Anda di halaman 1dari 11

Peran Posyandu terhadap Status Gizi pada Bayi

Sinta Iskandar
102018067
Kelompok : D4
Email: sinta.2018fk067@civitas.ukrida.ac.id
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

Abstrak
Kurang gizi adalah gangguan kesehatan serius yang terjadi ketika tubuh tidak mendapat asupan
nutrisi yang cukup. Kurang gizi pada bayi menjadi salah satu masalah yang sedang dihadapi oleh
Indonesia karena dapat meningkatkan angka kematian pada bayi sehingga dapat mempengaruhi
kualitas serta jumlah generasi penerus bangsa. Pemerintah Indonesia menyelenggarakan
pelayanan kesehatan berupa pos pelayanan terpadu atau yang biasa dikenal sebagai posyandu
untuk mengatasi masalah kurang gizi pada bayi melalui program posyandu berupa upaya
peningkatan gizi dan upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Untuk mewujudkan program
tersebut dibutuhkan kesadaran dan peran serta dari masyarakat sekitar sehingga perlu dilakukan
promosi kesehatan melalui paradigma sehat kepada masyarakat untuk mencegah kurang gizi
pada bayi terus terjadi sehingga visi Indonesia sehat dapat terwujud.
Kata kunci: kurang gizi, posyandu, paradigma sehat, visi Indonesia sehat, peran serta
masyarakat

Abstract
Malnutrition is a serious health problem that occurs when the body did not gained enough
nutrition. Malnutrition on babies proves to be one of the issues that Indonesia is facing as it can
cause a higher death rate of babies and in turn it effects the quality as well as the quantity of
future generations. Indonesian’s government has made a health service called service posts or
“posyandu” to take care of the malnutrition problems on babies through its program called “
Upaya peningkatan gizi dan upaya kesehatan Ibu dan Anak” or KIA. To make this program into
reality it needs the awareness and help from the surrounding society. In order for the society to
know, a promotion of healthcare through health paradigm to the society is needed. This will
reduce the cases of malnutrition in babies so that the healthy Indonesian vision can become a
reality.
Key words : malnutrition, posyandu, health paradigm, the healthy Indonesian vision, the help of
the surrounding society

1
Pendahuluan

Masalah kurang gizi merupakan salah satu masalah yang sedang dihadapkan oleh banyak
negara termasuk Indonesia. Tercatat pada PSG (pemantauan status gizi) terakhir pada tahun 2017
kurang gizi di Indonesia mencapai angka 17,8%, sedangkan batas ambang yang ditetapkan WHO
adalah 10%.1 Masalah gizi buruk di Indonesia ini akan berdampak pada masa depan negara, hal
ini disebabkan karena masalah kurang gizi ini kebanyakan diderita oleh anak- anak termasuk
bayi. Anak- anak termasuk bayi merupakan generasi penerus bangsa yang akan membawa
Indonesia menjadi negara maju, namun dengan masalah kurang gizi ini dapat menyebabkan
angka kematian bayi meningkat dan menurunkan tingkat kecerdasan bayi kelak sehingga akan
mempengaruhi kualitas serta jumlah generasi penerus bangsa.2
Faktor yang menjadi penyebab masalah kurang gizi pada bayi yaitu rendahnya tingkat
frekuensi antenatal care, rendahnya jumlah ibu yang melakukan antenatal care menyebabkan
rendahnya kewaspadaan dan pemantauan kesehatan gizi ibu dan janin selama proses kehamilan
sehingga dapat meningkatkan peluang bayi lahir dengan berat badan rendah. Asupan gizi ibu
hamil juga dapat mempengaruhi gizi janin yang dikandungnya sehingga upaya peningkatan gizi
bayi harus dimulai upaya peningkatan gizi ibu hamil. Selain itu, rendahnya pengetahuan ibu
tentang kesehatan ibu dan anak yang mecangkup pengetahuan tentang gizi pada bayi juga
menjadi penyebab kurang gizi pada bayi.3,4
Oleh karena itu, untuk memperbaiki masalah kurang gizi serta mewujudkan Indonesia
yang sehat pemerintah Indonesia menyelenggarakan pelayanan kesehatan berupa pos pelayanan
terpadu atau yang biasa dikenal sebagai posyandu. Posyandu adalah salah satu bentuk upaya
yang bersumber daya masyarakat yang pelayanan kesehatannya dilakukan dari, oleh, dan untuk
masyarakat guna memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi. 2
Beberapa program posyandu yang memperhatikan masalah gizi adalah kegiatan
peningkatan gizi dan kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Namun, keberhasilan
pelaksanaan program di posyandu tidak luput dari peran serta masyarakat dalam mengelola dan
memanfaatkan posyandu. Untuk itu perlu dilakukan revitalisasi pelayanan perbaikan gizi di
seluruh posyandu dengan upaya promotif agar masalah kekurangan gizi ini dapat dicegah
melalui paradigma sehat yang ditanamkan dalam masyarakat.5

