(Bab I) Perancangan Rehabilitasi Penyandang Cacat
(Bab I) Perancangan Rehabilitasi Penyandang Cacat
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, kesehatan dan
kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tentang laporan tugas akhir, pada
program studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Khairun Ternate, dengan judul:
“PERANCANGAN PUSAT REHABILITASI PENYANDANG CACAT DI TERNATE”.
Dengan demikian, penulis mengharapkan segala kritikan berupa saran dan pendapat dari semua
pihak yang bersifat motivasi dan membangun demi perbaikan di masa mendatang karena
penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan dalam penyusunan laporan ini sangat
penulis harapkan dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Untuk itu, tidak
lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Penulis menyadari atas segala keterbatasan yang penulis miliki, sebab sesungguhnya
tiada kesempurnaan apapun yang kita miliki di dunia ini selain-Nya. Dengan penuh
kerendahan hati penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulis tugas akhir ini.
PENULIS
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
2.4. Standar Rehabilitasi ………………………………………
iv
4.2.2. Analisa Kebutuhan Ruang ………………………
4.2.3. Analisa Besaran Ruang …………………
4.2.4. Analisa Kebutuhan Parkir dan Luas Site ………
4.3. Analisa Penentuan Lokasi dan Site …………………………
4.3.1. Analisa Penentuan Lokasi ………………………………
4.3.2. Analisa Penentuan Site ………………………………
4.3.3. Data Eksisting Site ………………………………
4.3.4. Analisa Tapak ………………………………………
4.3.5. Analisa Tata Massa Bangunan …………………
4.3.6. Analisa Struktur ………………………………
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ………………………………………………
5.2. Saran ………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN
1. Struktur Organisasi
2. Proporsi Massa di Tengah Space
3. Karakter Penglihatan
4. Kenyamanan Gerak Penglihatan
5. Standar Ruang Gerak Manusia
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
Gambar 2.23. Panti Janti Malang
vii
Gambar 4.17. Analisa Konsep Tata Kuasa Bangunan
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Rekapitulasi Penyandang Cacat Masalah Kesejahteraan Sosial Tahun 2013
Tabel 2.2. Klasifikasi Penyandang Cacat Masalah Kesejahteraan Sosial Tahun 2013
Tabel 4.2. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kota Ternate Tahun 2013
Tabel 4.3. Ketinggian (DPL) dan Banyaknya Potensi dan Pantai di Kota Ternate
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduk dan
pertumbuhan penduduk yang semakin besar yang memacu perkembangan kota menjadi
semakin padat dan tidak terkendali. Dengan mengutamakan kualiatas hidup yang menyediakan
fasilitas penunjang di dalamnya yang merupakan salah satu alternatif untuk pembanguanan
kawasan huniani. Untuk kebutuhan masyarakat, salah satu dari kemajuan pendidikan di bidang
pembangunan saat ini bertujuan untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat guna
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Maluku Utara merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah mencapai 140.255,32
km2 yang sebagiannya merupakan wilayah perairan laut, yaitu seluas 106.977,32 km2 (23,73%)
sisanya seluas 33.278 km2 (23,73%) adalah daratan. Provinsi Maluku Utara terdiri dari 395
pulau besar dan kecil. Pulau yang dihuni sebanyak 64 buah dan yang tidak dihuni sebanyak
331 buah. Kota Ternate merupakan salah satu pulau yang ada di provinsi Maluku Utara, yang
banyak mengalami perkembangan yang cepat dan pesat, yang mana Ternate juga memiliki
fasilitas-fasilitas untuk masyarakat yang membutuhkan suatu wadah pelayanan atau rehabilitas,
yang ada di Maluku Utara.
Berdasarkan data Dinas Sosial Provinsi Maluku Utara Penyandang cacat disetiap
Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penyandang cacat tertinggi terdapat di Kabupaten
Halmahera Barat dengan jumlah penyandang mencapai 950 jiwa, sedangkan jumlah
penyandang yang terrendah terdapat di Kepulauan Sula dengan jumlah penyandang mencapai
815 jiwa, dan di Kabupaten/Kota yang lain seperti Kota Ternate jumlah penyandang cacat
hanya mencapai 930 jiwa, Kabupaten Halmahera Tengah 850 jiwa, , Kota Tidore kepulauan
890 jiwa, dan Pulau Morotai 817 jiwa, dengan jumlah penyandang cacat keseluruhan mencapai
7,672 jiwa, penyandang cacat. Dimana yang kita ketahui bahwa dari jumlah penyandang di
setiap Kabupaten/Kota belum memenuhi syarat untuk kebutuhan para penyandang, maka perlu
adanya Pusat Rehabilitas Penyandang Cacat untuk masyarakat Maluku Utara sebagai
pelayanan penyandang cacat seperti pendidikan formal dan psikologi yang layak untuk para
penyandang cacat. untuk masyarakat Maluku Utara sebagai pelayanan penyandang cacat
seperti pendidikan formal dan psikologi yang layak untuk para penyandang cacat.
