Anda di halaman 1dari 7

SISTEM PENGENDALIAN BANJIR KALI JUANA

RIVER JUANA FLOOD CONTROL SYSTEM

Istiarto 1), Gurawan Djati Wibowo 2)


1)
Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil dan Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada,
Jl. Grafika No.2 Yogyakarta 55281.
2)
Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani No 1 Tromol Pos 1, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102
e-mail: gurawan2000@yaoo.com

ABSTRACT

River Juana is bifurcation of River Serang through Wilalung Flood Gate. This river is the only drainage channel
from Juana Plain to Java Ocean. Some areas are flooded by River Juana annually. The biggest flood was happened in
2002 with 11600 hectare flood area, in which 3600 hectare of flood area was inundated for 2 – 3 months. This study
objectives are to find the source of flood in R. Juana using previous study review, design flood analysis, spill on Wilalung
Flood Gate, and hydraulic condition of River Juana; and also to find appropriate flood control system to be implemented
in River Juana. Based on the analysis, it can be concluded that the flood in R. Juana was caused dominantly by high
rainfall intensity, the area condition that placed in low contour, low river gradient, high sedimentation rate in the river,
high flood in R. Juana river branches (1542 m3/s for 2 year return period) that exceeded the R.Juana capacity (90 m3/s,
Seluna Project, 2003), narrow tributary due to ships stopping, and high spill from Wilalung Flood Gate. In addition, the
most appropriate flood control systems are implementing river normalization, constructing embankment and flood
retention pond.

Keywords : flood, flood control, the source of flood

PENDAHULUAN Penelitian ini bertujuan meneliti beberapa


alternatif sistem pengendalian banjir Kali Juana yang
Lembah Juana dahulu merupakan daerah mungkin dilakukan. Sebagai penelitian awal adalah
rawa-rawa dan berfungsi juga sebagai retensi banjir. analisis penyebab banjir dominan Kali Juana. Dari
Pemerintah Belanda pada waktu itu (1890) analisis penyebab banjir dominan Kali Juana ini
mempunyai kebijakan untuk mengarahkan banjir ke dapat disusun .konsep strategi pengendalian banjir
lembah Juana untuk tujuan kolmatasi. Setelah Kali Juana, sehingga didapatkan strategi
berlangsung ratusan tahun tujuan kolmatasi tersebut pengendalian banjir yang cukup mantap.
berhasil, sehingga daerah-daerah yang dahulu berupa Banjir terjadi jika kapasitas tampang sungai
rawa-rawa sekarang ini menjadi lahan pertanian yang tidak cukup untuk menampung besarnya debit banjir.
subur dan sebagian berupa pemukiman. Kondisi Biasanya limpasan banjir menyebabkan genangan di
topografi DAS Kali Juana terdiri dari kemiringan kiri dan kanan sungai, dengan lama genangan sangat
yang cukup besar, sedang dan sangat landai. dipengaruhi unjukkerja saluran drain yang ada.
Kemiringan topografi yang cukup besar (lebih dari Semakin baik unjuk kerja saluran drain,
40o, dapat terjadi di lereng Gunung Muria dan kemungkinan akan semakin cepat surutnya genangan
Pegunungan Kapur Utara), kemiringan sedang di tersebut.
pertengahan anak sungai Juana, sedangkan Kapasitas pengaliran suatu tampang sungai
kemiringan yang sangat landai terdapat dekat dipengaruhi nilai kekasaran manning, luas tampang,
pertemuan anak-anak sungai tersebut ke Kali Juana. jari-jari hidraulik dan slope energi aliran yang terjadi.
Dari catatan banjir di lapangan disimpulkan bahwa Teorema ini disusun oleh manning dengan rumusnya
pasti setiap tahun terjadi limpasan di Kali Juana, dan yang cukup sederhana berikut ini.
terjadi genangan di beberapa daerah. Banjir terbesar
dalam 15 tahun terakhir terjadi pada tahun 2002, Q = A. V (1)
dengan genangan di sepanjang Kali Juana dengan
luas 11.600 ha. Dari genangan tersebut terdapat V  n1 R 3 Sf
2 1
2
(2)
3.600 ha genangan banjir dengan lama genangan 2-3
bulan.
Q  A. n1 R 3 Sf
2 1
2
(3)

