Anda di halaman 1dari 4

Simulasi Numerik

Pada penelitian ini, penulis melakukan simulasi numerik untuk meneliti penyebab variasi
tahunan. Simulasi menggunakan simulasi numerik “STAR” (Pritchett, 1995) yang berlaku pada
sistem yang memiliki 3 komponen, yaitu air, gas, dan garam NaCl dengan 3 fase liquid, gas, solid.
Kemudian dari hasil, tersebut untuk mendapatkan potensial elektrik yang berasosiasi dengan aliran
fluida, dihitung dengan simulasi numerik “EKP-postprocessor”. Dalam perhitungan ”EKP-
postprocessor”, diperlukan beberapa parameter sifat fisik yang diberikan oleh hukum empiris dan
teori dari kondisi bawah tanah. Parameter tersebut adalah :
ε=6.938×10−14 F/m
μ=1.102×10−3 Pa⋅s
ζ=−0.019 V
T = 16 °C
Berdasarkan sifat kimia fluida :
σ𝑤 = 0.0125 S/m
Konsentrasi NaCl = ~1×10−3 mol/L
Simulasi dilakukan dengan pemodelan 1 dimensi. Penulis menggunakan jarak grid 1 m
untuk 5 blok di atas, 5 m untuk 19 blok di tengah, dan 10 m untuk 50 blok di bawah dengan suhu
awal yang diatur 16˚ C. Tekanan udara dan suhu konstan, kondisi terisolasi dan adiabatik
diterapkan pada batas atas dan bawah lapisan untuk mendapatkan gradien normal nol pada
permukaan tanah dan potensial nol pada batas bawah lapisan.
Setelah itu dilakukan perhitungan steady state atau kesetimbangan saat air meteoric
merembes di blok atas. Perhitungan ini menghasilkan grafik seperti Gambar 1.

Gambar 1. Distribusi vertikal dari a) Tekanan, b) Kejenuhan fase cair, dan c) Nilai potensial pada
simulasi model 1 dimensi
Garis hitam menunjukkan hasil rata-rata rembesan air meteorik tiap tahun (3 𝑚3 /𝑚2 /year),
sedangkan garis merah menunjukkan hasil rembesan saat tingkat curah hujan di atas rata-rata.
Variasi harian sendiri dihitung menggunakan data curah hujan pada tahun 2007-2009.
Setelah sampai kesetimbangan, tingkat rembesan berubah secara terus menerus berdasarkan data
curah hujan harian. Perhitungan ini menggunakan beberapa paremeter yaitu permeabilitas,
porositas, dan konduktivitas permukaan dengan nilai sebagai berikut :
• Permeabilitas = 6×10−13 𝑚2
• Porositas = 30%
• Konduktivitas permukaan = 0.002 S/m
Dari hasil perhitungan, didapatkan grafik seperti Gambar 2 di bawah.

Gambar 2. Distribusi vertikal dari a) Kejenuhan fase cair, dan b) Potensial elektrik
Potensial elektrik yang ditunjukkan grafik pada Gambar 2.b menunjukkan potensial elektrik pada
60, 120, 180, 240, 300, dan 360 hari dari 1 Januari 2007 yang dihitung untuk variable tingkat
rembesan sesuai dengan tingkat curah hujan harian di tahun 2007. Garis putus menunjukkan
kondisi awal rembesan pada tingkat rata-rata (3 𝑚3 /𝑚2 /year).
Penulis melakukan simulasi ini secara berulang dengan mengubah parameter-parameter
yang ada. Pada simulasi kedua, penulis mencoba mengubah nilai porositas dengan permeabilitas
dan konduktivitas yang konstan. Hasil simulasi model 1 dimensi dengan mengubah nilai porositas
dari 15-40% bisa dilihat di grafik pada Gambar 3.
Gambar 3. a) Gradien potensial elektrik, b) Variasi SP
Perbedaan warna pada grafik menunjukkan nilai porositas yang berbeda serta nilai variasi SP
(potensial elektrik pada permukaan tanah) pada tahun 2008 dan 2009 dengan nilai porosiats
berbeda.
Kemudian penulis mengubah parameter permeabilitas dengan porositas dan konduktivitas
yang konstan. Hasil simulasi model 1 dimensi dengan mengubah nilai permeabilitas dari
3×10−13 hingga 8×10−13 𝑚2 dapat dilihat di Gambar 4.

Gambar 4. a) Gradien potensial elektrik pada keadaan setimbang, b) Variasi SP (potensial


elektrik pada permukaan tanah) pada tahun 2008 dan 2009 dengan nilai permeabilitas yang
berbeda.
Terakhir, penulis mengubah parameter konduktivitas permukaan dengan porositas dan
permeabilitas yang konstan. Hasil simulasi model 1 dimensi dengan mengubah nilai konduktivitas
dari permeabilitas dari 0.00072 hingga 0.02 S/m dapat dilihat di Gambar 5.
Gambar 5. a) Gradien potensial elektrik pada keadaan setimbang, dan b) Variasi SP (potensial
elektrik pada permukaan tanah) pada tahun 2008 dan 2009 dengan nilai konduktivitas yang
berbeda.

Anda mungkin juga menyukai