Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN DENGAN MENGGUNKAN

METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DAN


METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA)
DI PT. ALAM DAYA SAKTI SEMARANG

Hery Suliantoro, Arfan Bakhtiar, Joy Irfan Sembiring *)

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,


Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak
PT. Alam Daya Sakti (ALDAS) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang concrete. Pada
saat ini, perusahaan mengalami masalah yaitu persentase produk yang mengalami kecacatan melebihi
batasan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sebesar 2% dari total produksi. Kecacatan produk
tersebut dapat berupa retak, permukaan kasar dan bentuk tidak sempurna. Adanya masalah seperti ini
dibutuhkan adanya sebuah pengendalian kualitas agar tingginya tingkat kecacatan dapat berkurang dan
tidak melewati batas yang sudah ditetapkan. Ada dua tool yang dapat digunakan untuk membantu
pengendalian kualitas yaitu Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analyis (FTA).
Penggunaan FMEA dapat mengidentifikasi risiko kegagalan selama proses produksi pembuatan paving.
Dengan FMEA, dapat diketahui moda kegagalan yang menyebabkan cacat pada produk dan
mendapatkan risiko kegagalan proses terbesar melalui nilai Risk Priority Number (RPN). Berdasarkan
hasil RPN moda kegagalan yang tertinggi, akan digunakan metode FTA untuk membangun fault tree
untuk melihat akar permasalahan dari moda kegagalan tersebut. Dari hasil FTA, maka dapat diberi
usulan perbaikan yang diharapkan dapat mengurangi tingkat kecacatan pada produk.

Kata kunci: Pengendalian Kualitas, FMEA, FTA

Abstract

Joy Irfan Sembiring, Analysis of Product Defect Causes Using Failure Mode And Effect
Analysis (FMEA). PT. Alam Daya Sakti (ALDAS) is a company engaged in the field of concrete. At this
time, the company has a problem that is the percentage of defect products exceed the limits that set by the
company that is 2% of total production. The defects of this product can be cracked, the surface is rough
and the shape is not perfect. The existence of such problems requires the existence of a quality control so
that the level of defective product can be reduced and does not exceed the limits that have been set. There
are two tools that can be used to help quality control that is failure mode and effect analysis (FMEA)
methods and Fault Tree Analyis (FTA). The use of FMEA is able to identify the risk of failure that occurs
during the production process in the manufacture of paving. Using FMEA methods, it can be known the
failure modes that cause defective product and get the biggest risk of failure of the production process in
the value of the Risk (Number) Priority (RPN). Based on the RPN result of the highest failure mode, FTA
method will be used to construct a fault tree to see the root cause of the failure mode. From the results of
FTA, it can be proposed improvements that are expected to reduce the level of defective product.

