Anda di halaman 1dari 3

ESAI K3

NDT (Non Destructive Testing) adalah teknik analisis yang dilakukan untuk mengevaluasi
suatu material tanpa merusak fungsi dari benda uji tersebut. Dengan Metode diantara lain Dye
Fenetrant : untuk mendeteksi cacat / rusak permukaan. Magnetic Particle, cara dari metode ini
adalah untuk permukaan yang kira-kira cacat ditaburi serbuk besi, kemudian discan dengan magnet
kutub utara dan kutub selatan. Jika terdapat kecacatan serbuk tersebut akan mengumpul. UT
(Ultrasonic) , metode ini mendeteksi cacat di dalam maupun diluar jika ada material yang berbeda
ada yang di pantulkan dan di teruskan. Acoustic Eppision hanya menerima gelombang suara.
Benda yang diam dipukul pakai palu jika ada yang retak akan memantulkan energy. Eddy Current
atau arus listrik. Cara menggunakan metode ini dengan cara medan listrik di dekatkan ke material
selanjutnya material akan menghasilkan arus, kuat atau tidaknya arus terganggu jika ada cacat.
Selain itu Eddy Current bisa di gunakan untuk mengukur ketebalan logam, mendeteksi logam.
Radiography seperti X-ray yang menggunakan sinar x atau sinar gamma yang dapat menembus
hampir semua logam kecuali timbal dan beberapa material padat sehingga dapat digunakan untuk
mengungkap cacat atau ketidaksesuain dibalik dinding metal atau di dalam bahan itu sendiri.
Thermography Infraret : 0°kelvin memancarkan inframerah untuk mendeteksi cacat, ketebalan dan
kebocoran. Strain Measurent : ketambahan panjang. Voltage (diference) adalah suatu material
dengan kutub positif dan kutub negative diukur teganggannya akan kelihatan cacatnya. Dan jika
ada cacat maka akan drop.
BATAN berencana meningkatkan kemampuan SDM untuk menguasai, menyebarluaskan
dan menerapkan teknik lanjutan NDT untuk memastikan kualitas, keandalan komponen dan
keselamatan operasi pabrik sepanjang masa pakainya. BATAN banyak melakukan ekperimen atau
percobaan dengan menggunakan NDT. Dengan contoh BATAN akan membangun fasilitas
iradiator gamma yang mempunyai aktivitas awal 200 kCi. Fasilitas utama sebuah iradiator gamma
terdiri dari sumber radiasi gamma, perisai radiasi untuk melindungi pekerja atau lingkungan, dan
bagian mekanik untuk transportasi produk yang akan diiradiasi. Sumber radiasi terbungkus
dan tersimpan di dalam kolam dengan aman. Ketika dioperasikan, sumber radioaktif diangkat ke
atas permukaan kolam. Selanjutnya produk yang akan diiradiasi didekatkan dan dijauhkan
dengan menggunakan sistem transportasi produk. Ruang iradiasi terkungkung oleh dinding
beton dengan spesifikasi khusus. Setelah produk selesai diiradiasi, sumber radiasi
dikembalikan ke tempat penyimpanannya di dalam kolam. Air kolam berfungsi sebagai penahan
radiasi. Kolam sumber diisi air jernih bebas mineral/bebas ion yang berfungsi sebagai perisai
radiasi maupun pendingin dari panas yang dihasilkan sumber radioaktif. Maka kolam tidak boleh
bocor. Permukaan dinding kolam dilapisi pelat Stainless Steel yang disebut dengan liner. Tebal
pelat dinding liner, sedangkan alasnya 10 mm. Fungsi liner kolam adalah sebagai pemisah
antara air kolam dengan dinding beton, karena kontak air dengan beton dapat mengganggu
kualitas air bebas mineral, selain itu untuk mencegah kebocoran. Liner kolam didesain dan
difabrikasi dengan jaminan tahan terhadap korosi dan kebocoran. Liner kolam tidak boleh bocor
karena ada kemungkinan air kolam sudah terkontaminasi. Dan untuk mencegah kemungkinan air
dari lingkungan (air tanah) masuk ke kolam. Karena itu, sambungan las antar pelat pada liner harus
benar.benar rapat, tidak boleh ada kebocoran. Untuk menguji kualitas hasil lasan, sebelum liner
dipasang dilakukan pengujian tanpa rusak (NDT : Non Destructive Testing) Dengan
menggunakan teknik ini, maka cacat yang tidak terdeteksi dengan menggunakan metode pengujian
secara visual karena ukurannya yang sangat kecil ataupun posisinya yang berada di bawah
permukaan suatu produk dapat diketahui dengan baik sebelum dilakukan proses selanjutnya.
Teknik uji tanpa rusak yang banyak dipakai dalam bidang industri antara lain adalah Liquid
Penetrant Testing (PT), Magnetic Particle Testing (MT), Ultrasonic Testing (UT),
Radiographic Testing (RT), Eddy Current Testing (ET). Karena banyak metode yang berbahaya
dilihat dari segi K3 sistem proteksinya harus lengkap atau penggunaan alat pelindung diri harus
lengkap dan benar. Perlu adanya sosialisasi tentang K3 untuk pekerja supaya mau menggunakan
APD yang telah di tetapkan.
System Proteksi adalah suatu sistem pengamanan terhadap peralatan listrik, yang