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 7, Nomor 2, Juli 2007 : 191 – 197 191
sintetis. Cara transformasi dari hujan rancangan
dengan ditempuh jika tidak didapatkan data banjir
Q = debit pengaliran (m3/dt), maksimum tercatat dalam waktu yang diinginkan
n = nilai kekasaran manning, untuk analisis (minimum 15 tahun). Hidrograf satuan
R = jari-jari hidrolis (m), yang digunakan untuk analisis banjir rancangan pada
Sf = kemiringan energi, studi ini adalah hidrograf satuan sintetik Gama I.
A = luas tampang basah(m2). Cara ini ditempuh karena hidrograf inilah yang telah
terkalibrasi untuk kasus sungai-sungai di Pulau Jawa.
Dari persamaan di atas jika R (jari-jari Rumusan HSS Gama I disajikan berikut ini (Sri
hidraulis) merupakan fungsi tinggi muka air, dan jika Harto,1993).
tinggi muka air yang terjadi merupakan tinggi muka
air maksimum, maka debit pada waktu itu Qt = Qp e-t/k (4)
merupakan debit bankfull capacity (kapasitas
pengaliran suatu tampang). Dari kapasitas pengaliran TR = 0.43 (L/100 SF)3 + 1.0665 SIM + 1.2775 (5)
yang melalui tampang sungai, maka dapat diketahui
ada atau tidaknya limpasan dari tanggul sungai, jika Qp = 0.1836A0.5886 TR-0.4008 JN0.2381 (6)
debit banjir melalui sungai tersebut.
Berdasarkan logika sederhana dapat dipahami Tb = 27.4132 TR0.1457 S-0.0986 SN0.7344 +
bahwa kapasitas pengaliran suatu tampang sungai RUA0.2574 (7)
dapat mengecil jika nilai kekasaran manning
mengecil, demikian pula sebaliknya. K = 0.5617 A0.1798 S-0.1446 SF-1.0897 D0.0452 (8)
Nilai kekasaran manning dipengaruhi oleh
konfigurasi dasar sungai maupun tebing sungai. Qb = 0.4751 A0.6444 D0.9430 (9)
Semakin kasar dan tak teratur dasar atau tebing
sungai maka gaya hambat aliran semakin besar, dengan
sehingga akan memperkecil kecepatan air yang
berarti juga memperkecil kapasitas tampang sungai. Qt : debit hidrograf pada saat resesi, m3/dt.
Dari pengertian tersebut maka teknik memperhalus TR,Tb : waktu puncak dan waktu dasar hidrograf,
nilai kekasaran sungai merupakan salah satu teknik Jam.
untuk meningkatkan kapasitas aliran sungai, yang Qp : debit puncak HSS Gama I, m3/dt.
sangat penting dalam rangka pengendalian banjir. K : koefisien tampungan
Disamping itu bangunan-bangunan yang melintang Qb : baseflow, m3/dt.
sungai juga bersifat menghambat kecepatan aliran, S,SF : slope dasar sungai, factor sumber.
sehingga juga bersifat memperkecil dari kapasitas SN : frekuensi sumber.
pengaliran. Contoh bangunan-bangun-an sungai yang WF : faktor lebar.
sering ditemui antara lain jembatan (pilar dan RUA : luas DAS sebelah hulu, km2.
abutment yang menghambat laju aliran), bendung SIM : faktor simetri
maupun pintu-pintu air.
Berdasarkan persamaan manning di atas, Untuk mensimulasikan penjalaran banjir di
kecepatan dipengaruhi oleh nilai kekasaran (n), jari- sungai, digunakan perangkat lunak HEC RAS 3.11.
jari hidrolis (R) dan kemiringan energi (Sf). Persamaan yang digunakan untuk mensimulasi aliran
Kemiringan energi merupakan komultif dari tak tunak (unsteady flow) adalah sebagai berikut ini.
kemiringan dasar sungai (So), kemiringan muka air Konservasi masa :
(Sw) dan kemiringan dari tinggi energi kecepatan.
A Q
Dengan pengertian ini, jika kemiringan dasar sungai   ql  0 (10)
semakin landai maka kemiringan energi juga t x
terpengaruh menjadi kecil, sehingga kecepatan Konservasi Momentum :
mengecil. Kemiringan dasar sungai biasanya

