Oleh :
Shelly Margaretha, S.Ked
712017040
Pembimbing :
dr. Budiman Juniwijaya, Sp.S
Laporan Kasus
Judul:
Hemiparase Dextra Tipe Spastik + Parase Nervus VII dan XII Dextra Tipe
Sentral et causa Intracerebral Hemorrhagic
Oleh:
Shelly Margaretha, S.Ked
Telah dilaksanakan pada bulan Desember 2019 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Penyakit Saraf RSUD
Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
KATA PENGANTAR
2
3
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Hemiparase Dextra Tipe Spastik + Parase Nervus VII Dan XII Dextra Tipe
Sentral Et Causa Intracerebral Hemorrhagic” sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Penyakit Syaraf RSUD
Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Budiman Juniwijaya, Sp.S selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
Senior di SMF Ilmu Penyakit Syaraf RSUD Palembang BARI Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang yang telah
memberikan masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian
laporan kasus ini
2. Rekan-rekan co-assistensi dan perawat atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.
Penulis
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................ iv
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................ iv
BAB I. STATUS PENDERITA NEUROLOGI
1.1 Identitas ................................................................................ 1
1.2 Anamnesa ............................................................................. 1
1.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................ 3
1.4 Pemeriksaan Laboratorium .................................................. 13
1.5 Pemeriksaan Khusus ............................................................ 13
1.6 Ringkasan ............................................................................. 16
1.7 Diskusi Kasus....................................................................... 20
1.8 Lembar Follow Up ............................................................... 22
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi................................................................................ 42
2.2 Stroke ................................................................................... 45
2.2.1 Definisi Stroke ................................................................. 45
2.2.2 Epidemiologi Stroke ........................................................ 45
2.2.3 Faktor Risiko Stroke ........................................................ 46
2.2.4 Klasifikasi Stroke............................................................. 48
2.2.5 Etiologi Stroke ................................................................. 49
2.2.6 Stroke Hemoragik ............................................................ 49
2.2.7 Terapi Pembedahan pada ICH ......................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 65
5
BAB I
STATUS PENDERITA NEUROLOGI
1.1. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. N
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun I Soak Batok
Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera
Selatan
Agama : Islam
MRS Tanggal : 03 Desember 2019
yang timbul pada pagi hari dan berkurang pada malam hari. Penderita tidak
memiliki riwayat sakit jantung. Penderita tidak pernah mengalami koreng
dikemaluan yang tidak gatal, tidak nyeri dan sembuh sendiri. Penderita tidak
pernah mengalami bercak merah di kulit yang tidak gatal, tidak nyeri, dan
sembuh sendiri. Penderita tidak pernah mengalami nyeri pada tulang panjang.
Penderita tidak pernah mengalami keguguran pada usia kehamilan lebih dari
16 minggu.
Sejak 7 jam SMRS, penderita dibawa ke IGD RSUD Palembang BARI
dengan keluhan kelemahan pada tungkai kanan dan lengan kanan yang terjadi
secara tiba-tiba. Keluhan penderita terjadi saat sedang beraktivitas tiba-tiba
penderita mengalami kelemahan pada tungkai kanan dan lengan kanan tanpa
disertai kehilangan kesadaran. Saat terjadi serangan, penderita tidak merasa
sakit kepala tanpa disertai mual, muntah ataupun kejang, tanpa disertai
gangguan rasa baal dan kesemutan pada sisi yang mengalami kelemahan.
Kelemahan pada lengan kanan dan tungkai kanan tidak dirasakan sama berat.
Sehari-hari penderita bekerja menggunakan tangan kiri. Penderita masih
dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan maupun isyarat.
Penderita masih dapat mengerti isi pikiran orang lain yang diungkapan secara
lisan, tulisan maupun isyarat. Saat bicara mulut penderita mengot ke kanan
dan bicaranya pelo.
Pada saat serangan penderita tidak merasakan jantung berdebar-debar
dan sesak nafas. Penderita terkadang mengeluh sakit kepala bagian belakang
yang timbul pada pagi hari dan berkurang pada malam hari. Penderita tidak
memiliki riwayat sakit jantung. Penderita tidak pernah mengalami koreng
dikemaluan yang tidak gatal, tidak nyeri dan sembuh sendiri. Penderita tidak
pernah mengalami bercak merah di kulit yang tidak gatal, tidak nyeri, dan
sembuh sendiri. Penderita tidak pernah mengalami nyeri pada tulang panjang.
Penderita tidak pernah mengalami keguguran pada usia kehamilan lebih dari
16 minggu. Pada saat di IGD penderita didiagnosa parese N. XII ec susp
CVD non hemoragic berulang + Hipertensi, diberi tatalaksana IVFD RL gtt
20 x/m, Inj. Citicolin 2x500 mg, Inj. Omeperazole 1x1 vial, Aspillet 2x1 tab,
7
Neurodex 1x1 tab, atrovastin 1x20 mg, dan hasil CT scan belum ada. Setelah
dilakukan pemeriksaan CT Scan, didapatkan kesan ICH pada daerah
Thalamus dan Corona radiata kiri. Penderita diberikan terapi inj. Asam
Traneksamat 3x1 dan pemberian Aspillet 2x1 tab dibatalkan.
Penyakit seperti ini diderita untuk kedua kalinya. Pertama kali terjadi
kelemahan pada tungkai kanan dan lengan kanan ±15 tahun yang lalu.
Penderita masih dapat berjalan dan berbicara secara normal. Serangan yang
kedua sekarang.
Status Psikiatrikus
Sikap : Kooperatif Ekspresi muka : Wajar
Perhatian : Ada Kontak psikis : Ada
Status Neurologikus
KEPALA
Bentuk : Brachiocephali
Ukuran : Normocephali
Simetris : Simetris
8
LEHER
Sikap : Normal Deformitas : Tidak ada
Torticollis : Tidak ada Tumor : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran
SYARAF-SYARAF OTAK
1. N. Olfaktorius Kanan Kiri
Penciuman : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Anosmia : Tidak ada Tidak ada
Hyposmia : Tidak ada Tidak ada
Parosmia : Tidak ada Tidak ada
4. N. Trigeminus
Motorik Kanan Kiri
- Menggigit : Normal Normal
- Trismus : Tidak ada Tidak ada
- Refleks kornea : Ada Ada
Sensorik
- Dahi : Positif Positif
- Pipi : Positif Positif
- Dagu : Positif Positif
5. N. Facialis
Motorik Kanan Kiri
- Mengerutkan dahi : Simetris Simetris
10
- Bentuk muka :
- Istirahat : Simetris
- Bicara/bersiul : Pelo
Sensorik
- 2/3 depan lidah : Normal Normal
Otonom
- Salivasi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Lakrimasi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Chvostsek’s sign : Negatif Negatif
6. N. Cochlearis
Kanan Kiri
Suara bisikan : Terdengar Terdengar
Detik arloji : Terdengar Terdengar
Test Weber : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Rinne : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. N. Vagus
Arcus pharynx : Simetris
Uvula : Ditengah
Gg. Menelan : Tidak ada kelainan
Suara bicara : Parau
Denyut jantung : 88 x/menit, reguler
Refleks :
- Muntah : Tidak diperiksa
- Batuk : Tidak diperiksa
- Oculocardiac : Tidak diperiksa
11
8. N. Acessorius
Kanan Kiri
- Mengangkat bahu :: Lemah Simetris
- Memutar kepala : Tidak ada hambatan Tidak ada hambatan
9. N. Hypoglossus
Menjulurkan lidah : Deviasi ke kanan
Fasikulasi : Tidak ada
Atrofi papil lidah : Tidak ada
Dysarthria : Ada
COLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis : Tidak ada kelainan
Scoliosis : Tidak ada kelainan
Lordosis : Tidak ada kelainan
Gibbus : Tidak ada kelainan
Deformitas : Tidak ada kelainan
Tumor : Tidak ada kelainan
Meningocele : Tidak ada kelainan
Hematoma : Tidak ada kelainan
Nyeri ketok : Tidak ada kelainan
SENSORIK
Tidak terdapat kelainan sensorik pada bagian yang lemah
F. GAMBAR
NXII: Deviasi
lidah ke arah
kanan dan
bicara pelo
NVII: Sudut
mulut
tertinggal
Gerakan : Kurang
Kekuatan : 1
Gerakan : Kurang Refleks fisiologis :
Kekuatan : 3 Biceps Hiperrefleks
Refleks fisiologis : Triceps Hiperrefleks
KPR Hiperrefleks Periost Radius Normal
APR Hiperrefleks Periost Ulna Normal Gerakan : Kurang
Refleks patologis : Refleks patologis : (-) Kekuatan : 3
Babinsky (+) Refleks fisiologis :
Chaddock (-) KPR Hiperrefleks
Oppenheim (-) APR Hiperrefleks
Gordon (-) Refleks patologis :
Schaeffer (-) Keterangan: Hemiparase Dextra tipe Spastic Babinsky (+)
