Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit ini pertama kali ditemukan pada bulan November sampai
bulan februari 2003 di Provinsi Guang dong. Cina SARS dengan cepat
menyebar ke Hongkong, Vietnam, Singapura sejak februari 2003. Bulan
Maret 2003 WHO menyatakan ancaman global SARS dan mengeluarkan
“Travel Advisory” pada bulan tersebut SARS sudah menyakiti 15 negara
termasuk kepada bulan April 2003 penyakit ini menyerang 20 negara.
SARS (Severe Respiratory Syndrom) adalah suatu jenis kegagalan
paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan
terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru). SARS merupakan
kedaduratan medis yang dapat terjadi pada orang yang sebelumnya
mempunyai paru-paru yang normal. Walupun sering disebut sindroma gawat
pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak.

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian, etiologi, cara penularan SARS.
2. Mengetahui tanda dan gejala pada SARS
3. Mengetahui Asuhan keperawatan pada SARS

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS) atau sindrom pernafasan
akut berat adalah sindrom akibat infeksi virus pada paru yang bersfat
mendadak dan menunjukkan gejala gangguan pernafasan pada pasien yang
mempunyai riwayat kontak dengan SARS.
SARS (Severe Respiratory Syndrom) adalah suatu jenis kegagalan
paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan
terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru). SARS merupakan
kedaduratan medis yang dapat terjadi pada orang yang sebelumnya
mempunyai paru-paru yang normal. Walupun sering disebut sindroma gawat
pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak.

B. Etiologi & Cara Penularan


Etiologi SARS masih dipelajari. Pada 7 April 2003, WHO
mengumumkan kesepakatan bahwa corona virus yang baru teridentifikasi
adalah mayoritas agen penyebab SARS. Coronavirus (Virus Corona Family
Paramyxovirus) berasal dari kata “corona” yang berasal dari bahasa latin yang
artinya “crown” atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu
sendiri yang kalau di lihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota.
SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu merawat
penderita, tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan
secret atau cairan tubuh dari penderita suspect atau probable. Penularan
melalui udara, misalnya penyebaran udara, ventiasi, dalam satu kendaraan
atau dalam satu gedung diperkirakan tdak terjadi, asal tidak kontak langsung
berhadapan dengan penderita SARS. Untuk sementara, masa penularan adalah

2
mulai saat terdapat demam atau tanda-tanda gangguan pernfasan hingga
penyakitnya dinyatakan sembuh.
Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan
yang kontak langsung dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi
tertular, lebih-lebih pada petugas yang melakukan tindakan pada sistem
pernafasan seperti melakukan intubasi atau nebulasi.
C. Patofisiologi
Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh Corona Virus Family
Paramyxoviridae yang pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron. Virus
ini stabil pada tinja dan urin pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat
bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Seperti virus lain, corona
menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernafasan, lalu bersarang di
paru-paru. Lalu berinkubari dalam paru-paru selama 2-10 hari yang kemudian
menyebabkan paru-paru akan meradang sehingga bernafas menjadi sulit.
Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau
terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah (droplet) saat pasien bersin dan
batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat yang
terkontaminasi.
D. Menifestasi Klinis
Secara proposional ada 2 definisi kasus SARS, yaitu “suspect” dan
“probable” sesuai kriteria WHO. Definisi penderita suspect (diduga)
mempunyai riwayat sebagai berikut:
 Demam tinggi >38˚C disertai dengan batuk atau mengalami kesulitan
bernafas ditambah dengan adanya satu atau lebih riwayat pajanan
dalam 10 hari sebleum timbulnya gejala klinis yaitu :
a. Pernah kontak dekat dengan penderita suspect atau penderita
probable SARS (seperti merawat penderita, tinggal bersama,
menangani sekret atau cairan tubuh penderita).

3
b. Dan atau adanya riwayat pernah melakukan perjalanan ke daerah
yang sedang terjangkit SARS
c. Dan atau tinggal di daerah yang sedang terjangkit SARS.
Definisi penderita probable (mungkin) adalah penderita suspect
seperti yan disebutkan diatas di sertai dengan :
- Gambaran radiologis adanya infiltrat pada paru yang
konsisten dengan gejala klinis pneumonia atau respiratory
distress syndrom (RDS) yang ada.
- Atau ditemukannya coronavirus SARS dengan satu atau
lebih metoda pemeriksaan laboratorium.
- Atau pada otopsi ditemukan gambaran patologis RDS
tanpa sebab yang jelas.

E. Komplikasi & Pemeriksaan penunjang


Dapat terjadi komplikasi lain Bronkitis Akut yang disebabkan infeksi
virus, virus yang sering dihubungkan dengan gangguan bronkitis akut adalah
rhinovirus, coronavirus, virus influenza A, virus parainfluenza, adenovirus
dan respiratory syncytial viru (RSV). Bronkitis akut yang menyerang anak-
anak biasanya juga disertai trakeitis, merupakan penyakit saluran nafas akut
yang sering dijumpai. Etiologi utama penyakit bronchitis akut adalah virus.
Bronkitis akut selalu terjadi pada anak yang menderita morbilli, pertusis dan
infeksi mycoplasma pneumonia (Masriadi, 2016, pp. 201-202).
Sekitar 20-25% pasien mengalami progresi yang buruk ke arah gagal
napas berat dan acute respiratory distress syndrome (ARDS). Yaitu cedera
atau trauma pada membran alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran
cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahan dalam jaring-jaring
kapiler, terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat
kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-paru
(Chen, 2014, p. 730).

