamina.Membran ini terdiri dari dua jaringan ikat.

Gambar 2.3. Penampang dermis

1) Lapisan papilar
Lapisan dermal ini terletak paling atas yang terlihat bergelombang.Merupakan
jaringan ikat areolar renggang dengan fibroblas, sel mast, dan makrofag.Papila
dermal adalah proyeksi seperti kerucut yang menjorok ke arah epidermis.
2) Lapisan retikular
Adalah lapisan kulit paling dalam yang mengandung banyak arteri, vena,
kelenjar keringat, kelenjar minyak, serta reseptor tekanan.Lapisan papilar dan
retikular mengandung banyak serat kolagen dan elastisyang menyebabkan kulit

5
lebih elastis. Pada orang usia lanjut serat ini menjadi sangat berkurang
sehingga kulitnya mudah keriput.
3) Lapisan subkutaneus (hipodermis)
Lapisan ini mengandung banyak sel lemak, juga beisi banyak pembuluh darah
dan ujung saraf.
Derivat-derivat Kulit
Kulit memiliki beberapa derivatif, yaitu:
1. Rambut
Rambut berada hampir di seluruh tubuh.Sebagian berupa rambut vellus, yang kecil
dan tak berwarna. Rambut terminal biasanya kasar dan dapat dilihat, tertanam di
kulit kepala, alis dan bulu mata.
Rambut berasal dari folikel rambut yang sudah terbentuk sebelum lahir.Rambut
terdiri akar yakni bagian yang tertanam dalam folikel, batang rambut yang berada
di atas permukaan kulit. Akar dan batang rambut disusun atas:
a. Kutikula, lapisan terluar yang tersusun sel mati yang bersisik.
b. Korteks, merupakan lapisan yang terkeratinisasi, membentuk bagian utama
batang rambut. Pada bagian ini terdapat pigmen yang menetukan warna rambut.
c. Sebuah medula, terdiri dari dua sampai tiga lapis sel.
Rambut di kulit kepala tumbuh dalam masa 2 sampai 6 tahun dan memasuki
fase selama 3 bulan sebelum rontok. Rambut tubuh tumbuh sepanjang 0,05
inci/minggu. Sedangkan rambut kepala butuh waktu 7 minggu untuk tumbuh 1
inci.

Gambar 2.4. Struktur rambut

6
2. Kuku
Kuku adalah lempeng pelindung yang berasal dari perpanjangan epidermis ke
dermis.Kuku mengandung keratin keras yang berlekuk yang terletak di atas
kuku.Kuku mendapat nutrisi dari pembuluh darah. Kuku dapat tumbuh 0,5 mm
perminggu dan lebih cepat di musim panas.
Bagian-bagian kuku antara lain: akar kuku, badan kuku, kutikel, hiponikium, dan
lunula.
Badan kuku tumbuh dari akar kuku yang tertanam di dalam kulit.Kutikel adalah
lipatan epidermis berlekuk yang menutup akar kuku.Hiponikium adalah stratum
korneum tebal di bawah ujung lepas kuku.Sedangkan lunula adalah area berwarna
putih berbentuk melengkung dekat kutikel.

Badan kuku

Gambar 2.5. Struktur kuku

3. Kelenjar pada Kulit


a. Kelenjar Keringat (Sudorifera)
Terbagi atas dua jenis berdasarkan strukturnya:
1) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar ini tersebar luas di seluruh tubuh. Tidak
berhubungan dengan folikel rambut. Sekresi kelenjar ini berguna
mempertahankan suhu tubuh.
2) Kelenjar keringat apokrin, kelenjar ini penyebarannya terbatas. Ditemukan
di aksila, areola payudara, dan regia anogenital. Kelenjar apokrin di ketiak
dan anogenital pada masa pubertas menghasilkan sekresi sebagai respon
stres atau gembira. Biasanya tidak berbau, namun akan berbau saat bereaksi

7
dengan bakteri. Kelenjar apokrin seruminosa, tertelatak di telinga sebagai
getah telinga dan kelenjar siliaris Moll yang terletak pada mata. Sementara
kelenjar mamae adalah kelenjar apokrin yang termodifikasi menghasilkan
susu.