Rossolimo (-) + Parese N. VII dan N.XII Dextra Tipe Sentral Chaddock (-)
Mendel Bechterew (-) Oppenheim (-)
Gordon (-)
Schaeffer (-)
Rossolimo (-)
Mendel Bechterew (-)
14
15
Keseimbangan
Romberg : Belum dapat diperiksa
Dysmetri
Jari-jari : Belum dapat diperiksa
Jari hidung : Belum dapat diperiksa
Tumit-tumit : Belum dapat diperiksa
Dysdiadochokinesia : Belum dapat diperiksa
Trunk Ataxia : Belum dapat diperiksa
Limb Ataxia : Belum dapat diperiksa
I. Gerakan Abnormal
- Tremor : Tidak ada
16
J. Fungsi Vegetatif
- Miksi : Normal
- Defekasi : Normal
K. Fungsi Luhur
- Afasia motorik : Tidak ada
- Afasia sensorik : Tidak ada
- Afasia nominal : Tidak ada
- Apraksia : Tidak ada
- Agrafia : Tidak ada
- Alexia : Tidak ada
L. SIRIRAJ SCORE
Kimia Darah
BSS 124 mg/dl <180
Kolesterol Total 248 mg/dl <200
HDL 43 mg/dl >65
LDL 182 mg/dl < 130
Trigliserida 111 mg/dl <200
Ureaum 39 mg/dl 20-40
Creatinine 0.9 mg/dl 0,6-1,1
Natrium 137 mmol/L 135-155
Kalium 3.96 mmol/L 3.6-6.5
Electrocardiography : Terlampir
Pneumography : Tidak diperiksa
Lain-lain (CT-Scan) : Terlampir
A. Electrocardiography
B. CT Scan Kepala
1.6 RINGKASAN
ANAMNESA
Penderita dirawat di bagian saraf RSUD Palembang BARI karena sukar
berjalan yang disebabkan kelemahan pada tungkai kanan dan lengan kanan
yang terjadi secara tiba-tiba.
Sejak 11 jam SMRS, saat penderita sedang beraktivitas tiba-tiba
penderita mengalami kelemahan pada tungkai kanan dan lengan kanan tanpa
disertai kehilangan kesadaran. Saat terjadi serangan, penderita tidak merasa
sakit kepala tanpa disertai mual, muntah ataupun kejang, tanpa disertai
gangguan rasa baal dan kesemutan pada sisi yang mengalami kelemahan.
Kelemahan pada lengan kanan dan tungkai kanan tidak dirasakan sama berat.
Sehari-hari penderita bekerja menggunakan tangan kiri. Penderita masih
dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan maupun isyarat.
Penderita masih dapat mengerti isi pikiran orang lain yang diungkapan secara
lisan, tulisan maupun isyarat. Saat bicara mulut penderita mengot ke kanan
dan bicaranya pelo.
Pada saat serangan penderita tidak merasakan jantung berdebar-debar
dan sesak nafas. Penderita terkadang mengeluh sakit kepala bagian belakang
yang timbul pada pagi hari dan berkurang pada malam hari. Penderita tidak
memiliki riwayat sakit jantung. Penderita tidak pernah mengalami koreng
dikemaluan yang tidak gatal, tidak nyeri dan sembuh sendiri. Penderita tidak
pernah mengalami bercak merah di kulit yang tidak gatal, tidak nyeri, dan
sembuh sendiri. Penderita tidak pernah mengalami nyeri pada tulang panjang.
Penderita tidak pernah mengalami keguguran pada usia kehamilan lebih dari
16 minggu.
Sejak 7 jam SMRS, penderita dibawa ke IGD RSUD Palembang BARI
dengan keluhan kelemahan pada tungkai kanan dan lengan kanan yang terjadi
secara tiba-tiba. Keluhan penderita terjadi saat sedang beraktivitas tiba-tiba
penderita mengalami kelemahan pada tungkai kanan dan lengan kanan tanpa
disertai kehilangan kesadaran. Saat terjadi serangan, penderita tidak merasa
sakit kepala tanpa disertai mual, muntah ataupun kejang, tanpa disertai
22
gangguan rasa baal dan kesemutan pada sisi yang mengalami kelemahan.
Kelemahan pada lengan kanan dan tungkai kanan tidak dirasakan sama berat.
Sehari-hari penderita bekerja menggunakan tangan kiri. Penderita masih
dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan maupun isyarat.
Penderita masih dapat mengerti isi pikiran orang lain yang diungkapan secara
lisan, tulisan maupun isyarat. Saat bicara mulut penderita mengot ke kanan
dan bicaranya pelo.