Q VcQc  Vf Qf 
mengecil dari hulu ke hilir, sehingga kecepatan aliran
semakin mendekati muara juga akan semakin  z   z 
  gA
c SfcgAf  Sff  0
mengecil. t xc xf xc  xf 
Perencanaan banjir dapat dilakukan dengan 2 .......(11)
cara, yaitu dengan analisis frekuensi data banjir
maksimum tercatat, atau perancangan dari analisis dengan
data hujan maksimum, kemudian ditransformasikan
ke banjir rancangan dengan model hidrograf satuan Q : debit sungai (di palung dan floodplain)

192 Sistem Pengendalian Banjir Kali Juana ..............................(Istiarto dan Gurawan Djati W.)
Qc : debit air di palung sungai HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A : luas basah sungai (komulatif dari luas
basah di palung sungai dan dataran banjir) Dari hasil analisis perancangan banjir
Vc : kecepatan air di palung sungai berdasarkan dengan Summary of Flood Control
Vf : kecepatan air di floodplain Criteria and Guidelines(WSTCF, 1993) ditetapkan
Af : luas tampang basah di floodplain bahwa untuk pengendalian banjir Kali Juana (asli)
Sfc : kemiringan energi aliran di palung sungai memakai debit banjir dengan kala ulang 25 tahun.
Sff : kemiringan energi aliran di floodplain Akan tetapi dengan kompleknya anak-anak sungai
g : gravitasi Juana, yang berjumlah 26 sungai dan saluran drain,
maka ditetapkan bahwa debit perancangan anak-anak
z perubahan elevasi dasar sungai terhadap sungai Juana adalah debit kala ulang 2 tahun. Hasil
:
xc analisis banjir dengan kala ulang 2 tahun tersebut
jarak (x) di palung sungai menggunakan transformasi hujan aliran hidrograf
z satuan sintetik Gama 1 dan distribusi hujan jam-
: perubahan elevasi dasar sungai terhadap jaman menurut Rumus Mononobe. Dari analisis HSS
x f
Gama 1 tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu
jarak (x) di floodplain konsentrasi anak-anak sungai Juwana berkisar 2 – 4
jam. Hal ini menandakan bahwa puncak banjir relatif
cepat sampai di Kali Juana. Hasil debit puncak dari
tiap-tiap anak sungai Juana disajikan berikut ini.
METODE PENELITIAN

