Anda di halaman 1dari 15

BERANDA

Desi Kurnia
BERSAMA KITA SUKSES !!!!!! AMIIN
SEARCH

  HOME>

 MAKALAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

MAKALAH PEMBELAJARAN
MATEMATIKA KONSEP PENDEKATAN
SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN
KURIKULUM 2013
POSTED BY : UNKNOWN SELASA, 07 JUNI 2016

MAKALAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA


KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN
KURIKULUM 2013

(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah "Matematika")


Dosen Pengampu: Drs. Dasuki, M.Pd.I
Oleh:
1. Aning Maulia Ni'mah
2. Desi Kurniawati
3. Linda Erika Nur Faidah
4. Wahyu Tri Utami

PROGRAM STUDI PGMI


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MADIUN
MADIUN
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik, dan
inayahnya kepada kita semua. Sehingga kami bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan
ridhonya. Syukur Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan rencana.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW. Karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu memberikan syafa’at kelak di
hari kiamat.Selanjutnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Drs. Dasuki,
M.Pd.Iselaku dosen pengampu Mata Kuliah Matematika yang telah membimbing kami.
Kami mohon ma’af yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan didalamnya. Saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis umumnya dan khususnya bagi pembaca.

Madiun, Mei 2016


Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................
Bab II Pembahasan
A. Definisi Pendekatan Saintifik............................................................
B. Proses Pembelajaran Pendekatan Saintifik.........................................
C. Penerapkan Pendekatan Saintifik Matematikan MI...........................
Bab III Penutup
A. Kesimpulan................................................................................................
Daftar Pustaka.......................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejalan dengan pergantian kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah atau scientific
aproach pada pelaksanaan pembelajaran menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian
para pendidik akhir-akhir ini. Yang menjadi latar belakang pentingnya materi ini karena produk
pendidikan dasar dan menengah belum menghasilkan lulusan yang mampu berpikir kritis setara
dengan kemampuan anak-anak bangsa lain.
Disadari bahwa guru-guru perlu memperkuat kemampuannya dalam memfasilitasi siswa
agar terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini memerlukan peningkatan
keterampilan guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah.
Skenario untuk memacu keterampilan guru menerapkan strategi ini di Indonesia telah melalui
sejarah yang panjang, namun hingga saat ini harapan baik ini belum terwujudkan juga. Balitbang
Depdiknas sejak tahun 1979 telah merintis pengembangan program prestisius ini dalam Proyek
Supervisi dan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) di Cianjur, Jawa Barat. Hasil-hasil proyek ini
kemudian direplikasi di sejumlah daerah dan dikembangkan melalui penataran guru ke seluruh
Indonesia. Upaya yang dimulai pada tingkat sekolah dasar ini kemudian mendorong penerapan
pendekatan belajar aktif di tingkat sekolah menengah. Hasil-hasil upaya ini secara bertahap
kemudian diintegrasikan ke dalam Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, dan Kurikulum Berbasis
Kompetensi tahun 2004, yang dilanjutkan dengan Standar Isi yang lebih dikenal dengan istilah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.
Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang
membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta didik,
pendidik/guru, manajemen pendidikan, kurikulum, fasilitas, proses belajar mengajar, dan lain
sebagainya. Salah satu masalah yang banyak dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah
lemahnya kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Dalam proses
pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal
informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan
sehari-hari. Akibatnya banyak peserta didik yang ketika lulus dari sekolah, mereka pintar secara
teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat di buat rumusan masalah antara lain :
1. Apa definisi pendekatan saintifik?
2. Bagaimana proses pembalajaran pendekatan saintifik?
3. Bagaimana menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran Matematika di MI?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas dapat di buat tujuan antara lain :
1. Mengetahui definisi pendekatan saintifik
2. Mengetahui bagaimana proses pembelajaran pendekatan saintifik
3. Mengetahui bagaimana menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran Matematika
di MI