4
Sistem pernapasan akut yang berbahaya (acute respiratory distress
syndrome [ARDS]) merupakan sindrom klinis yang disebabkan oleh
kerusakan kapiler dan epitel alveolus difus. Perjalanan penyakit umumnya
ditandai oleh infusiensi pernapasan mendadak yang mengancam jiwa,
sianosis, dan hipoksemia arteri yang berat dan tidak responsif terhadap terapi
oksigen, dan dapat berlanjut menjadi gagal organ multisystem. Sekitar 85%
pasien menunjukkan sindrom klinis jejas paru akut atau ARDS dalam waktu
72 jam setelah serangan. Predikator prognosis buruk mencakup usia tua,
bakterimia (sepsis), dan terjadinya kegagalan multisystem (terutama jantung,
ginjal, hati). Karakteristik gambaran histologist adalah edema alveolus,
nekrosis epitel, akumulasi neutrofil, dan adaanya membran hialin yang
melapisi duktus alveolus (Cornain, 2015, p. 455).
Pemeriksaan penunjang :
1) Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
2) Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar
bunyi pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan
darah seringkali rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak
kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen).
3) Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
- Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat
yang seharusnya terisi udara)
- Gas darah arteri
- Hitung jenis darah dan kimia darah
- Bronkoskopi.
4) Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
5) Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal
atau transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis,
bronskoskopi, biopsy

5
6) Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya
dalam 8 jam dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu
mendeteksi antibody.
F. Penatalaksanaan
1. Terapi supportif umum
Bertujuan meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,
pemberian multivtamin dan lain-lain, seperti :
- Terapi oksigen
- Humidifikasi denga nebulizer
- Fisioterapi dada
- Pengturan cairan
- Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat
- Obat inotropik
- Ventilasi mekanis
- Drainase empiema
- Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup
2. Terapi antibiotik
Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena menyajikan
fitur non-spesifik dan cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk
mendiagnosis SARS-cov virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum
tersedia.

G. Pengkajian keperawatan
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan SARS :
- Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot aksesori, nadi cepat
bersambungan, batuk, sputum purulen, dan auskultasi bunyi nafas untuk
mengetahui konsolidasi.
- Perhatikan perubahan suhu tubuh.
- Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme.

6
- Kaji terhadap komplikasi yaitu demam berlanjut atau kambuhan, tidak
berhasil untuk sembuh, atelektasis, efusi pleural, komplikasi jantung,
dan superinfeksi.
- Faktor perkembangan pasien : umur, tingkat perkembangan, kebiasaan
sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang
dilakukan.
- Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena penyakit
pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang
dilakukan.
H. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan
obstruksi jalan nafas
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat,
takipneu, demam.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan pemasukan berhubungan dengan faktor biologis
(sesak nafas).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan
I. Rencana keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan
obstruksi jalan nafas
Intervensi :
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
buatan
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.
- Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu

7
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O2
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat,
takipneu, demam.
Intervensi :
- Pertahankankan catatan intake dan output yang akurat.
- Monitor status hidras (kelembapan membran mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan.
- Monitor vital sign.
- Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori
harian.
- Lakukan terapi IV.
- Monitor status nutrisi.
- Berikan cairan.
- Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan pemasukan berhubungan dengan
ketidakmampuan pemasukan berhubungan dengan faktor biologis.
Intervensi :
- Ajarkan klien dan keluarga tentang pentingnya nutrien
- Monitoring TTV da nilai laboratorium
- Monitor intake dan output.
- Pertahankan kepatenan pemberian nutrisi parenteral
- Kolaborasi ahli gizi
- Berikan perawatan mulut
- Pantau hasil labortaorium protein, albumin, globulin, HB.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory
Intervensi :

8
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
- Bantu untuk memilih aktvitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial.
- Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktifitas seperti
kursi roda.
- Bantu pasien atau keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktifitas.
- Banyu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan
Intervensi :
- Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang spesifik
- jelaskan penyakit dan gambarkan tanda dan gejala yang
biasa muncul pada penyakit dengan cara yang tepat
- gambarkan proses penyakit dan identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang tepat
- diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah koplikasi di asa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
- diskusikan pilihan terapi atau penanganan
- instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.