Gambar 2.6. Penampang kelenjar keringat

b. Kelenjar Minyak (Sebasea)


Kelenjar ini mengeluarkan sebum yang dialirkan ke folikel rambut.
1) Kelenjar sebasea adalah kelenjar holokrin
2) Sebum adalah campuran lemak, zat lilin, minyak dan pecahan-pecahan sel.
3) Jerawat adalah gangguan pada kelenjar sebasea dimana kulit menjadi
terinfeksi karena reaksi kelenjar minyak dengan bakteri menyebabkan
kulit menjadi meradang dan bernanah.

Gambar 2.7. Penampang kelenjar minyak

8
3. Aspek Epidemiologi
Penyakit akne merupakan salah satu dari tiga penyakit kulit yang tersering
ditemukan di berbagai populasi di seluruh dunia. Onset awal terjadinya akne vulgaris
umumnya saat pubertas dan berlangsung perlahan-lahan . Survei di Amerika Serikat
mencatat lebih dari 17 juta penduduk yang menderita akne setiap tahunnya, di mana
75 - 95% kasus terjadi pada usia remaja.Hasil serupa ditemukan pada survei di
kawasan Asia Tenggara yaitu sebanyak 40-80% kasus akne vulgaris pada usia remaja.
Prevalensi ini semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia.Peranan faktor
genetik ditemukan pada 81% populasi dengan riwayat positif adanya anggota
keluarga derajat pertama yang menderita akne Orang yang memiliki anggota keluarga
menderita AV memiliki risiko 3,5 kali lebih tinggi menderita AV.
Survei yang dilakukan di Alabama pada 1013 subjek dengan tujuan untuk mengetahui
prevalensi akne vulgaris pada berbagai rentang usia menemukan bahwa prevalensi
akne adalah sekitar 42,5% untuk laki-laki dan 50,9% untuk perempuan pada rentang
usia 20-29 tahun, sekitar 20,1% untuk laki-laki dan 35,2% untuk perempuan pada
rentang usia 30-39 tahun, sekitar 12% untuk laki laki dan 26,3% untuk perempuan
pada rentang usia 40-49 tahun dan sekitar 7,3% untuk laki-laki dan 15,3% untuk
perempuan pada rentang usia 50-59 tahun. Pada seluruh rentang usia ditemukan
prevalensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki).
4. Etiologi
Penyebab yang pasti dari akne vulgaris ini belum diketahui dengan jelas tetapi
banyak factor yang berpengaruh yaitu ;
a. Sebun merupakan factor utama penyebab timbulnya akne .Akne yang keras selalu
disertai pengeluaran sebore yang banyak .
b. Bakteri, Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebacterium
acnes,staphylococcus epidermis,
c. Herediter, Berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit ( kelenjar sebasea)
Bila orang tua mempunyai parut bekas acne kemungkinan besar anaknya akan
menderita acne.
d. Hormon, Hormon androgen memegang peranan yang penting karena kelenjar palit
sangat sensitive terhadap hormon ini .Hormon androgen berasal dari kelenjar

9
adrenalin yang menyebabkan kelenjar palit bertambah besar dan produksi sebum
meningkat.
e. Iklim, Akne bertambah hebat pada musim dingin sebaliknya kebanyakanmembaik
pada musim panas.
f. Psikis, Pada beberapa penderita ,stress dan gangguan emosi dapat menyebabkan
eksaserbasi acne.
g. Kosmetika, Pemakaian bahan kosmetika tertentu ,secara terus menerus dapat
menyebabkan acne ringan.
5. Patofisiologi
Hormon androgen menstimulasi pertumbuhan kelenjar sebasea dan produksi
sebum yang disekresi kedalam folikel rambut yang melebar dan mengandung
bakteri.Bakteri yang biasanya berupa Proptonibacterium acne dan Staphylococcus
epidermis, merupakan flora kulit normal yang menyekresi enzim lipase.Enzim ini
berinteraksi dengan sebum untuk menghasilkan asam lemak bebas yang memicu
inflamasi.Folikel rambut juga memproduksi lebih banyak keratin yang menyatu
dengan sebum untuk membentuk sumbat dalam folikel yang melebar tersebut
Selama usia kanak-kanak, kelenjar sebasea berukuran kecil dan pada hakekatnya
tidak berfungsi. Kelenjar ini berada di bawah kendali endokrin.Khususnya hormon-
hormon androgen. Dalam usia pubertas, hormon androgen menstimulasi kelenjar
sebasea dan menyebabkan kelenjar tersebut membesar serta mensekresikan suatu
minyak alami, yaitu sebum yang merembas naik hingga puncak folikel rambut dan
mengalir ke luar pada permukaan kulit. Pada remaja yang berjerawat, stimulasi
androgenik akan meningkatkan daya responsif kelenjar sebasea sehingga akne terjadi
ketika duktus pilosebaseus tersumbat oleh tumpukan sebum. Bahan yang bertumpuk
ini akan membentuk komedo