Pada saat serangan penderita tidak merasakan jantung berdebar-debar
dan sesak nafas. Penderita terkadang mengeluh sakit kepala bagian belakang
yang timbul pada pagi hari dan berkurang pada malam hari. Penderita tidak
memiliki riwayat sakit jantung. Penderita tidak pernah mengalami koreng
dikemaluan yang tidak gatal, tidak nyeri dan sembuh sendiri. Penderita tidak
pernah mengalami bercak merah di kulit yang tidak gatal, tidak nyeri, dan
sembuh sendiri. Penderita tidak pernah mengalami nyeri pada tulang panjang.
Penderita tidak pernah mengalami keguguran pada usia kehamilan lebih dari
16 minggu. Pada saat di IGD penderita didiagnosa parese N. XII ec susp
CVD non hemoragic berulang + Hipertensi, diberi tatalaksana IVFD RL gtt
20 x/m, Inj. Citicolin 2x500 mg, Inj. Omeperazole 1x1 vial, Aspillet 2x1 tab,
Neurodex 1x1 tab, atrovastin 1x20 mg, dan hasil CT scan belum ada. Setelah
dilakukan pemeriksaan CT Scan, didapatkan kesan ICH pada daerah
Thalamus dan Corona radiata kiri. Penderita diberikan terapi inj. Asam
Traneksamat 3x1 dan pemberian Aspillet 2x1 tab dibatalkan.
Penyakit seperti ini diderita untuk kedua kalinya. Pertama kali terjadi
kelemahan pada tungkai kanan dan lengan kanan ±15 tahun yang lalu.
Penderita masih dapat berjalan dan berbicara secara normal. Serangan yang
kedua sekarang.
23
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran : E4M6V5
Gizi : Cukup
Suhu Badan : 36,5 C
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Tekanan Darah : 140/100 mmHg
Status Neurologicus
FUNGSI MOTORIK
Lengan Kanan Kiri
- Gerakan : Kurang Cukup
- Kekuatan : 1 5
- Tonus : Hipertoni Eutoni
- Refleks fisiologis
- Biceps : Hiperrefleks Normal
- Triceps : Hiperrefleks Normal
- Periost Radius : Normal Normal
- Periost Ulna : Normal Normal
- Refleks patologis :
Hoffman Tromner Negatif
: Negatif
- Trofik : Eutrofik Eutrofik
DIAGNOSA
Diagnosa klinik : Hemiparese dextra tipe spastik + Parase N.VII dan N.XII
Dextra Tipe Sentral
Diagnosa topik : Lesi di Capsula Interna Hemisferium Cerebri Sinistra
Diagnosa etiologi : Intracerebral Hemoragik
Diagnosis Tambahan: Hipertensi grade 1
PENGOBATAN
Medikamentosa (pada saat di IGD)
- Bed rest total
- IVFD RL gtt XV x/menit
- Inj. Citicoline 2x500 mg
- Inj. Omeperazole 1x1 vial
- Aspillet 2x1 tablet
- Neurodex 1x1 tablet
25
- Atrovastatin 1x20 mg
- Ct Scan kepala
PROGNOSA
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad malam
Kesimpulan Diagnosis
A. Diagnosis Klinis
Hemiparese dextra tipe spastik + Parese N.VII Dextra Tipe Sentral dan
N.XII Dextra Tipe Sentral
B. Diagnosis Topik
Lesi di Capsula Interna Hemisferium Cerebri Sinistra
C. Diagnosis Etiologi
Intracerebral Hemoragik
D. Diagnosis Tambahan
Hipertensi grade 1
Pemeriksaan Fisik
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan: kurang cukup
Kekuatan : 1 5
Tonus : hipertoni eutoni
Refleks fisiologis
Biceps: hiperefleks normal
Triceps: hiperefleks normal
P. Radius: hiperefleks normal
P. Ulna: hiperefleks normal
Refleks patologis
Hoffman T : tidak ada tidak ada
Lateralisasi ke kanan (+)
A:
- Diagnosa Klinis : Hemiparese dextra
tipe spastik + parese N.VII dan N.XII
dextra tipe sentral
Pemeriksaan Fisik
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan: kurang cukup
Kekuatan : 1 5
Tonus : hipertoni eutoni
Refleks fisiologis
Biceps: hiperefleks normal
Triceps: hiperefleks normal
P. Radius: hiperefleks normal
31
A:
- Diagnosa Klinis : Hemiparese dextra