9
BAB III

PEMBAHASAN JURNAL

Sindrom pernapasan akut parah (severe acute respiratory syndrome/SARS) :


suatu epidemi baru yang sangat virulen

Julius E Surjawidjaja Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas


Trisakti

ABSTRACT

The emergence of a new human infectious disease caused by a virus has been
reported in patients in Asia and North America. The disease was described as a
rapidly progressive, sometimes fatal pneumonia that appeared to have arisen from
Guangdong province in Southern China. The majority of patients were adults aged
25-70 years, but few suspected cases have been reported among children aged under
15 years. In the beginning of March 2003, the World Health Organization (WHO)
issued a worldwide notice about the disease called the severe acute respiratory
syndrome (SARS) was later found caused by coronavirus. At the time of WHO
notice, there were known SARS cases in China, Hongkong, Vietnam, Singapore and
Canada. Since then SARS has spread throughout the world and on May 3, 2003 there
were 6,234 cases and 435 deaths in thirty countries. Key words: SARS, epidemic,
coronavirus, fatal

ABSTRACT

Munculnya suatu penyakit infeksi baru yang disebabkan oleh virus dilaporkan
menyerang penderita-penderita di Asia dan Amerika Utara. Penyakit ini dilaporkan
sebagai suatu radang paru (pneumonia) yang perkembangannya sangat cepat dan
progresif serta sering bersifat fatal. Mayoritas penderita adalah orang-orang dewasa
berumur antara 25-70 tahun, namun pada beberapa kasus tersangka, juga anak-anak

10
berumur di bawah 15 tahun. Pada awal bulan Maret 2003, Badan Kesehatan Dunia
(WHO) mengeluarkan suatu pengumuman tentang penyakit tersebut yang disebutnya
sebagai severe acute respiratory syndrome (SARS) yang beberapa waktu kemudian
ditemukan disebabkan oleh coronavirus. Pada saat pengumuman WHO tersebut,
kasus-kasus SARS dilaporkan dijumpai di Cina, Hongkong, Vietnam, Singapura dan
Kanada. Sejak itu SARS telah berkembang menyebar ke seluruh dunia dan pada awal
Mei 2003 didapatkan 6.234 kasus dan 435 kematian di tigapuluh negara. Kata kunci:
SARS, epidemi, coronavirus, fatal

PENDAHULUAN

Dalam beberapa dekade terakhir beberapa jenis virus yang menyebabkan


infeksi pada manusia muncul sebagai penyebab penyakit yang sangat
mengkhawatirkan dan menimbulkan keprihatian yang besar di kalangan kedokteran
dan umat manusia. Beberapa di antaranya seperti virus HIV, hepatitis F, Ebola,
Hanta, dan Nipah, telah terbukti menjadi sumber malapetaka baru semenjak penyakit
pes dikenal sebagai penyebab kematian yang besar dan menyebarkan ketakutan yang
luar biasa di antara penduduk dunia. Pada tanggal 12 Maret 2003, Badan Kesehatan
Dunia (World Health Organization/WHO) mengeluarkan suatu peringatan ke seluruh
dunia tentang adanya suatu penyakit yang disebutnya sebagai sindrom penapasan
akut parah (severe acute respiratory syndrome/SARS).(1) Penyakit ini digambarkan
sebagai radang paru (pneumonia) yang berkembang secara sangat cepat, progresif dan
seringkali bersifat fatal, dan diduga berawal dari J Kedokter Trisakti Mei-Agustus
2003, Vol.22 No.2 76 suatu propinsi di Cina Utara yaitu propinsi Guangdong. Pada
saat pengumuman WHO ini dikeluarkan, kasus-kasus SARS diketahui telah
menyerang beberapa negara seperti Cina, Hongkong, Vietnam, Singapura dan
Kanada.(2,3) Sampai dengan tanggal 3 Mei 2003 telah ditemukan sebanyak 6.234
kasus (probable cases) dan 435 (6,97%) kematian di tigapuluh negara.(4) Sulit sekali
untuk menentukan dengan pasti, berapa jumlah kasus, berapa negara yang terkena
wabah SARS dan berapa angka kematian, oleh karena gambaran penyakit ini setiap

11
saat berubah dengan cepat. Kekuatiran lainnya adalah masih belum diketahui secara
pasti cara peneyebaran virus tersebut. Memang penularannya dari orang ke orang
melalui udara (droplets, sneeze atau cough), feses, dan toilet yang terinfeksi. Masih
menjadi pertanyaan berapa lama virus mampu bertahan hidup di lingkungan (door
handles, countertops). Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa coronavirus
mampu bertahan hidup di luar tubuh manusia sampai satu minggu. Kerja sama yang
dikoordinasi oleh WHO yang mengikut sertakan sejumlah laboratorium di berbagai
negara telah memberikan hasil yang relatif sangat cepat dalam mengidentifikasi
penyebab dari SARS. Pada saat yang hampir bersamaan, laboratorium di Kanada dan
Pusat Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (Center for
Disease Control / CDC) menyatakan bahwa suatu jenis coronavirus adalah penyebab
dari SARS. Meskipun dalam beberapa dekade terakhir dari abad yang lalu terdapat
beberapa penyakit baru yang timbul, SARS harus ditanggapi sebagai suatu ancaman
yang serius terhadap kesehatan internasional. Jika virus SARS bertahan pada
keadaannya seperti sekarang yaitu patogenitasnya yang tinggi serta penyebarannya
yang sangat cepat, maka SARS dapat menjadi penyakit baru yang pertama pada abad
21 ini dengan keganasan yang tinggi dan potensi epidemik global.

