(Bab I) Perancangan Rehabilitasi Penyandang Cacat
(Bab I) Perancangan Rehabilitasi Penyandang Cacat
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, kesehatan dan
kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tentang laporan tugas akhir,
pada program studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Khairun Ternate, dengan judul:
“PERANCANGAN PUSAT REHABILITASI PENYANDANG CACAT DI TERNATE”.
Dengan demikian, penulis mengharapkan segala kritikan berupa saran dan pendapat dari
semua pihak yang bersifat motivasi dan membangun demi perbaikan di masa mendatang
karena penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan dalam penyusunan laporan ini
sangat penulis harapkan dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Untuk itu,
tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Penulis menyadari atas segala keterbatasan yang penulis miliki, sebab sesungguhnya
tiada kesempurnaan apapun yang kita miliki di dunia ini selain-Nya. Dengan penuh
kerendahan hati penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulis tugas akhir ini.
PENULIS
DAFTAR ISI
2
HALAMAN PENGESAHAN …………………………..………………………………
BAB I PENDAHULUAN
3
2.5. Tinjauan Teori Arsitektur ………………………………………
4
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ………………………………………………
5.2. Saran ………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN
1. Struktur Organisasi
2. Proporsi Massa di Tengah Space
3. Karakter Penglihatan
4. Kenyamanan Gerak Penglihatan
5. Standar Ruang Gerak Manusia
DAFTAR GAMBAR
Halaman
5
Gambar 2.6. Sirkulasi
6
Gambar 2.30. Pusat Rehabilitasi P.C dan SD Baran
7
Gambar 4.24. Konsep Sirkulasi Kendaraan
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Rekapitulasi Penyandang Cacat Masalah Kesejahteraan Sosial Tahun 2013
Tabel 2.2. Klasifikasi Penyandang Cacat Masalah Kesejahteraan Sosial Tahun 2013
8
Tabel 2.6. Bentuk Dasar Giometrik
Tabel 4.2. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kota Ternate Tahun 2013
Tabel 4.3. Ketinggian (DPL) dan Banyaknya Potensi dan Pantai di Kota Ternate
9
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduk dan
pertumbuhan penduduk yang semakin besar yang memacu perkembangan kota menjadi
semakin padat dan tidak terkendali. Dengan mengutamakan kualiatas hidup yang
menyediakan fasilitas penunjang di dalamnya yang merupakan salah satu alternatif untuk
pembanguanan kawasan huniani. Untuk kebutuhan masyarakat, salah satu dari kemajuan
pendidikan di bidang pembangunan saat ini bertujuan untuk memberikan fasilitas kepada
masyarakat guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Berdasarkan data Dinas Sosial Provinsi Maluku Utara Penyandang cacat disetiap
Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penyandang cacat tertinggi terdapat di Kabupaten
Halmahera Barat dengan jumlah penyandang mencapai 950 jiwa, sedangkan jumlah
penyandang yang terrendah terdapat di Kepulauan Sula dengan jumlah penyandang mencapai
815 jiwa, dan di Kabupaten/Kota yang lain seperti Kota Ternate jumlah penyandang cacat
hanya mencapai 930 jiwa, Kabupaten Halmahera Tengah 850 jiwa, , Kota Tidore kepulauan
890 jiwa, dan Pulau Morotai 817 jiwa, dengan jumlah penyandang cacat keseluruhan
mencapai 7,672 jiwa, penyandang cacat. Dimana yang kita ketahui bahwa dari jumlah
penyandang di setiap Kabupaten/Kota belum memenuhi syarat untuk kebutuhan para
penyandang, maka perlu adanya Pusat Rehabilitas Penyandang Cacat untuk masyarakat
Maluku Utara sebagai pelayanan penyandang cacat seperti pendidikan formal dan psikologi
yang layak untuk para penyandang cacat. untuk masyarakat Maluku Utara sebagai pelayanan
penyandang cacat seperti pendidikan formal dan psikologi yang layak untuk para
penyandang cacat.