tipe spastik + parese N.VII dan N.XII
dextra tipe sentral
Pemeriksaan Fisik
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan: kurang cukup
Kekuatan : 1 5
Tonus : hipertoni eutoni
Refleks fisiologis
Biceps: hiperefleks normal
Triceps: hiperefleks normal
P. Radius: hiperefleks normal
P. Ulna: hiperefleks normal
Refleks patologis
Hoffman T : tidak ada tidak ada
Lateralisasi ke kanan (+)
A:
- Diagnosa Klinis : Hemiparese dextra
tipe spastik + parese N.VII dan N.XII
dextra tipe sentral
- Atrovastatin 1x20 mg
Nervi Cranialis - Amlodipin 1x10 mg
- N.I: tidak ada kelainan
- N.II: tidak ada kelainan
- N.III, IV, VI: pupil bulat, refleks pupil
(+/+), isokor, reflex cahaya langsung
(+/+)
- N.V: Trimus (-)
- N.VII: parase dextra tipe sentral
- N. VIII: tidak ada kelainan
- N.IX, X: tidak ada kelainan
- N.XI : tidak ada kelainan
- N.XII: parase dextra tipe sentral
Columna Vertebralis: tidak ada kelainan
Pemeriksaan Fisik
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan: kurang cukup
Kekuatan : 1 5
Tonus : hipertoni eutoni
Refleks fisiologis
Biceps: hiperefleks normal
Triceps: hiperefleks normal
P. Radius: hiperefleks normal
P. Ulna: hiperefleks normal
Refleks patologis
Hoffman T : tidak ada tidak ada
A:
- Diagnosa Klinis : Hemiparese dextra
tipe spastik + parese N.VII dan N.XII
dextra tipe sentral
37
Pemeriksaan Fisik
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan: kurang cukup
38
Kekuatan : 1 5
Tonus : hipertoni eutoni
Refleks fisiologis
Biceps: hiperefleks normal
Triceps: hiperefleks normal
P. Radius: hiperefleks normal
P. Ulna: hiperefleks normal
Refleks patologis
Hoffman T : tidak ada tidak ada
Lateralisasi ke kanan (+)
A:
- Diagnosa Klinis : Hemiparese dextra
tipe spastik + parese N.VII dan N.XII
dextra tipe sentral
Pemeriksaan Fisik
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan: kurang cukup
Kekuatan : 1 5
Tonus : hipertoni eutoni
Refleks fisiologis
Biceps: hiperefleks normal
Triceps: hiperefleks normal
P. Radius: hiperefleks normal
P. Ulna: hiperefleks normal
Refleks patologis
Hoffman T : tidak ada tidak ada
Lateralisasi ke kanan (+)
A:
- Diagnosa Klinis : Hemiparese dextra
tipe spastik + parese N.VII dan N.XII
dextra tipe sentral
Pemeriksaan Fisik
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan: kurang cukup
Kekuatan : 2 5
Tonus : hipertoni eutoni
Refleks fisiologis
Biceps: hiperefleks normal
Triceps: hiperefleks normal
P. Radius: hiperefleks normal
P. Ulna: hiperefleks normal
Refleks patologis
Hoffman T : tidak ada tidak ada
43
A:
- Diagnosa Klinis : Hemiparese dextra
44
Nervi Cranialis
- N.I: tidak ada kelainan
- N.II: tidak ada kelainan
- N.III, IV, VI: pupil bulat, refleks pupil
(+/+), isokor, reflex cahaya langsung
(+/+)
- N.V: Trimus (-)
- N.VII: parase dextra tipe sentral
- N. VIII: tidak ada kelainan
- N.IX, X: tidak ada kelainan
- N.XI : tidak ada kelainan
- N.XII: parase dextra tipe sentral
Columna Vertebralis: tidak ada kelainan
45
Pemeriksaan Fisik
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan: kurang cukup
Kekuatan : 2 5
Tonus : hipertoni eutoni
Refleks fisiologis
Biceps: hiperefleks normal
Triceps: hiperefleks normal
P. Radius: hiperefleks normal
P. Ulna: hiperefleks normal
Refleks patologis
Hoffman T : tidak ada tidak ada
Lateralisasi ke kanan (+)
A:
- Diagnosa Klinis : Hemiparese dextra
tipe spastik + parese N.VII dan N.XII
dextra tipe sentral