EPIDEMIOLOGI

Sekitar bulan Nopember 2002, dilaporkan dari propinsi Guangdong, Cina,


adanya penderitapenderita yang mengalami radang paru yang atipikal dan sangat
gawat serta tingkat penularannya tinggi.(2) Kausa penyakit ini tidak diketahui. Pada
tanggal 26 Pebruari 2003, seorang penderita (kasus indeks) dirawat di sebuah rumah
sakit di Hanoi, Vietnam, dengan demam tinggi, batuk-batuk kering, mialgia, dan sakit
tenggorok ringan. Empat hari kemudian, penderita ini mulai mengalami kesulitan
bernapas, menunjukan trombositopenia berat, dan tanda-tanda sindrom gangguan
pernapasan (respiratory distress syndrome) sehingga memerlukan alat bantu
pernapasan (ventilator). Meskipun telah diberikan terapi yang intensif, penderita
meninggal pada tanggal 13 Maret 2003 setelah dipindahkan ke rumah sakit di

12
Hongkong. Penderita ini datang ke Hanoi setelah berkunjung ke Shanghai dan
Hongkong. Pada tanggal 5 Maret 2003, tujuh petugas kesehatan yang pernah merawat
kasus indeks tersebut menderita penyakit yang sama. Penyakit tersebut timbul 4-7
hari setelah kasus indeks tersebut masuk ke rumah sakit untuk dirawat. Sekitar dua
minggu kemudian, telah tercatat 43 kasus, 5 di antaranya membutuhkan ventilator
dan dua meninggal. Pada tanggal 12 Maret 2003, Departemen Kesehatan Hongkong
melaporkan adanya suatu wabah penyakit pernapasan di satu rumah sakit umum.
Duapuluh petugas kesehatan mengalami gejala penyakit yang sangat menyerupai flu.
Hingga awal April 2003, di Hongkong dijumpai 1.108 kasus dengan 35 kematian.
Hongkong merupakan daerah yang paling berat diserang oleh penyakit SARS. Yang
paling membingungkan adalah ditemukannya 268 kasus SARS yang mengelompok
pada suatu gedung apartemen, yaitu Amoy Garden yang semuanya berasal dari satu
blok (blok E). pertengahan April 2003, telah dilaporkan ada 101 kasus dengan 10
kematian. Kasus-kasus SARS yang dilaporkan dari Singapura hingga minggu ke tiga
bulan April 2003 adalah 186 kasus dengan 16 kematian.(5) Ketika tim dari WHO
pada awal bulan April 2003 melakukan penyelidikan di Cina, propinsi Guangdong,
mereka menemukan adanya apa yang disebut sebagai super-spreaders, suatu istilah
yang digunakan untuk mendeskripsikan individu dengan pneumonia atipikal (SARS)
yang dianggap menyebarkan penyakit kepada sejumlah individu lain. Tidak diketahui
apakah individu yang tergolong dalam super-spreader tersebut mensekresi bahan
infektif dalam jumlah sangat besar atau apakah ada faktor-faktor tertentu lain,
mungkin dari lingkungan, yang berperan dalam suatu fase perkembangan virus
sehingga mampu memperbesar tingkat transmisi virus tersebut. Meskipun ada tanda-
tanda positif bahwa kasus-kasus imported tidak menyebar lebih jauh, wabah yang
terjadi di Cina, Hongkong, Kanada, Vietnam dan Singapura, telah menimbulkan
banyak keprihatinan dan kekuatiran di mana-mana.

13
DEFINISI KASUS

Memberikan gambaran epidemiologi SAR dan memantau penyebarannya


perlu ditetapkan definisi dari kasus SARS. Survailens definisi kasus dilakukan
berdasarkan data epidemiologi dan klinik yang tersedia. Definisi kasus merupakan
pelengkap hasil pemeriksaan laboratorium untuk menentukan diagnosa yang tepat.
WHO(6) menetapkan seseorang merupakan suspect case bila: i) setelah tanggal 1
November 2002 mengalami panas >38° C dan batuk-batuk (cough) atau kesulitan
bernafas (breathing difficulty) dan 10 hari sebelum timbulnya gejalagejala mengalami
satu atau lebih pemajanan (exposure) berikut yaitu close contact dengan seseorang
yang merupakan suspect atau probable case dari SARS, riwayat pernah berkunjung
ke daerah yang terjangkit SARS, tinggal di daerah yang terjangkit SARS, ii)
seseorang yang menderita gangguan pernapasan akut yang tidak jelas (unexplained
acute respiratory illness) dan meninggal setelah tanggal 1 November 2002, tetapi
tidak dilakukan pemeriksaan autopsi dan 10 hari sebelum timbulnya gejala-gejala
mengalami satu atau lebih pemajanan (exposure) berikut yaitu close contact dengan
seseorang yang merupakan suspect atau probable case dari SARS, riwayat pernah
berkunjung ke daerah yang terjangkit SARS, tinggal di daerah yang terjangkit SARS.
Seseorang merupakan probable case bila: i) suspect case dengan gambaran radiologi
paru-paru (chest X-ray) menunjukkan infiltrat di kedua paru yang konsisten dengan
pneumonia atau respiratory distress syndrome (RDS), ii) suspect case yang positif
ditemukan coronavirus SARS, dan iii) suspect case dengan hasil pemeriksaan autopsi
konsisten dengan kelainan patologi dari RDS tanpa causa yang jelas. Penderita
dikeluarkan dari survailens SARS bila diagnosis alternatif sudah terbukti. Alasan
untuk tetap menetapkan definisi kasus berdasarkan hasil pemeriksaan klinik dan
epidemiologi karena pada saat ini belum tersedia uji laboratorium yang sahih dan
konsisten untuk mendeteksi infeksi dengan coronavirus SARS. Tes antibodi masih
belum positif setelah tiga minggu atau lebih dan masih belum diketahui secara pasti
apakah setiap penderita memberikan respon antibodi. Pemeriksaan spesimen dan