Keywords: Quality Contol, FMEA, FTA

------------------------------------------------------------------
*)
Penulis Korespondensi.
E-mail: joy.irfan94@student.undip.ac.id
1. Pendahuluan Berkembangnya PT. Alam Daya Sakti tidak
Setiap perusahaan didirikan dan dijalankan terlepas dari masalah dan kendala yang dialami oleh
memiliki tujuan dan arah yang jelas dan pasti perusahaan. Menurut hasil wawancara dengan kepala
dikembangkan untuk menjadi perusahaan yang maju, bagian produksi, saat ini keuntungan perusahaan tidak
ternama, dan mampu bersaing. Perusahaan yang meningkat sesuai dengan jumlah produksi yang
didirikan di bidang industri didirikan dengan tujuan dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan adanya
menghasilkan sesuatu untuk memperoleh keuntungan. biaya yang secara konstan keluar seperti biaya listrik
Dalam mencapai tujuan tersebut banyak hal yang dan gaji karyawan yang tetap baik yang regular ataupun
harus menjadi perhatian dari perusahaan, salah satu hal yang lembur untuk melakukan produksi ulang (rework)
tersebut adalah produk yang dihasilkan harus memiliki dan bahkan ada yang tidak dapat diproduksi ulang dan
kualitas yang bagus. Suatu perusahaan dapat dikatakan menjadi produk cacat yang tidak dapat diolah sehingga
berkualitas, apabila perusahaan tersebut mempunyai tidak memiliki nilai guna lagi karena tidak dapat dijual.
sistem produksi yang efektif dan efisien dan proses Dengan adanya hal ini sama saja produk yang
yang terkendali dalam menghasilkan produk yang dihasilkan tidak bertambah karena hanya mengulang
berkualitas. Produk yang memiliki kualitas bagus proses produksi saja. Penyebab ternjadinya rework ini
merupakan produk yang sempurna, tidak memiliki setelah diamati ternyata disebakan oleh karena masih
cacat dan sesuai dengan apa yang diharapkan tingginya produk cacat yang dihasilkan oleh
konsumen. Dengan melakukan pengendalian kualitas perusahaan.
(Quality Control), perusahaan dapat meningkatkan Dari data yang diperoleh pada tahun 2016 hingga
efektifitas, efisiensi dan produktifitas dalam mencegah awal 2017, tercatat bahwa masih terdapat banyak
terjadinya produk yang cacat atau gagal, sehingga produk yang cacat bahkan ada yang rusak yang tidak
dapat mengurangi terjadinya pemborosan baik dari memiliki nilai jual. Data cacat dari masing-masing
segi penggunaan material, waktu yang diperlukan mesin akan ditunjukkan dalam tabel 1.1 di bawah.
dalam melakukan produksi, dan tenaga kerja. Menurut Setyadi (2013) dalam penelitiannya di
PT.Alam Daya Sakti (ALDAS) merupakan suatu perusahaan Jeans dimana kondisi keuntungan
salah satu perusahaan yang bergerak di industri perusahaan yang menurun dan setelah dianalisis
bangunan yang memproduksi paving dan keramik. ternyata penyebabnya merupakan masih tingginya
Perusahaan ini awalnya dimulai secara perseorangan persentase produk cacat yang masih dihasilkan oleh
yang memproduksi ubin pada tahun 1973. Seiring perusahaan. Tingginya produk cacat yang dihasilkan
dengan berkembangnya teknologi dan jaman, serta sehingga harus mengerjakan ulang produk tersebut.
berubahnya kebutuhan pasar, ALDAS telah berubah Dengan demikian sumber daya terus keluar sedangkan
menjadi perseroan demi struktur modal yang kuat dan jumlah produksi tidak bertambah sehingga keuntungan
menjadi produsen paving block yang terkenal akan perusahaan menurun. Berkaca dari penelitian tersebut
kualitas nya di Indonesia. Didukung oleh mesin dan dan melihat dari kondisi lapangan dari PT.Alam Daya
alat penunjang yang memadai, membuat Paving Block Sakti sendiri bahwa memang keuntungan perusahaan
Aldas menjadi lebih kuat dan tahan lama 10x lipat tidak meningkat dan cenderung turun dan masih banyak
daripada paving produksi manual. PT ALDAS saat ini produk cacat yang dihasilkan maka perlu dianalisis