1
Pola hidup masyarakat pada kenyataannya dapat dilihat adanya kecenderungan
masyarakat yang ada di Maluku Utara yaitu kurangnya fasilitas-fasilitas yang ada di Maluku
utara ini, yang mana sangat banyak masyarakat Maluku Utara yang sangat membutuhkan
fasilitas-fasilitas tersebut dalam pelayanan atau rehabilitas, dimana yang kita ketahui bahwa
masyarakat adalah sekelompok orang yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya,
untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur
maka perlu adanya pembangunan ( Pusat rehabilitas penyandang cacat di Maluku utara ) untuk
tempat tinggal masyarakat yang membutuhkan pelayanan tersebut.
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan yang akan di bahas pada
pusat rehabilitasi penyandang cacat adalah sebagai berikut:
2
1.4. Batas Perancangan
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan di atas maka focus dalam perancangan ini
adalah mendesain banguan sebagai tempat penanganan pelayanan rehabilitasi penyandang
cacat dengan menghadirkan fungsi pendidikan formal dan psikologi bagi penyandang cacat
yang ada di Maluku Utara.
BAB I : PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat,
batas perancangan dan sistematika pembahasan.
Pada bab ini membahas tentang konsep rancangan yang terdiri dari
analisa dan konsep dasar rancangan tentang pusat rehabilitasi
penyandang cacat.
Bab ini berisi uraian singkat laporan perancangan yang terkesit dengan
kesimpulan serta saran terhadap perancangan pusat rehabilitasi
penyandang cacat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara literature suatu perencangan dengan kegiatan yang membuat desain teknis
berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan pada kegiatan analisis atau menggambarkan serta
menciptakan sesuatu yang benar-benar ada dalam berbagai situasi seperti halnya untuk suatu
informasi yang terpusat agar dapat memberikan kemudahan bagi siapapun yang ingin
mendapatkan informasi dari gangguan terhadap kondisi fisik, psikis, dan social agar dapat
melaksanakan perannya kembali secara wajar, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
Dimana mereka yang menderita suatu kelainan fisik dan mental yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi kehidupan mereka baik dalam
bidang kesehatan, social, kejiwaan, pendidikan, ekonomi, maupun bidang lain yang dikordinir
menjadi continuous process, dan bertujuan untuk memulihkan tenaga penderita cacat baik
jasmaniah maupun rohaniah, untuk menduduki kembali tempat di masyarakat dan Negara.
Rehabilitasi penyandang cacat adalah suatu proses, produk, atau program yang sengaja
disusun agar setiap orang yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu
atau merupakan rintangan dan hambatan dapat mengembangkan potensinya seoptimal
mungkin atau dapat mengfungsikan potensi yang dimilikinya sehingga dapat mencapai
kepuasan pribadi lahir dan batin.
4
1. Menurut Soewito, salah seorang rehabilitasi di RC Surakarta.
Rehabilitasi penderita cacat merupakan daya upaya, baik dalam bidang kesehatan,
sosial, kejiwaan, pendidikan, ekonomi, maupun bidang lain yang dikordinir menjadi
continuous process, dan bertujuan untuk memulihkan tenaga penderita cacat baik
jasmaniah maupun rohaniah, untuk menduduki kembali tempat di masyarakat sebagai
anggota penuh yang swasembada, produktif, dan berguna bagi masyarakat dan negara.
2. Departemen sosial mengatakan.
Rehabilitasi adalah suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk
memungkinkan penderita cacat mampu melakukan fungsi-fungsi sosialnya secara
wajar dalam kehidupan masyarakat.
3. Dr. Rusk, seorang ahli rehabilitasi mengatakan.
Rehabilitasi adalah “self rehabilitation”, artinya keberhasilan daripada rehabilitasi itu
tergantung dari motivasi penderita mau merehabilitasikan dirinya sendiri dalam
mengembangkan potensinya seoptimal mungkin, karena para ahli hanya memberikan
petunjuk, bimbingan, dan kemudahan fasilitas, serta mendorong penderita untuk
keberhasilan program rehabilitas yang dijalaninya.