10
6. Pathway

diet hygine dan lingkungan Kurang pengetahuan

Nyeri
simulasi kelenjar subasea peningkatan hormon
androgen genetik ras, stres
kelenjar subasea membesar

sekresi sebum gatal

sebum mencapai folikel sekresi mediatior


rambut kimia (histamine)

masuk kepermukaan kulit respon peradangan

duktus pilesibeseus faktor mekanik mengusap m


tersumbat mengaruk, dan memencet jaringan kulit risak
jerawat
terbentuk ance

inflamasi didalam jaringan sebum bergabung dengan perpisahan dinding


kulit kreatinin folikuler

terbentuk whitehead comedo terbentuk pustul


terbentuk papul
whitehead comedo pustul pecah
terosidaksi
isi folikel pecah dan
terbentuk blechead comedoa mengiritasi demis
Kerusakan
Ganguan citra
integritas kulit
terkonsentrasi dalam tubuh terb terbentuk
jumlah yang banyak nodul

11
membebtuk lesi baru

Resiko infeksi

7. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dari akne fulgaris ditandai dengan empat tipe dasar lesi : Komedo
terbuka dan tertutup, papula, pustule dan lesi nodulo kistik. Tempat predileksi akne
vulgaris yaitu pada muka, bahu, dada bagian atas, punggung bagian atas, leher,
lengan atas dan glutea, kadang terkena erupsi kulit polimorfi akne vulgaris dapat
disertai gatal dan nyeri.Komedo merupakan gejala patognomonik bagi akne berupa
papul miliar yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum.Sumbatan akne dapat
terlihat sebagai komedo yang tertutup atau whitehead (yang tidak menonjol keluar
dari folikel dan ditutupi oleh epidermis).Sedangan Komedo yang terbuka atau
blackhead (yang menonjol keluar dari folikel dan tidak ditutupi oleh epidermis,
melanin atau pigmen pada folikel menyebabkan warna hitam).

8. Klasifisikasi
a. Jerawat klasik (jerawat biasa): tampilannya mudah dikenali yaitu tonjolan kecil
berwarna pink atau kemerahan , kulit memproduksi minyak yang menjadi tempat
berkembang biaknya bakteri akibatnya pori-pori tersumbat karena terinfeksi oleh
bakteri.
b. Cystic acne (jerawat batu) Bentuknya besar dengan tonjolan yang meradang
hebat, berkumpul hampir diseluruh area wajah , ini terjadi karena kelenjar minyak
yang over aktif yang membanjiri pori-pori dengan minyak dan terjadi
penyumbatan pada duktus pilosebaseus yang menyalurkan sebum.
c. Komedo Terdiri atas 2 jenis:
Komedo yang terbuka (blookhead) terlihat seperti pori-pori yang membesar dan
menghitam (yang berwarna hitam tersebut adalah penyumbatan pori-pori yang
berubah warna karena akumulasi lipid, bakteri serta debris epitel.