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pendekatan Saintifik


Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip
yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah,
bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah
dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan
hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran maelibatkan keterampilan proses,
seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan.
Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru
tersebut harus semakin berkurang dengan semakin tingginya kelas siswa.
Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori
Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat
hal poko berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu
hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan
pikirannya. Kedua,dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan
memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan
intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam
melakukan penemuan adalah ia memilik kesempatan untuk melakukan
penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan.
Empat hal diatas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperluksn dalam pembelajaran
menggunakan metode saintifik.
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan
perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur
kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi
lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang
anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya
perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang
dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum,
prinsip ataupun pengalaman baru kedalam skema yang sudah ada didalam pikirannya.
Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan
yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang
ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi atara asimilsi dan
akomodasi.
Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik
bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih
berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal
develomentdaerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai
kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang
lebih mampu (Nur dan Wikandari, 2000: 4).

1. Karakteristik Pembelajaran dengan Metode Saintifik


Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Berpusat pada siswa.
b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek,
khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
d. Dapat mengembangkan karakter siswa.

2. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik


Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan
pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai
berikut.
a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu
kebutuhan.
d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
e. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
f. Untuk mengembangkan karakter siswa.

3. Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik


Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut.
a. Pembelajaran berpusat pada siswa
b. Pembelajaran membentuk student self concept.
c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
d. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi
konsep, hukum, dan prinsip
e. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.
f. Pembelajaran meningkatkan motivaasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
h. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam
struktur kognitifnya.

B. Langkah-Langkah Pembelajaran Scientifik


Pembelajaran saintifik terdiri atas lima langkah,
yaitu Observing (mengamati),Questioning (menanya), Associating (menalar), Experimenting (me
ncoba), Networking(membentuk Jejaring/ mengkomunikasikan), seperti tampak pada gambar
berikut :
1. Mengamati
Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning).
Mengamati memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta
didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam
rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya
dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan
pembelajaran.
Mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga
proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta
didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-
langkah seperti berikut ini.
a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi
b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar
berjalan mudah dan lancar
f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku
catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada
saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru
menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk
menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyara, pertanyaan
dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam
bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya
menginginkan tanggapan verbal.
Fungsi Bertanya:
a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik
pembelajaran;
b. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan
pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri;
c. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari
solusinya;
d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang
diberikan;
e. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan
memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar;
f. Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan
kemampuan berpikir, dan menarik simpulan;
g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan,
memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok;
h. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan
yang tiba-tiba muncul; dan
i. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
Kriteria Pertanyaan yang Baik:
a. Singkat dan jelas;
b. Menginspirasi jawaban;
c. Memiliki fokus;
d. Bersifat probing atau divergen;
e. Bersifat validatif atau penguatan;
f. Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang;
g. Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif;
h. Merangsang proses interaksi.

3. Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang
dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan
pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif
daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris
yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak
selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan
merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.
Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah
asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan
memori.
Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam
referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak
berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal
sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara
entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam
ruang dan waktu.

4. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba
atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata
pelajaran Matematika, misalnya, peserta didik harus memahami konsep pecahan dan dapat
menerapkannya dalam kegiatan sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan
berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
5. Mengkomunikasikan
Kegiatan belajarnya: menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Hasil tugas dikerjakan bersama dalam satu
kelompok untuk kemudian dipresentasikan atau dilaporkan kepada guru. Kegiatan
menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersama-sama
dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan
hasil kegiatan mengolah informasi.
Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan
dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio
kelompok dan atau individu. Yang sebelumnya di konsultasikan terlebih dulu kepada guru. Pada
tahapan ini kendatipun tugas dikerjakan secara berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan
dilakukan oleh masing-masing individu. Sehingga portofolio yang di basukkan ke dalam file atau
Map peserta didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara individu.
Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan
yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil
kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan
klarifikasi oleh guru agar supaya peserta didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban
yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada
kegiatan konfirmasi sebagaimana pada Standar Proses.