- Diagnosa Topik : Lesi di Capsula
Interna Hemisferium Cerebri Sinistra
- Diagnosa Etiologi : Intracerebral
Hemoragik
- Diagnosa Tambahan : Hipertensi grade 1
47
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
A. Anatomi Otak dan Pembuluh Darah
Otak merupakan organ tubuh yang ikut berpartisipasi pada semua
kegiatan tubuh, yang dapat berupa bergerak, merasa, berfikir, berbicara,
emosi, mengenang, berkhayal, membaca, menulis, berhitung, melihat,
mendengar, dan lain-lain. Bila bagian-bagian dari otak ini terganggu,
misalnya suplai darah berkurang, maka tugasnya pun dapat terganggu.1
Otak membutuhkan banyak oksigen. Berat otak hanya 2,5% dari
berat badan seluruhnya, namun oksigen yang dibutuhkan hampir
mencapai 20% dari kebutuhan badan seluruhnya. Oksigen ini diperoleh
dari darah. Pada keadaan normal, darah yang mengalir ke otak Cerebro
Blood Flow (CBF) adalah 50-60 ml/100 g otak/menit. Ada 3 selaput yang
melapisi otak, yaitu duramater, araknoid dan pia mater.2
hemisfer kiri dan kanan dihubungkan oleh serabut padat yang disebut
dengan corpus calosum. Setiap hemisfer dibagi atas 4 lobus, yaitu lobus
frontalis (daerah dahi), lobus oksipitialis (terletak paling belakang), lobus
parietalis dan lobus temporalis.1,2
Cerebellum berada pada bagian bawah dan belakang tengkorak
dan melekat pada otak tengah. Hipotalamus mempunyai beberapa pusat
(nuklei) dan thalamus suatu struktur kompleks tempat integrasi sinyal
sensori dan memancarkannya ke struktur otak diatasnya, terutama ke
korteks serebri.1,2
Brainsteam (batang otak) terletak diujung atas korda spinalis,
berhubungan banyak dengan korda spinalis. Batang otak terdiri atas
diensefalon bagian batang otak paling atas terdapat diantara cerebellum
dengan mesencephalon, mesencephalon (otak tengah), pons varoli
(terletak di depan cerebellum diantara otak tengah dan medulla
oblongata), dan medulla oblongata (bagian dari batang otak yang paling
bawah yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis).1,2
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri
vertebralis. Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior
otak dan membentuk sirkulus Willisi. Circulus ini memungkinkan darah
49
yang masuk melalui arteri carotis interna dan arteri vertebralis untuk
didistribusikan ke setiap bagian dari kedua hemisperium cerebrii. Cabang
– cabang cortical dan central dari circulus ini mendarahi substansia otak.1
B. Saraf Kranialis
Saraf kranialis berjumlah 12 pasang dan langsung bersumber
dari otak. NI Olfaktorius, NII Optik, NIII Olfaktorius, NIV Troklearis,
NV Trigiminal, NVI Abdusen, NVII Fasialis, NVIII Vestibulokoklearis,
NIX Glossofaringeus, NX Vagus, NXI Hipoglosus, dan NXII
Aksesorius.2
C. Susunan Neuromuskular
Susunan neuromuskular tersusun atas Upper Motor Neuron
(UMN) dan Lower Motor Neuron (LMN). UMN merupakan kumpulan
saraf motorik yang menyalurkan impuls dan area motorik di korteks
serebri sampai motorik saraf kranial di batang otak atau kornu anterior
medula spinalis. Berdasarkan perbedaan anatomik dan fisiologik
kelompok UMN dibagi dalam susunan piramidal dan ekstrapiramidal. 2
2.2. Stroke
50
Hipertensi adalah faktor risiko yang paling kuat dan sering memicu
ICH. Lebih dari 12,7 juta penderita stroke juga menderita hipertensi.7 Pada
kasus stroke hemoragik, sekitar 60% kasus ICH menderita hipertensi.10 Risiko
ICH diketahui meningkat berhubungan dengan tingkat tekanan darah sistolik.
