Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif termasuk metode


lama yang digagas oleh John Dewey seorang professor dalam bidang filsafat.
Dengan berinteraksi satu sama lain, siswa akan menerima feedback atas
semua aktivitas yang mereka lakukan, mereka akan belajar bagaimana
berperilaku dengan baik, dan mereka akan memahami apa yang harus
dilakukan dalam kerja kelompok yang kooperatif. Gagasan Dewey ini secara
revolusioner mulai dikenal luas oleh para pendidik di seluruh dunia.
Gagasannya tentang dinamika kelompok tersebut menjadi salah satu sasaran
pengembangan dunia pendidikan saat ini. Di sini dapat dipahami bahwa,
gagasan John Dewey ini merupakan manfaat dasar dari kerja kelompok.
Maka sejak saat itu dimulailah penelitian tentang dinamika kelompok. Dewey
(dalam Huda, 2015: 4).
Model cooperative learning ini merupakan salah satu solusi jalan keluar
digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1954 dimana pada masa itu terjadi
kontak fisik antar ras kulit putih dan kulit hitam. Konsep pembelajaran ini
pada masa itu adalah pembelajaran yang berazaskan kerja sama antar rasial
untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang saling menguntungkan antara
ras dan suku bangsa yang berbeda di Amerika. Model pembelajaran
cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran cooperative
learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang
terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok
(Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung
jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses
kelompok.
Menurut Lickona (2013: 276) ada beberapa keuntungan spesifik dari
pembelajaran kooperatif, yaitu :
1. Proses belajar kooperatif mengajarkan nilai-nilai kerjasama
2. Proses belajar kooperatif membangun komunitas di dalam kelas
3. Proses belajar kooperatif mengajarkan keterampilan dasar kehidupan
4. Proses belajar kooperatif memperbaiki pencapaian akademik, rasa
percaya diri, dan penyikapan terhadap sekolah
5. Proses belajar kooperatif menawarkan alternatif dalam pencatatan
6. Proses belajar kooperatif memiliki potensi untuk mengontrol efek
negatif dari persaingan.

B. Rumusan Masalah

Model pembelajaran cooperative learning merupakan salah satu model


pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran
cooperative learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar
kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima
unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif,
tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan
proses kelompok. Tidak banyak Dosen menggunakan metode pembelajaran
Jigsaw ini, jadi dalam penelitian ini kami ingin mengetahui apakah ada
Hubungan antara metode pembelajaran cooperative learning (JIGSAW)
dengan indeks prestasi mahasiswa di Stikes Wiyata Husada Samarinda.

C. Tujuan
Untuk mengetahui apakah ada Hubungan Metode Pembelajaran
Cooperative Learning (Jigsaw) dengan Indeks Prestasi Mahasiswa Di
Stikes Wiyata Husada Samarinda.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritik
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi instasi
kesehatan setempat dan bisa menjadi refrensi bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat diajadikan sebagai literatur untuk
menambah wawasan dan mengeksplorasi mahasiswa tentang Metode
Pembelajaran Jigsaw.
b. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti
dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh dibangku
kuliah, sehingga peneliti memberikan informasi yang baru yang
dapat bermanfaat bagi semua orang.

E. Penelitian Terkait
Ruseno Arjanggi dan Erni Agustina Setiowati (2013) “Menigkatkan
Belajar berdasar Regulasi Diri Melalaui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw”. Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen, data penelitian ini
diperoleh dari skala belajar berdasarkan regulasi diri yang terdiri dari dua
skala yaitu skala motivasi dan skala strategi belajar. Berdasarkan hasil
penelitian ini bahwa hipotesis awal yaitu ada pengaruh pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw terhadap belajar berdasarkan regulasi diri terbukti. Hal
ini dibuktikan dari hasil analisis varian satu jalur diperoleh nilai F sebesar
8,33 dengan p 0,001 (p<0,05) yang berarti ada pengaruh secara simultan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap belajar berdasarkan regulasi diri.
Ini berarti hipotesis diterima, hasil analisis menunjukan bahwa metode jigsaw
ini mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan regulasi
diri terhadap belajarnya. Karena metode pembelajaran tipe Jigsaw ini
memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang kemampuannya kurang
untuk meningkatkan pemahamannya terhadap mata kuliah yang dipelajari
melalui kerjasama saling membantu dalam memahami materi pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai