Anda di halaman 1dari 4

Faktor Resiko dan Transmisi Helicobacter Pylori

Prevalensi infeksi Helicobacter pylori di seluruh dunia beragam dan tergantung


berbagai faktor resiko.5 Helicobacter pylori adalah agen penyebab dari gastritis kronis, ulkus
duodenum, limfoma pada jaringan mukosa limfoid, dan kanker gaster yang memengaruhi
kualitas hidup pasien.1, 4 The International Agency for Research on Cancer, salah satu bagian
WHO mengklasifikasikan H. Pylori sebagai karsinogen kelas I penyebab kanker gaster. Di
luar perannya dalam beberapa gangguan gastroduodenal, H. Pylori juga terlibat pada
manifestasi kelainan di luar gastroduodenal, seperti idiopatik trombositopenia purpura,
penyakit kardiovaskular, penyakit hati kronis, anemia defisiensi besi, dan diabetes mellitus
(DM).1
Faktor-faktor seperti sumber air yang tidak bersih, kepadatan penduduk dan
merokok merupakan faktor risiko yang signifikan untuk infeksi H. Pylori. Penggunaan
antibiotik sebelumnya, kepadatan penduduk, memiliki saudara kandung / orang tua dengan
1
riwayat maag/gastritis memiliki hubungan yang signifikan. Dalam studi lain disebutkan
bahwa usia, status sosial ekonomi, sanitasi yang kurang, lingkungan, merokok, penggunaan
obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), golongan darah O, indeks massa tubuh tinggi dan
2,3
riwayat keluarga dengan penyakit lambung berperan dalam penularan H. Pylori. Sumber
air, tipe rumah, dan tempat pembuangan sampah berhubungan dengan kondisi tempat tinggal
dan status sosial ekonomi keluarga. Peningkatan kondisi-kondisi ini dapat menurunkan angka
3,5
infeksi prevalensi H. pylori. Pada anak usia sekolah dengan defisiensi besi dan tinggi
badan yang kurang merupakan faktor resiko yang tinggi untuk infeksi H. pylori. 5
Tingkat prevalensi yang lebih rendah dilaporkan pada komunitas dengan status
sosioekonomi yang lebih tinggi dan kondisi lingkungan yang lebih baik, sementara presentasi
anak-anak yang terinfeksi H. pylori tertinggi didapatkan pada negara berkembang.5
Sedangkan, untuk negara maju, faktor resiko tersebut tidak memegang peran signifikan
dalam infeksi H. pylori. Beberapa studi menunjukkan tingkat edukasi orang tua dan
meningkatnya jumlah saudara kandung merupakan faktor utama pada anak-anak dengan H.
pylori yang positif.3 Kebanyakan infeksi yang disebabkan oleh Helicobacter pylori sangat
terkait dengan kondisi hidup yang buruk di masa kecil. dan dengan tidak adanya terapi
antibiotik, Helicobacter pylori dapat bertahan seumur hidup di host.2 Menurut penelitian
berdasarkan kelompok umur, infeksi Helicobacter pylori yang terjadi selama masa kanak-
kanak dan awal masa remaja, di usia dewasa (35 hingga 44 tahun) akan meningkat dan
mencapai puncak seiring bertambahnya usia. 2
Ulkus peptikum 3,5 kali lebih banyak pada orang yang mengonsumsi NSAID
dengan H.pylori positif. Kemungkinan produksi oxygen reactive species (ROS) berperan
dalam patogenesis dalam penelitian gastritis akut yang diinduksi oleh NSAID. Selain itu,
hasil eksperimen menuunjukan hubungan yang kuat ROS dalam patogenesis gastritis kronik
yang disebabkan konsumsi NSAID.2 Perkembangan penyakit lebih meningkat pada kelompok
dengan golongan darah O kemungkinan karena kolonisasi sel-sel epitel yang lebih besar dan
respon inflamasi terhadap H. pylori lebih tinggi. 2 BMI yang lebih tinggi mungkin memiliki
hubungan dengan meningkatnya kejadian H. pylori karena infeksi H. pylori dapat berefek
kepada peningkatan produksi leptin dan ghrelin. Fluktuasi level plasma pada hormon ini
dapat memicu obesitas. Ghrelin akan menurunkan kehilangan energi dan meningkatkan berat
badan. 2