Fungsi dan tujuan yang hendak dicapai ialah menuju kemandirian setiap individu
sehingga dapat menghilangkan ketergantungan individu terhadap orang lain; memulihkan dari
rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta tanggung jawab terhadap masa depan;
memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat melaksanakan fungsisosialnya
secara wajar, dan penyembuhan secara fisik juga penyembuhan keadaan sosial secara
menyeluruh.
Ruang lingkup utama permasalahan yang perlu ditanggulangi dan ditangani dalam
rangka pelaksanaan program pembangunan kesejahteraan sosial mencakup dua hal yakni
manusia yang tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya karena faktor patologis dan non
patologis, dinamika sosial yang mencakup semua factor dan kondisi dinamis yang dapat digali,
dan dimanfaatkan sebagai daya dan dana sosial untuk mendorong terjadinya perubahan-
5
perubahan dan perkembangan sosial dalam rangka memantapkan stabilitas nasional dan
meningkatkan kesehatan nasional.
Tabel 2.1
Rekapitulasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(Kecacatan/penyandang disabilitas) Tahun 2013
6
9. Pulau Morotai 817
Jumlah 7.672
Sumber: Dinas Sosial Provinsi Maluku Utara Tahun 2013
a. Kementerian sosial menerima data dari provinsi, yang selanjutnya diverifikasi sebagai
bahan untuk menetapkan daftar nama calon penerima bantuan.
b. Penetapan penerima bantuan disahkan melalui Surat keputusan Direktur Jenderal
Rehabilitasi Sosial atas nama Menteri Sosial RI.
Gambar 2.1. Alur Penetapan Penerima Asistensi Sosial Orang Dengan Kecacatan Berat/disabilitasi
7
UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang cacat, psl 16 : pemberdayaan dan masyarakat
menyelenggarakan upaya: rehabilitasi, bantuan sosial dan pemeliharaan taraf kesejahteraan
sosial.
a. Populasi
Jumlah ODK : 2.364.000 orang (2009)
Proyeksi Penyandang cacat berat : 163.232 orang
b. Sasaran
1. Tahun 2006 : 3.750 di 5 Provinsi (15 Kab/Kota)
2. Tahun 2007 : 6.000 di 8 Provinsi (24 Kab/Kota)
3. Tahun 2008 : 10.000 di 13 Provinsi (49 Kab/Kota)
4. Tahun 2009 : 17.000 di 31 Provinsi (184 Kab/Kota)
5. Tahun 2010 : 17.000 di 31 Provinsi (186 Kab/Kota)
6. Tahun 2011 : 19.500 di 33 Provinsi (211 Kab/Kota)
7. Tahun 2012 : 22.000 di 33 Provinsi (321 Kab/Kota)
8. Tahun 2013 : 22.000 di 33 Provinsi (323 Kab/Kota)
Pendidikan luar biasa dan rehabilitasi mempunyai tujuan yang sama dan mempunyai
akar yang sama. Rehabilitasi ditunjukan terutama kepada mereka yang mengalami
kelainan fisik dan mental dan ada hambatan yang disebabkan oleh kelainan trsebut, dan
dengan rehabilitasi ada harapan untuk membantu individu menolong diri sendiri. Guru
Pendidikan Luar Biasa harus berusaha mengaitkan proses belajar mengajar dengan
program pelayanan medis. Dengan demikian, kegiatan sekolah dengan kegiatan klinis
menjadi suatu kesatuan proses, demikian juga dengan vokasional dan terapi fisik
diintegrasikan.
8
penyandang cacat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar sesuai dengan
bakat, kemampuan, pendidikan dan pengalaman. Lebih jelas dijelaskan, rehabilitasi bagi
penyandang cacat meliputi:
1. Rehabilitasi medis; dimaksudkan agar penyandang cacat dapat mencapai
kemampuan fungsional secara maksimal.
2. Rehabilitasi pendidikan; dimaksudkan agar penyandang cacat dapat pendidikan
secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
3. Rehabilitasi pelatihan; dimaksudkan agar penyandang cacat dapat memiliki
keterampilan kerja sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
4. Rehabilitasi Sosial; dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemauan dan kemampuan penyandang cacat agar dapat melaksanakan fungsi
sosialnya secara optimal di masyarakat.