Dari kondisi lapangan yang selalu banjir setiap


Tabel 1. Qpeak pada masing-masing SubDAS
tahun, maka penulis berusaha menelaah
permasalahan banjir Kali Juana dan system
DAS Qpeak DAS Qpeak
pengendalian banjir dengan langkah-langkah (m3/dt) (m3/dt)
penelitian yang disajikan berikut ini. 1 164.57 14 93.05
1. Melakukan telaah studi terdahulu 2 41.03 15 11.65
2. Mengumpulkan data hidrologi (hujan, banjir) 3 160.59 16 200.89
dan data sungai (morfologi sungai) 4 48.74 17 57.06
3. Pengukuran topografi sungai 5 39.76 18 22.24
4. Analisis Perancangan banjir dan simulasi 6 48.44 19 16.87
banjir dengan topografi eksisting 7 20.75 20 21.02
5. Alternatif sistem pengendalian banjir 8 26.76 21 53.93
9 25.52 22 19.19
6. Simulasi alternatif sistem pengendalian
10 31.49 23 82.08
banjir sungai 11 64.16 24 23.47
7. Analisis dan pembahasan 12 45.74 25 27.98
8. Kesimpulan dan saran 13 70.25 26 24.93
Titik penting dalam cara penelitian tersebut
adalah pada pengajuan sistem pengendalian banjir.
Ajuan sistem pengendalian banjir ini didapatkan
setelah telaah rinci studi terdahulu, perancangan Jumlah puncak debit seluruhnya sebesar 1442
banjir dan survai banjir di lapangan dan pengukuran m3/dt. Untuk simulasi banjir dengan kondisi
topografi. topografi sungai eksisting, ditetapkan bahwa
Analisis simulasi banjir dengan topografi limpasan Sungai Serang yang melalui Kali Babalan
eksisting digunakan untuk membuktikan bahwa sebesar 100 m3/dt (SMEC, 1999) selama 24 jam, dan
dengan desain kala ulang pengendalian banjir yang debit-debit anak sungai Juana dengan kala ulang 2
ditetapkan apakah Kali Juana mengalami limpasan tahun. Debit Sungai Babalan (sebesar 100 m3/dt) dan
(banjir) atau tidak. Hal ini juga dapat digunakan debit anak-anak Sungai Juana (sebesar 1442 m3/dt)
untuk menentukan strategi pengendalian banjir sebagai kondisi hulu, sebagai kondisi hilir adalah
selanjutnya. Strategi pengendalian banjir ditetapkan pasang surut tertinggi (sebesar + 0.9 m SPB) muara
setelah ada telaah studi terdahulu (terutama tentang Sungai Juana. Peramalan pasang surut muara Kali
sistem pengendalian banjir Kali Serang dan Kali Juana dengan memakai metode admiralty adalah
Juana), survey banjir, simulasi banjir eksisting sebagai berikut ini.

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 7, Nomor 2, Juli 2007 : 191 – 197 193
P e ram alan P asu t d i P an tai Ju an a
1.00

0.80

0.60

0.40
H(+ m S P B)

0.20

0.00
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
-0.20

-0.40

-0.60

-0.80

-1.00
Ja m ke

Gambar 1. Peramalan Pasang Surut Muara K. Juana

Gambar 2. Simulasi Banjir K. Juana pada kondisi topografi eksisting

Untuk mensimulasi debit banjir di Sungai ruas pada Kali Juana mengalami limpasan. Hal ini
Juana dari anak-anak sungainya, dilakukan asumsi sangat masuk akal, karena kapasitas tampang
bahwa debit banjir di anak-anak sungai Juana dapat eksisting Kali Juana hanya sebesar 90 m3/dt (catatan
langsung masuk ke Sungai Juana, nilai kekasaran dari PSDA Seluna, 2002), sedangkan jumlah puncak
manning Sungai Juana sebesar 0.035 (dari survai di banjir yang menuju Kali Juana sebesar 1542 m3/dt.
lapangan). Dari hasil simulasi pada kondisi topografi Berdasarkan simulasi banjir dengan kondisi
eksisting tersebut dapat disimpulkan bahwa semua eksisting, survai banjir yang dilakukan dan analisis