diakibatkan adanya gangguan teknis, gangguan alam, kesalahan operasi, dan penyebab yang
lainnya. System proteksi tenaga kerja pada PLTN harus menjamin keselamatan lingkungan
(keselamatan manusia, hewan dan tumbuhan) karena radiasinya dapat mengakibatkan ionisasi.
Jenis-jenisnya yang pertama adalah radiasi peng ion yang menyebabkan radiasi, yang kedua adalah
radiasi peng non ion yang tidak mengakibatkan radiasi. Dibandingkan pembangkit listrik lainnya,
PLTN mempunyai factor keselamatan yang lebih tinggi. Prinsip keselamatan pada reaktor nuklir
adalah untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan memperkecil dampak yang dapat
diakibatkan oleh kejadian kecelakaan. Sistem ini dikenal dengan sistem bertahanan berlapis
(defence in depth). Sistem pertahanan berlapis bertujuan untuk mencegah keluarnya material
radioaktif dan radiasi ke lingkungan. Pertahanan berlapis terdiri atas: bentuk bahan bakar (fuel
pellet), kelongsong bahan bakar (cladding), sistem pendingin primer, bejana reaktor (reactor
vessel), bangunan pengungkung (containment building). Bagi masyarakat yang dekat dengan
PLTN dihimbau untuk tidak boleh dekat-dekat, tidak boleh lama-lama, tidak boleh tanpa
pelindung. Pegawai yang bertugas yang berhubungan dengan radisasi menggunakan monitor
untuk bekerja.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik termal
tempat panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. Jika
PLTN didirikan di Indonesia hal pertama yang perlu diketahui adalah pembangunan oleh
pemerintah. Jika ingin membangun PLTN di Indonesia membangunnya juga masih dalam skala
Litbang atau masih didaerah BATAN karena ada daerah penyangga, sehingga penduduk tidak
boleh masuk. Gagasan membangun PLTN di Indonesia didasari oleh pertimbangan bahwa sumber
energi fosil yang selama ini menjadi penopang utama dalam pembangkitan listrik di Indonesia
mulai menipis. Peningkatan kebutuhan listrik dari berbagai sektor mengalami peningkatan rata-
rata yaitu sekitar 7% per tahun akan sulit apabila hanya mengandalkan pada bahan fosil. Tuntutan
pemenuhan kebutuhan listrik dan kualitas lingkungan yang bersih juga menjadi persyaratan yang
harus dipenuhi dalam pembnagkitan listrik di masa mendatang.
Awal tahun 1970-an perencanaan secara serius pembangunan PLTN telah dilakukan
dengan pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2PLTN). Tugas komisi ini
adalah melakukan kajian tentang hal-hal yang terkait dengan kemungkinan pembangunan PLTN
di Indonesia. Hasil kerja komisi diantaranya adalah menetapkan sekitar 14 lokasi yang diusulkan
kepada pemerintah untuk dilakukan studi lebih lanjut sebagai calon tapak PLTN. Usulan tersebut
kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan studi kelayakan oleh Badan Tenaga Atom Nasional
(sekarang menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional) bekerja sama dengan pemerintah Italia,
Amerika, Perancis dan International Atomic Agency (IAEA), yang dilakukan hingga tahun 1986.
Hasil studi adalah berupa rekomendasi lokasi terbaik untuk PLTN, yaitu Ujung Lemah Abang,
Ujung Grenggengan dan Ujung Watu. Ketiga lokasi tersebut berada di wilayah Kabupaten Jepara.
Apabila seluruh kegiatan dari mulai persiapan dan pembangunan dapat dilaksanakan
dengan lancar maka pada tahun 2005 PLTN unit pertama sudah mulai beroperasi. Akan tetapi
karena adanya krisis moneter pada tahun 1997 yang diikuti dengan krisis politik, mengakibatkan
keterpurukan di semua sektor termasuk sektor kelistrikan. Akibatnya banyak industri yang
berhenti beroperasi dan menurunnya konsumsi terhadap listrik. Hal yang mengejutkan terjadi
yaitu setelah terjadinya krisis moneter permintaan terhadap listrik kembali meningkat bahkan
cenderung tinggi. Hasil studi menyimpulkan bahwa dari cadangan sumber energi yang ada
terutama bahan fosil, tidak akan dapat mencukupi kebutuhan listrik secara nasional hingga tahun
2025. Konsekuensinya adalah harus diupayakan penggunaan sumber energi lain termasuk
penggunaan sumber energi baru dan terbarukan (EBT) untuk menutupi kekurangan tersebut. Yang
termasuk energi baru dan terbarukan diantaranya adalah energi matahari, angin, panas bumi, air,
biodiesel dan tenaga nuklir. Oleh karena itu saat ini sedang dilakukan studi pemilihan calon tapak
baru di luar Jepara. Berdasarkan studi awal sudah diperoleh daerah potensial baru yaitu di wilayah
Banten (Pulau Panjang dan Bojonegara) dan Pulau Bangka Belitung (Tanjung Berdaun dan
Tanjung Berani). Kedua lokasi tersebut terus dilakukan pengkajian yang lebih intensif untuk
melakukan data terkini masyarakat calon tapak PLTN.

Anda mungkin juga menyukai