Rute transmisi
Rute transmisi dari infeksi H. pylori belum diketahui sepenuhnya. Satu-satunya
reservoir yang diketahui adalah perut manusia, dan H. pylori diketahui memiliki rentang host
yang sempit, sehingga munculnya infeksi baru dipikirkan terjadi langsung dari transmisi
individu-individu atau kontaminasi lingkungan. 4Kemampuan patogen untuk bertahan hidup
selama beberapa hari di dalam air mendukung fakta kemungkinan transmisi melalui
air.1Transmisi individu-individu dapat dibagi menjadi dua kategori: transmisi vertikal dan
horizontal. Transimisi vertikal adalah penyebaran infeksi dari atas ke bawah pada satu
keluarga, misalnya dari ibu ke anak, sedangkan treansmisi horizontal melibatkan kontak
dengan individu di luar keluarga atau dari pencemaran lingkungan.-4 Urita et. Al meneliti
penularan H. pylori pada anak-anak di daerah pinggiran kota, didapatkan bahwa penularan
bukan hanya terjadi dari ibu ke anak tetapi juga dari nenek ke anak merupakan mekanisme
yang penting untuk penyebaran H. pylori pada rumah tangga tiga generasi. Sebaliknya, ayah
5,6
atau kakek yang terinfeksi bukanlah suatu prediktor independen untuk infeksi pada anak.
Walaupun pada beberapa kasus, infeksi didapatkan dari luar keluarga dan menyebar diantara
sesama saudara.7
Transmisi individu-individu mungkin terjadi pada keluarga yang sama karena
kontak yang dekat, apalagi, anggota keluarga memiliki kecenderungan genetik terhadap
infeksi H. pylori, terlebih lagi, anggota keluarga terpapar sumber infeksi yang sama dan
memiliki status sosial ekonomi yang sama.4 Latar belakang keluarga dan gaya hidup juga
diteliti, makanan yang tidak bersih, penggunaan handuk bersama, makanan yg dikunyah oleh
ibu lalu diberikan ke anak, pemberian susu formula, serta riwayat keluarga dengan penyakit
7
gastrointestinal juga menjadi faktor resiko infeksi. Kemungkinan rute penularan dapat dari
individu-individu, gastro-oral, oral-oral dan faecal-oral.4

Transmisi Gastro-Oral
H. pylori yang didapatkan pada awal kehidupan dan muntah yang berisi mukus
achlorhydric dapat menjadi transmisi infeksi. Beberapa studi melaporkan data tentang
persentase isolasi H. pylori dari gastric juice pasien simptomatik: mikroba tampaknya
bertahan hidup di luar manusia tubuh dalam unbuffered gastric juice dan sering didapatkan
dalam muntah. 4

Transmisi Oral-Oral
Saliva dapat menjadi sumber H. pylori karena kuman dapat mencapai mulut dan
berkolonisasi setelah terjadinya muntah atau regurgutasi. H. pylori telah dikultur langsung
14-4
dari air liur dan DNA telah diamplifikasi dari saliva, subgingival biofilm dan plak gigi.
Transmisi oral-oral terutama melibatkan penularan dari ibu-anak: sekresi oral dari ibu, yang
mungkin terkontaminasi dengan H. pylori, dapat langsung ditularkan ke bayi. 4