194 Sistem Pengendalian Banjir Kali Juana ..............................(Istiarto dan Gurawan Djati W.)
perancangan banjir maka dapat disimpulkan bahwa yaitu di Desa Bulung Kulon (312.5 ha), Desa Talun
faktor-faktor yang menyebabkan banjir di Kali Juana (268 ha) dan Desa Jambean Kidul (166 ha). Skema
adalah sebagai berikut ini. pengendalian banjir terlengkap (normalisasi, tanggul,
 Curah hujan yang cukup tinggi, khususnya di kolam retensi dan floodway disajikan pada Gambar
wilayah Kudus yang menunjukkan besaran 165 mm 3). Pemilihan kolam retensi di tiga tempat tersebut
untuk hujan kala ulang 25 tahun. dilakukan dengan mencermati kondisi topografi
 Kali Juana menampung aliran dari berbagai anak setempat, kejadian-kejadian banjir di lapangan
sungai yang merupakan saluran pengatus (drainage maupun dengan mencermati tinggi muka air banjir
channel) wilayah Kudus dan Pati dengan debit yang akibat masuknya banjir dari anak-anak sungai Juana
cukup tinggi. Sebagai contoh, salah satu anak sungai yang dominan, maupun melakukan konsultasi publik
yang masuk ke Kali Juana melalui saluran drainase di Karesidenan Pati..
JU1 (di sisi hulu Jembatan Bulu Cangkring) Pengamatan muka air banjir dilakukan pada 3
memiliki debit puncak 374 m3/s. Padahal, menurut titik kontrol juga yaitu Bulung Cangkring, Jembatan
studi yang dilakukan pada tahun 1993 maupun 1999, Tanjang dan Jembatan Juana. Profil muka air banjir
kapasitas alur Kali Juana hanya 100 m3/s (SMEC, maksimum di setiap tempat di Kali Juana dapat
1999). Menurut perencanaan yang ada, kapasitas alur dicermati pada Gambar 5 tersebut dapat ditelaah
Kali Juana dirancang untuk debit 320 m3/s (SMEC, konsekuensi hidraulis muka air banjir Kali Juana
1999). dengan floodway, maupun tanpa floodway.
 Secara topografis, DAS Juana merupakan Muka air banjir tertinggi ada di Sta 16.8 (km)
dataran rendah yang secara alamiah rawan terhadap dari muara, sebesar 3.12 m (dari muka tanah asli,
genangan. Bahkan, dalam sejarahnya, lembah Juana tebing sungai), sedangkan di daerah hulu (Kali
merupakan kawasan kolmatasi. Saat ini, lembah Babalan) bahkan sebagian tampang tidak perlu
Juana telah berkembang sebagian menjadi areal tanggul (muka air banjir di bawah tebing sungai
sawah beririgasi teknis. Tempo dulu, kawasan ini Babalan). Perbedaan muka air banjir dengan
kemungkinan merupakan retensi banjir (retarding floodway maupun tanpa floodway terjadi dari muara
basin). Daerah irigasi teknis tersebut, tentu saja tidak sampai kolam retensi Bulung Kulon, hal ini dapat
diinginkan menjadi retensi banjir lagi. Apabila digayutkan dari tinjauan hidrolis. Hasil simulasi
kawasan ini tergenang akan menimbulkan kerugian HEC RAS tersebut menunjukkan bahwa bilangan
yang besar. froude berkisar 0.1 – 0.3 (aliran sub kritis), sehingga
 Kondisi kemiringan Kali Juana yang sangat datar pengaruh floodway dapat terjadi di sebelah hilir
(sebesar 0.00005 – 0.00008) mempengaruhi maupun di sebelah hulu floodway). Pengaruh
kecepatan aliran Kali Juana yang relatif kecil, floodway hanya menjalar kira-kira sampai Kolam
sehingga kecepatan banjir di Kali Juana sangat retensi Bulung Kulon, dan disebelah hulu retensi
rendahsehingga peluang terjadinya sedimentasi di tersebut tidak terpengaruh floodway. Penurunan
Kali Juana semakin besar, sehingga sebagian besar banjir dengan floodway dibandingkan tanpa
ruas Kali Juana mengalami pendangkalan/ floodway maksimum sebesar 0.72 m di Sta 15.3 dari
penyempitan. Hal ini tentu saja memperkecil muara sungai (hampir sama di lokasi awal floodway).
kapasitas aliran Kali Juana. Sementara itu jika diamati profil muka air
Berangkat dari faktor-faktor dominan banjir di 3 Kolam retensi (tanpa flood way), dengan
penyebab banjir di Kali Juana, maka diajukan waktu simulasi ditingkatkan menjadi 1 minggu,
beberapa alternatif sistem pengendalian banjir Kali terlihat bahwa muka air maksimum terjadi pada 0.75
Juana sebagai berikut ini. hari dari awal simulasi, setelah itu banjir menyurut
1. Sistem pengendalian banjir dengan normalisasi dari kolam retensi. Kolam retensi Jambean Kidul
sungai dan tanggul paling awal mengalami penyurutan banjir ( 1 minggu
2. Sistem pengendalian banjir dengan normalisasi sudah ke kondisi semula), disusul Kolam Retensi
sungai, tanggul dan kolam retensi banjir Talun dan Bulung Kulon. Dilihat secara posisi
3. Sistem pengendalian banjir dengan normalisasi kolam retensi, penyurutan muka air kolam berurutan
sungai, tanggul dan kolam retensi dan dari posisi yang dekat muara. Perbandingan
floodway. penyurutan muka air banjir di Kolam Retensi Bulung
Kolam retensi diajukan sebagai alternatif Kulon dengan flood way maupun tanpa floodway
pengendalian banjir karena sangat cocok untuk hanya tipis sekali, artinya pengaruh floodway sangat
diterapkan di sebelah kira/kanan Sungai Juana kecil di Kolam retensi Bulung Kulon ini. Pada
(dengan kemiringan kecil) dan kondisi topografi dan pengamatan titik kontrol banjir (Bulung Cangkring,
tata guna lahan yang sangat memungkinkan. Jembatan Tanjang dan Jembatan Juana), terlihat
Berdasarkan survay lapangan dan konsultasi dengan bahwa adanya kolam retensi ini berpengaruh secara
Dinas terkait, maka dipilih 3 tempat kolam retensi signifikan terhadap penurunan banjir, dibandingkan