2
Skenario
Puskesmas Telaga Sari melakukan lokakarya mini pada semester ke 2 tahun 2016, dan
ditemukan data bahwa cakupan antenatal care pada ibu hamil hanya 60% saja. Pada pelayanan
penimbangan bayi ditemukan bahwa angka kurang gizi pada bayi berkisar 40%. Diputuskan
untuk merevitalisasi pelayanan perbaikan gizi di seluruh Posyandu yang ada dengan sasaran ibu
hamil dan bayi.

Identifikasi Istilah
 Lokakarya mini = Penerapan manajemen penggerakan pelaksanaan dalam bentuk forum
pertemuan. 6
 Antenatal care = Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama kehamilannya dan dilaksanakan sesuai dengan Standar Pelayanan Kebidanan
(SPK).4
 Revitalisasi = Proses, cara, perbuatan, menghidupkan atau menggiatkan kembali. 7

Rumusan Masalah
 Cakupan antenatal care pada ibu hamil 60% saja
 Kurang gizi pada bayi berkisar 40%
 Dilakukan revitalisasi pelayanan perbaikan gizi di seluruh posyandu.

Hipotesis

Cakupan status gizi yang kurang pada ibu hamil dan anak di Desa Telaga Sari
disebabkan oleh kurangnya kesadaran dan pelayanan kesehatan gizi.

Sasaran Pembelajaran
 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang posyandu dan program-program
yang dilaksanakan posyandu
 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang visi Indonesia sehat
 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang paradigma sehat dan upaya yang
dilakukan berupa promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

3
 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pentingnya peran serta
masyarakat dalam mengatasi masalah gizi buruk

Posyandu
Posyandu (pos pelayanan terpadu) adalah salah satu bentuk upaya bersumber daya
masyarakat yang pelayanan kesehatannya dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat guna
memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar. Tujuan posyandu adalah untuk membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS), meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang tercapainya masyarakat sehat
sejahtera, sebagai wadah gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan keluarga dan
gerakan ekonomi keluarga sejahtera, dan menurunkan angka kematian bayi, angka kematian ibu
2,8
(ibu hamil, melahirkan dan nifas). Tujuan utama pos pelayanan terpadu adalah meningkatkan
kesejahteraan sosial masyarakat yang diwujudkan melalui program kerja wajib posyandu yang
meliputi:
 Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara- cara bagi Pasangan
Umur Subur (PUS) untuk dapat merencanakan kapan untuk punya anak, bera jumlah anak,
berapa tahun jarak usia antar anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak melalui tahap
konseling. Pelayanan KB yang berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan
menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat
berkontribusi dalam menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan tingkat fertillisasi
(kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup mempunyai anak serta meningkatkan fertilisasi
bagi pasangan yang ingin mempeunyai anak. Pelayanan KB bertujuan untuk menunda
kehamilan. Bagi pasangan usia subur ang ingin menghentikan kehamilan dapat
menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi KB alamiah (tidak berhubungan seksual di
masa subur), KB hormonal (pil, suntik), dan metode KB non- hormonal ( kondom).9

 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


Program pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dijalankan guna memberikan
pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, menyusui, melahirkan, dan kesehatan bayi dan

4
balita. Program ini juga berguna untuk memantau pertumbuhan dan mendeteksi sedini
mungkin penyimpangan pertumbuhan bayi dan balita melalui antenatal care. Antenatal care
merupakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh tenaga professional seperti bidan
atau dokter. Saat melakukan antenatal care, ibu akan diberikan standar pelayanan antenatal
seperti penjelasan tentang tanda komplikasi, pemeriksaan tekanan darah, pemantauan gizi
ibu dan sebagainya. Semua hal tersebut diperiksa guna untuk memantau kesehatan ibu dan
janin sehingga dapat dideteksi sedini mungkin hal buruk yang akan terjadi. Salah satunya hal
buruk tersebut adalah kurangnya gizi pada ibu dan janin yang apabila tidak diperiksa dan
tidak sadar akan hal tersebut, bayi yang dilahirkan akan berisiko memiliki berat badan
rendah dan kurang gizi. 3,4
Selain menjalankan antenatal care, melalui program KIA pula ibu akan mendapat
pengetahuan dalam mengatasi kesehatan diri sendiri maupun keluarganya, mendapat
peragaan pola makan yang baik untuk ibu hamil sehingga gizi janin yang dikandungnya
terpenuhi serta pola makan anak- anaknya agar anak- anaknya memiliki gizi yang tercukupi
melalui nasihat dan penyuluhan yang dilakukan oleh kader. Kader juga melakukan
penyuluhan kepada para ibu mengenai persalinan, menyusui, dan pentingnya KB. Selain itu,
ibu juga mendapatkan pengetahuan dan kemampuan dalam membina anaknya seperti
melalui permainan yang mengedukasi dan menstimulasi perkembangan anak. Program KIA
juga bertujuan untuk meningkatkan upaya pembinaan kesehatan kepada balita secara
mandiri, meningkatkan kesehatan bagi bayi dan balita, serta meningkatkan jangkauan
pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, nifas, dan meneteki.5

 Imunisasi
Imunisasi adalah kegiatan pemberian vaksin kepada bayi dan anak- anak untuk
menstimulasi sistem kekebalan tubuh bayi dan anak- anak untuk memproduksi zat anti
guna melawan penyakit sehingga anak menjadi kebal terhadap penyakit tertentu. 9

 Perbaikan gizi
Pelayanan gizi di posyandu dilakukan oleh kader, sasarannya adalah bayi balita,
ibu hamil, Wanita Umur Subur (WUS). Melalui program perbaikan gizi, ibu hamil akan
diberikan pil penambah darah atau zat besi yang merupakan salah satu zat gizi yang

5
dibutuhkan ibu hamil karena selama kehamilan zat gizi meningkat, peningkatan zat gizi
diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan janin sehingga kurangnya zat gizi ini
dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna. Selain untuk meningkatkan gizi ibu
hamil, posyandu juga memberikan vitamin A dan Pemberian Makanan Penunjang
(PMT) kepada bayi dan balita yang merupakan zat gizi yang penting untuk
pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup bayi dan balita. Selain itu, untuk
mewudukan program ini pula dilakukan penyuluhan kepada ibu- ibu tentang ASI dan
MPASI yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga anak tidak
kekurangan gizi.9

 Pencegahan dan penanggulangan diare


Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan PHBS, larutan gula
garam yang dibuat sendiri oleh masyarakat atau pemberian olarit.

Program posyandu tersebut dikelola oleh masyarakat, penyelenggaranya dilaksanakan


oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan oleh bidan puskesmas, PKK dan lembaga
kesehatan lainnya, dimana anggotanya berasal dari PKK, tokoh masyarakat , dan pemudi. Kader
kesehatan merupakan perwujudan peran serta masyarakat yang aktif dan bertanggung jawab
dalam pelayanan terpadu kesehatan masyarakat. Program- program posyandu tersebut
diwujudkan melalui sistem 5 meja.
 Meja pertama disebut meja pendaftaran, dimeja ini bayi maupun balita didaftar dalam
formulir pencatatan balita. Selain bayi dan balita, ibu hamil yang datang ke posyandu
juga didaftarkan dalam formulir catatan ibu hamil.
 Meja kedua disebut meja penimbangan bayi dan balita, pada meja ini bayi dan balita
ditimbang dan dicatat pada secarik kertas yang diselipkan di Kartu Menuju Sehat
(KMS).
 Meja ketiga adalah meja pengisian KMS, di meja ini hasil timbang yang dicatat pada
secari kertas di salin di KMS serta mengisi semua kolom yang ada di KMS.
 Meja keempat adalah penyuluhan kesehatan, pada meja ini dilakukan penyuluhan oleh
kader mengenai hasil penimbangan bayi dan balita yang tampak pada grafik KMS,

6
memberikan pendidikan kepada ibu Selain itu juga dilakukan penyuluhan terhadap
pasangan umur subur agar menjalankan program KB
 Meja kelima adalah pelayanan tenaga professional, pelayanan yang didapat pada meja
ini merupakan perwujudan dari program posyandu. Pelayanan tersebut seperti
pemberian imunisasi pada bayi, balita, dan ibu hamil, pemberian kondom , pil KB,
suntik KB atau lainnya, pemberian makanan tambahan berupa vitamin A pada bayi dan
balita serta zat gizi pada ibu hamil. Memberikan pengobatan ringan seperti
penanggulangan diare, dan antenatal care pada ibu hamil yang merupakan perwujudan
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).9

Paradigma Sehat
Paradigma sehat adalah cara pandang dan pola pikir pembangunan kesehatan yang
bersifat holistik, proaktif, antisipatif dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang
dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang
berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap
sehat bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.
Paradigma sehat memberikan perhatian utama dalam pemeliharaan, peningkatan,
perlindungan, kesehatan (promotif) dan pencegahan terhadap ancaman bahaya penyakit
(preventif) namun tetap mengupayakan orang sakit agar segera sehat dengan upaya
menyembuhkan orang yang sakit ( kuratif) dan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit
(rehabilitatif). Tujuan diterapkan paradigma sehat adalah mendorong masyarakat agar lebih sadar
untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih
tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. 10,11
Upaya promotif adalah suatu rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan yaitu upaya yang dilakukan terhadap
masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka sendiri. Tujuan dari promosi kesehatan adalah untuk memampukan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka dan menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku
dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. 11
Upaya preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu penyakit atau
mempetahankan orang yang sehat agar tetap sehat. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan

7
dengan perbaikan lingkungan fisik yaitu dengan perbaikan air bersih, sanitasi lingkungan, selain
itu dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi, menggunakan obat nyamuk untuk memutus
rantai penularan ke penjamu.10
Manfaat upaya promotif dan preventif adalah menurunkan angka kesakitan,
meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan persentase kasus yaag dideteksi dini, menurunkan
kejadian komplikasi. Selain itu, upaya pencegahan akan lebih efektif dibandingkan mengobati
karena biaya yang dikeluarkan akan lebih murah dan jika melakukan upaya pengobatan tidak
semua penyakit dapat disembuhkan secara tuntas serta orang tidak akan kehilangan masa
produktifitasnya.10,11

Visi Indonesia Sehat


Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai Indonesia Sehat 2025. Dalam Indonesia Sehat
2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan yang
kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang
bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi
lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang
berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial
dengan memelihara nilai- nilai budaya bangsa.
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang
bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya
penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar hukum,
serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan
masyarakat sehat dan aman (safe community).
Dalam Indonesia Sehat 2025 diharapkan masyarakat memiliki kemampuan menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan, yaitu masyarakat
mendapatkan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya. Pelayanan
kesehatan bermutu yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan
dalam keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat
serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi. Diharapkan dengan terwujudnya
lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta meningkatnya kemampuan masyarakat dalam

