Anda di halaman 1dari 11

MODEL EKSISTING DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN

DAN LAHAN GAMBUT DI KABUPATEN OGAN ILIR

Disusun oleh

Fio Alfaruq
Galuh Darma Putra
Muhammad Ichsandi
Lulu Leviani

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
1

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara besar dengan jumlah penduduk terbanyak
keempat di dunia. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, Indonesia juga dikenal memiliki
banyak pulau yang didalamnya terdapat banyak hutan dan lahan mencapai 125,9 juta hektar
(ha) atau seluas 63,7 persen dari luas daratan Indonesia. Luasnya hutan tersebut membuat
Indonesia dijuluki sebagai paru-paru dunia. Pemerintah Indonesia terus berkomitmen untuk
menjaga kelestarian hutan yang ada di Indonesia dengan di adakannya beberapa program
seperti dibuatnya hutan lindung, penguatan peraturan dan program perluasan hutan. Hutan
merupakan bagian terpenting dalam kehidupan. Menurut Dr. Ir. Yetti Rusli, M.S hutan
mempunyai banyak manfaat bagi makhluk hidup disekitarnya seperti, (1) Hutan sebagai
penyerap dan penyimpan karbon, (2) sebagai tempat tinggal hewan dan tumbuhan, (3) Sumber
oksigen, (4) Pencegahan banjir, (5) Sumber cadangan air dan pencehagan terhadap erosi dan
longsor serta masih banyak manfaat lainnya.
Luasnya hutan di Indonesia yang mencapai 63,7% ternyata masih belum mampu dijaga
keberadaannya. Permasalahan lingkungan yang mengakibatkan hutan di Indonesia semakin di
eksploitasi keberadaannya. Menurut data kementerian lingkungan hidup dan kehutanan jumlah
hutan di Indonesia mengalami penyusutan yaitu pada tahun 2015 sebesar 128 juta hektar (ha)
namun pada tahun 2017 sebesar 125,5 juta hektar (ha). Hal tersebut diakibatkan oleh beberapa
faktor seperti penebangan hutan secara illegal, pembukaan lahan hutan untuk tempat hidup
hingga pembakaran hutan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab
Kebakaran hutan di Indonesia telah menjadi isu yang belum ada penyelesainnya. Sejak
tahun 1997 tragedi El NINO, Indonesia menjadi sorotan dunia dikarenakan menjadi negara
yang paling besar mengalami kebakaran hutan yaitu sebesar 11,7 hektar, dan terulang kembali
pada tahun 2002 dengan terjadinya pencemaran kabut asap, dan pada tahun 2015 bencana kabut
asap kembali melanda Indonesia akibat kebakaran hutan dan menyebar hingga kenegara
tetangga yaitu Malaysia, Singapura dan Brunai. Hal tersbut menimbulkan kerugian dan
kerusakan lingkungan, ekonomi, dan sosial yang berskala besar. Salah satu wilayah di
Indonesia yang mengalami kebakaran hutan paling parah adalah Sumatera Selatan
Terkhusunya di Ogan Ilir.
Kabupaten Ogan Ilir merupakan Kawasan yang paling banyak mengalami kebakaran
lahan. Menurut berita dari koran Sumeks juni 2019 Kebakaran lahan yang paling besar terjadi
di Ogan Ilir yaitu sebesar 72,15 hektar. Berdasarkan data yang diambil dan diolah dari
kementerian lingkungan hidup untuk sumatera selatan Titik Panas NPP (LAPAN) pada tahun
2016, 2017 jumlah titik panas meningkat disetiap tahunnya. Pada tahun 2016 jumlah titik
2

panas yang ada di Sumatera Selatan sebanyak 116 titik, setelah itu tahun 2017 mengalami
peningkatan jumlah titik panas sebanyak 139 titik, hal tersebut terus meningkat terutama pada
saat musim kemarau. Kabupaten Ogan Ilir menjadi salah satu wilayah dengan kebakaran paling
parah terutama di musim kemarau, menurut data dari Badan Lingkungan Hidup Ogan Iliri hal
tersebut dikarenakan terdapat sekitar 4000 hektar merupakan lahan gambut, 8000 hektar
merupakan perkebunan dan 5000 hektar lahan lainnya yang rentan akan terbakar terutama saat
musim kemarau.
Gambar 1.1 Peta Rawan Bencana Kebakaran Lahan di Kabupaten Ogan Ilir

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ogan Ilir

Gambar 1.1 menunjukan Peta rawan bencana kebakaran lahan di Kabupaten Ogan Ilir. Gambar
tersebut memperlihatkan wilayah yang sanagt rawan akan terjadinya kebakaran lahan dengan
ditandai dengan warna gelap mengambarkan bahwa daerah tersebut akan mudah sekali terjadi
kebakaran lahan. Dan untuk warna yang lebih muda itu wilayah yang sedang artinya wilayah
tersebut tidak terlalu rawan sehingga kemungkinan akan terbakar kecil. Dan selanjutnya untuk
yang warna putih menandakan bahwa daerah tersebut sangat rendah untuk terjadinya
kebakaran lahan.