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 7, Nomor 2, Juli 2007 : 191 – 197 195
dengan strategi pengendalian banjir dengan awal desain (dari 3 m menjadi 10 m) sangatlah tidak
normalisasi saja. mungkin, karena problem sosial sangat besar,
Floodway yang diusulkan di lapangan tersebut terutama di daerah hunian di Juana hilir.
hanya mereduksi tinggi muka air banjir maksimum Dari pemilihan lokasi kolam retensi banjir
di pintu floodway (dekat Jembatan Juana). Pengaruh tersebut, maka perlu dilakukan sosialisasi terhadap
floodway yang cukup kecil ini diakibatkan oleh pemilik lahan maupun masyarakat di dekat kolam
karena momentum aliran banjir di hilir (dekat muara) retensi, tentang sistem operasi kolam retensi maupun
sangat kecil, akibat dari kemiringan sungai yang perubahan tata-tanam di kolam retensi. Resume
sangat kecil (0.00005) dan hampir datar di muara pengamatan banjir di 3 tempat (Bulung Cangkring,
Sungai Juana. Dari analisis jalur floodway di Jembatan Tanjang, dan Jembatan Juana) disajikan
lapangan jika floodway di lebarkan dari floodway pada Gambar 6.

Gambar 4. Skema Pengendalian Banjir dengan Normalisasi, Tanggul, Retensi dan Floodway

12
J a m b e a n K id u l

B u lu n g K u lo n

10
G u ya n g a n

8
T a lu n

6
E le v a s i (m )

4
ta n p a k a n a l b a n jir

d e n g a n k a n a l b a n jir
0

-2

-4

-6
0 10 20 30 40 50 60 70
J a ra k (k m )

Gambar 5. Perbandingan Muka Air Banjir dengan Kanal banjir dan tanpa Kanal Banjir

196 Sistem Pengendalian Banjir Kali Juana ..............................(Istiarto dan Gurawan Djati W.)
10 ideal di Kali Juana adalah dengan menampung banjir
9 8.8
Normalisasi Normalisasi +Retensi Normalisasi +Retensi +Kanal Banjir di kantong-kantong banjir anak Sungai Juana
sehingga banjir-banjir tersebut dapat di kendalikan
8
lebih baik dan pelepasan ke Kali Juana dengan teori
6.8
7
6.3 6.3
antrian, sehingga efek banjir di Kali Juana tidak
6 besar.
MAB(m)