1
Pola hidup masyarakat pada kenyataannya dapat dilihat adanya kecenderungan
masyarakat yang ada di Maluku Utara yaitu kurangnya fasilitas-fasilitas yang ada di Maluku
utara ini, yang mana sangat banyak masyarakat Maluku Utara yang sangat membutuhkan
fasilitas-fasilitas tersebut dalam pelayanan atau rehabilitas, dimana yang kita ketahui bahwa
masyarakat adalah sekelompok orang yang saling berinteraksi antara satu dengan yang
lainnya, untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang
teratur maka perlu adanya pembangunan ( Pusat rehabilitas penyandang cacat di Maluku
utara ) untuk tempat tinggal masyarakat yang membutuhkan pelayanan tersebut.
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan yang akan di bahas pada
pusat rehabilitasi penyandang cacat adalah sebagai berikut:
2
cacat dengan menghadirkan fungsi pendidikan formal dan psikologi bagi penyandang cacat
yang ada di Maluku Utara.
BAB I : PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat,
batas perancangan dan sistematika pembahasan.
Pada bab ini membahas tentang konsep rancangan yang terdiri dari
analisa dan konsep dasar rancangan tentang pusat rehabilitasi
penyandang cacat.
Bab ini berisi uraian singkat laporan perancangan yang terkesit dengan
kesimpulan serta saran terhadap perancangan pusat rehabilitasi
penyandang cacat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Secara literature suatu perencangan dengan kegiatan yang membuat desain teknis
berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan pada kegiatan analisis atau menggambarkan serta
menciptakan sesuatu yang benar-benar ada dalam berbagai situasi seperti halnya untuk suatu
informasi yang terpusat agar dapat memberikan kemudahan bagi siapapun yang ingin
mendapatkan informasi dari gangguan terhadap kondisi fisik, psikis, dan social agar dapat
melaksanakan perannya kembali secara wajar, baik dalam keluarga maupun dalam
masyarakat.
Dimana mereka yang menderita suatu kelainan fisik dan mental yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi kehidupan mereka baik dalam
bidang kesehatan, social, kejiwaan, pendidikan, ekonomi, maupun bidang lain yang
dikordinir menjadi continuous process, dan bertujuan untuk memulihkan tenaga penderita
cacat baik jasmaniah maupun rohaniah, untuk menduduki kembali tempat di masyarakat dan
Negara.
Rehabilitasi penyandang cacat adalah suatu proses, produk, atau program yang
sengaja disusun agar setiap orang yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan dapat mengembangkan potensinya
seoptimal mungkin atau dapat mengfungsikan potensi yang dimilikinya sehingga dapat
mencapai kepuasan pribadi lahir dan batin.
4
jasmaniah maupun rohaniah, untuk menduduki kembali tempat di masyarakat sebagai
anggota penuh yang swasembada, produktif, dan berguna bagi masyarakat dan negara.
2. Departemen sosial mengatakan.
Rehabilitasi adalah suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk
memungkinkan penderita cacat mampu melakukan fungsi-fungsi sosialnya secara
wajar dalam kehidupan masyarakat.
3. Dr. Rusk, seorang ahli rehabilitasi mengatakan.
Rehabilitasi adalah “self rehabilitation”, artinya keberhasilan daripada rehabilitasi itu
tergantung dari motivasi penderita mau merehabilitasikan dirinya sendiri dalam
mengembangkan potensinya seoptimal mungkin, karena para ahli hanya memberikan
petunjuk, bimbingan, dan kemudahan fasilitas, serta mendorong penderita untuk
keberhasilan program rehabilitas yang dijalaninya.
Fungsi dan tujuan yang hendak dicapai ialah menuju kemandirian setiap individu
sehingga dapat menghilangkan ketergantungan individu terhadap orang lain; memulihkan
dari rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta tanggung jawab terhadap masa depan;
memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat melaksanakan fungsisosialnya
secara wajar, dan penyembuhan secara fisik juga penyembuhan keadaan sosial secara
menyeluruh.
Ruang lingkup utama permasalahan yang perlu ditanggulangi dan ditangani dalam
rangka pelaksanaan program pembangunan kesejahteraan sosial mencakup dua hal yakni
manusia yang tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya karena faktor patologis dan non
patologis, dinamika sosial yang mencakup semua factor dan kondisi dinamis yang dapat
digali, dan dimanfaatkan sebagai daya dan dana sosial untuk mendorong terjadinya
perubahan-perubahan dan perkembangan sosial dalam rangka memantapkan stabilitas
nasional dan meningkatkan kesehatan nasional.
