Darah merupakan cairan tubuh yang berwarna merah dan terdapat di dalam sistem
peredaran darah tertutup dan sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia. Darah
berfungsi memasukkan oksigen dan bahan makanan keseluruh tubuh serta mengambil
karbon dioksida dan metabolik dari jaringan. Mengetahui golongan darah seseorang
sangat penting di ketahui untuk kepentingan medis yaitu salah satunya untuk transfuse.
Aglutinogen : Antigen glycosylated protein pada permukaan eritrosit
Imunogenik : mempunyai kemampuan untuk menginduksi respon imun)
Aglutinin: Antibodi yang bereaksi terhadap Aglutinogen eritrosit. Manifestasi
dari aktifitasnya menggumpalkan eritrosit.
Normal seseorang membentuk aglutinin terhadapp Antigen yang tidak dimiliki
oleh eritrosit di dlm tubuhnya sendiri
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan untuk kepentingan klinis adalah :
1.Golongan darah A. Golongan darah ini memiliki marker antigen yang dikenali
sebagai “A”
2.Golongan darah B. Golongan darah ini memiliki marker antigen yang dikenali
sebagai "B."
3.Golongan darah AB. Golongan darah ini memiliki antigen A dan juga B.
4.Golongan darah O. Golongan darah ini tidak memiliki marker antigen.
Faktor Rh (Rhesus)
Beberapa orang memiliki penanda lain bernama Rh factor dalam darah mereka. Lantaran
tidak semua orang memiliki faktor Rh dalam darahnya tetapi pasti memiliki salah satu
dari empat goongan darah utama (A,B,AB,O), terdapat delapan kombinasi golongan
darah yang diperoleh. Mereka yang darahnya mengandung faktor Rh disebut Rh positif
dan yang tak memiliki faktor Rh disebut Rh negatif.
Memiliki faktor Rh tidak berarti lebih sehat atau lebih kuat. Faktor Rh hanya merupakan
sati cirri genetic, sama seperti ada yang lahir dengan kulit sawo matang ada yang kuning
langsat. Yang berkulit sawo matang belum tentu harus lebih sehat daripada yang berkulit
kuning langsat. Begitupula sebaliknya.
Setelah dikombinasi dengan ada tidaknya faktor Rh dalam darah, maka golongan darah
menjadi:
1. O negatif. Tidak punya antigen A ataupun B, tidak punya faktor Rh.
2. O positif. Tidak punya antigen A ataupun B, tapi punya faktor Rh.
3. A negatif. Hanya punya antigen A.
4. A positif. Memiliki antigen A dan faktor Rh, tetapi tak memiliki antigen B.
5. B negatif. Hanya memiliki antigen B.
6. B positif. Memiliki antigen B dan faktor Rh, tapi tidak mempunyai antigen A.
7. AB negatif. Memiliki baik antigen A maupun antigen B, tapi tidak punya faktor
Rh.
8. AB positif. Memiliki ketiga-tiganya antigen A, antigen B dan faktor Rh.
Dari kedelapan jenis golongan darah tersebut, darah tipe O positif dan A positif adalh
yang
B. Tes Pretransfusi
Uji Silang Serasi Darah atau Crossmatch merupakan pemeriksaan utama yang dilakukan
sebelum transfusi yaitu memeriksakecocokan antara darah pasien dan donor sehingga darah
yang diberikan benar-benar cocok (Setyati, 2010) dan supaya darah yang ditranfusikan benar-
benar bermanfaat bagi kesembuhan pasien (Amiruddin, 2015). Pemeriksaan yang dilakukan
sebelum transfusi bertujuan agar sel- sel darah yang ditransfusikan dapat hidup di tubuh
pasien dan tidak menimbulkan kerusakan pada sel darah pasien (Setyati, 2010).
Tahapan yang dilakukan pada uji crossmatch antara lain identifikasi contoh darah pasien
yang benar, mengecek riwayat pasien sebelumnya, memeriksa golongan darah pasien,
darah donor yang sesuai golongan darah pasien, pemeriksaan crossmatch, pelabelan yang
benar sebelum darah dikeluarkan (Setyati , 2010). Crossmath menurut
urgensi permintaan darah bagi seorang pasien dibagi dalam tiga kategori
yaitu crossmatch rutin, crossmatch emergency dan crossmatch persiapan operasi.
Berdasarkan mediumnya yaitu saline, bovine dan coomb’s.