14
reagensi yang optimal untuk mendeteksi SARS masih belum diketahui secara pasti.
Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama sudah tersedia uji diagnostik
yang sahih untuk menetapkan diagnosis SARS.

CORONAVIRUS Pada awal-awalnya, pemeriksaan yang dilakukan oleh


laboratorium yang tergabung dalam jaringan kerja WHO terhadap berbagai virus
yang menyebabkan infeksi saluran napas mengarah pada 2 jenis famili virus yaitu
paramyxovirus dan coronavirus. Karena itu, mereka kemudian mempersempit
pemeriksaan laboratorium kepada kedua jenis virus tersebut dan sebagai hasilnya,
dinyatakan bahwa secara konsisten coronavirus ditemukan pada hampir setiap
spesimen dari penderita SARS yang diperiksa dari berbagai negara dan dapat diisolasi
dari biakan-sel.(7-9) WHO dengan jejaring laboratorium-laboratorium di seluruh
dunia, mengusulkan nama “Urbani Strain” untuk Surjawidjaja SARS epidemi baru 78
coronavirus penyebab SARS ini, sebagai penghormatan terhadap Dr. Carlo Urbani,
peneliti WHO yang untuk pertama kalinya memberi peringatan kepada dunia akan
adanya SARS di Hanoi, Vietnam. Dr. Urbani meninggal karena penyakit SARS pada
tanggal 29 Maret 2003 di Bangkok Coronavirus adalah anggota dari famili
Coronaviridae, suatu virus yang besar, dan mempunyai selubung (envelope).
Selubung virus ini dipenuhi dengan tonjolan-tonjolan yang panjang berbentuk daun
bunga (petal). Genom RNA coronavirus ini mempunyai ukuran 27-32 kb dan
merupakan genom yang terbesar di antara semua virus yang ada. Genom virus ini
beruntai tunggal (single-stranded) dan membentuk suatu nukleokapsid helikal yang
fleksibel dan panjang. Nukleokapsid ini terletak di dalam suatu selubung lipoprotein
yang terbentuk dari penggembungan membran intraseluler. Ada 3 kelompok serologis
coronavirus yang telah dikenali dan untuk setiap serogrup, virus diidentifikasi sesuai
dengan pejamu alamiahnya, dengan cara urutan (sekuens) nukleotidanya dan
hubungannya masing-masing secara serologis. Secara alamiah, kebanyakan
coronavirus menginfeksi satu jenis spesies saja atau beberapa spesies yang terkait
erat. Replikasi virus in vivo dapat terjadi secara tersebar (disseminated) sehingga

15
menyebabkan infeksi sistemik atau dapat terbatas pada beberapa tipe sel (seringkali
sel epitel saluran pernapasan atau saluran cerna dan makrofag) dan menyebabkan
infeksi lokal. Seperti halnya dengan kebanyakan virus-virus RNA, coronavirus
memiliki frekuensi mutasi yang sangat besar. Dengan melihat panjangnya genom dan
frekuensi kesalahan polymerase RNA dari virusvirus lain, genom RNA coronavirus
agaknya memiliki kumpulan titik mutasi pada setiap replikasi RNA-nya. Analisis
urutan (sekuens) nukleotida dari berbagai isolate coronavirus menunjukkan suatu
variabilitas sekuens yang dapat mempengaruhi replikasi virus dan patogenesisnya.
Contoh yang paling mencolok dalam hal mutasi dan secara biologis mempunyai arti
penting adalah munculnya porcine respiratory coronavirus (PRCV) dari porcine
transmissible gastroenteritis virus (TGEV). TGEV menyebabkan infeksi enterik
zoonotik pada babi. Pada awal tahun 1980-an, PRCV muncul di Eropa sebagai virus
baru yang menyebar secara luas pada hewan babi, dengan menyebabkan penyakit
saluran pernapasan epizootik yang berat.(10) Ada anggapan bahwa penyakit SARS
yang disebabkan oleh coronavirus dan menyerang manusia merupakan keadaan di
mana coronavirus yang infektif terhadap beberapa hewan mengalami mutasi dan
berevolusi untuk kemudian menjadi patogen terhadap beberapa kelompok hewan
lainnya dan juga pada manusia.(3) J Kedokter Trisakti Vol.22 No.2 79