Tabel 2.1
Rekapitulasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(Kecacatan/penyandang disabilitas) Tahun 2013
a. Kementerian sosial menerima data dari provinsi, yang selanjutnya diverifikasi sebagai
bahan untuk menetapkan daftar nama calon penerima bantuan.
b. Penetapan penerima bantuan disahkan melalui Surat keputusan Direktur Jenderal
Rehabilitasi Sosial atas nama Menteri Sosial RI.
6
Dir.Jend
Rehsos
Gambar 2.1. Alur Penetapan Penerima Asistensi Sosial Orang Dengan Kecacatan Berat/disabilitasi
a. Populasi
Jumlah ODK : 2.364.000 orang (2009)
Proyeksi Penyandang cacat berat : 163.232 orang
b. Sasaran
1. Tahun 2006 : 3.750 di 5 Provinsi (15 Kab/Kota)
2. Tahun 2007 : 6.000 di 8 Provinsi (24 Kab/Kota)
3. Tahun 2008 : 10.000 di 13 Provinsi (49 Kab/Kota)
4. Tahun 2009 : 17.000 di 31 Provinsi (184 Kab/Kota)
5. Tahun 2010 : 17.000 di 31 Provinsi (186 Kab/Kota)
6. Tahun 2011 : 19.500 di 33 Provinsi (211 Kab/Kota)
7. Tahun 2012 : 22.000 di 33 Provinsi (321 Kab/Kota)
8. Tahun 2013 : 22.000 di 33 Provinsi (323 Kab/Kota)
7
A. Hubungan Rehabilitasi Sosial
Pendidikan luar biasa dan rehabilitasi mempunyai tujuan yang sama dan
mempunyai akar yang sama. Rehabilitasi ditunjukan terutama kepada mereka yang
mengalami kelainan fisik dan mental dan ada hambatan yang disebabkan oleh kelainan
trsebut, dan dengan rehabilitasi ada harapan untuk membantu individu menolong diri
sendiri. Guru Pendidikan Luar Biasa harus berusaha mengaitkan proses belajar
mengajar dengan program pelayanan medis. Dengan demikian, kegiatan sekolah dengan
kegiatan klinis menjadi suatu kesatuan proses, demikian juga dengan vokasional dan
terapi fisik diintegrasikan.
8
2.3. Klasifikasi Penyandang Cacat
Setiap orang yang mempunyai anggota tubuh yang tidak lengkap atau mempunyai
mental sehingga dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi mereka
yang memiliki kelainan tersebut.
9
mental/cacat dan mentalnya
ganda
Sumber: novian-r-p-fisip08 pada 15 November2011 di penyandang cacat
1. Aspek fisik
a. Hambatan untuk melakukan suatu aktifitas sehari-hari
b. Terbatasnya untuk melakukan kegiatan fisik
c. Ketidakabnormalan bentuk fisik
2. Aspek psikis, meskipun tidak selalu mereka cenderung:
a. Kurang percaya diri
b. Mengisoslir diri
c. Agresif
d. Pesimistis
e. Masa bodoh
f. Malu bergaul
g. Cepat putus asa
h. Mudah tersinggung
i. Mudah marah
3. Aspek sosial
a. Kemampuan bergaul terbatas
b. Relasi sosial cenderung inklusif/tertutup
c. Integrase sosial cenderung menunggu
10
4. Aspek Vokasional
Kesempatan kerja menjadi terbatas
Akibat dari kurang berfungsinya salah satu anggota gerak tubuh seseorang, dapat
menimbulkan berbagai masalah yang terjadi pada penyandang cacat tubuh tersebut yaitu:
11
Masyarakat yang memiliki warga yang menderita cacat tubuh akan turut terganggu
kehidupannya, selama penyandang cacat belum dapat berdiri sendiri dan selalu
menggantungkan dirinya pada orang lain.