Setiap orang yang mempunyai anggota tubuh yang tidak lengkap atau mempunyai
mental sehingga dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi mereka yang
memiliki kelainan tersebut.
9
kelahiran, kecelakaan maupun cacat rungu
dan wicara
c.Cacat netra Seseorang yang terlambat mobilitas gerak
yang disebabkan oleh hilang/berkurangnya
fungsi penglihatan sebagai akibat dari
kelahiran, kecelakaan maupun penyakit yang
terdiri dari :
Buta total : tidak dapat melihat masa sekali
objek didepannya (hilangnya fungsi
penglihatan).
10
a. Penyakit folio
b. Penyakit kelamin
c. Penyakit TBC
d. Celebral palsy
e. Penyakit kepra/kusta
f. Diabetes mellitus
g. Darah tinggi
4. Kecacatan karena malnutrisi dan keracunan makanan dan minuman
5. Kecacatan karena alcoholism khronis dan penyalahgunaan narkotika
6. Kecacatan disebabkan oleh populasi dan pencemaran lingkungan serta bencana alam
1. Aspek fisik
a. Hambatan untuk melakukan suatu aktifitas sehari-hari
b. Terbatasnya untuk melakukan kegiatan fisik
c. Ketidakabnormalan bentuk fisik
2. Aspek psikis, meskipun tidak selalu mereka cenderung:
a. Kurang percaya diri
b. Mengisoslir diri
c. Agresif
d. Pesimistis
e. Masa bodoh
f. Malu bergaul
g. Cepat putus asa
h. Mudah tersinggung
i. Mudah marah
3. Aspek sosial
a. Kemampuan bergaul terbatas
b. Relasi sosial cenderung inklusif/tertutup
c. Integrase sosial cenderung menunggu
4. Aspek Vokasional
Kesempatan kerja menjadi terbatas
11
2.3.3. Dampak Kecacatan
Akibat dari kurang berfungsinya salah satu anggota gerak tubuh seseorang, dapat
menimbulkan berbagai masalah yang terjadi pada penyandang cacat tubuh tersebut yaitu:
12
Masyarakat yang memiliki warga yang menderita cacat tubuh akan turut terganggu
kehidupannya, selama penyandang cacat belum dapat berdiri sendiri dan selalu
menggantungkan dirinya pada orang lain.
Standar rehabilitasi Nasional bagi sosial penyandang cacat merupakan salah satu
kegiatan Ditjen Yanrehsos (dilaksanakan oleh Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Penyandang Cacat) yang diarahkan untuk membantu penyandang cacat melalui upaya
peningkatan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial
penyandang cacat, memperluas jangkauan pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat,
meningkatkan mutu dan profesionalisme pelayanan dan rehabilitasi sosial, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, dan memantapkan majemen pelayanan
dan rehabilitasi sosial penyandang cacat.
1. Rehabilitasi sosial,
2. Bantuan sosial,
13
3. Pemeliharaan taraf hidup,
4. Aksebilitas.
14
a.) Memperkenalkan program aksi untuk menciptakan lingkungan fisik yang
terakses
b.) Mengambil langkah-langkah untuk menyediakan akses terhadap informasi dan
komunikasi.
6. Pendidikan
Pendidikan bagi anak-anak, remaja dan dewasa penyandang cacat pada tingkat
pendidikan dasar, menengah maupun atas, secara integrase/terpadu. Menjamin
bahwa pendidikan bagi para penyandang cacat merupakan bagian yang integral dari
system pendidikan secara keseluruhan.
7. Tunjangan penghasilan dan jaminan sosial
Bertanggungjawab untuk menyediakan jaminan sosial dan tunjangan penghasilan
bagi para penyandang cacat.
Elemen-elemen yang masuk dalam kategori ini dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Ruang mati (death space)
Pengertian dari ruang hidup adalah bentuk yang benar dalam hubungan dengan
ruang-ruang yang bermutu untuk berkomposisi dengan struktur yang direncanakan
dengan baik. Harus ada hubungannya dengan karakter, massa dan fungsi dari
struktur-struktur seperti itu. Dari pengertian diatas ini ruang mati (death space) dapat
disimpulkan sebagai kebalikan daripada ruang hidup. Yaitu ruang yang di bentuk
dengan tidak direncanakan, tidak terlingkup dan tidak digunakan dengan baik,
(ruang yang tidak terbentuk dengan tidak di sengaja atau ruang yang tersisa). Ruang
15
mati bila kita lihat merupakan ruang yang terbuang percuma. Ruang tersebut
tanggung bila digunakan untuk sesuatu sebab tidak direncanakan. Ruang mati
terbentuk karna bangunan diletakkan tidak di tengah tidak juga di tepi, sehingga
ruang yang tersisa hanya sedikit.