Langkah Kompetensi Yang


Pembelajaran Kegiatan Belajar Dikembangkan
Membaca, mendengar, menyimak, Melatih kesungguhan,
Mengamati melihat (tanpa atau dengan alat) ketelitian, mencari informasi
Mengajukan pertanyaan tentang Mengembangkan kreativitas,
informasi yang tidak dipahami dari apa rasa ingin tahu, kemampuan
yang diamati atau pertanyaan untuk merumuskan pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang membentuk pikiran kritis yang
Menanya apa yang diamati perlu
(dimulai dari pertanyaan faktual sampai untuk hidup cerdas dan belajar
ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) sepanjang hayat
Mengumpulkan Mengembangkan sikap teliti,
informasi/ jujur,sopan, menghargai
eksperimen melakukan eksperimen pendapat orang lain,
membaca sumber lain selain buku teks kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan
mengamati objek/ kejadian/
mengumpulkan informasi
aktivitas melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan
kebiasaan belajar dan belajar
wawancara dengan narasumber sepanjang hayat.
Mengembangkan sikap jujur,
mengolah informasi yang sudah teliti, disiplin, taat aturan, kerja
dikumpulkan baik terbatas dari hasil keras, kemampuan menerapkan
kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau prosedur dan kemampuan
pun hasil dari kegiatan mengamati dan berpikir induktif serta deduktif
Mengasosiasikan/ kegiatan mengumpulkan informasi. dalam menyimpulkan .
Pengolahan informasi yang dikumpulkan
dari yang bersifat menambah keluasan
dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat
mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai
mengolah informasi kepada yang bertentangan.
Mengembangkan sikap jujur,
teliti, toleransi, kemampuan
Menyampaikan hasil pengamatan, berpikir sistematis,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis mengungkapkan pendapat
Mengkomunikasikan secara lisan, tertulis, atau media lainnya dengan

C. Contoh Penerapkan Pendekatan Saintifik Dalam Proses Pembelajaran Matematika Di MI

1. Mengamati
Dalam mata pelajaran Matematika, siswa diminta untuk mengamati dua jenis gambar
bangun datar yang telah disediakan dengan memberi tanggapan terhadap masalah yang diajukan.

2. Menanya
Dalam mata pelajaran Matematika, siswa mengajukan pertanyaan tentang mengapa
gambar tersebut dinamakan bangun datar ?

3. Mengumpulkan Data
Dalam hal ini, siswa mengumpulkan data atau guru memberikan data tentang jenis –
jenis serta sifat – sifat bangun datar. Selain itu siswa menganalis data yang diberikan oleh guru.
Konsep-konsep ini dihubungkan dengan informasi atau data awal, pertanyaan dan hipotesis, serta
data yang terkumpul

4. Menalar/Mengolah Informasi
Siswa menarik kesimpulan berdasar hasil analisis yang mereka lakukan. Sebagai contoh
siswa menyimpulkan bahwa bangun datar terdiri atas beberapa jenis dan tidak sama dengan
bangun ruang meskipun keduanya sama – sama memiliki sisi.

5. Mengomunikasikan
Pada langkah ini, siswa dapat menyampaikan hasil kerjanya secara lisan maupun
tertulis, misalnya melalui presentasi kelompok, diskusi, dan tanya jawab.

Jadi kesimpulannya pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika adalah :


pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih memahami konsep 5M dengan interaksi antar
siswa dan guru dengan berbagai metode agar pembelajaran dapat lebih efektif dan efisien
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Kurikulum 2013 : lamgkah-langkah umum pembelajaran dengan pebdekatan saintifik (2)


Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual. Ghalia Indonesia :
Jakartahttps://mathyess.wordpress.com/2014/06/13/pendekatan-saintifik-pada-kurikulum-2013/

http://zoetrianiphysics.blogspot.co.id/2015/06/makalah-model-pembelajaran-pendekatan.html

Related Posts :

0 0 34

Leave a Reply
Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

NEXTPREV

Popular Posts
 MAKALAH MATEMATIKA TENTANG BILANGAN REAL

MAKALAH MATEMATIKA TENTANG BILANGAN REAL D...