Standar rehabilitasi Nasional bagi sosial penyandang cacat merupakan salah satu
kegiatan Ditjen Yanrehsos (dilaksanakan oleh Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Penyandang Cacat) yang diarahkan untuk membantu penyandang cacat melalui upaya
peningkatan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi
sosial penyandang cacat, memperluas jangkauan pelayanan dan rehabilitasi sosial
penyandang cacat, meningkatkan mutu dan profesionalisme pelayanan dan rehabilitasi sosial,
baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, dan memantapkan majemen
pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat.
1. Rehabilitasi sosial,
2. Bantuan sosial,
3. Pemeliharaan taraf hidup,
4. Aksebilitas.
12
Adapun kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat dilaksanakan
melalui :
13
bahwa pendidikan bagi para penyandang cacat merupakan bagian yang integral
dari system pendidikan secara keseluruhan.
7. Tunjangan penghasilan dan jaminan sosial
Bertanggungjawab untuk menyediakan jaminan sosial dan tunjangan penghasilan
bagi para penyandang cacat.
Elemen-elemen yang masuk dalam kategori ini dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Ruang mati (death space)
Pengertian dari ruang hidup adalah bentuk yang benar dalam hubungan
dengan ruang-ruang yang bermutu untuk berkomposisi dengan struktur yang
direncanakan dengan baik. Harus ada hubungannya dengan karakter, massa dan
fungsi dari struktur-struktur seperti itu. Dari pengertian diatas ini ruang mati (death
space) dapat disimpulkan sebagai kebalikan daripada ruang hidup. Yaitu ruang
yang di bentuk dengan tidak direncanakan, tidak terlingkup dan tidak digunakan
dengan baik, (ruang yang tidak terbentuk dengan tidak di sengaja atau ruang yang
tersisa). Ruang mati bila kita lihat merupakan ruang yang terbuang percuma.
Ruang tersebut tanggung bila digunakan untuk sesuatu sebab tidak direncanakan.
Ruang mati terbentuk karna bangunan diletakkan tidak di tengah tidak juga di tepi,
sehingga ruang yang tersisa hanya sedikit.
2. Ruang terbuka
Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara
langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun
waktu tidak tertentu.
Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang terbuka hijau
seperti taman kota, hutan dan sebagainya.
a. Ruang terbuka privat (memiliki batas waktu tertentu untuk mengaksesnya dan
kepemilikannya bersifat pribadi, contoh halaman rumah tinggal),
14
b. Ruang terbuka semi privat (ruang public yang kepemilikannya pribadi namun
bisa diakses langsung oleh masyarakat, contoh senayan, ancol) dan
c. Ruang terbuka umum (kepemilikannya oleh pemerintah dan bisa diakses
langsung oleh masyarakat tanpa batas waktu tertentu, contoh alun-alun,
trotoar). Selain itu
d. Ruang terbuka pun bisa diartikan sebagai ruang interaksi (kebun binatang,
taman rekreasi)
3. Unsur material
Unsur dalam landsekap atau taman dibedakan dengan dua unsur yaitu unsur
lunak dan unsur keras.
15
Tabel 2.5. Unsur Keras :
1. Bentuk Parkiran
16
a. Parkir tegak lurus (perpandicular)
17
2. Tempat parker ditinjau dari perkerasan dan konstruksinya
a. Perkerasan Kedap air
Pada jenis parkiran yang kedap air, biasanya menggunakan jalan
dengan material aspal atau cor (plesteran)
18
6.)
a. Sirkulasi
horizontal
b. Sirkulasi vertical
c. Pintu
1. Pintu
pagar
mudah
dibuka dan ditutup
2. Lebar pintu 90 cm
3. Sekitar pintu tidak dekat dengan ram dan ketinggian lantai
19
d. Toilet
1. Toilet dilengkapi dengan rambu atau symbol system cetak timbul
2. Tinggi sesuai dengan tinggi pengguna kursi roda 45-50 cm dan ada pegangan
3. Letak tissue, air, kran, pancuran, sabun, dipasang dan terjangkau
4. Kran system pengungkit
5. Lantai tidak licin
20
e. Pancuran
1. Tempat duduk lebar
2. Ada tombol alarm
3. Ada pegangan rambat
4. Kran system pengungkit
21
f. Westafel
1. Kran wastafel mudah dijangkau
2. Ruang bebas yang cukup
3. Ruang cermin sesuai dengan tinggi kursi roda
4. kran system pengungkit
g. Perabot
1. Perabot
ruang duduk
dengan meja
22
bujur sangkar dan persegi
panjang
2. perabot ruang
tidur dan kotak obat-obatan
h. Telepon
1.