ASPEK KLINIS

Sekitar 80 klinisi dari 13 negara berpartisipasi di dalam suatu diskusi


elektronik yang diselenggarakan oleh WHO, untuk membahas mengenai berbagai
aspek klinis dan terapi dari SARS. Diskusi ini terfokus pada presentasi klinis dari
penyakit, perkembangan penyakit, indikator prognosis, kriteria pemulangan penderita
dan pengobatan penderita. Para klinisi itu sepakat bahwa sekitar 10% penderita SARS
mengalami kemunduran dan memerlukan bantuan pernapasan secara mekanis.
Penderita-penderita dalam kelompok ini acapkali telah mempunyai penyakit Gambar
1. Model struktur coronavirus N = protein nukleokapsid M = glikoprotein membran S
= glikoprotein tonjolan HE = glikoprotein (hanya pada beberapa coronavirus grup II)

16
lain yang mempersulit penanganannya dan mortalitas pada kelompok ini tinggi.
Berdasarkan pengalaman para klinisi dengan penderita-penderita SARS, di ambil
kesimpulan sebagai berikut: Masa inkubasi Masa inkubasi SARS secara tipikal
adalah 2- 7 hari, meskipun demikian, beberapa laporan menunjukkan bahwa masa
inkubasi ini bisa lebih panjang sampai 10 hari. Setelah periode ini timbullah gejala-
gejala. Gejala klinis Tampilan klinis penyakit ini secara relatif konsisten untuk semua
penderita di semua negara yang terkena. Gejala prodromal berupa demam tinggi
mendadak, yang pada umumnya diikuti oleh sakit otot (mialgia), menggigil, tidak ada
nafsu makan, diare dan batuk kering (batuk nonproduktif). Gejala lain seperti sakit
kepala tidak jarang dijumpai. Pada masa prodromal ini, beberapa penderita
menunjukkan gejala pernapasan yang ringan. Setelah 3-7 hari, suatu fase gangguan
saluran pernapasan bagian bawah mulai tampak dengan adanya batuk kering, non-
produktif, dan sesak napas (dyspnea), yang dapat diikuti dengan keadaan hipoksemia.
Gambaran darah Pada waktu permulaan penyakit, jumlah absolut limfosit seringkali
menurun. Secara keseluruhan, jumlah leukosit normal atau sedikit menurun. Pada
puncak kelainan yang mengenai paru, sekitar 50% dari penderita-penderita
menunjukkan adanya leukopenia dan trombositopenia (50.000-150.000/mL). Fase
respiratorik juga diikuti dengan peningkatan kadar kreatin fosfokinase (sampai
setinggi 3.000 IU/L) dan hepatik transaminase (2- 6 kali lebih tinggi dari normal).
Umumnya fungsi ginjal tetap normal. Gambaran radiologis Gambaran radiologis paru
pada fase prodromal dan masa perjalanan penyakit mungkin tidak menunjukkan
kelainan (normal). Namun, pada sejumlah besar penderita, dijumpai kelainan
gambaran radiologis paru yang karakteristik, seringkali terjadi pada 3-4 hari setelah
timbulnya gejala penyakit. Fase respiratorik ini disifati oleh adanya infiltrat
interstisial lokal yang kemudian berkembang menjadi infiltrat interstisial umum.
Secara radiologis tampak daerah-daerah paru yang berawan. Beberapa gambar
radiologis dari penderita SARS stadium lanjut juga memperlihatkan daerahdaerah
paru yang mengalami konsolidasi. Prognosis Setelah terjadinya perubahan di paru,
maka perkembangan penderita SARS dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu: (i)

17
mayoritas penderita (80-90%) menunjukkan tanda-tanda perbaikan pada hari ke6 atau
7, (ii) pada sebagian kecil penderita, penyakitnya berkembang menjadi lebih gawat
dan penderita menunjukkan tanda-tanda sindrom gangguan paru akut yang berat
sehingga membutuhkan bantuan pernapasan mekanis. Walaupun angka kematian
pada kelompok kedua ini tinggi, tetapi ada sejumlah penderita yang dapat bertahan
dengan ventilator mekanis untuk beberapa waktu yang lama. Kematian pada
kelompok ini seringkali berhubungan dengan adanya penyakitpenyakit lain yang
diderita penderita tersebut (faktor ko-morbid). Umumnya, pada penderita-penderita
yang berusia di atas 40 tahun dengan penyakit lain, SARS lebih sering berkembang
menjadi penyakit yang berat.

LABORATORIUM

Pada pertengahan bulan Maret 2003, WHO menetapkan suatu jejaring (network)
global yang meliputi 11 laboratorium terkemuka di seluruh dunia sebagai upaya
untuk meneliti tentang identifikasi dari kausa SARS. Laboratorium tersebut dipilih
berdasarkan 3 kriteria, yaitu: mempunyai kemampuan ilmiahnya yang menonjol,
memiliki fasilitas biosafety level III, dan dapat menyumbangkan perangkat uji
(battery of tests) dan eksperimen yang diperlukan untuk dapat memenuhi postulat
Koch dalam mengidentifikasi suatu penyakit. Jejaring ini dibentuk dengan
menggunakan model dari network untuk influenza dengan suatu penekanan penting,
yaitu model dan sistem yang ditetapkan untuk sebuah keadaan darurat kesehatan
Surjawidjaja SARS epidemi baru 80 dapat dengan cepat disesuaikan untuk
kepentingan keadaan lainnya. Kerjasama antar laboratorium dari berbagai pusat ini
sangat luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya. Teknik-teknik laboratorium
yang selama ini umumnya sangat dirahasiakan oleh masing-masing laboratorium
serta sifat kompetitif di antara mereka, tidak lagi berlaku. Anggota jejaring ini saling
berbagi informasi dan materi, seperti misalnya gambar- gambar mikroskop elektron
dari virus, sekuens materi genetik untuk identifikasi dan karakteristik virus, deskripsi
eksperimen serta hasil-hasilnya. Pertukaran berbagai bahan pemeriksaan (sampel)

