net/publication/335676475
CITATIONS READS
0 74
12 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Erik Febriarta on 07 September 2019.
9 April 2015
University Club (UC) Hotel & Convention, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Editor:
ISBN: 978-979-8786-55-6
© 2015 Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM
Hak kekayaan intelektual tiap makalah dalam prosiding ini merupakan milik para penulis
yang tercantum pada tiap makalahnya.
Dipublikasikan oleh:
Badan Penerbit Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
Sekip Utara, Jalan Kaliurang, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Telp:+62 274 649 2340, +62 274 589 595
Email: geografi@geo.ugm.ac.id
Website: www.geo.ugm.ac.id
ii
KATA PENGANTAR
Seminar Nasional Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai ke-1
dilaksanakan di University Club (UC) Hotel and Convention, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta pada tanggal 9 April 2015. Seminar ini diselenggarakan oleh Program
Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS) yang
merupakan minat dari Program Studi S2 Geografi Fakultas Geografi, Universitas Gadjah
Mada. Salah satu tujuan utama seminar ini adalah untuk mendiskusikan perkembangan
dan tren penelitian pengelolaan di wilayah pesisir dan daerah aliran sungai. Sebanyak 60
makalah yang terbagi dalam 7 tema ditampilkan dalam prosiding ini. Tema-tema tersebut
antara lain:
Pengelolaan pesisir
Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS)
Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh
untuk laut, pesisir, dan daerah aliran sungai
Pendidikan geografi
Manajemen bencana di kawasan pesisir
Manajemen bencana di kawasan daerah aliran sungai
Aspek sosial, politik, ekonomi, budaya, kependudukan, dan kebijakan
dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
Hasil dari seminar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai kepadu-
padanan pengelolaan pesisir dan DAS yang meliputi aspek fisik, lingkungan, regulasi,
tata ruang, pemanfaatan ruang dan sumber daya. Semoga prosiding ini dapat
bermanfaat untuk acuan peneliti maupun praktisi pada bidang yang terkait.
Terima Kasih
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................................................iv
PEMBICARA UTAMA
Pengelolaan Perbatasan Laut RI dengan Negara Tetangga Menuju Kedaulautan Maritim
NKRI - Kolonel Laut (KH) Drs. Haris Djoko N. M.Si ....................................................................................... 1
Teknologi Penginderaan Jauh dan SIG untuk Kajian Laut dan Pesisir - Prof. Dr. Hartono, DEA.,
DESS. ................................................................................................................................................................................... 7
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Problematikanya di Indonesia - Prof. Dr. Sudarmadji,
M. Eng. Sc. ...................................................................................................................................................................... 32
iv
Kajian Pengelolaan Sumberdaya Air untuk Pengembangan Pariwisata (Studi Kasus: Pulau
Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta) - Roland Sinulingga .................................................................... 151
Analisis Perubahan Pola Distribusi Spasial Pencemaran Logam Berat pada Airtanah Sebagai
Upaya Pengelolaan Kota Pesisir Jakarta - Cahyadi Setiawan, dkk .................................................... 163
Arahan Spasial Konservasi Mangrove di Wilayah Pesisir Kabupaten Demak - Septiana
Fathurrohmah, dkk ................................................................................................................................................ 172
TEMA 3: TEKNOLOGI SIG DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK PESISIR, LAUT DAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI
Kontribusi Citra Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis dalam Mendukung
Pengelolaan Laut, Pesisir, dan Daerah Aliran Sungai di Indonesia - Totok Gunawan .............. 297
Forward Modelling Manejemen Sumberdaya Air Permukaan DAS Ngrancah - Indra Agus