Transmisi Fecal-Oral
DNA H. pylori telah sering terdeteksi dalam feses manusia.4

Transmisi Melalui Air


Pada anak-anak yang tinggal di rumah dengan pasokan air dari luar, atau mereka
yang mengonsumsi sayuran mentah, yang sering diairi dengan irigasi yang tidak bersih,
memiliki prevalensi infeksi H. pylori yang lebih tinggi.4 Adanya hubungan serum antibodi H.
pylori dengan serum antibodi virus Hepatitis A dan Giardia yang mana keduanya merupakan
patogen melalui air, menunjukkan bahwa infeksi dapat menyebar melalui air atau kondisi
higien yang buruk.4

Transmisi Melalui Makanan


Produk makanan dapat terkontaminasi jika kebersihan dalam penyajian rendah.
Produk makanan yang dianalisis terdapat H. pylori di antaranya adalah susu, daging, dan
sayuran. Susu merupakan produk yang terbanyak dianalisis karena infeksi umumnya terjadi
saat anal-anak dan makanan yang sering dikonsumsi anak adalah susu.4

Rekurensi Infeksi
Rekurensi H. pylori diperkirakan terjadi melalui dua mekanisme yang berbeda:
rekrudesensi dan reinfeksi. Rekrudensi merupakan munculnya kembali dari strain H. pylori
yang sebelumnya, muncul setelah supresi sementara bukan karena eradikasi telah berhasil.
Sebaliknya, reinfeksi yang sesungguhnya terjadi ketika, setelah eradikasi berhasil, pasien
dapat terinfeksi dengan strain asli yang sebelumnya atau strain baru H. pylori.4 Pada
penelitian yang dilakukan oleh Vanderpas et al, rasio reinfeksi setelah 5 tahun eradikasi
sebesar 48,6%, sedangkan untuk infeksi baru setelah 10 tahun pada orang-orang yang
sebelumnya tidak terinfeksi adalah 38,7%. 5,8

Pada negara-negara Barat, terdapat bukti epidemiologi bahwa infeksi H. pylori, terutama
pada masa anak-anak, mungkin berhubungan dengan menurunnya prevalensi penyakit yang
diperantarai imun, seperti alergi pada anak. 7

DAFTAR PUSTAKA

1. Smith S, Fowora M, Pellicano R. 2019. Infection with Helicobacter pylori and challenges
encounter in Africa. World Journal of Gastroeneterology. 25 (25): 3183-3195.
2. Mabeku LBK, Ngamga MLN, Leundji H. 2018. Potential risk factors and prevalence of
Helicobacter pylori infection among adult patient with dyspepsia symptoms in Cameroon.
BMC Infectious Diseases. 18 (278).
3.Ozbey G, Hanafiah A. Epidemiology, Diagnosis, and Risk Factors of Helicobacter pylori
Infection in Children. Euroasian J Hepato-Gastroenterol 2017;7(1):34-39.
4. Kayali S, Manfredi M, Gaiani F, Bianchi L. et al. 2018. Helicobacter pylori, transmission
routes and recurrence of infection: state of the art. Acta Biomed. 89 (8): 72-76.
5. Iwanczak B, Francavailla R. 2014. Helicobacter pylori infection in Pediatrics.
Gastroenterology and Nutiriton Med Univ of Wroclaw. 1:46-51.
6. Urita Y, Watanabe T, Kawagoe N, Takemoto I, Tanaka H, Kijima S, et al. 2013. Role of
infected grandmothers in transmission of Helicobacter pylori to children in a Japanese rural
town. J Paediatr Child Health. 49:394–8.
7. Sustmann A, Okuda M, Koletzko S. 2016. Helicobacter pylori in children. John Wiley &
Sons Ltd. 21 (1): 49-54.
8. Vanderpas J, Bontems P, Miendje Deyi VY, Cadranel S. 2014. Follow up of Helicobacter
infection in children over two decades (1988-2007): persistence, relapse and acquisition rates.
Epidemiol Infect .142:767–75

Anda mungkin juga menyukai