tidak hanya bergerak di produksi paving tetapi juga penyebab produk cacat tersebut dan dapat diperbaiki
berproduksi di sector bangunan beton sebagai sehingga persentase produk cacat dapat menurun.
penunjang dari produk paving tersebut. Contohnya Papadopoulos et.al (2004) mengkombinasikan
adalah Curb Stone / Kanstein merupakan produk metode FTA dan FMEA untuk melakukan analisis
beton yang berfungsi sebagai pembatas tepi jalan yang kerusakan pada sistem. Dengan metode FTA, akan
dipasang paving blok. Dari semua produk yang diketahui akar penyebab-penyebab masalah yang terjadi
dihasilkan perusahaan, produk yang paling banyak salam sistem melalui diagram yang akan dibuat. Setelah
dipesan dan diproduksi adalah paving dengan jenis mengetahui penyebab-penyebab tersebut, metode
Holland yaitu paving yang berbentuk balok dengan FMEA digunakan untuk melihat dan mencari prioritas
ukuran 6 cm x 10 cm x 21 cm dengan jenis K-300 dan dari penyebab-penyebab tersebut sehingga dapat
K-400. Paving ini berbentuk balok mirip seperti batu ditentukan langkah penyelesaian yang tepat sesuai
bata. Paving jenis ini merupakan paving yang paling dengan apa yang menjadi penyebab terjadinya
umum digunakan untuk jalan di suatu perumahan kecacatan ketika melakukan proses produksi.
ataupun halaman rumah. Proses produksi pada PT.
Alam Daya Sakti menggunakan 3 buah mesin cetak Tabel 1 Data Jumlah Cacat Tahun 2016
yang diberi nama Hotaba 1, Hotaba 2, dan Zenith.
Total % Jumlah
Mesin Hotaba 1 dan 2 digunakan untuk mencetak Bulan
Produksi cacat Cacat
produk dengan single layer, sedangkan Mesin Zenith
digunakan untuk mencetak produk dengan multi layer. Januari 457,195 3.34 15270
Tabel Data Jumlah Cacat Tahun 2016 (Lanjutan) tingkat awal dan mempertimbangkan kegagalan system
yang merupakan hasil dari keseluruhan bentuk
Februari 393,419 4.76 18727 kegagalan yang berbeda. Berikut adalah tujuan yang
Maret 566,535 2.79 15806 dapat dicapai oleh perusahaan dengan penerapan FMEA
April 503,892 3.41 17183 :
o Mengenal dan memprediksi potensial kegagalan
Mei 561,360 2.58 14483 dari produk atau proses yang dapat terjadi
Juni 441,979 2.64 11668 o Memprediksi dan mengevaluasi pengaruh dari
Juli 427,800 2.98 12748 kegagalan pada fungsi dalam system yang ada
o Menunjukkan prioritas terhadap perbaikan suatu
Agustus 202,381 7.58 15340 proses melalui daftar peningkatan proses yang harus
September 472,026 3.44 16238 diperbaiki
o Mengidentifikasi dan membangun tindakan
Desember 633,890 3.62 22947
perbaikan yang bisa diambil untuk mencegah atau
Jan-17 616,386 2.68 16519 mengurangi kesempatan terjadinya potensi
Feb-17 506,759 3.28 16622 kegagalan.
Rata-rata 495,649 3 15,947
2.4 Elemen-Elemen FMEA
Tingkat Keparahan (Severity)
Dari data yang diperoleh bahwa masih banyak Severity adalah penilaian terhadap keseriusan
produk cacat yang dihasilkan. Mesin yang dari efek yang ditimbulkan. Dalam arti setiap kegagalan
menghasilkan produk cacat yang terbanyak adalah yang timbul akan dinilai seberapa besarkah tingkat
mesin Zenith disusul oleh mesin Hotaba 1. Mesin keseriusannya. Terdapat hubungan secara langsung
Zenith yang sepanjang tahun perbulannya selalu antara efek dan severity.
melebihi persentase batasan cacat yang sudah
ditetapkan oleh PT.Alam Daya Sakti yaitu 2% dari Tingkat Kejadian (Occurance)
total produksi. Occurance adalah kemungkinan bahwa
penyebab tersebut akan terjadi dan menghasilkan
2. Studi Literatur bentuk kegagalan selama masa penggunaan produk.
Pada penelitian ini, literatur yang akan dibahas Occurance merupakan nilai rating yang disesuaikan
berhubungan dengan kualitas produk dan metode dengan frekuensi yang diperkirakan dan atau angka
pengendalian kualtias yang digunakan yaitu FMEA kumulatif dari kegagalan yang dapat terjadi.
dan FTA
Metode Deteksi (Detection)
2.1 Kualitas Nilai detection diasosiasikan dengan
Kualitas merupakan suatu hal yang menjadi hal pengendalian saat ini. Detection adalah pengukuran
yang dipertimbangkan dan sangat sering dibandingkan terhadap kemampuan mengendalikan / mengontrol
ketika ingin membeli atau memilih sesuatu. Kualitas kegagalan yang dapat terjadi.
menjadi sesuatu hal yang sangat penting yang harus
dimiliki dalam sebuah produk. Risk Priority Number (RPN)
Nilai ini merupakan produk dari hasil perkalian
2.2 Produk Cacat tingkat keparahan, tingkat kejadian, dan tingkat deteksi.
Menurut Mulyadi (2002), produk cacat adalah RPN menentukan prioritas dari kegagalan. RPN tidak
produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah memiliki nilai atau arti. Nilai tersebut digunakan untuk
ditentukan, tetapi dengan mengeluarkan biaya meranking kegagalan proses yang potensial. Nilai RPN
pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut :
tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi RPN = severity x occurrence x detection…………. (1)
menjadi produk jadi yang baik.
2.5 Fault Tree Analysis (FTA)
2.3 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) FTA adalah teknik yang banyak dipakai untuk
Menurut Roger D Leitch (1995), FMEA adalah studi yang berkaitan dengan resiko dari keandalan dari
analisa teknik yang apabila dilakukan dengan tepat dan suatu sistem engineering. Event potensial yang
waktu yang tepat akan memberikan nilai yang besat menyebabkan kegagalan dari suatu sistem engineering
dalam membantu proses pembuatan keputusan. dan probabilitas terjadinya event tersebut dapat
Analisa tersebut biasa disebut analisa “bottom up”, ditentukan dengan FTA. Sebuah TOP event yang
seperti dilakukan pemeriksaan pada proses produksi merupakan definisi dari kegagalan suatu sistem (system
failure), harus ditentukan terlebih dahulu dalam nantinya menggambarkan berbagai aspek dari populasi.
mengkonstruksikan FTA. Sistem kemudian dianalisa Data diperoleh dengan cara :
untuk menemukan semua kemungkinan yang  Wawancara
didefinisikan pada top event. Fault Tree adalah sebuah Pada penelitian ini, keseluruhan data yang
model grafis yang terdiri beberapa kombinasi digunakan dan yang diperlukan akan diperoleh melalui
kesalahan (faults) secara paralel dan secara berurutan wawancara dan brainstorming dengan pihak perusahaan
yang mungkin menyebabkan awal dari failure event khususnya bagian PPIC. Wawancara akan dilakukan
yang sudah ditetapkan. dengan memberi pertanyaan seputar proses produksi
Setelah mengidentifikasi TOP event, event- pembuatan produk paving block, keadaan perusahaan
event yang memberi kontribusi secara langsung dan kebijakan yang dimiliki perusahaan dalam
terjadinya top event diidentifikasi dan dihubungkan ke melakukan proses produksi, dan saling berdiskusi dalam
TOP event dengan memakai hubungan logika (logical menentukan kebijakan yang dapat diterapkan untuk
link). Gerbang AND (AND gate) dan sampai dicapai menguirangi terjadinya kecacatan pada proses produksi.
event dasar yang idependen dan seragam (mutually  Observasi (Pengamatan Langsung)
independent basic event). Analisa deduktif ini Observasi adalah metode pengumpulan data
menunjukan analisa kualitatif dan kuantitatif dari melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara
sistem engineering yang dianalisa. cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian.
FTA secara umum dilakukan dalam 5 tahapan, Pengumpulan data secara langsung dilakukan dengan
yaitu: mengunjungi PT.Alam Daya Sakti Semarang untuk
 Mendefinisikan problem dan kondisi batas memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam
(boundary condition) dari sistem. melakukan penelitian.
 Pengkontruksian fault tree.
3.2 Variabel Penelitian
 Mengidentifikasi minimal cut set atau minimal Variabel penelitian adalah suatu atribut dan sifat
path set. atau nilai orang, faktor, perlakuan terhadap obyek atau
 Analisa kualitatif dari fault tree. kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
 Analisa kuantitatif fault tree. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
3. Metode Penelitian Table 2 Variabel Penelitian
Metode penelitian digunakan sebagai acuan
dalam melakukan penelitian. Tipe penelitian yang Variabel Pengertian Lambang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Kesalahan Kegagalan Produk
F
eksploratif. Penelitian eksploratif merupakan jenis (Failure) (cacat)
penelitian yang bertujuan untuk menemukan suatu Dampak yang timbul
Kegawatan
pengetahuan baru yang sebelumnya belum ada. apabila suatu kesalahan S
(Severity)
Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan terjadi
mengetahui apa-apa saja yang menyebabkan produk Kejadian Kemungkinan terjadinya
O
menjadi cacat sehingga tipe penelitian eksploratif ini (Occurance) kesalahan
dipilih memjadi tipe penelitian yang digunakan dan Kemungkinan untuk
biasanya penelitian eksploratif merupakan penelitian mendeteksi suatu
Deteksi
yang identik dengan penelitian untuk menggali sesuatu kesalahan akan terjadi D
(Detection)
untuk menemukan informasi yang lebih lengkap dalam atau sebelum dampak
sesuatu masalah yang ada. kesalahan tersebut terjadi
3.1 Teknik Pengumpulan Data Risk Hasil perkalian dari
Dalam penyusunan laporan penelitian ini Priority masing-masing tingkat
RPN
terdapat dua teknik yang digunakan untuk Number kegawatan, kejadian, dan
pengumpulan data, yaitu survey yang melakukan (RPN) deteksi
peninjauan langsung ke perusahaan tempat penelitian 4. Analisis dan Pembahasan
untuk memperoleh data primer dan melakukan Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan
penelitian kepustakaan untuk medapatkan data wawancara langsung dengan pihak perusahaan dan
sekunder. melakukan survei langsung ke lapangan untuk melihat
Berikut merupakan teknik yang digunakan : kondisi perusahaan secara langsung. Berdasarkan hasil
 Survei wawancara terdapat 5 langkah utama dalam proses
Survei merupakan penelitian yang pembuatan paving yaitu penimbangan raw material,
mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan pencampuran (mixing), pencetakan, pengeringan basah
menanyakan melalui angket atau interview supaya (curing), penempatan dan pengeringan akhir.
Tabel Faktor Penyebab Kegagalan Potensial
4.1 Mengidentifikasi Moda Kegagalan Potensial (Lanjutan)
(Failure Mode) Mixing
Langkah terpenting dalam menggunakan Hasil adukan terlalu Pengukuran yang
Lapisan
basah atau kering tidak terstandar
metode FMEA adalah mengidentifikasi moda Bawah
kegagalan potensial. Berdasarkan identifikasi yang Tingkat
dilakukan terhadap proses produksi ditemukan penggunaan
Molding dan
beberapa moda kegagalan potensial yang terjadi. Pencetakan mesin yang
Mesin Press Aus
Setelah moda kegagalan yang terjadi diketahui, tinggi
selanjutnya mengidentifikasi moda kegagalan dari
setiap tahap produksi untuk ditentukan rating Severity, Penempatan  Jatuh
dan Kesalahan
Occurance, dan Detection.
Pengeringan  Penyusunan operator
Akhir Dibanting
Table 3 Moda Kegagalan Potensial
Setelah mengidentifikasi penyebab dari
Bagian Moda Kegagalan Potensial kegagalan, salah satu faktor yang penting untuk
diketahui dari proses produksi adalah efek dari
kegagalan yang terjadi di lantai produksi. Efek
(Batching Plan)
kegagalan yang teridentifikasi akan membantu
Penimbangan Raw Pengukuran Tidak Presisi
menentukan tingkat keparahan dari kegagalan yang
Material
terjadi pada proses produksi. Tabel di bawah ini
(Mixer) merupakan tabel yang menunjukkan efek dari kegagalan
Adukan kekurangan semen yang terjadi dari setiap moda kegagalan.
Mixing Lapisan Atas

(Mixer) Tabel 5 Efek Kegagalan Potensial


Hasil adukan terlalu
Mixing Lapisan
basah atau kering
Bawah Moda Kegagalan Efek Kegagalan
Bagian
Potensial Potensial
Molding dan Mesin  Kelebihan pasir
Pencetakan memengaruhi
Press Aus
Penimbangan kekuatan tekan
Pengukuran Tidak
Raw paving
Presisi
Penempatan dan  Jatuh Material  Kekurangan
Pengeringan Akhir  Penyusunan Dibanting semen produk
gagal

Setelah mengidentifikasi moda kegagalan, Mixing Adukan Permukaan paving


diperlukan untuk mengidentifikasi faktor –faktor Lapisan Atas kekurangan semen akan kasar
penyebab dari kegagalan tersebut. Faktor-faktor
penyebab kegagalan ini akan membantu dalam Bentuk paving di
Mixing Hasil adukan
menentukan rating Occurance yang terjadi pada setiap akhir akan cembung
Lapisan terlalu basah
moda kegagalan. Tabel di bawah ini merupakan tabel atau kasar dan
Bawah atau kering
kualitas menurun
yang menunjukkan faktor-faktor penyebab terjadinya
kegagalan.
Bentuk Paving tidak
Molding dan
sempurna bahkan
Pencetakan Mesin Press
Tabel 4 Faktor Penyebab Kegagalan Potensial sampai tidak sesuai
Aus
standar
Penyebab
Moda Kegagalan Penempatan
Bagian Kegagalan  Jatuh
Potensial dan Paving retak atau
Potensial  Penyusunan
Pengeringan bahkan dapat pecah
Penimbangan Pengukuran Tidak Ketidaktelitian Dibanting
Akhir
Raw Material Presisi operator
Kesalahan SDM 4.2 Penentuan Rating Severity
Mixing Adukan kekurangan
Lapisan Atas semen
yang tidak Severity merupakan tingkat keparahan atau
memasukkan semen keseriusan efek yang ditimbulkan oleh kegagalan itu
sendiri. Pada penelitian ini, rating keparahan diperoleh Tabel Nilai Occurance (Lanjutan)
dengan melihat bagaimana suatu moda kegagalan akan Kesalahan
memengaruhi produk dan proses produksi selanjutnya. Adukan SDM yang
Mixing
Tabel di bawah ini merupakan tingkat keparahan atas kekurangan tidak 1
Lapisan Atas
efek yang ditimbulkan oleh kegagalan di setiap proses semen memasukkan
semen
produksi dalam pembuatan paving block.
Mixing Hasil adukan Pengukuran
Tabel 6 Nilai Severity Lapisan terlalu basah yang tidak 8
Bawah atau kering terstandar
Moda
Efek Kegagalan
Bagian Kegagalan Severity
Potensial Tingkat
Potensial Molding
penggunaan
 Kelebihan pasir Pencetakan mesin press
mesin yang
6
memengaruhi aus
tinggi
Penimbangan Pengukuran kekuatan tekan
Raw Tidak paving 3 Penempatan Kesalahan
Jatuh 1
Material Presisi  Kekurangan dan operator
semen produk Pengeringan Penyusunan Kesalahan
gagal Akhir 1
Dibanting operator
Adukan
Mixing Permukaan
kekurangan 7
Lapisan Atas
semen
paving akan kasar 4.4 Penentuan Rating Detection
Detection merupakan tingkat deteksi atau
Bentuk paving di tindakan yang mirip dengan pengawasan sedini
Mixing Hasil adukan
akhir akan cembung mungkin yang akan mendeteksi penyebab terjadinya
Lapisan terlalu basah 8
atau kasar dan
Bawah atau kering moda kegagalan sebelum komponen meninggalkan area
kualitas menurun
manufaktur. Tabel di bawah ini merupakan hasil
Bentuk Paving tidak penilaian tingkat deteksi terjadinya kegagalan dari
Molding dan
Pencetakan Mesin Press
sempurna bahkan
7
setiap moda kegagalan potensial.
sampai tidak sesuai
Aus
standar Tabel 8 Nilai Detection
Paving retak atau
Jatuh bahkan dapat 7 Moda Penyebab
Penempatan Bagian Kegagalan Kegagalan Detection
pecah
dan Potensial Potensial
Pengeringan Paving retak atau (Batching
Akhir Penyusunan
bahkan dapat 7 Plan)
Dibanting Pengukuran Ketidaktelitian
pecah Penimbangan 1
Tidak Presisi operator
Raw
Material
4.3 Penentuan Rating Occurance Kesalahan
Occurance merupakan tingkat kejadian (Mixer) Adukan SDM yang
yang digunakan untuk mengukur seberapa sering Mixing kekurangan tidak 1
efek dari kegagalan tersebut muncul. Selain itu, Lapisan Atas semen memasukkan
semen
Occurance juga dapat digunakan untuk
menentukan frekuensi terjadinya kegagalan (Mixer)
Hasil adukan Pengukuran
tersebut. Tabel di bawah ini merupakan tingkat Mixing
terlalu basah yang tidak 7
frekuensi terjadinya kegagalan dari setiap moda Lapisan
atau kering terstandar
Bawah
kegagalan potensial.
Tingkat
Molding
Tabel 7 Nilai Occurance penggunaan
Pencetakan mesin press 6
mesin yang
Aus
Moda Penyebab tinggi
Bagian Kegagalan Kegagalan Occurance
Potensial Potensial Penempatan Kesalahan
Jatuh 1
Penimbangan Pengukuran dan operator
Ketidaktelitian Pengeringan
Raw Tidak 1 Penyusunan Kesalahan
operator Akhir 1
Material Presisi Dibanting operator
terlalu basah atau terlalu kering dan pada bagian
4.5 Penentuan Nilai RPN pencetakan dengan moda kegagalan bahwa molding dan
Setelah menentukan rating dari keparahan mesin press sudah aus. Maka langkah selanjutnya,
(Severity), kejadian (Occurance), dan deteksi kedua moda kegagalan tersebut akan diolah
(Detection), maka langkah yang selanjutnya dilakukan menggunakan metode FTA guna melihat akar
perhitungan nilai Risk Priority Number (RPN). Moda permasalahannya. Berikut adalah hasil pembuatan
kegagalan yang nantinya memiliki nilai RPN tertinggi diagram fault tree dari masing-masing moda kegagalan.
akan dilihat menggunakan metode Fault Tree Analysis
agar diketahui akar permasalahannya dan dapat diberi
tindakan perbaikan. Nilai RPN diperoleh dengan
mengalikan nilai rating dari Severity, Occurance, dan
Detection dari masing-masing moda kegagalan.
Berikut adalah tabel hasil perhitungan RPN dari
masing-masing moda kegagalan