Riyanto, dkk ............................................................................................................................................................... 319
Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Koefisien
Limpasan Di DAS Bogowonto - Rizkalia Atika, dkk ................................................................................. 326
v
Citra Landsat 8 dan Sistem Informasi Geografi untuk Mengkaji Pengaruh Perubahan
Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Aliran Permukaan (Kasus Sub Daerah Aliran
Sungai Opak Daerah Istimewa Yogyakarta) - Novita Ardana Reswari, dkk ................................. 337
Pemanfaatan Citra SRTM V3 dengan Teknik Analisis Zona untuk Mengkaji Keterkaitan Curah
Hujan dengan Topografi di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta -
Hamim Zaky Hadibasyir, dkk............................................................................................................................. 345
Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk Estimasi Abundansi
Vegetasi pada DAS Perkotaan (Studi di SubDAS Gadjah Wong, DIY) - Dwi Setyo Aji, dkk ..... 351
Evaluasi Sumberdaya Lahan Berbasis Invers Modelling sebagai Dasar Land Use Planning
Daerah Aliran Sungai Ngrancah Kabupaten Kulonprogo, DI Yogyakarta - Mega Yulisetya
Widasmara, dkk ....................................................................................................................................................... 358
Pemetaan Habitat Bentik Sebagai Dasar Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Studi Kasus Pulau Menjangan Besar dan Menjangan Kecil Kepulauan Karimunjawa) -
Pramaditya Wicaksono, dkk............................................................................................................................... 370
Pemanfaatan Citra Hasil Unduhan Google Earth untuk Monitoring Penutup Lahan Kawasan
Gumuk Pasir Parangtritis Menggunakan Object Based Image Analysis - Saddam Hussein, dkk
......................................................................................................................................................................................... 384
Pemodelan Hubungan Hujan dengan Aliran Permukaan Menggunakan Limburg Soil Erosion
Model (LISEM) Studi Kasus di DAS Bladak, Jawa Timur - Alzaena Ulya Rusdimi, dkk ............ 394
vi
Kajian Debit Banjir Akibat Perubahan Penggunaan Lahan dan Penerapan Konsep Zero run-off
dan Agroforestri di Sub DAS Belik, Daerah Istimewa Yogyakarta - Azura Ulfa, dkk................. 476
Banjir Sebagai Hasil Proses Dinamika Alam dan Sosial Ekonomi – Paimin, dkk ........................ 489
Aplikasi Geomorfologi Kuantitatif Spasial dalam Manajemen Bencana Banjir Terpadu di
Daerah Aliran Sungai Cimanuk - Nana Sulaksana, dkk............................................................................ 495
vii
Tema 1
Abstrak
Kondisi airtanah di daerah pesisir memiliki kualitas yang relatif rendah bahkan masyarakat dapat mengalami
krisis air bersih untuk memenuhi kebutuhan air domestik rumah tangga. Pesisir Tuban berada pada formasi
batuan yang miskin akan airtanah dan berada di pesisir Utara Laut Jawa. Pesisir Tuban berada diatas Formasi
Ngrayong berupa batuan batupasir kwarsa berselingan batugamping dengan sifat mudah menyimpan dan
melolosakan air dengan cepat. Pesisir Tuban memiliki pola pertanian kering. Pemenuhan kebutuhan air untuk
pertanian menggunakan airtanah dangkal dengan sumur pompa. Efek yang ditimbulkan dari penggunaan
airtanah secara berlebihan dapat mengakibatkan intrusi airlaut yang mengakibatkan penurunan kualitas aitanah
di sekitar pesisir Tuban.
Aplikasi isotope Oksigen -18 (18O) dan Deutrium (2H) digunakan untuk studi asal usul airtanah terhadap siklus
hidrologi. Sampel air diambil dari sumur gali, sumur dalam dengan kedalaman lebih 80 meter, sampel mataair,
dan sampel air hujan. Sampel air hujan digunakan untuk perbandingan komposisi isotope yang diasumsikan
sebagai imbuhan dari airtanah. Hasil pengukuran berupa rasio isotop O18/O16 terhadap Spektrometer Massa,
untuk kemudian dikoreksi terhadap standar V-SMOW. Hasil analisis kandungan O dinyatakan dalam satuan
permill (‰) vs V-SMOW, dengan mengetahui komposisi isotop 18O dan 2H dari air hujan bulanan dan air tanah
maka dapat diketahui asal-usul airtanah di daerah pesisir Tuban.