2. Ruang terbuka
Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara
langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun
waktu tidak tertentu.
Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang terbuka hijau
seperti taman kota, hutan dan sebagainya.
a. Ruang terbuka privat (memiliki batas waktu tertentu untuk mengaksesnya dan
kepemilikannya bersifat pribadi, contoh halaman rumah tinggal),
b. Ruang terbuka semi privat (ruang public yang kepemilikannya pribadi namun
bisa diakses langsung oleh masyarakat, contoh senayan, ancol) dan
c. Ruang terbuka umum (kepemilikannya oleh pemerintah dan bisa diakses
langsung oleh masyarakat tanpa batas waktu tertentu, contoh alun-alun, trotoar).
Selain itu
d. Ruang terbuka pun bisa diartikan sebagai ruang interaksi (kebun binatang, taman
rekreasi)
3. Unsur material
Unsur dalam landsekap atau taman dibedakan dengan dua unsur yaitu unsur
lunak dan unsur keras.
16
berakar dalam, kebisingan, juga
dan tinggi 100- sebagai pengarah,
300 m diletakan di area
parkiran sebagai
peneduh, dan sekitar
taman
Lantana suntai Batang tidak Sebagai tanaman hias,
berkayu, juga pembatas.
berakar
dangkal, dan
tinggi 20-50 m
Sumber: arsitektur landsekap
17
B. Penentuan Tata Letak Parkir
1. parker terletak pada permukaan yang datar
2. tempat parker tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan
Hubungan pencapaian antara tempat parker dengan bangunan atau tempat
kegiatan diusahakan tidak terlalu jauh. Bila jarak antara temat parker dengan
pusat kegiatan cukup jauh, maka diperlukan sirkulasi yang jelas dan terarah.
Ditinjau dari sudut perancangan, tempat parker harus memenuhi kriteria dan prinsip
tempat parker, secara garis besar sebagai berikut :
1. Waktu penggunaan dan pemanfaatan tempat parker
2. Banyaknya kebutuhan jumlah kendaraan untuk menentukan luas tempat parkir
3. Ukuran dari jenis kendaraan yang akan di tamping
4. Mempunyai keamanan yang baik dan terlindungi dari panas matahari
5. Cukup penerangan cahaya di malam hari
6. Tersedia sarana penunjang parkir, seperti tempat tunggu sopir, tempat sampah
dan pos penjaga atau penitipan.
1. Bentuk Parkiran
18
b. Parkir Sudut (Angle)
19
b. Perkerasan yang Menyerap Air
Untuk perkerasan yang menyerap air, biasanya menggunakan material
paving
b. Sirkulasi vertical
c. Pintu
1. Pintu pagar mudah dibuka dan ditutup
2. Lebar pintu 90 cm
3. Sekitar pintu tidak dekat dengan ram dan ketinggian lantai
21
d. Toilet
1. Toilet dilengkapi dengan rambu atau symbol system cetak timbul
2. Tinggi sesuai dengan tinggi pengguna kursi roda 45-50 cm dan ada pegangan
3. Letak tissue, air, kran, pancuran, sabun, dipasang dan terjangkau
4. Kran system pengungkit
5. Lantai tidak licin
22
e. Pancuran
1. Tempat duduk lebar
2. Ada tombol alarm
3. Ada pegangan rambat
4. Kran system pengungkit
23
f. Westafel
1. Kran wastafel mudah dijangkau
2. Ruang bebas yang cukup
3. Ruang cermin sesuai dengan tinggi kursi roda
4. kran system pengungkit
24
g. Perabot
1. Perabot ruang duduk dengan meja bujur sangkar dan persegi panjang
2. perabot ruang tidur dan kotak obat-obatan
h. Telepon
1. Menggunakan tombol tekan
2. Tinggi sesuai pengguna, kisaran 80-100 cm
3. Alat volume suara bagi penderita kurang pendengaran
4. Bagi tuna rungu disediakan telepon text
5. Huruf Braile bagi tuna netra
25
i. Rambu dan marka
1. Arah dan tujuan jalur pedestrian
2. KM/WC umum, telepon umum
3. Parker khusus penyandang cacat
4. Nama fasilitas dan tempat
5. Telepon dan ATM
26
2.5.3. Tipologi dan Morfologi
Tipologi dan morfologi adalah penelusuran asal-usul terbentuknya objek-objek