Prinsip crossmatch ada dua yaitu :
1. Mayor crossmatch, merupakan serum pasien direaksikan dengan sel donor,
apabila di dalam serum pasien terdapat antibodi yang melawan terhadap sel maka
dapat merusak sel donor tersebut (Setyati, 2010 , Yuan, 2011).
2. Minor crossmatch, merupakan serum donor direaksikan dengan sel pasien.
Pemeriksaan antibodi terhadap donor apabila sudah dilakukan maka pemeriksaan
crossmatch minor tidak perlu lagi dilakukan (Setyati, 2010 , Yuan, 2011).
Golongan darah ABO pasien dan donor jika sesuai, baik mayor maupun minor test tidak
bereaksi. Golongan darah pasien dan donor berlainan umpamanya donor golongan darah
donor O dan pasien golongan darah A maka pada test minor akan terjadi aglutinasi (Yuan,
2011).
Mayor crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi keselamatan
penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga complete antibodies maupun
incomplete Antibodies. Reaksi silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja, tidak
dapat mengesampingkan aglutinin rhesus yang hanya bereaksi pada suhu 37 derajat C.
Pemeriksaan Crossmatch
1. Pemeriksaan crossmatch metode tabung
Prinsip pemeriksaan crossmatch metode tabung adalah sel donor dicampur dengan
serum penerima (mayor crossmatch) dan sel penerima dicampur dengan serum
donor (minor crossmatch) dalam bovine albumin 20% akan terjadi aglutinasi atau
gumpalan dan hemolisis bila golongan darah tidak cocok. Sel dan serum
kemudian diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi
kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum
antiglobulin dan bila penderita mengandung antibodi dengan eritrosit donor maka
terjadi gumpalan (Setyati, 2010).
2. Pemeriksaan crossmatch metode gel
Yves Lampiere dari Perancis menemukan metode gel dan mengembangkan
metode gel di Switzerland pada akhir 1985 sebagai metode standar sederhana
yang memberikan reaksi aglutinasi dan dapat dibaca dengan mudah. Metode gel
pertama kali digunakan untuk pemeriksaan rutin pada tahun 1988, saat ini telah
digunakan lebih dari 80 negara termasuk Indonesia (Setyati, 2010).
Prinsip pemeriksaan crossmatch metode gel adalah penambahan suspensi sel dan serum
atau plasma dalam microtube yang berisi gel di dalam buffer berisi reagen (Anti-A, Anti-
B, Anti-D, enzim, Anti-Ig G, Anti komplement). Microtube selanjutnya diinkubasi
selama 15 menit pada suhu 370C dan disentrifus.
Aglutinasi yang terbentuk akan terperangkap di atas permukaan gel. Aglutinasi tidak
terbentuk apabila eritrosit melewati pori-pori gel, dan akan mengendap di dasar microtube
(MJAFI, 2010).
Metoda gel merupakan metode untuk mendeteksi reaksi sel darah merah dengan antibodi.
Metode gel akan lebih cepat dan mempunyai akurasi tinggi dibandingkan dengan metode
tabung (Setyati J, 2010).
Pemeriksaan crossmatch metode gel dapat dilakukan dengan metode semi otomatis dan
metode otomatis. Crossmatch metode semi otomatis adalah metode pemeriksaan
crossmatch menggunakan reagen gel, dimana tehnisi yang melakukan tahap analitik
adanya aglutinasi memberi hasil positif dan tidak adanya aglutinasi dinyatakan negatif.
Coombs test
Skrining antibodi secara rutin dilakukan bersamaandengan tes golongan darah dan
Crossmatch sebelum pemberian komponen darah/ terutama sel darahmerah untuk
menghindari reaksi transfusi.
C. Deteksi Antibodi
Coombs test adalah sebuah pengujian atau tes darah yang dilakukan untuk menemukan
antibodi tertentu yang menyerang sel-sel darah merah. Antibodi adalah protein yang
diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh. Biasanya, antibodi mengikat zat-zat asing,
seperti bakteri dan virus, untuk kemudian menghancurkannya.
Terdapat dua jenis Coombs test yang umum dilakukan, yaitu:
Tes Coombs langsung (direct) yang melibatkan pemeriksaan langsung pada sel-sel darah
merah yang ditemukan dalam sampel darah. Coombs test langsung terkadang disebut juga
tes antiglobulin langsung.
Tes Coombs tidak langsung (indirect) dilakukan dengan melakukan pemeriksanaan pada
bagian lain dari darah yang disebut dengan plasma darah.
Kedua jenis tes tersebut bertujuan untuk mencari antibodi yang dapat menyerang sel-sel
darah merah dan membuatnya hancur.