23
i. Rambu dan marka
1. Arah dan tujuan jalur pedestrian
2. KM/WC umum, telepon umum
3. Parker khusus penyandang cacat
4. Nama fasilitas dan tempat
5. Telepon dan ATM
24
lingkaran, dan elips, berikut segala variasi masing-masing unsur tersebut. Kedua,
menentukan sifat dasar (properties) yang dimiliki oleh setiap objek arsitektural
berdasarkan bentuk dasarnya, misalnya: bujur sangkar bersifat statis, lingkaran
bersifat memusat dan sebagainya. Ketiga, mempelajari proses perkembangan bentuk
dasar sampai perwujudannya saat itu. Adapun table bentuk dasar geometri yaitu:
25
Adapun studi pengembangan bentuk pada bangunan dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Bentuk lingkaran atau lengkung dapat mencerminkan citra estetika yang memberi
kesan lembut dan utuh, apabila diolah dan dimodifikasi bentuk ini dapat berubah
menjadi bentuk lain seperti segi tiga atau segi enam dalm keadaan utuh.
b) Bentuk sculpture sebagai sosok estetika bangunan adalah untuk mengekspresikan suatu
citra tertentu. Pemilihan bentuk-bentuk sculpture bagi bangunan dipengaruhi oleh
pertimbangan lingkungan, fungsi dan konstruksi.
c) Bentuk segi tiga sebagai sosok estetika bangunan adalah mencerminkan citra
kestabilkan dan kekuatan yang mantap.
d) Bentuk persegi merupakan sosok estika adalah bentuk yang paling mudah dalam
mengaplikasikan dan menghamonisasi pengolahan bentuk dan pengembangan
bentuknya.
2. Pola grid
Grid adalah suatu system
pertolongan dua garis-garis
sejajar atau lebih yang
berjarak teratur. Grid
membentuk suatu pola
geometric dan titik yang
berjarak teratur pada
26
perpotongan garis-garis dan bidang beraturan yang di bentuk oleh garis-garis itu
sendiri.
3. Pola Linear
Pola linear adalah bentuk garis
lurus atau linear yang dapat
diperoleh dari perubahan
secara proporsional dalam dimensi
suatu bentuk atau melalui
pengaturan sederet bentuk-bentuk
sepanjang garis. Dalam kasus tersebut deretan bentuk dapat berupa pengulangan atau
memiliki sifat serupa dan diorganisir oleh unsur lain yang terpisah dan lain sama
sekali seperti dinding dan jalan.
27
tumbuhan, maupun
keadaan lain yang ada
dalam tapak.
b. Bentuk garis lurus dapat
diletakkan dimuka atau
menunjukkan sisi suatu
ruang luar atau
membentuk bidang masuk ke suatu bidang dibelakangnya.
c. Bentuk linear bisa dimanipulasi untuk membatasi sebagian.
d. Bentuk linear dapat diarahkan secara vertical sebagai suatu unsur menara untuk
menciptakan sebuah titik dalam ruang.
e. Bentuk linear dapat berfungsi sebagai unsur pengatur sehingga bermacam-macam
unsur lain dapat ditempatkan disitu.
4. Pola cluster
Jika organisasi terpusat memiliki dasar geometric yang kuat dalam penataan dalam
bentuk-bentuk, maka organisasi kelompok dibentuk berdasarkan persyaratan
fungsional seperti ukuran, wujud, ataupun jarak letak. Walaupun tidak memiliki
aturan geometric dan sifat introvert bentuk terpusat organisasi kelompok cukup
fleksibel dalam memadukan bermacam-macam wujud, ukuran, dan orientasi ke dalam
strukturnya.