Berdasarkan hasil analisis isotope mataair, sumur gali, dan sumur dalam mengelompok jadi satu dan
berdekatan dengan hujan lokal dengan siklus yang pendek. Hal tersebut mengindikasikan perubahan hubungan
kesamaan air terhadap sampel air terhadap sumber air (air hujan). Hasil grafik menunjukan komposisi airtanah
menjauhi garis meteorik air hujan. Komposisi isotop alam menunjukan airtanah telah mengalami intrusi air laut.
Sampel air yang menunjukan intrusi air laut masuk ke airtanah berada dalam radius 5 Km dari garis pantai.
Kata kunci
Isotop, Airtanah, Pesisir, Intrusi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perputaran hidrologi atau siklus hidrologi pergerakannya dimulai dari penguapan
air laut, kemudian kondensasi air hujan dan imbuh kedalam airtanah. Isotop alam terlibat
dalam kedua peristiwa fisika ini yaitu penguapan dan kondensasi, dimana isotop pada
kedua peristiwa tersebut mengalami proses fraksinasi sehingga terjadi perubahan
konsentrasi pada setiap fase perubahan. Air laut yang mengalami proses penguapan
secara steady state mengalami pengkayaan maksimum dan mempunyai konsentrasi
isotop 18O dan 2H dengan kelimpahan tertinggi (enriched) sedangkan air hujan yang
merupakan hasil dari penguapan air laut mempunyai konsentrasi isotop berat 18O dan 2H
pengenceran kelimpahan (depleted) Variasi 18O.
Konsentrasi isotop berat pada air hujan sangat tergantung pasa suhu kondensasi
dan mempunyai hubungan linier terhadap elevasi. Air hujan yang turun pada elevasi
yang rendah mempunyai konsentrasi lebih enriched sedangkan air hujan yang turun
pada elevasi tinggi mempunyai konsentrasi yang lebih depleted. Konsentrasi tersebut
sangat spesifik dan apabila air hujan padaelevasi tertentu imbuh ke dalam tanah maka
konsentrasi 18O dan 2H mirip dengan konsentsai airh ujannya. Gambar siklus hidrologi
dan perubahan konsentrasi isotop pada berbagai sumber air dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
100
101
Gambar 1. Siklus hidrologi, menunjukkan unit fluks relatif terhadap laut rata-rata Tingkat
penguapan (100 unit). Θ menandakan sebagian kecil dari fluks. (Chow, 1964).
METODE
Uji Teknologi Isotope Alam Oksigen -18 (18O) dan Deutrium (2H)
Sampel air yang digunakan adalah sampel air hujan untuk mengetahui
Pengambilan Sampling Air hujan,
1. Pengambilan sampel air hujan dilakukan dengan alat ukur standar
2. Pengambilan sampel air ±20cc dengan botol sampel kedap tanpa terisi udara
3. Penyimpanan sampel air pada suhu dingin ±10°C - 25°C dan tidak terkena cahaya
matahari langsung
Sampel Oksigen -18 (18O) diukur dengan spectrometer massa. Spektrometer
massa adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk menentukan struktur kimia dari
molekul organik berdasarkan perhitungan massa dari molekul tersebut serta pola
fragmentasinya (Batan, 2010).
102
dimana : R adalah rasio isotop 2H/ 1H atau18O/16° dari sampel, dan R std adalah rasio
isotop2H/ 1H atau 18O/16° dari standar
Gambar 3. Perubahan Komposisi isotope Oksigen -18 (18O) dan Deutrium (2H) melalui berbagai
proses (Pratikno, B., dkk, 2009)
103
yang dipelajari.