Kebakaran di Ogan Ilir juga mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir
menurut Komandan Kodim 0402 OKI Letkol Seprian Nizar pada tahun 2015 Ogan ilir
mengalami kebakaran lahan sebesar 715 hektar, tahun 2016 sebesar 44 hektar dan mengalami
peningkatan pada tahun 2017 sebanyak 545 hektar. Tak hanya berhenti sampai disitu pada
tahun 2018 Ogan Ilir masih menjadi penyumbang kebakaran lahan paling luas hal tersebut
sejalan dengan data dari Badan Penanggungalangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera
Selatan mencatat pada tahun 2018 8.700 hektar lahan hangus terbakar dan yan paling parah
terjadi di Ogan Ilir. Pada tahun 2019 hal tersebut masih terulang kembali menurut data dari
3

koran sumek sepanjang bulan juli 60 hektar lahan di sumsel kembali terbakar dan Ogan Iliri
menjadi Penyumbang kebakaran lahan paling besar yaitu mencapai 72,15 hektar.

Pemerintah telah melakukan Berbagai upaya untuk mengatasi dan menanggulangi


kebakaran hutan gambut yang terjadi di ogan ilir. Hal tersebut dilakukan melalui berbagai cara
seperti memadamkan titik terjadinya kebakaran, Pemanfaatan teknologi untuk mempercepat
proses pemadaman, sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya nya kebakaran dan
pemantauan di setiap pusat rawan kebakaran. Namun kebakaran hutan di Ogan Ilir masih
belum mampu dikendalikan.
Berdasarkan permasalahan yang telah di jelaskan diatas, untuk lebih mengetahui model
eksiting yang digunakan pemerintah ogan ilir dalam menanggulangi kebakaran hutan dan lahan
maka kami membuat penelitian dengan judul “MODEL EKSISTING DALAM
PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DI KABUPATEN
OGAN ILIR. Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan masukan terhadap model
eksisting yang digunakan oleh pemerintah ogan ilir sehingga masalah kebakaran hutan dan
lahat dan di selesaikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka ada beberapa rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu :
“Bagaimana Model Eksisting Dalam Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten
Ogan ilir”

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :

“ Untuk Mengetahui Model Eksisting yang Digunakan Dalam Penanganan Kebakaran Hutan
dan Lahat di Kabupaten ogan Ilir”
4

D. Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah kualitatif. Jenis penelitian ini adalah
kualitatif deskriptif yaitu suatu penelitian yang analisisnya dilakukan secara deskriptif dengan
menggunakan analisis data kualitatif. Menggunakan teknik analisis data diantaranya observasi,
wawancara, dan dokumentasi.

E. Pembahasan
Kebakaran hutan di Indonesia masih menjadi isu utama yang belum terselesaikan. Hal
ini semakin parah ketika musim kemarau tiba, kebakaran terjadi setiap tahunnya baik di lahan
mineral maupun di lahan rawa gambut. Kebakaran di lahan gambut merupakan penyebab
kerugian di sektor perhubungan dan kesehatan akibat asap yang ditimbulkan, hal tersebut juga
memberikan efek kepada negara tetangga lainnya seperti singapura, Malaysia dan Brunei
Darusalam. Kebakaran hutan di Indonesia terletak di beberapa provinsi, titik api yang paling
banyak ada pada provinsi Kalimantan dan Sumatera. Sedangkan di sumatera wilayah yang
paling sering terjadi kebakaran ada di Kawasan Sumatera Selatan.
Ogan ilir merupakan Kabupaten di Sumatera Selatan yang paling sering terjadi
kebakaran lahan. Pada priode juli 2019 Ogan Iliri sudah menjadi Kawasan yang paling banyak
terbakar yaitu mencapai 7, 12 hektar. Pada tahun 2015 Ogan ilir menjadi salah satu Kawasan
yang paling parah terkena polusi udara, hal tersebut karena ogan ilir mengalami kebakaran
lahan gambut sebesar 715 hektar sehingga mengakibatkan kepulan asap.
Gambar 1.2 Peta Sebaran Area/Lahan Kebakaran di Sumatera Selatan

Sumber: Hutan Kita Institute / HKI Sumatera Selatan

Gambar 1.2 menunjukan Peta persebaran Area/lahan kebakaran di Sumatera Selatan.