12
Komedo yang tertutup (whitehead) : adanya penumpukan sebum dibawah kulit
sehingga terlihat seperti tonjolan putih kecil.
Akne dibagi menjadi beberapa derajat :
 Derajat I : memiliki komedo , papula atau pustula yang kurang dari 10
buah pada salah satu sisi wajah.
 Derajat II : 10 hingga 20 buah komedo, papula atau pustula.
 Derajat III :25 hingga 50
 Derajat IV:lebih dari 50
9. Pencegahan
Akne dapat dikendalikan dengan terapi bijaksana yang diteruskan sampai proses
penyakit menghilang spontan, Ditujukan untuk mencegah pembentukan
mikrokomedo, melalui pengurangan hyperkeratosis folikel dan produksi sebum.
Pengendalian awal memerlukan waktu paling sedikit 4-8 minggu juga penting untuk
memperhatikan pengaruh emosional berat pada akne. Adapun pencegahan yang dapat
dilakukan yaitu :
̶ Cuci selalu wajah pagi dan malam dengan pembersih mengandung salicylic-acid
untuk mengelupas sel kulit mati. Atau scrub kulit wajah minimal seminggu sekali.
Bawalah selalu kertas penyerap minyak untuk menyerap kelebihan minyak di
wajah. Gunakan juga masker untuk kulit berminyak seminggu sekali.
̶ Untuk membunuh bakteri penyebab jerawat, gunakan sabun muka yg mengandung
benzoyl-peroxida, atau sabun sulfur. Dan gunakan masker anti bakteri/jerawat
seminggu sekali. Kalau obat-obat jerawat yg dijual bebas tidak mempan, mintalah
ke dokter kulit obat jerawat yg mengandung vitamin A derivatif seperti Retin-A.
̶ Diet rendah lemak.
̶ Cukup istirahat.
̶ Penggunaan kosmetik secukupnya.
̶ Hindari polusi debu.
̶ Hindari pemencetan.
10. Penatalaksanaan
Pengobatan Akne vulgaris dapat dilakukan dengan cara memberikan obat topical,
sistemik, dan pembedahan.

13
a. Pengobatan Topical
Untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan dan mempercepat
penyembuhan lesi yang terdiri atas:
1) Bahan iritan yang dapat mengelupas, misalnya sulfur, peroksida bensoil, asam
salisilat, asam vitamin A, asam aseleat, asam alfa hidroksi (AHA), misalnya
asam glikolat.
2) Antibiotika topical yang dapat mengurangi mikroba dalam folikel yang
berperan dalam etiopatogenesis akne vulgaris, misalnya tetrasiklin, eritomisin,
dan lain-lain.
3) Anti peradangan topical, salep atau krim kortekosteroid kekuatan ringan atau
sedang atau suntikan intralasi kortikosteroid kuat pada lesi nodulokistik.
b. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktivitas jasad renik
disamping juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum dan
keseimbangan hormonal.
1) Anti bakteri sistemik, tetrasiklin, eritromisi, doksiklin dan trimetropin.
2) Estrogen antiandrogen sipriteron asetat.
3) Vitamin A dan retinoid oral.
c. Bedah Kulit
Tindakan bedah kulit kadang diperlukan terutama untuk memperbaiki jaringan
parut akibat akne vulgaris yang berat.Tindakan ini dilakukan setelah akne
vulgarisnya sembuh.
1) Bedah skapel dilakukan untuk meratakan sisi jaringan parut yang menonjol.
2) Bedah listrik dilakukan pada komedo tertutup untuk mempermudah
pengeluaran sebum.
3) Bedah kimia dengan asan triklor asetat untuk meratakan jaringan parut yang
berbenjol.
4) Dermabrasi untuk meratakan jaringan parut yang hipo dan hipertrofi pasca
akne yang lias.
11. Komplikasi
Komplikasi dari akne vulgaris yaitu :

14
a. Akne konglobata
b. Pembentukan parut (kalau kondisi jerawat parah)
c. Kehilangan kepercayaan diri
d. Abses atau infeksi sekunder oleh bakteri