18
dari penderita atau bahan post-mortem untuk analisis laboratorium acapkali terjadi.
Kolaborasi ini telah memberikan hasil dalam identifikasi mikroorganisme yang
disangka menjadi penyebab penyakit SARS dan menyumbangkan 3 jenis tes
diagnostik laboratorium dalam waktu yang sangat singkat. Kecuali dari sputum, para
peneliti dalam grup jejaring itu juga menemukan bahwa virus penyebab SARS dapat
pula di isolasi dari plasma dan faeces.(7) Di dalam plasma, virus ditemukan pada
masa akut dalam konsentrasi yang amat rendah, sedangkan di feses dijumpai pada
fase konvalesen.(7)

TES DIAGNOSTIK

Kemampuan untuk mendeteksi seseorang yang terinfeksi virus SARS pada stadium
dini merupakan ukuran penting dari suatu alat uji. Deteksi dini dan keterandalan
dalam deteksi virus SARS dari suatu bahan pemeriksaan akan sangat membantu
petugaspetugas kesehatan dalam menentukan penderita mana yang menampilkan
gejala-gejala demam, dan lain-lain yang mengarah ke SARS adalah benarbenar
penderita SARS. Dengan demikian dengan cepat penderita tersebut dapat diambil
tindakantindakan yang sesuai seperti misalnya isolasi penderita dan upaya-upaya lain
yang sejalan dengan prosedur pengendalian penyakit infeksi. Perkembangan tes-tes
diagnostik untuk SARS ternyata merupakan masalah yang lebih besar dibandingkan
dengan apa yang diharapkan. Para peneliti yang tergabung dalam jejaring kerja sama
laboratorium WHO berusaha keras untuk mengembangkan tes-tes yang dapat
digunakan untuk diagnosis SARS. Pada saat ini, ada 3 tes yang umumnya digunakan
di laboratorium untuk mendeteksi SARS, yaitu: (i) tes antibodi dengan enzyme liked
immunosorbent assay (ELISA), (ii) tes antibodi dengan immunofluorescence assay
(IFA), dan (iii) metode polymerase chain reaction (PCR) untuk deteksi virus. Tes
ELISA adalah tes yang menguji adanya antibodi terhadap SARS. Tes ini dilaporkan
baru pada hari ke-20 setelah timbulnya gejala klinis memberi hasil positif, oleh
karena itu tidak dapat digunakan untuk mendeteksi kasus-kasus pada stadium dini
sebelum mereka mempunyai kesempatan untuk menyebarkan penyakit ke orang lain.

19
Tes IFA juga merupakan tes yang mendeteksi adanya antibodi. Tes ini juga relatif
lambat. PCR yang merupakan suatu tes molekuler untuk mendeteksi materi genetik
dari virus SARS sangat bermanfaat dalam mendeteksi infeksi stadium dini, namun tes
ini masih banyak memberikan hasil negatif palsu sehingga dapat memberikan
perasaan aman yang keliru karena dengan hasil negatif itu. Ada anggapan bahwa
individu atau penderita yang bersangkutan tidak menderita SARS sehingga terjadi
penyebaran penyakit tanpa dapat dikendalikan. Tetapi akhirakhir ini, para peneliti di
laboratorium yang bekerja sama dengan WHO merasa optimis dapat mengembangkan
tes PCR menjadi tes yang lebih dapat diandalkan dan dipercaya. Di antaranya adalah
laboratorium dari Bernhard-Nocht for Tropical Medicine di Hamburg yang membuat
suatu perangkat tes (kit) dengan sistem uji mutu (quality control) yang terkandung di
dalam perangkat tersebut.(11)

PENATALAKSANAAN SARS

Status penderita sangat berperan terhadap penatalaksaan yang akan diberikan. Pada
suspect dan probable cases tindakan yang dilakukan adalah:(12) i) isolasi penderita di
Rumah Sakit, ii) pengambilan sampel (sputum, darah, serum, urin) dan foto toraks
untuk menyingkirkan pneumonia yang atipikal, iii) pemeriksaan hitung lekosit,
trombosit, kreatinin fosfokinase, tes fungsi hati, ureum dan elektrolit, C reaktif
protein dan serum pasangan (paired sera), iii) saat dirawat berikan antibiotika untuk
pengobatan pneumonia akibat J Kedokter Trisakti Vol.22 No.2 81 lingkungan
(community-aquired pneumonia) termasuk penumonia atipikal, iv) pada SARS
berbagai jenis antibiotika sudah digunakan namun sampai saat ini hasilnya tidak
memuaskan, dapat diberikan ribavirin dengan atau tanpa streoid, dan v) perhatian
khusus harus diberikan pada tindakan yang dapat menyebabkan terjadinya
aerolization seperti nebuliser dengan bronkodilator, bronkoskopi, gastroskopi yang
dapat mengganggu sistem pernapasan. Berbagai upaya pengobatan dengan antibiotika
telah di coba pada penderitapenderita SARS. Oseltamivir secara oral bersamasama
dengan antibiotika berspektrum luas dan ribavirin intravena dalam dosis yang di

