Referat Helicobacter Pylori
Referat Helicobacter Pylori
Rute transmisi
Rute transmisi dari infeksi H. pylori belum diketahui sepenuhnya. Satu-satunya
reservoir yang diketahui adalah perut manusia, dan H. pylori diketahui memiliki rentang host
yang sempit, sehingga munculnya infeksi baru dipikirkan terjadi langsung dari transmisi
individu-individu atau kontaminasi lingkungan. 4Kemampuan patogen untuk bertahan hidup
selama beberapa hari di dalam air mendukung fakta kemungkinan transmisi melalui
air.1Transmisi individu-individu dapat dibagi menjadi dua kategori: transmisi vertikal dan
horizontal. Transimisi vertikal adalah penyebaran infeksi dari atas ke bawah pada satu
keluarga, misalnya dari ibu ke anak, sedangkan treansmisi horizontal melibatkan kontak
dengan individu di luar keluarga atau dari pencemaran lingkungan.-4 Urita et. Al meneliti
penularan H. pylori pada anak-anak di daerah pinggiran kota, didapatkan bahwa penularan
bukan hanya terjadi dari ibu ke anak tetapi juga dari nenek ke anak merupakan mekanisme
yang penting untuk penyebaran H. pylori pada rumah tangga tiga generasi. Sebaliknya, ayah
5,6
atau kakek yang terinfeksi bukanlah suatu prediktor independen untuk infeksi pada anak.
Walaupun pada beberapa kasus, infeksi didapatkan dari luar keluarga dan menyebar diantara
sesama saudara.7
Transmisi individu-individu mungkin terjadi pada keluarga yang sama karena
kontak yang dekat, apalagi, anggota keluarga memiliki kecenderungan genetik terhadap
infeksi H. pylori, terlebih lagi, anggota keluarga terpapar sumber infeksi yang sama dan
memiliki status sosial ekonomi yang sama.4 Latar belakang keluarga dan gaya hidup juga
diteliti, makanan yang tidak bersih, penggunaan handuk bersama, makanan yg dikunyah oleh
ibu lalu diberikan ke anak, pemberian susu formula, serta riwayat keluarga dengan penyakit
7
gastrointestinal juga menjadi faktor resiko infeksi. Kemungkinan rute penularan dapat dari
individu-individu, gastro-oral, oral-oral dan faecal-oral.4
Transmisi Gastro-Oral
H. pylori yang didapatkan pada awal kehidupan dan muntah yang berisi mukus
achlorhydric dapat menjadi transmisi infeksi. Beberapa studi melaporkan data tentang
persentase isolasi H. pylori dari gastric juice pasien simptomatik: mikroba tampaknya
bertahan hidup di luar manusia tubuh dalam unbuffered gastric juice dan sering didapatkan
dalam muntah. 4
Transmisi Oral-Oral
Saliva dapat menjadi sumber H. pylori karena kuman dapat mencapai mulut dan
berkolonisasi setelah terjadinya muntah atau regurgutasi. H. pylori telah dikultur langsung
14-4
dari air liur dan DNA telah diamplifikasi dari saliva, subgingival biofilm dan plak gigi.
Transmisi oral-oral terutama melibatkan penularan dari ibu-anak: sekresi oral dari ibu, yang
mungkin terkontaminasi dengan H. pylori, dapat langsung ditularkan ke bayi. 4
Transmisi Fecal-Oral
DNA H. pylori telah sering terdeteksi dalam feses manusia.4
Rekurensi Infeksi
Rekurensi H. pylori diperkirakan terjadi melalui dua mekanisme yang berbeda:
rekrudesensi dan reinfeksi. Rekrudensi merupakan munculnya kembali dari strain H. pylori
yang sebelumnya, muncul setelah supresi sementara bukan karena eradikasi telah berhasil.
Sebaliknya, reinfeksi yang sesungguhnya terjadi ketika, setelah eradikasi berhasil, pasien
dapat terinfeksi dengan strain asli yang sebelumnya atau strain baru H. pylori.4 Pada
penelitian yang dilakukan oleh Vanderpas et al, rasio reinfeksi setelah 5 tahun eradikasi
sebesar 48,6%, sedangkan untuk infeksi baru setelah 10 tahun pada orang-orang yang
sebelumnya tidak terinfeksi adalah 38,7%. 5,8
Pada negara-negara Barat, terdapat bukti epidemiologi bahwa infeksi H. pylori, terutama
pada masa anak-anak, mungkin berhubungan dengan menurunnya prevalensi penyakit yang
diperantarai imun, seperti alergi pada anak. 7
DAFTAR PUSTAKA
1. Smith S, Fowora M, Pellicano R. 2019. Infection with Helicobacter pylori and challenges
encounter in Africa. World Journal of Gastroeneterology. 25 (25): 3183-3195.
2. Mabeku LBK, Ngamga MLN, Leundji H. 2018. Potential risk factors and prevalence of
Helicobacter pylori infection among adult patient with dyspepsia symptoms in Cameroon.
BMC Infectious Diseases. 18 (278).
3.Ozbey G, Hanafiah A. Epidemiology, Diagnosis, and Risk Factors of Helicobacter pylori
Infection in Children. Euroasian J Hepato-Gastroenterol 2017;7(1):34-39.
4. Kayali S, Manfredi M, Gaiani F, Bianchi L. et al. 2018. Helicobacter pylori, transmission
routes and recurrence of infection: state of the art. Acta Biomed. 89 (8): 72-76.
5. Iwanczak B, Francavailla R. 2014. Helicobacter pylori infection in Pediatrics.
Gastroenterology and Nutiriton Med Univ of Wroclaw. 1:46-51.
6. Urita Y, Watanabe T, Kawagoe N, Takemoto I, Tanaka H, Kijima S, et al. 2013. Role of
infected grandmothers in transmission of Helicobacter pylori to children in a Japanese rural
town. J Paediatr Child Health. 49:394–8.
7. Sustmann A, Okuda M, Koletzko S. 2016. Helicobacter pylori in children. John Wiley &
Sons Ltd. 21 (1): 49-54.
8. Vanderpas J, Bontems P, Miendje Deyi VY, Cadranel S. 2014. Follow up of Helicobacter
infection in children over two decades (1988-2007): persistence, relapse and acquisition rates.
Epidemiol Infect .142:767–75