Hasil dari analisis isotop Deutrium (2H), Oksigen -18 (18O) disajikan dalam
hubungan grafik. Secara garis besar bila titik-titik sampel akan mendekati garis hujan
atau menjauhui. Hal tersebut menginidkasikan hubungan kesamaan air terhadap sampel
air terhadap sumber air. Garis putus-putus adalah garis yang menunjukan nilai air hujan
di bumi secara global. Sedangkan garis lurus menunjukan kondisi nilai dari hujan lokal
yang diambil secara kontinyu. Bila plot sampel mendekati garis hujan lokal, berati sumber
air berasal dari air hujan dengan kondisi perputaran hidrologi lokal (Gambar.4).
Geologi daerah kajian terdiri atas alluvium (Qa) dengan endapan permukaan dan
batuan sedimen yang terdiri dari pasir, lempung dan kerikil yang berada di atas
batugamping (Formasi Paciran) yang terdiri dari batugamping pejal dan batugamping
dolomitan. Berdasarkan formasi batuan tersebut diketahui bahwa didaerah kepesisian
Tuban termasuk miskin air tanah. Tetapi dibeberapa lokasi dengan batuan pasir silika
mempunyai potensi air laut masuk kedaratan cukup besar. Berdasarkan konsisi batauan
tersebut maka diambil lokasi sampel dengan berbagai kondisi batuan dan penggunaan
lahan. Hasil analisis contoh airtanah di sekitar pesisir Tuban dapat dilihat pada tabel
dibawah ini (Tabel 1.)
Tabel 1. Hasil analisis Deutrium (2H), Oksigen -18 (18O) airtanah dangkal
No Sampel Kode Lokasi Sampel Komposisi (%0)
18 2
O H
1 Tampungan T-1 Tampungan Mliwang -1,01 -4,88
2 Air Hujan A-1 Kantor Lama -1,80 -15,02
3 Air Hujan A-2 Rumah Budiono -5,21 -42,03
4 Sumur Bor SB-1 DW (Sumur Bor) -3,05 -30,00
5 Sumur Bor SB-2 Sumur Mliwang -3,20 -30,00
6 Sumur Bor SB-3 Sumur Sawir -3,28 -32,00
7 Mataair MA-1 MA Merkudu -2,80 -31,10
8 Mataair MA-2 MA Kluthuk -2,04 -30,05
9 Mataair MA-3 MA Sendang Agung -4,11 -31,10
10 Mataair MA-4 MA Sendang Lanang -3,28 -30,06
11 Mataair MA-5 MA Sendang, Socorejo -4,21 -31,10
12 Sumur Gali SG-1 SG Masjid Satrian, Merkawang -2,88 -25,00
13 Sumur Gali SG-2 SG Pool rosokan -3,00 -30,00
14 Sumur Gali SG-3 SG Masjid Amanah -3,20 -33,00
15 Sumur Gali SG-4 Sumur Sawir -4,21 -30,00
16 Sumur Gali SG-5 Sumur Dasin -3,28 -31,10
17 Sumur Gali SG-6 SG Temaji -3,40 -33,00
Sumber : Hasil Analisis bulan Maret 2013- September 2014 (Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN)
Hasil komposisi isotope Oksigen -18 (18O) dan Deutrium (2H) tampak pada Tabel
2 menunjukan komposisi airtanah di sekitar pesisir Tuban. Pada kisaran -1,01 sampai -
5,21 %o dan untuk komposisi isotope Deutrium (2H) berada pada kisaran -4,88 sampai -
42,03 %o. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan bahwa komposisi alam air tanah dari
masing-masing sampel mengalami pengkayaan (enrich). Terjadinya pengkayaan dari
hasil sampel komposisi isotope Oksigen -18 (18O) dan Deutrium (2H) dimungkinkan
faktor adanya penyusupan airlaut kedalam akuifer airtanah dangkal. Akibat dari
pengambilan sumber airtanah yang terus menerus sehingga terjadi kekosongan airtanah
dalam akuifer dangkal. Hasil yang menunjukan adanya keterkaitan komposisi Oksigen -
18 (18O) dan Deutrium (2H) dengan air laut atau intrusi airlaut ditunjukan dari pola garis
yang mendekati nilai 0%o pada gambar plot dibawah ini (Gambar 5).