arsitektural yang terdiri dari tiga tahap, yaitu : pertama, menentukan bentuk dasar
(formal arsitektural) yang ada di tiap objek arsitektural. Yang dimaksudkan bentuk
dasar ialah unsur-unsur geometric utama, seperti segitiga, segi empat, lingkaran, dan
elips, berikut segala variasi masing-masing unsur tersebut. Kedua, menentukan sifat
dasar (properties) yang dimiliki oleh setiap objek arsitektural berdasarkan bentuk
dasarnya, misalnya: bujur sangkar bersifat statis, lingkaran bersifat memusat dan
sebagainya. Ketiga, mempelajari proses perkembangan bentuk dasar sampai
perwujudannya saat itu. Adapun table bentuk dasar geometri yaitu:
27
dibatasi oleh
tiga sisi yang
mempunyai
tiga buah sudut
(sumber: FDK ching. Bentuk wujud dan Tatanan. 2000)
Adapun studi pengembangan bentuk pada bangunan dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Bentuk lingkaran atau lengkung dapat mencerminkan citra estetika yang memberi kesan
lembut dan utuh, apabila diolah dan dimodifikasi bentuk ini dapat berubah menjadi
bentuk lain seperti segi tiga atau segi enam dalm keadaan utuh.
b) Bentuk sculpture sebagai sosok estetika bangunan adalah untuk mengekspresikan suatu
citra tertentu. Pemilihan bentuk-bentuk sculpture bagi bangunan dipengaruhi oleh
pertimbangan lingkungan, fungsi dan konstruksi.
c) Bentuk segi tiga sebagai sosok estetika bangunan adalah mencerminkan citra kestabilkan
dan kekuatan yang mantap.
d) Bentuk persegi merupakan sosok estika adalah bentuk yang paling mudah dalam
mengaplikasikan dan menghamonisasi pengolahan bentuk dan pengembangan
bentuknya.
28
2. Pola grid
Grid adalah suatu system pertolongan dua garis-garis sejajar atau lebih yang berjarak
teratur. Grid membentuk suatu pola geometric dan titik yang berjarak teratur pada
perpotongan garis-garis dan bidang beraturan yang di bentuk oleh garis-garis itu
sendiri.
3. Pola Linear
Pola linear adalah bentuk garis lurus atau linear yang dapat diperoleh dari perubahan
secara proporsional dalam dimensi suatu bentuk atau melalui pengaturan sederet
bentuk-bentuk sepanjang garis. Dalam kasus tersebut deretan bentuk dapat berupa
pengulangan atau memiliki sifat serupa dan diorganisir oleh unsur lain yang terpisah
dan lain sama sekali seperti dinding dan jalan.
29
a. Bentuk garis lurus dapat dipotong-potong atau dibelokkan sebagai penyesuaian
terhadap kondisi setempat seperti topogafi, pemandangan tumbuh-tumbuhan,
maupun keadaan lain yang ada dalam tapak.
b. Bentuk garis lurus dapat diletakkan dimuka atau menunjukkan sisi suatu ruang luar
atau membentuk bidang masuk ke suatu bidang dibelakangnya.
c. Bentuk linear bisa dimanipulasi untuk membatasi sebagian.
d. Bentuk linear dapat diarahkan secara vertical sebagai suatu unsur menara untuk
menciptakan sebuah titik dalam ruang.
e. Bentuk linear dapat berfungsi sebagai unsur pengatur sehingga bermacam-macam
unsur lain dapat ditempatkan disitu.
4. Pola cluster
Jika organisasi terpusat memiliki dasar geometric yang kuat dalam penataan dalam
bentuk-bentuk, maka organisasi kelompok dibentuk berdasarkan persyaratan
fungsional seperti ukuran, wujud, ataupun jarak letak. Walaupun tidak memiliki aturan
geometric dan sifat introvert bentuk terpusat organisasi kelompok cukup fleksibel
dalam memadukan bermacam-macam wujud, ukuran, dan orientasi ke dalam
strukturnya.
5. Pola radial
Pola radial adalah bentuk yang terdiri atas bentuk-bentuk linear yang berkembang dari
suatu unsur inti terpusat kea rah luar menurut jari-jarinya. Bentuk ini menggabungkan
aspek-aspek pusat dan linear menjadi satu komposisi.