8
memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu, maka akan dapat dicapai derajat kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat yang setinggi-tingginya. 12

Peran Serta Masyarakat


Peran serta masyarakat dalam membantu perbaikan status kesehatan khususnya dalam
mewujudkan angka kematian bayi rendah dalam upaya perbaikan gizi sangat penting karena
perbaikan gizi seseorang khususnya bayi ditentukan oleh upaya yang dilakukan orang tua
khususnya ibunya untuk kebaikan gizi anaknya. Pemerintah maupun pelayanan medis tidak bisa
mewujudkan ini semua tanpa peran serta masyarakat yang memiliki kesadaran untuk
mewujudkan angka kematian bayi rendah melalui peningkatan status gizi.9
Pentingnya peran serta masyarakat dalam mewujudkan program pemerintah yaitu peran
serta masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan
dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program kegiatan dan proyek akan
gagal. Selain itu, masyarakat akan mempercayai suatu program kegiatan jika dilibatkan dalam
proses persiapan dan perencanaannya, karena masyarakat lebih mengetahui seluk beluk kegiatan
dan proyek dengan merasa memiliki kegiatan tersebut. peran serta masyarakat juga merupakan
hak demokrasi masyarakat dalam keterlibatannya di kegiatan.9

Pembahasan Skenario
Dalam skenario bayi di puskesmas Telaga Sari yang kurang gizi akibat kurangnya
cakupan antenatal care pada ibu hamil yang dibuktikan dari hasil lokakarya mini dengan data
persentase bayi kurang gizi sebanyak 40% yang merupakan sisa dampak dari cakupan ibu hamil
yang hanya melakukan antenatal care 60% sehingga dilakukan revitalisasi pelayanan perbaikan
gizi di seluruhh posyandu dengan tujuan agar seluruh masyarakat Telaga Sari berperan serta
dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat 2025 dan program posyandu berupa KIA dan upaya
peningkatan gizi sehingga masalah kurang gizi pada bayi dapat teratasi dan berdampak pada
penurunan angka kematian bayi. Selain itu, juga bertujuan agar pola pikir masyarakat tertanam
untuk memelihara kesehatan agar tetap sehat selain penyembuhan penyakit.
Dalam kasus ini, peran program posyandu sangat penting untuk menurunkan angka
kurang gizi pada bayi melalui program KIA, masyarakat Telaga Sari akan mendapat pelayanan
kesehatan bayi, balita, ibu hamil, ibu bersalin, nifas, dan meneteki. Pelayanan kesehatan ini

9
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak dan menjamin proses tumbuh
kembang bayi yang optimal sehingga pelayanan tersebut dapat menjamin status gizi pada bayi.
Melalui program KIA pula kesehatan ibu khususnya ibu hamil yang akan mempengaruhi
janinnya juga akan terjamin dengan kegiatan antenatal care. Ibu hamil dapat memeriksakan
kandungannya dan memantau perkembangan janinnya sehingga risiko yang mungkin terjadi
seperti kurang gizi dapat diatasi sedini mungkin sebelum bayi dilahirkan. melalui upaya
peningkatan gizi pada ibu hamil. Upaya peningkatan gizi pada ibu hamil dapat dilakukan dengan
pemberian zat besi . Selain upaya peningkatan gizi pada ibu hamil, upaya peningkatan gizi juga
perlu dilakukan kepada bayi Telaga Sari yang telah mengalami kurang gizi dengan pemberian
obat tetes vitamin A.
Dalam kasus ini juga perlu ditanamkan paradigma sehat pada masyarakat Telaga sari
melalui promosi kesehatan dan upaya pencegahan agar kasus kurang gizi pada bayi tidak terjadi
lagi. Angka kurang gizi di Telaga Sari disebabkan karena kurangnya kesadaran ibu hamil untuk
melakukan antenatal care yang merupakan kegiatan yang dapat mencegah terjadi kasus kurang
gizi pada bayi sehingga dengan dilakukan promosi kesehatan diharapkan dapat mempengaruhi
dan meningkatkan kesadaran masyarakat terutama ibu hamil.
Pada kasus ini, puskesmas Telaga Sari belum mencapai visi Indonesia Sehat 2025
mengenai perilaku yang diharapkan yaitu perilaku yang proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang tergambar dengan angka kurang gizi pada bayi yang masih 40%
dan perilaku ibu yang belum seluruhnya melakukan antenatal care. Untuk mencapai visi
Indonesia Sehat 2025 di Telaga Sari perlu kesadaran dari masyarakat untuk turut serta berperan
aktif dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat 2025 dan program untuk menurunkan angka
kurang gizi pada bayi.