Tabel 9 Nilai Risk Priority Number (RPN)

Moda Occ Dete


Seve
Bagian Kegagalan ura ctio RPN
rity
Potensial nce n
(Batching
Plan) Pengukuran
Penimban Tidak 3 1 1 3
gan Raw Presisi
Material

Mixing Adukan
Lapisan kekurangan 7 1 1 7
Atas semen

Hasil
Mixing
adukan
Lapisan 8 8 7 448
terlalu basah
Bawah
atau kering
Molding
Pencetaka
mesin press 7 6 6 252 Gambar 1 Diagram Fault Tree Hasil Mixer Terlalu
n
Aus Basah/Kering

Penempat Jatuh 7 1 1 7
an dan
a) Analisis Kualitatif FTA
Pengering Analisis kualitatif adalah untuk mendapatkan
an Akhir Penyusunan kombinasi kegagalan yang menyebabkan top event pada
7 1 1 7
Dibanting suatu system atau minimal cut set itu sendiri. Hasil
analisis kualitatif dari moda kegagalan hasil mixer yang
terlalu basah/kering adalah bahwa hal itu terjadi jika
4.6 Fault Tree Analysis (FTA) kejadian di bawah ini terjadi. Kejadian tersebut adalah :
Setelah mengetahui hasil dari metode FMEA
 Setting Mixer tidak Standar
dengan melihat nilai RPN tertinggi dari setiap moda
 Umur pakai pisau mixer sudah habis
kegagalan, maka langkah selanjutnya akan dicari akar
permasalahan dari moda kegagalan tersebut agar dapat  Tidak adanya SOP dalam bekerja
dicari usulan perbaikan di tahap selanjutnya. Dalam  Kurangnya pemahaman pekerja
menentukan akar permasalahan tersebut, digunakan  Tidak adanya jadwal maintenance yang tetap
metode Fault Tree Analysis (FTA).
Dari langkah sebelumnya dalam metode FMEA b) Analisis Kuantitatif FTA
sudah diperoleh bahwa moda kegagalan yang memiliki Analisis kuantitatif dilakukan untuk menaksir
nilai RPN tertinggi adalah pada bagian mixing dengan kemungkinan atau probablitas dari kejadian yang
moda kegagalan bahwa hasil adukan dari paving diselidiki. Berikut adalah hasil probabilitas dari tiap
minimal cut set : Jadwal ini bertujuan untuk pembersihan, pengecekan
dan perawatan lebih intensif pada mesin dan tools
Tabel 10 Probabilitias Minimal Cut Set lainnya.