5. Pola radial
Pola radial adalah bentuk yang
terdiri atas bentuk-bentuk linear yang berkembang dari suatu unsur inti terpusat kea
rah luar menurut jari-jarinya. Bentuk ini menggabungkan aspek-aspek pusat dan
linear menjadi satu komposisi.
28
2.5.5. System Struktur
a. Sub Struktur
c. Upper struktur
29
Merupakan komponen struktur paling atas pada suatu bangunan yakni atap.
30
3. Kabel tanah atau ground yaitu (berwarna hijau-kuning). Kabel ini adalah
acuan nol di lokasi pemakai, yang disambungkan ke tanah (ground) di
rumah pemakai, kabel ini benar-benar berasal dari logam yang ditanam di
tanah di rumah kita, kabel ini merupakan kabel pengamanan yang
disambungkan ke badan (chassis) alat-alat listrik di rumah untuk
memastikan bahwa pemakai alat tersebut tidak akan mengalami kejutan
listrik.
B. Penghawaan
1. Penghawaan alami
Untuk mendapatkan penghawaan alami, maka ditempuh dengan cara ventilasi
cukup yakni membuat bukaan bangunan seperti jendela, pintu dan lubang udara
dengan memperlihatkan ukuran dan letak. Sebaiknya jendela berukuran besar
dan mengikuti aliran udara. Sebaiknya bukaan tidak menghadap langsung
kearah matahari, lebih tepat berada disisi utara dan selatan sehingga sirkulasi
lancar. (Francis D.K. Ching,)
a) Peninggian plafond hingga 3,15 m dapat membantu menurunkan suhu
ruangan maksimal 0,150C. (mendesain rumah tropis, Bona Yudha Prasetya).
b) Pemlihan material, misalnya penggunaan dinding bata berongga kemudian
dilapisi dengan papan gypsum. Penggunaan sunscreen juga membantu
penghawaan alami
2. Penghawaan buatan
Untuk mendapatkan penghawaan buatan adalah dengan menggunakan segala
fasilitas yang menyangkut dengan listrik misalnya AC, kipas angina dan lain-
lain.
C. Pencahayaan
Pemanfaatan sinar matahari sebagai cahaya alami ruangan yang perlu diperhatikan
adalah:
a. Pembayangan; untuk menjaga agar sinar langsung matahari tidak masuk ke
dalam ruangan melalui bukaan.
b. Pengaturan letak dan dimensi bukaan untuk mengatur agar cahaya langit (sky
light) atau bola langit dapat dimanfaatkan dengan baik.
c. Pemilihan warna dan tekstur permukaan dalam ruangan dan luar untuk
memperoleh pemantulan yang baik agar perataan cahaya lebih efisien tanpa
menyilaukan mata.
31
d. Menyilaukan mata
a. Up light
b. Down light
32
c. Back light
d. Side light
e. Front light
Mobilitas adalah hal terpenting bagi penyandang Tuna Netra, pendidikan tentang MObilitas
ini juga dilakukan dalam waktu yang cukup lama dan secara bertahap, hampir sepanjang 3
tahun masa pendidikan itu di ajarkan tentang mobilitas, hal ini tergantung dari kemampuan
individu masing-masing untuk menguasainya.
A. Fasilitas
Fasilitas di panti ini terhitung lengkap, ada sarana putra-putri, ruang serbaguna,
musholah, kantin, tempat makan, perpustakaan, dan laboratorium keterampilan-keterampilan
disini dianjarkan antara lain memijat, segal jenis pijat diajarkan di panti ini, siatzu, thai
massage, bali massage dan lain-lain. Dan mamijat ini adalah menjadi primadona
keterampilan di panti ini. Mereka mengetahui dan membedakan ruang-ruang tersebut karena
terdapat penanda huruf braille di dekat pintu masuk, tetapi sangat disayangkan karena ketika
ada renovasi, tanda itu pun hilang tanpa dikembalikan seperti semula.
33
B. Mobilitas
Mobilitas adalah hal
terpenting bagi penyandang Tuna netra, pendidikan tentang Mobilitas ini juga dilakukan
dalam waktu yang cukup lama dan secara bertahap, hampir sepanjang tiga tahun masa
pendidikan itu diajarkan tentang mobilitas, hal ini tergantung dari kemampuan individu
masing-masing untuk menguasainya.