15
ASUHAN KEPERAWATAN

ACNE VULGARIS

C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Dalam melakukan pengkajian anamnesis, perawat perlu menggali persepsi pasien
mengenai faktor-faktor yang memicu peningkatan intensitas akne atau yang
membuat lesi semakin parah, seperti makanan dan minuman, gesekan atau tekanan
dari pakain seperti kerah baju, helm, tali helm atau pita kepala, atau trauma akibat
upaya untuk memijet keluar komedo dengan tangan.Adanya ketidaksesuaian atau
kesalahan persepsi dari pasien tentang faktor-faktor tersebut dapat menjadi data
dasar dalam memberikan intervensi keperawatan pada masalah keperawatan
penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif.
b. Riwayat penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang
didapatkan adanya keluhan lain yaitu efek sekunder dari peradangan, seperti
misalnya gatal yang berlebihan, masalah plain pada kulit yang dialami.
2) Riwayat Penyakit terdahulu Pengkajian riwayat penyakit dahulu diperlukan
sebagai sarana dalam pengkajian preoperative, serta penting untuk ditanyakan
mengenai adanya program pengobatan akne atau pasien berusaha mengobati
sendiri dengan berbagai produk komersial yang terdapat di pasaran. Buat daftar
lengkap yang memuat nama-nama preparat kosmetik, krim, obat, pelembap
kulit, dan preparat akne yang dibeli di toko-toko obat, serta baru saja
digunakan oleh pasian harus di peroleh.
3) Pengkajian psikososial Pengkajian psikososial biasanya didapatkan kecemasan
akan nyeri hebat atau akibat respons pembedahan. Pada beberapa pasien juga
didapatkan mengalami ketidakefektifan koping berhubungan dengan
perubahan peran dalam keluarga
4) Pemeriksaan Fisik

16
Pada pemeriksaan status lokalis kulit pasien diregangkan dengan hati-hati dan
kemudian lesinya diinspeksi pada saat melakukan pemeriksaan
jasmani.Komedo yang tertutup (yang merupakan precursor untuk terjadinya
lesi inflamatori yang lebih besar) tampak seperti papula kecil yang agak
menonjol.Komedo yang tebuka akan terlihat datar atau agak menonjol dengan
pemadatan bagian tengah folikel.Ciri-ciri lesi inflamatori
(papula,pustule,nodul,kista) harus dicatat. Apabila lesi utama akne mengalami
peradangan akan disertai papula, pustul, nodula, dan kista.Lesi nodula-kistik
yang mengalami peradangan dapat terasa gatal dan nyeri tekan, bila pecah
dapat mengeluarkan pus.Lokasi terutama pada muka, dada, dan punggung.
2. Diagnosa
a. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
b. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan keadaan luka
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakitnya
e. Ansientas berhubungan dengan kecacatan
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit
g. Resiko serangan berlulang berhubungan dengan genetik, hormon dan pola hidup
yang tidak seghat

3. Intervensi
a. Diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
Intervensi:
1) Observasi keadaan luka pasien
2) Gunakan tehnik septic dan aseptic selama perawatan luka
3) Tekankan tehnik cuci tangan yang baik untuk setiap individu yang kontak
dengan pasien
4) Kolaborasi pemberian antibiotic
Rasional:
1) Mengetahui keadaan luka pasien
2) Mencegah terpajan organisme infeksius

17
3) Mencegah kontaminasi silang dan menurunkan resiko penyebaran infeksi
4) Antibiotic dapat membantu mengurangi penyebaran infeksi
b. Diagnosa Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
Intervensi:
1) Observasi tingkat nyeri pasien(skala 0-10)
2) Ajarkan pasien tehnik distraksi, relaksasi
3) Beri posisi yang nyaman
4) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional:
1) Mengetahui derajat nyeri pasien
2) Distraksi relaksasi dapat membantu meringankan nyeri
3) Memberikan kenyamanan pada pasien sehingga dapat mengurangi nyeri yang
dirasakan
4) Pemberian analgetik dapat membantu meringankan derajat nyeri pasien
c. Diagnosa Gangguan citra tubuh berhubungan dengan keadaan luka
Intevensi:
1) Observasi makna perubahan yang dialami oleh pasien
2) Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam perawatan.
3) Catat perilaku menarik diri : peningkatan ketergantungan, manipulasi atau
tidak terlibat pada perawatan
Rasional:
1) Mengetahui perasaan pasien tentang keadaannya dan control emosinya
2) Dukung keluarga dan orang terdekat dapat mempercepat proses penyembuhan
3) Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan
terapi lebih ketat.
d. Diagnosa Kurang pengetahuan berhungan dengan kurang informasi tentang
penyakitnya
Intervensi:
1) Diskusikan tentang perawatan kulit,contoh :penggunaan pelembab dan
pelindung sinar matahari.
2) Berikan HE tentang Higiene,pencegahan dan pengobatan penyakitnya.