20
rekomendasikan, juga memberikan hasil yang kurang meyakinkan.(7) Pada saat ini,
penanganan penderita SARS yang dianggap paling penting adalah terapi suportif,
yaitu mengupayakan agar penderita tidak mengalami dehidrasi dan infeksi ikutan.

KESIMPULAN

Jumlah kasus dan kematian SARS semakin hari semakin meningkat, walaupun di
beberapa negara seperti Kanada, Vietnam, dan Singapura sudah mencapai puncaknya.
Pembuatan vaksin yang efektif masih memerlukan waktu yang tidak sedikit sekitar 2-
3 tahun lagi. Strategi yang diperlukan saat ini disamping pengobatan adalah upaya
pencegahan. Untuk mencegah penyebaran SARS ke negara-negara maju para pekerja
asing di negaranegara yang terkena SARS dianjurkan untuk tidak kembali ke tanah
airnya. Semoga dengan upaya pencegahan yang semakin baik epidemi SARS tidak
akan berkembang menjadi suatu pandemi.

Daftar Pustaka

1. World Health Organization. WHO issues global alert about cases of atypical
pneumonia: cases of severity respiratory ilness may spread to hospital staff. Geneva:
World Health Organization; 2003. Available from URL: http://www.who.int/
mediacentre/release/2003/pr22/en/print.html. Accessed April 11, 2003.

2. World Health Organization. Severe acute respiratory syndrome (SARS). Wkly


Epidemiol Rec 2003; 78: 81-3.

3. Poutanen SM, Low DE, Henry B, Finkelkstein S, Rose D, Green K, et al. 2003.
Identification of severe acute respiratory syndrome in Canada. N Engl J Med 348.
Available from URL: http:// www.nejm.org. Accessed April 10, 2003.

4. World Health Organization. Cumulative number of reported probable cases of


severe acute respiratory syndrome (SARS). Geneva: World Health Organization;

21
2003. Available from URL: http://www.who.int/csr/sarscountry/2003_5_03/
en/print.html. Accessed May 4, 2003.

5. World Health Organization. Coronavirus never before seen in humans is the cause
of SARS. Geneva: World Health Organization;.2003. Avaiable from URL:
http://www.who.int/ mediacentre/release/2003/pr31/print.html. Accessed April 30,
2003.

6. World Health Organization. Case definitions for surveillance of severe acute


respiratory syndrome (SARS). Geneva: World Health Organization. Available from
URL: http://www.who.int/csr/sars/ casedefinition/en/print.html. Accessed April 29,
2003.

7. Ksiazek TG, Erdman D, Goldsmith C, Zaki SR, Peret T, Emergy S, et al. A novel
coronavirus associated with severe acute respiratory syndrome. N Engl J Med 2003;
348. Available from URL: http://www.nejm.org. Accessed April 30, 2003.

8. Drosten C, Gunther S, Preiser W, van der Werf S, Brodt H-R, Becker S, et al.
Identification of a novel coronavirus in patients with severe acute respiratory
syndrome. N Engl J Med 2003; 348. Available from URL: http://www.nejm.org.
Accessed April 30, 2003.

9. Peiris JSM, Lai ST, Poon LLM, Guan Y, Yam LYC, Lim W et al. Coronavirus as a
possible cause of severe acute respiratory syndrome. Lancet 2003;361:13139-25.

10. Laude H, van Reeth K, Pensaert M. Porcine respiratory coronavirus: molecular


features and virus-host interaction. Vet Res 1993;24: 125-50.

11. World Health Organization. 2003. Status of diagnostic test, significance of


“super-spreaders”, situation in China. Communicable Disease Surveillance and
Response. Available from URL: http://www.who.int/csr/sars/en/print.html. Accessed
April 17, 2003

22
12. World Health Organization. Management of severe acute respiratory syndrome
(SARS). Geneva: World Health Organization; 2003. Available from URL:
http://www.who.int/csr/sars/ management/en/print.html. Accessed May 1, 2003.

23
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS) atau sindrom pernafasan
akut berat adalah sindrom akibat infeksi virus pada paru yang bersfat
mendadak dan menunjukkan gejala gangguan pernafasan pada pasien yang
mempunyai riwayat kontak dengan SARS.
SARS (Severe Respiratory Syndrom) adalah suatu jenis kegagalan
paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan
terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru). SARS merupakan
kedaduratan medis yang dapat terjadi pada orang yang sebelumnya
mempunyai paru-paru yang normal. Walupun sering disebut sindroma gawat
pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak.

24

Anda mungkin juga menyukai