Hipertrofi ventrikel kiri juga berhubungan dengan peningkatan stroke
hemoragik sebanyak dua sampai tujuh kali.7
Rendahnya sosioekonomi, penyakit mental, dan stres psikososial juga
merupakan faktor risiko stroke. Sosioekonomi rendah diketahui berhubungan
dengan peningkatan risiko stroke. Depresi, adanya stres hidup kronik, dan
gangguan panik meningkatkan risiko terjadinya stroke. Obat-obatan lain
seperti kontrasepsi oral dan terapi pengganti hormon juga meningkatkan
risiko stroke. Faktor risiko lainnya, yaitu konsumsi alkohol, diketahui apabila
konsumsi alkohol satu hingga dua gelas per hari dapat menurunkan risiko
sebanyak 30%. Namun, peminum berat dapat merusak miokardium.8
Tingginya kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida, dan rendahnya
kadar kolesterol HDL meningkatkan risiko stroke. Hal yang sama juga terjadi
pada merokok. Merokok secara pasif merupakan faktor risiko tambahan
untuk stroke. Kurangnya aktivitas fisik akan meningkatkan risiko stroke dan
PJK sebanyak 50%.8
53
3. Pemeriksaan Penunjang
Gejala stroke yang ditandai dengan nyeri kepala hebat, muntah, tekanan
darah sistolik > 220 mmHg, defisit neurologis fokal, gangguan kesadaran,
dan onset secara tiba-tiba diasumsikan merupakan stroke hemoragik.17 Untuk
membedakan perdarahan atau iskemik dan penyebab gangguan neurologis
yang lain, pemeriksaan neuroimaging stroke yang merupakan gold standard
adalah CT-Scan atau MRI.16
Tingginya angka perburukan neurologis setelah ICH untuk mengetahui
apakah perdarahan aktif dapat berlanjut selama beberapa jam setelah onset.
CT-Scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi, ukuran infark atau
perdarahan, apakah perdarahan dapat menyebar ke ruang intraventrikular,
serta membantu perencanaan operasi.13,14 Di antara pasien yang diperiksa
head CT dalam 3 jam setelah onset ICH, 28-38% mengalami ekspansi
hematoma. Ekspansi hematom diketahui merupakan perburukan klinis dan
peningkatan morbiditas dan mortalitas.13 Pemeriksaan MRI dapat
menunjukkan infark pada fase akut dalam beberapa saat setelah serangan
yang dengan pemeriksaan CT-Scan belum terlihat. Sedangkan pemeriksaan
MRI pada perdarahan intraserebral baru dapat terdeteksi setelah beberapa jam
pertama perdarahan. Pemeriksaan ini rumit serta memerlukan waktu lama
16,19
sehingga kurang digunakan pada stroke perdarahan akut. Angiografi
dilakukan pada kasus yang selektif terutama pada perdarahan intraserebral
non hipertensi, perdarahan yang letaknya atipis. Untuk mencari kemungkinan
AVM, aneurisma atau tumor sebagai penyebab perdarahan intraserebral.16
Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan adalah darah lengkap,
elektrolit, kadar ureum, kadar kreatinin, dan glukosa. Kadar kreatinin yang
60
Catatan:
Derajat kesadaran: sadar = 0
Mengantuk/stupor = 2
Koma/semikoma = 2
Nyeri kepala: Tidak ada nyeri kepala = 0
Nyeri kepala= 1
Tanda ateroma: Tidak ada tanda ateroma = 0
Tanda ateroma (diabetes, angina, penyakit arteri perifer) = 1
C. Diagnosis Banding
Diagnosis banding stroke hemoragik adalah stroke iskemik. Perbedaan
klinisnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
63
Hemoragik Iskemik
Intraserebral Subaraknoid Trombosis Emboli
Sering pada Penyebab Sering Gejala
usia dekade terbanyak didahului mendadak
5-8 pecahnya aneurisma dengan TIA Sering
Tidak ada Sering terjadi pada Sering terjadi terjadi pada
gejala dekade 3-5 dan 7 pada waktu waktu
prodormal Gejala prodormal istirahat dan bergiat
yang jelas. yaitu nyeri kepala bangun pagi Umumnya
Kadang hebat Biasanya kesadaran
hanya Kesadaran sering kesadaran bagus
berupa nyeri terganggu bagus Sering
kepala hebat, Rangsang Sering terjadi terjadi pada
mual, meningeal positif pada dekade 6- dekade 2-3
muntah. 8 dan 7.
Sering Harus ada
terjadi waktu sumber
siang, waktu emboli
bergiat,
waktu emosi
Sering
disertai
penurunan
kesadaran
Hasil CT Scan: Hasil CT Scan: Hasil CT Scan: Hasil CT
hiperdens hiperdens hipodens Scan:
hipodens
Kejang lebih sering ditemukan pada stroke iskemik dan terjadi pada
28% stroke hemoragik. Pada perdarahan subarakhnoid perdarahan mengiritasi
meningens. Hal ini menyebabkan gejala nyeri kepala hebat yang tiba-tiba dan
kaku kuduk. Sering juga dijumpai adanya kehilangan kesadaran sementara
pada saat perdarahan terjadi. Onset yang terjadi secara tiba-tiba ini yang
membedakan perdarahan subarakhnoid dari nyeri kepala dan kaku kuduk dari
meningitis, yang terjadi dalam beberapa jam. Migren terkadang dapat
menyebabkan nyeri kepala hebat secara tiba-tiba tetapi tanpa kaku kuduk.14
Perdarahan intraserebral pada bagian kapsula interna akan
menyebabkan gangguan berat pada motorik, sensorik, dan gangguan
penglihatan pada sisi kontralateral tubuh (hemiplegia, hemianestesi, dan
hemianopia homonim). Pada pons, kehilangan fungsi motorik dan sensorik
pada keempat ekstremitas, berhubungan dengan gangguan fungsi batang otak.