18
3) Tekankan pentingnya mengevaluasi perawatan.
Rasional:
1) Meningkatkan perawatan diri setelah pulang dan kemandirian
2) Meningkatkan pengetahuan pasien.
3) Dukungan jangka panjang continue dan perubahan terapi dibutuhkan untuk
mencapai penyembuhan optimal
e. Diagnosa Ansientas berhubungan dengan kecacatan
Intervensi :
1) Observasi derajat ansietas pasien.
2) Informasikan pasien bahwa perasaannya normal.
3) Berkan kenyaman fisik, lingkungan tenag dan istirahat.
Rasional:
1) Mengetahui tingkat ansietas pasien sehingga dapat memberikan HE yang
tepat.
2) Pemahaman bahwa perasaan normal dapat membantu pasien meningkatkan
beberapa perasaan kontrol emosi.
3) Rasa nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga membantu menurunkan
ansietas
f. Diagnosa Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan
kulit
Intervensi :
1) Obeservasi atau catat ukuran, warnadan keadaan kulit di ara sekitar luka
2) Ubah posisi dengan sering.
3) Beri perawatan kulit sering agar tidak terjadi kering atau lembab
Rasional :
1) Mengetahui perkembangan luka pasien dan kulit di sekitarnya
2) Memperbaiki sirkulasi darah.
3) Terjadi kering / lembab dapat merusak kulit dan mempercepat kerusakan
g. Diagnosa Resiko serangan berlulang berhubungan dengan genetik, hormon dan
pola hidup yang tidak seghat
1) Untuk menghindari infeksi sekunder

19
2) Pembatasan aktifitas pada pasien
3) Beri dukungan pada pasien
Rasional :
1) Pasien harus menjaga kulit harus tetap bersih dan kering
2) Untuk meningkatkan perawatan diri dan mencegah komlikasi
3) Dukungan positif akan memberi motivasi untuk meningkatkan upaya dalam
menurunkan resiko serangan berulang.

3. Discharge Planning
1) Hindari faktor pemicu yang dapat menyebabkan kambuhnya kondisi medis ini
2) Hindari lingkungan yang lembab
3) Hindari paparan sinar ultraviolet terlalu lama
4) Hindari penggunaan Kortikosteroid
5) Hindari penggunaan kosmetik pada daerah kulit yang terkena
6) Membasuh wajah secara rutin jika anda memiliki kulit berminyak
7) Mencuci rambut secara rutin jika anda memiliki rambut berminyak
8) Mengelola stres anda dengan baik
4. Evidence Based Practice
HUBUNGAN TIMBULNYA ACNE VULGARIS DENGAN TINGKAT KECEMASAN
PADA REMAJA DI SMP N 1 LIKUPANG TIMUR Meiching G. Sampelan Damayanti
Pangemanan Rina M. Kundre Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi
Abstrak : Acne vulgaris adalah suatu keadaan dimana pori-pori kulit tersumbat sehingga
timbul bintik merah dan abses (kantong nanah) yang meradang dan terinfeksi pada kulit.
Jerawat sering terjadi pada kulit wajah, leher dan punggung dan terdapat pada perempuan
umur 14-17 tahun laki-laki umur 16-19 tahun. Acne vulgaris mempunyai dampak bagi
Remaja secara fisik maupun psikologik dan dapat menimbulkan kecemasan dan depresi.
Tujuanmengetahui hubungan timbulnya Acne Vulgaris dengan tingkat kecemasan pada
remaja di SMP N 1 Likupang Timur. Desain Penelitian yaitucross sectionaldan
menggunakan kuesioner serta observasi untuk mendapatkan data dari responden. Hasil
Penelitian dari 42 siswa didapatkan acne vulgaris ringan 62,0%, sedang 19,0% dan berat