5
4.0
4 3.8
3.6
KESIMPULAN DAN SARAN
3
2.2 Kesimpulan
2 1.7
Dari analisis pengendalian banjir di Kali Juana
1
di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut ini.
0 1. Banjir di Kali Juana disebabkan karena curah
Bulungcangkring JembatanTanjang JembatanJuana
hujan yang tinggi (kala ulang 2 tahun sebesar
137 mm/hr), kemiringan sungai yang sangat
Gambar 6. Perbandingan muka air banjir di 3 tempat kecil (0.00005 - 0.00008), besarnya banjir di
pengamatan anak-anak sungai Juana dan topografi yang
rendah bahkan sangat datar.
Berdasarkan hasil analisis di atas terlihat
2. Sistem pengendalian banjir Kali Juana yang
bahwa dengan memakai kolam retensi banjir dapat
paling baik dari 3 alternatif yang diajukan adalah
meredam muka air banjir sebesar 2.5 m di Bulung
dengan normalisasi sungai, tanggul, dan kolam
Cangkring, 2.8 m di Jembatan Tanjang dan 1.4 m di
retensi banjir
Jembatan Juana. Hal ini sangat berpengaruh pada
3. Perlu program normalisasi yang kontinyu di Kali
analisis ekonomi terutama dalam pembuatan tanggul.
Juana,karena tingkat sedimentasi yang cukup
Sedangkan perbedaan muka air dengan normalisasi
besar.
sungai, retensi banjir, tanggul, floodway maupun
tanpa floodway hanya menunjukkan penyurutan
Saran
muka air banjir yang cukup kecil.
Berdasarkan analisis awal ekonomi (konsultasi Untuk pengendalian banjir Kali Juana selain
PPSA Jratun Seluna) diperoleh bahwa sangat lebih dari sisi hidraulika (cara struktur) juga perlu segera
murah membebaskan lahan untuk kolam retensi dilakukan perbaikan lingkungan DAS di anak-anak
dibandingkan membuat dan meninggikan tanggul Kali Juana sehingga besaran banjir dapat direduksi.
tinggi sepanjang 60 km (tanpa kolam retensi), karena
tempat-tempat retensi banjir tersebut berupa sawah
UCAPAN TERIMA KASIH
dengan topografi rendah, yang biasanya memang
sudah sering banjir. Alternatif lainnya adalah bahwa Ucapan terima kasih ditujukan kepada PIPWS
pemerintah tidak membebaskan kolam retensi Jratun Seluna yang telah memberikan ijin maupun
semuanya, akan tetapi melakukan pembelian data-data sehingga studi ini dapat diselesaikan.
selamanya pada masa tanam II (Januari – April),
sehingga petani pada saat itu tidak menanam padi, DAFTAR PUSTAKA
bisa dengan memelihara ikan di kolam retensi
tersebut. Indah Karya, 1994, Perencanaan Pola Tata Air
Dari analisis hidraulika tersebut di atas Satuan Wilayah Sungai Jratunseluna, Laporan
terdapat beberapa kelemahan, terutama dari sisi Penunjang Hidrologi.
transpor sedimen. Mengingat kemiringan Sungai Indah Karya, 1994, Perencanaan Pengendalian
Juana sangat kecil, maka strategi pengendalian banjir Banjir Kali Serang dan Kali Juana, Laporan
Kali Juana sangat rentan terhadap sedimentasi Akhir.
sungai. Untuk mengantisipasi hal ini, maka harus Sri Harto, 1993, Analisis Hidrologi, PT. Gramedia,
tersedia dana yang cukup untuk menormalisasi Kali Jakarta.
Juana dari efek sedimentasi. Sistem pengendalian SMEC 1999, Flood Control for Serang – Wulan –
banjir yang telah diterapkan, terutama normalisasi di Juana River System, Final Report.
anak-anak sungai Juana ternyata hanya
memindahkan banjir dari anak sungai ke Sungai
Juana saja. Sistem pengendalian banjir yang paling

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 7, Nomor 2, Juli 2007 : 191 – 197 197

Anda mungkin juga menyukai