Gambar 5. Ploting analisis δ O18 dan 2H dari sampel air di sekitar pesisir Tuban
Pola pesebaran komposisi Oksigen -18 (18O) dan Deutrium (2H) terhadap
distribusi garis linier air hujan menunjukan pola yang mengelompok pada sebagian
105
sumur bor pada akuifer airtanah dangkal, sedangkan pada sumur bor dengan akuifer
dalam menunjukan pola mendekati garis liner <1 %o yang menunjukan ada pengaruh
intrusi air laut. Bila dilihat dari lokasi pengambilan sampel isotope, hasil komposisi
Oksigen -18 (18O) dan Deutrium (2H) yang mendekati air hujan berada menjauhi garis
pantai sedangkan komposisi komposisi Oksigen -18 (18O) dan Deutrium (2H) yang
mendekati garis pantai dan laut semakin menjauhi grafik dari garis liner air hujan
(<1%o).
Berdasarkan komposisi isotope tersebut airtanah di sekitar pesisir Tuban.
Merupakan siklus lokal dengan daerah imbuhan (recharge area) bersifat lokal yang
berasal dari siklus hujan yang pendek atau dengan siklus hidrologi pendek. Semua
sumber air berasal dari airhujan siklus pendek dengan terjadi pengkayaan (enrich).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Sampel air yang berasal dari mataair, sumur gali, dan sumur dalam mengelompok jadi
satu dan berdekatan dengan hujan lokal (local meteorik waterline).
2. Airtanah dangkal sudah mengalami percampuran dengan air laut (intrusi)
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ir. Kunto Wulung dan Hendi
Novianto A.Md yang telah memberikan masukan dan ide studi kasus istope di pesisi
Tuban.
REFERENSI
Andreo, B., Vías, J., Durán, J.J., Jiménez, P., López-Geta, P. A., dan Carrasco, F. 2008. Methodology for
Groundwater Recharge Assessment in Carbonate Aquifers: Application to Pilot Sites in Southern
Spain. Hydrogeology Journal, 16p.
Barnes, C. J., Allison, G. B. (1988). Tracing of water movement in the unsaturated zone using stable isotopes of
hydrogen and oxygen. Journal of Hydrology, 81p.
Ford, D. C. & Williams, P. W. (1989). Karst geomorphology and hydrology. London: Chapman & Hall. 181p.
Fetter, 1988, Applied Hydrgeology, Second Edition, Macmillian Publishing Company, New York. 144p.
Todd, D.K., 1980, Groundwater Hydrology, Second ed.John Wiley and Sons Inc., New York. 122p.
J.R. GAT, R. GONFIANTINI, “Stable Isotope Hydrolgy Deuterium and Oxygen-18 in Water Cycle”, Technical
Report Series No. 210, IAEA, Vienna (1981). Guidebook on Nuclear Techniques in Hydrology,
Technical Report Series No. 91,IAEA, Vienna (1983).
Käss, W., 1998, Tracing technique in geohydrology. Rotterdam, Brookfield: Balkema,581 p.
Goldscheider, N., Drew, D.(2007). Methods in karst hydrogeology, Taylor & Francis Group, London, UK. 222p.
Pratikno, B.,dkk. (2009) Aplikasi Isotop Alam 18O,2H dan 14C untuk studi airtanah di Kepulauan Seribu. Jurnal
Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radioasi Vol 5 No.1 Juni 2009.
Pijiindiyati,R.E (2001). Aplikasi Teknologi Nuklir. Buletin BATAN Nuklir Mengabdi Kemanusiaan. Pusat Aplikasi
Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN
R.L. Situmorang, dkk. (1992), Peta Geologi Lembar Jatirogo, Pusat Penelitaian dan Pengembangan Geologi,
View publication stats