20
19,0%. Sebagian besar siswa 61,9 % mengalami jerawat ringan. Dan pada kecemasan
ringan 64,3%, sedang 19,0% dan berat 16,7%. Sebagian besar kecemasan mereka berada
pada tingkat kecemasan ringan 64,3%. Dan menggunakan uji Chi-Square di dapat p-
value sebesar 0,000(α 0,05). Kesimpulan ada hubungan positif yang sangat signifikan
antara hubungan timbulnya acne vulgaris dengan tingkat kecemasan pada Remaja di
SMP N1 Likupang Timur.
Salah satu penyakit kulit yang selalu mendapat perhatian bagi para remaja dan
dewasa muda adalah jerawat atau dalam bahasa medisnya acne vulgaris. Penyakit ini
tidak fatal, tetapi cukup merisaukan karena berhubungan dengan menurunnya
kepercayaan diri akibat berkurangnya
keindahan wajah penderita (Yuindartanto, 2009). Meskipun Acne vulgaris tidak
menimbulkan fatalitas, tetapi Acne dapat cukup merisaukan karena berhubungan dengan
menurunnya kepercayaan diri akibat berkurangnya keindahan pada wajah penderita
(Efendi, 2008).
Acne vulgaris adalah suatu keadaan dimana pori-pori kulit tersumbat sehingga timbul
bruntusan (bintik merah) dan abses (kantong nanah) yang meradang dan terinfeksi pada
kulit. Jerawat sering terjadi pada kulit wajah, leher dan punggung. Baik laki-laki maupun
perempuan (Susanto, 2013). Acne dikatakan hingga 80% populasi pada satu saat.
Gambaran khas adalah timbul pada remaja, sering kali yang sedang mengalami tanda-
tanda awal pubertas, dengan beragam lesi yang hilang timbul. Dapat ditemukan beberapa
jenis kulit lesi (Bourke, 2011). Adapun berbagai faktor. Penyebab acne sangat banyak
(multifactorial), antara lain : genetik, endoktrin, faktor makanan, keaktifan, dari kelenjar
sebasea sendiri, faktor psikis, iklim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), dan
kosmetika (Victor, 2010). Insidensi tertinggi terdapat pada perempuan antara umur 14–17
tahun dan pada laki-laki antara umur 16–19 tahun. Tetapi dapat pula timbul pada usia di
atas 40 tahun dan penyakit ini dapat pula menetap pada usia lanjut. 10% kasus didapat
pada usia 30–40 tahun. Bentuk yang lebih berat dari akne terdapat pada kira-kira 3% laki-
laki, lebih jarang pada perempuan (Rahmawati, 2012). Perilaku sosial, psikologis, dan
emosional yang berasal dari akne telah dilaporkan mirip dengan perilaku yang terdapat
pada epilepsi, asma, diabetes, dan artritis. Pasien akne yang diperiksa di pusat pelayanan
tersier cenderung mengalami depresi, kecemasan, menarik diri dari pergaulan sosial,