Simbol Deskripsi Probabilitas DAFTAR PUSTAKA


Anugrah, Desrianty, Fitria. 2015. Usulan Perbaikan
Setting mixer tidak Kualitas Produk Menggunakan Metode Fault
E2 0.765
standar tree Analysis (FTA) dan Failure Mode and
Umur pakai pisau Effect Analysis (FMEA) di Pabrik Roti Bariton.
E5 0.056
mixer sudah habis Bandung: Teknik Industri Institut
Teknologi Nasional (Itenas)
Dari tabel di atas maka diperoleh probabilitas Ariani, D.W. 2004. Pengendalian Kualitas Statistik
terjadinya top event adalah : Pendekatan Kuantitatif dan Manajemen
T = E2 + E5 Kualitas. Yogyakarta : ANDI
= 0.765 + 0.056 Bastian, Bustami dan Nurlela. 2009. Akuntansi
= 0.821 Biaya. Jakarta: Mitra Wacana Media
Digilib.its.ac.id/.../ITS-Undergraduate-7134-
5. Kesimpulan 2502109025-bab2.pdf. Diunduh 24 April
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, 2017
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : Ilham, M.N. 2012. Analisis Pengendalian Kualitas
Faktor-faktor yang menyebabkan cacat pada Produk Dengan Menggunakan Statistical
produk adalah presisi ukuran dari raw material, mixer Precessing Control (SPC) Pada PT.Bosowa
lapisan atas kekurangan semen, hasil mixer lapisan Media Grafika (Tribun Timur) (Skripsi).
bawah terlalu basah/kering, molding dan mesin press Makassar. Universitas Hasanuddin
sudah aus, palet kayu tidak lurus, kurangnya Mulyadi. 2002. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta:
pemberian air sebelum dikeringkan, produk jatuh dan UPP STIM YKPN
dibanting ketika penyusunan produk. Setyadi, (2013). Analisis Penyebab Kecacatan
Faktor penyebab masalah utama yang Produk Celana Jeans dengan Menggunakan
menyebabkan cacat pada produk adalah hasil adukan Metode Fault tree Analysis (FTA) dan
mixer lapisan bawah yang terlalu basah atau kering Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) di
sehingga sangat berpengaruh terhadap bentuk dan hasil CV. Fragile Din Co. Bandung: Teknik
akhir dari paving block. Industri Universitas Widyatama
Jenis-jenis cacat yang sering dijumpai pada Souza, Rodrigo de Queiroz. (2007). FMEA and
produk ada 3 yaitu retak, permukaan kasar, dan bentuk FTA Analysis for Application of The
tidak sempurna mungkin pecah atau dalam bahasa Reliabilitycentered Maintenance
perusahaan sering disebut dengan nama “kompil” Methodology: Case Study on Hydraulic
Usulan-usulan perbaikan yang diharapkan Turbines, Brazil.
mampu mengurangi tingkat persentase kecacatan pada Taufiqurrachman.weblog.esaunggul.ac.id/wpconte
produk ada 3 hal yaitu : nt/uploads/sites/968/2016/04/TIN3 15-6-FTA-
 Membuat SOP yang jelas dalam melakukan 2015-2.pdf. Diunduh 8 Agustus 2017
kegiatan produksi khususnya pada bagian pemberian Wahyuanti. AW. 2014. Upaya Penurunan Produk
air dalam mixer pembuatan lapisan bawah dari paving Cacat Celana Legging Dengan
dan membuat sistem lock yang dipegang oleh mandor Menggunakan Metode Failure Mode And
lapangan agar settingan waktu mixer tidak berubah Effect Analysis (FMEA) (Studi Di Whoops
dan sudah tetap. Bandung). Universitas Widyatama
 Melakukan pengawasan yang lebih di proses Wulandari, Trisya. 2011. Analisa Kegagalan Sistem
produksi terutama di bagian yang sangat penting agar Dengan Fault Tree. Universitas Indonesia.
memastikan semua proses berjalan sesuai dengan
standar dan baik.
 Melakukan aturan pembersihan meisn sebagai
bentuk perawatan setiap akhir digunakan dan membuat
jadwal perawatan tools dan mesin yang terjadwal
secara berkala, baik dalam pengecekan dan
penggantian yang sudah rusak minimal seminggu
sekali yang diusukan pada hari sabtu karena proses
produksi hanya dilakukan hingga tengah hari saja.

Anda mungkin juga menyukai