2. Panti
Rehabilitas
Budi Luhur
Salah satu pusat
rehabilitasi kejiwaan untuk wilayah Indonesia Tengah, yakni Sosial Budi Luhur yang
ada di Gunung Payung, Banjarbaru Kalimantan Selatan. Namun karena masalah
geografis dan jumlah pasien rehabilitasi yang terbatas Panti Rehabilitasi Budi Luhur
hanya 100 orang, maka mereka yang dari Sulawesi dan Kalbar tidak bisa ditampung
disini.
34
Panti Sosial Bina Laras “Budi Luhur” Banjarbaru Kalimantan Selatan, sesuai
dengan peraturan Menteri Sosial RI Nomor 106/HUK/2009 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Panti Sosial di Lingkungan Kementerian Sosial pada Bab III Pasal 15 Jenis
dan Tugas Panti Sosial yaitu Panti Sosial Bina Laras mempunyai tugas memberikan
bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitative,
promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, fisik, mental, sosial,
pelatihan keterampilan resosialisasi bimbingan lanjut bagi penyandang cacat mental
bekas psikotik agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakt
serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan, pemberian informasi dan rujukan
A. Fasilitas
B. Aktivitas
35
Di sebelah utara, tempat rehabilitasi ini juga berdiri bangunan milik pemerintah
yaitu SD Baran, sejak berdirinya SD ini telah menghasilkan lulusan-lulusan
berprestasi. Sebagai satu-satunya SD yang terletak paling dekat dengan pusat
kecamatan, SD ini memiliki tampat yang strategis. Berbagai instansi
Pemerintah hanya berjarak kurang dari setengah kilometer. Seperti puskesmas,
koramil, polsek, KUA, pasar, Kecamatan dengan tempat yang strategis tersebut SD
Baran mempunyai peran yang strategis dalam memajukan kecamatan Pundong.
A. Fasiltas
Fasilitas di panti ini terhitung lengkap, ada asrama putra-putri, ruang serbaguna,
mushola, kantin, tempat makan, perpustakaan, dan ruang keterampilan
Asrama Penyandang Cacat
36
Perkembangan SD ini mengalami kemajuan yang cukup pesat dan antusias
masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya cukup tinggi. Dari tahun ke tahun
jumlah siswanya semakin meningkat. Sekarang SD ini telah memiliki 10 kelas dengan
jumlah siswa 194 siswa.
37
Fasilitas Asrama putra, Ruang music, Asrama putra, Dari ketiga literature
asrama putri, ruang asrama putri, tersebut perancangan pusat
ruang hiburan, ruang rehabilitasi penyandang
serbaguna, ruang tidur, serbaguna, cacat dapat menghadirkan
mushola,kanti ruang belajar, mushola, fungsi fasilitas yaitu:
n, tempat toilet. kantin, tempat asrama putra, asrama putri,
makan, makan, SDLB,SMLB, ruang
perpus, perpus, serbaguna, musholah,
laboratorium, laboratorium, kantin, perpustakaan,
mobilitas, mobilitasi, laboratorium, mobilitas,
toilet putra ruang kelas toilet putra dan putri
dan putri. SD Baran,
toilet putra
dan putri
Kapasitas 238 orang 100 orang 194 orang Dari ketiga literature
tersebut untuk
perancangan pusat
rehabilitasi penyandang
cacat yang ada di Maluku
Utara dapat menampung
jumlah kapasitas lebih
besar dari jumlah kapasitas
ketiga lyteratur tersebut
yaitu sebanyak 7,672 jiwa.
BAB III
METODE PERANCANGAN
3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Provinsi Maluku Utara tepatnya di Ternate. Penelitian ini
dilakukan padalokasi, di wilayah BWK II Ternate Selatan, yang tepatnya berada di Kelurahan
38
Jambula yang memiliki fungsi strategi pengembangan yaitu pusat pendidikan tinggi, pusat
pemukiman, pusat perumahan dan pusat sperkantoran.
Latar Belakang
39
- Tujuan
- sasaran
Konsep
Desain
40
41