21
kemarahan, serta cenderung tidak memiliki perkerjaan dibandingkan dengan yang tidak
mengalami akne (Andri, 2009).
Penyakit kulit bukan merupakan penyakit yang berbahaya namun mempunyai
dampak yang besar bagi para remaja baik secara fisik maupun psikologik dapat
menimbulkan kecemasan dan depresi. Wajah yang berjerawat akan berpengaruh pula
pada perkembangan psikososial termasuk kepercayaan diri (Saragih, 2016). Remaja
dalam perkembangannya, dihadapkan oleh berbagai perubahan mencakup perubahan
biologis dan psikologis. Perubahan biologis yang terdiri dari peruahan fisik merupakan
pencetus yang berdampak pada tahap psikis. Perubahan kondisi fisik inilah yang
berpengaruh pada kepercayaan diri. Penampilan fisik seperti wajah berjerawat yang tidak
sesuai dengan gambaran ideal eorang remaja akan menimbulkan ketidakpuasan sehingga
menimbulkan rasa kurang percaya diri (Ompi, 2016).Pada saat penulis survey dan
mengambil data awal pada tanggal 3 Oktober 2016, terdapat 70 siswa yang berjerawat,
dan dari 70 siswa yang berjerawat tersebut, penulis mewancarai 15 siswa diantaranya,
dan dari hasil wawancara yang didapatkan yaitu siswa yang berjerawat merasa cemas dan
kurang percaya diri dalam melakukan aktivitas sehari-hari.Melihat fenomena di atas
maka penulis tertarik untuk meneliti “hubungan timbulnya acne vulgaris dengan tingkat
kecemasan pada remaja di SMP N 1 Likupang Timur” kuesioner disebarkan peneliti
terlebih dahulu menejelaskan maksud dan tujuan penelitian dan dijelaskan juga beberapa
pertanyaan kemudian kuesioner disebarkan. Desain penelitian ini menggunankan
rancangan deskriptif dengan menggunakan rancangan studi cross sectional yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan timbulnya acne vulgaris dengan tingkat
kecemasan pada Remaja di SMP N 1 Likupang Timur. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa-siswi SMP N 2 Likupang Timur yang berjerawat sebanyak 70 orang. Dari
sampel yang diambil yaitu 42 responden. Kriteria inklusinya adalah siswa-siswi SMP N 1
Likupng Timur yang berumur 14-19 tahun. Kriteria eksklusinya sedang dalam
pengobatan acne vulgaris. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
kuesioner skala Hars dengan 14 pertanyaan, untuk mengukur tingkat kecemasan siswa-
siswi SMP N 1 Likupang Timur dam Lembar Observasi acne vulgaris untuk melihat
derajat acne vulgaris ringan, sedang dan berat. Sebelum kuesioner disebarkan peneliti

22
terlebih dahulu menejelaskan maksud dan tujuan penelitian dan dijelaskan juga beberapa
pertanyaan kemudian kuesioner disebarkan.
 Judul jurnal
Hubungan timbulnya acne vulgaris dengan tingkat kecemasan pada remaja di smp n
1 likupang timur
 Implikasi untuk keperawatan
Implikasi hasil Penelitian terhadap keperawatan adalah tenaga kesehatan harus
memberikan pendidikan kesehatan terhadap remaja putra dan putri untuk mencegah
terjadinya acnefulgaris dengan cara mengurangi stres.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jerawat adalah penyakit kulit yang cukup besar jumlah penderitanya.Kligmann, seorang
peneliti masalah jerawat ternama dunia berpendapat, "Tak ada satu orang pun di dunia
yang melewati masa hidupnya tanpa sebuah jerawat di kulitnya".
Akne vulgaris (jerawat) merupakan kelainan folikel umum yang mengenai pilosebasea
(polikel rambut) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka, leher, serta
bagian atas. Akne ditandai dengan komedo tertutup ( white head ), komedo terbuka
(black head), papula, pustul, nodus, dan kista.
ada beberapa macam terapi yang diberikan pada pasien akne vulgaris yakni : pengobatan
sistemik, pengobatan topical dan pembedahan. Sedangkan untuk mencegah timbulnya
akne dianjurkan beberapa hal yaitu : diet, perawatan kulit dan memberikan informasi
yang cukup kepada pasien mengenai penyebab penyakit serta pencegahannya.
B. Saran

24
Dari hasil pembahasan diatas, maka disarankan agar dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan akne vulgaris harus diperhatikan pendidikan kesehatan
yang penting yakni: diet, perawatan diri dan menghindari kosmetik berlebihan

25
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta.


Djuanda, A . 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin .FKUI : Jakarta.
Fulton, James., 2010. Acne Vulgaris.Medscape. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1069804-overview [ Accessed: March 11,2013]
Handa, S., 2012.Propionibacterium Infections. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/226337-overview [Accessed: March 14, 2013]
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Legiawati, L., 2013. Peran Dermokosmetik pada Tatalaksana Akne. Dalam: Simposium
Nasional dan Pameran Dermatologi Kosmetik. Pearls ofCosmetic
Dermatology. Jakarta.
Shen Y, et al., 2012. Prevalence of Acne Vulgaris in Chinese Adolescents and Adults: A
Community-based Study of 17,345 Subjects in Six Cities, In: Acta Derm Venereol;92:
40-4.
Wasitaatmadja, S. 2010. Akne Vulgaris. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.ed.6. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI, 254-60.
William and Wilkins. 2012. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta.
Penerbit Indeks

26

Anda mungkin juga menyukai