30
2.5.5. System Struktur
a. Sub Struktur
Umumnya digunakan pada bangunan, yang dapat dibuat secara pabrikasi maupun
dengan konvensional, adapun komponen main struktur ialah: kolom, lantai, dan
dinding.
31
c. Upper struktur
Merupakan komponen struktur paling atas pada suatu bangunan yakni atap.
32
Satuan unit SI dari muatan listrik adalah coulomb, yang memiliki singkatan
“C”. symbol Q digunakan dalam persamaan untuk mewakili kuantitas listrik atau
muatan. Contohnya, “Q=0,5 C” berarti “kuantitas muatan listrik adalah 0,5
coulomb”
System listrik yang masuk ke rumah kita, jika menggunakan system listrik 1 fase,
biasanya terdiri atas 3 kabel:
1. Kabel fase yaitu (berwarna merah/hitam/kuning) yang merupakan sumber
listrik bolak balik ( fase postif dan fase negative berbolak balik terus menerus
). Kabel ini adalah kabel yang membawa tegangan dari pembangkit tenaga
listrik (PLN).
2. Kabel netral yaitu (berwarna biru), kabel ini pada dasarnya adalah kabel acuan
tegangan nol, yang disambungkan ke tanah di pembangkit tenaga listrik, pada
titik-titik tertentu (pada tiang lisrik) jaringan lisrtik dipasang kabel netral ini
untuk disambungkan ke ground terutama pada trafo penurun tegangan dari
saluran tegangan tinggi tiga jalur menjadi tiga jalur fase ditambah jalur ground
(empat jalur) yang akan disalurkan kerumah-rumah atau lainnya.
3. Kabel tanah atau ground yaitu (berwarna hijau-kuning). Kabel ini adalah
acuan nol di lokasi pemakai, yang disambungkan ke tanah (ground) di rumah
pemakai, kabel ini benar-benar berasal dari logam yang ditanam di tanah di
rumah kita, kabel ini merupakan kabel pengamanan yang disambungkan ke
badan (chassis) alat-alat listrik di rumah untuk memastikan bahwa pemakai
alat tersebut tidak akan mengalami kejutan listrik.
B. Penghawaan
1. Penghawaan alami
Untuk mendapatkan penghawaan alami, maka ditempuh dengan cara ventilasi
cukup yakni membuat bukaan bangunan seperti jendela, pintu dan lubang udara
dengan memperlihatkan ukuran dan letak. Sebaiknya jendela berukuran besar
dan mengikuti aliran udara. Sebaiknya bukaan tidak menghadap langsung kearah
matahari, lebih tepat berada disisi utara dan selatan sehingga sirkulasi lancar.
(Francis D.K. Ching,)
a) Peninggian plafond hingga 3,15 m dapat membantu menurunkan suhu
ruangan maksimal 0,150C. (mendesain rumah tropis, Bona Yudha Prasetya).
33
b) Pemlihan material, misalnya penggunaan dinding bata berongga kemudian
dilapisi dengan papan gypsum. Penggunaan sunscreen juga membantu
penghawaan alami
2. Penghawaan buatan
Untuk mendapatkan penghawaan buatan adalah dengan menggunakan segala
fasilitas yang menyangkut dengan listrik misalnya AC, kipas angina dan lain-
lain.
C. Pencahayaan
Pemanfaatan sinar matahari sebagai cahaya alami ruangan yang perlu diperhatikan
adalah:
a. Pembayangan; untuk menjaga agar sinar langsung matahari tidak masuk ke
dalam ruangan melalui bukaan.
b. Pengaturan letak dan dimensi bukaan untuk mengatur agar cahaya langit (sky
light) atau bola langit dapat dimanfaatkan dengan baik.
c. Pemilihan warna dan tekstur permukaan dalam ruangan dan luar untuk
memperoleh pemantulan yang baik agar perataan cahaya lebih efisien tanpa
menyilaukan mata.
d. Menyilaukan mata
a. Up light
b. Down light
c. Back light
d. Side light
e. Front light
35
Mobilitas adalah hal terpenting bagi penyandang Tuna Netra, pendidikan tentang MObilitas ini
juga dilakukan dalam waktu yang cukup lama dan secara bertahap, hampir sepanjang 3 tahun
masa pendidikan itu di ajarkan tentang mobilitas, hal ini tergantung dari kemampuan individu
masing-masing untuk menguasainya.