Perdarahan pada pons merupakan perdarahan dengan tingkat mortalitas yang
sangat tinggi. Perdarahan pada sistem ventrikular, baik berasal dari
perdarahan subarakhnoid atau intraserebral, merupakan pertanda prognosis
yang buruk. Apabila terjadi, perdarahan ini sering menyebabkan kematian
dalam waktu beberapa jam setelah perdarahan.14
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan perdarahan intraserebral yang luas
dan koma antara lain mempertahankan ventilasi yang adekuat, dengan
mengkontrol hiperventilasi mencapai PCO2 25 – 30 mmHg, mengawasi
peningkatan tekanan intrakranial pada beberapa kasus dengan melakukan
pemberian cairan Mannitol (osmolaritas dipertahankan 295 – 305 mosmol/L.
Pengurangan secara cepat tekanan darah dengan harapan dapat mengurangi
perdarahan pada otak tidak dianjurkan, setelah ditemukan adanya risiko
perfusi serebral pada kasus peningkatan tekanan intrakranial.15
Pada kondisi lain, tekanan darah rata – rata lebih dari 110 mmHg dapat
menimbulkan edema otak dan risiko ekstensi dari penyumbatan. Diperkirakan
pada saat hipertensi akut menggunakan obat beta blocker (esmolol, labetalol),
65
E. Prognosis
Tiga prediktor utama yang menentukan prognosis pada kasus
perdarahan intraserebral adalah ukuran perdarahan, lokasi dari perdarahan
dan status kesadaran dari penderita.Ekspansi perdarahan juga
mengindikasikan prognosis yang buruk dengan hematoma ukuran yang
luas.Ukuran dan lokasi lesi pada gambaran imaging sangat bermanfaat
sebagai informasi prognosis. Pada perdarahan putaminal, lesi lebih dari 140
mm2 pada satu slice menunjukkan outcome yang buruk. Perdarahan thalamus,
lesi lebih dari 3.3 cm dengan diameter yang maksimal juga menunjukkan
prognosis yang buruk, begitu juga dengan lesi serebellar lebih dari 3 cm.
Adanya hidrosefalus pada penderita dengan perdarahan supratentorial juga
sebagai tanda prognosis yang buruk.18
Pada saat fase akut perdarahan intraserebral, efek massa yang berasal
dari hematoma menunjukkan risiko yang lebih besar untuk terjadinya
kematian dibandingkan ukuran stroke iskemik. Tidak seperti perdarahan
subarakhnoid, pengulangan perdarahan intraserebral selama penyakit akut
jarang terjadi. Fakta yang sederhana ini memberikan petunjuk untuk
pengobatan perdarahan intraserebral dimana secara agresif untuk
mempertahankan perluasan hematoma untuk mencegah kematian dan
mengurangi morbiditas.18
2.2.7.1 Kraniotomi.
International Surgical Trial for Intra Cerebral Haemorrhage
(STICH) adalah studi multisenter terkait pembedahan pada perdarahan
intraserebral adalah. Pada studi ini 1033 pasien dari 83 senter di 27 negara
terutama eropa, asia, dan afrika, dirandomisasi menjadi 2 kelompok terapi.
Pada satu kelompok, pasien diberikan terapi konservatif, sedangkan
kelompok yang lain dilakukan pembedahan pada waktu 24 jam paska
onset sebagai tambahan dari terapi konservatif. Tidak ditemukan adanya
keuntungan yang signifikan dari pembedahan pada angka mortalitas
(63,7% pada kelompok terapi bedah dibandingkan 62,6% pada kelompok
terapi konservatif), skala Rankin dan indeks Barthel (outcome baik pada
23,8% kelompok pembedahan vs 26,1% pada kelompok konservatif). Pada
studi STICH, kraniotomi dan evakuasi hematom pada perdarahan
intraserebral dikaitkan dengan luaran yang baik bila hematom terletak
sejauh 1 cm dari permukaan otak.19
DAFTAR PUSTAKA