Kesimpulan
Dari hasil pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk menurunkan angka kurang
gizi pada bayi diperlukan peran serta masyarakat untuk mewujudkan program yang telah dibuat
oleh pemerintah melalui visi Indonesia Sehat seperti posyandu dengan program KIA dan upaya
peningkatan gizi, karena program-program tersebut tidak ada gunanya jika tanpa ada tindakan
dari sasararan yang dituju yaitu masyarakat. Untuk menumbuhkan rasa kesadaran masyarakat
dalam mewujudkan program tersebut perlu adanya upaya promosi kesehatan yang bertujuan

10
untuk mempengaruhi dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar masyarakat mau dan
mampu meningkatkan dan memelihara kesehatannya sendiri. Pada ibu hamil, promosi kesehatan
perlu agar ibu hamil sadar, dan mau untuk melakukan antenatal care untuk mencegah bayi
kurang gizi. Selain kesadaran masyarakat, untuk menurunkan angka kurang gizi juga perlu
dukungan dari pelayanan kesehatan yang baik seperti terlaksananya program- program
posyandu.

Daftar Pustaka

1. Direktorat Gizi Masyarakat. buku saku pemantauan status gizi 2017. Kementrian
Kesehatan Repubik Indonesia. 2018. 28p.
2. Dasilveira R. peran posyandu sebagai pusat informasi kesehatan ibu dan anak. Rec Libr J.
2017;3(2):201-08.
3. Kumendong LG, Kundre R, Bataha Y. Hubungan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care(Anc)
Dan Status Gizi Ibu Hamil Trimester Iii Dengan Berat Badan Lahir (Bbl) Bayi Di Rsu
Pancarankasihgmim Manado Tahun 2015. Ejournal Keperawatan. 2015;3(2):1–7.
4. Fatimah N, Utama BI, Sastri S. hubungan antenatal care dengan kejadian bayi nerat lahir
rendah pada ibu aterm di RSUP Dr . M . Djamil Padang. J Kesehat Andalas.
2017;6(3):615–20.
5. Sholihah N, Kusumadewi S. Sistem Informasi Posyandu Kesehatan Ibu dan Anak. Pros
SNATIF. 2015;2(1):207–2014.
6. Direktoral Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas.
Departemen Kesehatan RI. 2006. 1p.
7. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diunduh dari www.kbbi.com
8. Lanoh M, Sarimin S, Karundeng M. hubungan pemanfaatan posyandu dengan status
ranotana weru kota manado. Jurnal Keperawatan. 2015;3(2):1–7.
9. Umasangaji I. partisipasi masyarakat pada program pos pelayanan terpadu (posyandu) di
Desa Waitina Kecamatan Mangoli Timur. J Holistik. 2016;9(18)
10. Endra F. Paradigma Sehat. Staff Akademik pada Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Malang; 2017. p. 70–80.
11. Dalgleish T, Williams JMG., Golden A-MJ, Perkins N, Barrett LF, Barnard PJ, et al. promosi
kesehatan. Vol. 136, modul bahan ajar cetak keperawatan. 2016. 23-42 p.
12. Departemen Kesehatan RI. rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan.
Jakarta. 2009. 27-28p.

11

Anda mungkin juga menyukai