A. Fasilitas
Fasilitas di panti ini terhitung lengkap, ada sarana putra-putri, ruang serbaguna,
musholah, kantin, tempat makan, perpustakaan, dan laboratorium keterampilan-keterampilan
disini dianjarkan antara lain memijat, segal jenis pijat diajarkan di panti ini, siatzu, thai
massage, bali massage dan lain-lain. Dan mamijat ini adalah menjadi primadona keterampilan
di panti ini. Mereka mengetahui dan membedakan ruang-ruang tersebut karena terdapat
penanda huruf braille di dekat pintu masuk, tetapi sangat disayangkan karena ketika ada
renovasi, tanda itu pun hilang tanpa dikembalikan seperti semula.
B. Mobilitas
Mobilitas adalah hal terpenting bagi penyandang Tuna netra, pendidikan tentang
Mobilitas ini juga dilakukan dalam waktu yang cukup lama dan secara bertahap, hampir
36
sepanjang tiga tahun masa pendidikan itu diajarkan tentang mobilitas, hal ini tergantung dari
kemampuan individu masing-masing untuk menguasainya.
Panti Sosial Bina Laras “Budi Luhur” Banjarbaru Kalimantan Selatan, sesuai
dengan peraturan Menteri Sosial RI Nomor 106/HUK/2009 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Panti Sosial di Lingkungan Kementerian Sosial pada Bab III Pasal 15 Jenis dan
Tugas Panti Sosial yaitu Panti Sosial Bina Laras mempunyai tugas memberikan
bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitative,
promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, fisik, mental, sosial,
pelatihan keterampilan resosialisasi bimbingan lanjut bagi penyandang cacat mental
37
bekas psikotik agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakt
serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan, pemberian informasi dan rujukan
A. Fasilitas
B. Aktivitas
38
Pemerintah hanya berjarak kurang dari setengah kilometer. Seperti puskesmas,
koramil, polsek, KUA, pasar, Kecamatan dengan tempat yang strategis tersebut SD
Baran mempunyai peran yang strategis dalam memajukan kecamatan Pundong.
A. Fasiltas
Fasilitas di panti ini terhitung lengkap, ada asrama putra-putri, ruang serbaguna,
mushola, kantin, tempat makan, perpustakaan, dan ruang keterampilan
Asrama Penyandang Cacat
39
Perkembangan SD ini mengalami kemajuan yang cukup pesat dan antusias
masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya cukup tinggi. Dari tahun ke tahun
jumlah siswanya semakin meningkat. Sekarang SD ini telah memiliki 10 kelas dengan
jumlah siswa 194 siswa.
40
Fasilitas Asrama putra, Ruang music, Asrama putra, Dari ketiga literature
asrama putri, ruang asrama putri, tersebut perancangan pusat
ruang hiburan, ruang rehabilitasi penyandang
serbaguna, ruang tidur, serbaguna, cacat dapat menghadirkan
mushola,kanti ruang belajar, mushola, fungsi fasilitas yaitu:
n, tempat toilet. kantin, tempat asrama putra, asrama putri,
makan, makan, SDLB,SMLB, ruang
perpus, perpus, serbaguna, musholah,
laboratorium, laboratorium, kantin, perpustakaan,
mobilitas, mobilitasi, laboratorium, mobilitas,
toilet putra ruang kelas toilet putra dan putri
dan putri. SD Baran,
toilet putra
dan putri
Kapasitas 238 orang 100 orang 194 orang Dari ketiga literature
tersebut untuk
perancangan pusat
rehabilitasi penyandang
cacat yang ada di Maluku
Utara dapat menampung
jumlah kapasitas lebih
besar dari jumlah kapasitas
ketiga lyteratur tersebut
yaitu sebanyak 7,672 jiwa.
41
BAB III
METODE PERANCANGAN
3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Provinsi Maluku Utara tepatnya di Ternate. Penelitian ini
dilakukan padalokasi, di wilayah BWK II Ternate Selatan, yang tepatnya berada di Kelurahan
Jambula yang memiliki fungsi strategi pengembangan yaitu pusat pendidikan tinggi, pusat
pemukiman, pusat perumahan dan pusat sperkantoran.
42
3.5. Konsep Rancangan
Hasil dari semua proses analisa data akan digunakan sebagai acuan ide penentuan
konsep perancangan, yang akan menghasilkan konsep Perancangan Pusat Rehabilitasi
Cacat di Ternate. Konsep tersebut yaitu:
a. Konsep Tapak
b. Konsep Struktur
c. Konsep Utilitas
Latar Belakang
- Tujuan
- sasaran
Konsep
Desain
43
44