 Parts Of Speech

MAKALAH Parts of Speech (Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah "Bahasa Inggris") Dosen
Pengampu: Dian Nasrul ...

 MAKALAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM

PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

MAKALAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN


KURIKULUM 2013 (Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata...

 Makalah Pengantar Filsafat Tentang Kritisisme

MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT TENTANG KRITISISME DI SUSUN OLEH : 1. DESI KURNIAWATI


2. KHUSNUL MU’ASYAROH PGMI...

 Hadist Kelas 1 Mi Sampai Kelas 6 MI

GENERAL REVIEW HADIST Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah:”Hadist” Dosen Pengampu : Meril
Qurniawan,S.Pd.I, M.Pd.I ...

 Makalah IPS Tentang Sejarah Perkembangan Islam Di Indonesia

MAKALAH IPS TENTANG SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA DI SUSUN OLEH :


1. ...

 Penelitian Minat Belajar Mengaji Ibu - Ibu

MINAT BELAJAR MENGAJI IBU-IBU LANJUT USIA DI DESA POJOK RT 04 RW 02 KECAMATAN


KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2016 Diajukan...

 Artikel Tentang Peran Kecerdasan Intelektual (IQ) Dan Kecerdasan Emosional (EQ) Pada Anak SD/MI

PERAN KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ) DAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) PADA ANAK SD/MI
UNTUK MEMENUHI TUGAS B.INDONESIA SEMESTER 1 ...

Blogger Templates

Blog Archive
 ▼ 2016

o ▼ Juni
 Penelitian Minat Belajar Mengaji Ibu - Ibu

 Hadist Kelas 1 Mi Sampai Kelas 6 MI

 Parts Of Speech

 MAKALAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONSEP PENDEKATAN...

 ► 2015

Blog Archive
 ▼ 2016

o ▼ Juni

 Penelitian Minat Belajar Mengaji Ibu - Ibu

 Hadist Kelas 1 Mi Sampai Kelas 6 MI

 Parts Of Speech

 MAKALAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONSEP PENDEKATAN...

 ► 2015

Blogger Templates

Pages
 Beranda

 Beranda

Blogroll

About
Weekly Post
 MAKALAH MATEMATIKA TENTANG BILANGAN REAL

MAKALAH MATEMATIKA TENTANG BILANGAN REAL D...

 Parts Of Speech

MAKALAH Parts of Speech (Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah "Bahasa Inggris") Dosen
Pengampu: Dian Nasrul ...

 MAKALAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM

PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

MAKALAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN


KURIKULUM 2013 (Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata...

 Makalah Pengantar Filsafat Tentang Kritisisme

MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT TENTANG KRITISISME DI SUSUN OLEH : 1. DESI KURNIAWATI


2. KHUSNUL MU’ASYAROH PGMI...

 Hadist Kelas 1 Mi Sampai Kelas 6 MI

GENERAL REVIEW HADIST Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah:”Hadist” Dosen Pengampu : Meril
Qurniawan,S.Pd.I, M.Pd.I ...

 Makalah IPS Tentang Sejarah Perkembangan Islam Di Indonesia

MAKALAH IPS TENTANG SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA DI SUSUN OLEH :


1. ...

 Penelitian Minat Belajar Mengaji Ibu - Ibu

MINAT BELAJAR MENGAJI IBU-IBU LANJUT USIA DI DESA POJOK RT 04 RW 02 KECAMATAN


KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2016 Diajukan...

 Artikel Tentang Peran Kecerdasan Intelektual (IQ) Dan Kecerdasan Emosional (EQ) Pada Anak

SD/MI

PERAN KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ) DAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) PADA ANAK SD/MI
UNTUK MEMENUHI TUGAS B.INDONESIA SEMESTER 1 ...
COPYRIGHT © 2019 - DESI KURNIA
DESI KURNIA - POWERED BY BLOGGER - DESIGNED BY JOHANES DJOGAN

Anda mungkin juga menyukai