Gambar tersebut memperlihatkan luas nya lahan dan keberadaan kebakaran di sumsel yang
5

mencapai 40% dari total kebakaran Indonesia pada tahun 2015 yang dimana pada saat itu

kabupaten Ogan Ilir mengalami polusi udara karena asap yang diakibatkan oleh adanya

kebakaran lahat gambut.

Berdasarkan data yang diambil dan diolah dari kementerian lingkungan hidup untuk
sumatera selatan Titik Panas NPP (LAPAN) Tahun 2016, 2017 dan 2018 pada saat musim
kemarau jumlah titik panas meningkat disetiap musim kemarau. Pada tahun 2016 jumlah titk
panas yang ada di Sumatera Selatan sebanyak 116 titik, setelah itu tahun 2017 mengalami
peningkatan jumlah titik panas sebanyak 139 titik dan pada tahun 2018 mengalami penurunan
titik panas sebanyak 48 titik. Dari data yang ada jumlah titik panas disetiap tahun bersifat
fluktuatif akan tetapi dapat ditarik kesimpulan pada saat musim kemarau jumlah titik panas
meningkat dan kemungkinan untuk terjadinya kebakaran hutan dan lahan semakin meningkat.
Ogan Ilir merupakan kawasan yang paling sering terjadi kebakaran hutan dan lahan
menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup jumlah titik panas yang paling ada di
Sumatera Selatan khususnya daerah Ogan Ilir. Hal tersebut dikarenakan menurut data dari
Badan Lingkungan Hidup Ogan Iliri hal tersebut dikarenakan terdapat sekitar 4000 hektar
merupakan lahan gambut, 8000 hektar merupakan perkebunan dan 5000 hektar lahan lainnya
yang rentan akan terbakar terutama saat musim kemarau.
Beberapa cara penanggulangan kebakaran juga sudah dilakukan salah satunya dengan
cara membuat aturan mengenai pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Kabupaten Ogan Ilir
telah menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Ilir Nomor 6 Tahun 2013 Tentang
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. Dalam Perda tersebut telah dijelaskan tentang
pengendalian Karhutla. Hal yang menjadi pembaruan dalam Pengendalian Kebakaran Hutan
dan Lahan salah satunya dengan cara pemanfaatan teknologi. Berbagai Inovasi kemudian
dikembangkan dalam upaya mencari pengendalian kebakara hutan dan lahan yang efektif,
seperi proses komunikasi antar stakeholder terkait, penggunaan teknologi serta melibatkan
masyarakat.

Adapun pihak – pihak yang dilibatkan dalam proses penanggulangan kebakaran huutan
dan lahan antara lain lain :
1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana Ogan Iliri
2. Camat disetiap wilayah Ogan Iliri
6

3. Rt dan Rw disetiap Kawasan Ogan Iliri


4. Masyarakat
5. TNI dan POLRI (Sumber : BNPB Ogan Iliri)

Untuk meminimalisir kebakaran maka digunakan beberapa peralatan yang mendukung proses
pengendalian KARHUTLAH serta alur komunikasi antara stakeholder terkait, berikut proses
pengendalian KARHUTLAH di Ogan ilir :
1. BNPB Kabupaten Ogan Ilir melakukan proses pemantauan titik api menggunakan
Model satelit berbentuk Aplikasi yang diberi nama LAPAN, Aplikasi ini terhubung
langsung dengan BMKG Pusat. Ada 3 warna dalam pemantauan di Aplikasi Lapan.
Warna hijau menandakan tingkat kepercayaan <30%, warna kuning tingkat
kepercayaan 30%-79% dan warna merah > 79%. Dengan aplikasi tersebut BNPB dapat
memantau titik api yang ada di Kabupaten Ogan Ilir.
Gambar 1.3 Satelit Pemantauan Titik Api

2. Setelah BNPB mendeteksi ada titik api maka BNPB memberika informasi ke team
patroli BNPB yang berada di lapangan. BNPB juga sudah memanfaatkan tekonologi
komunikasi yaitu Whatsapp yang didalamnya terdapat beberapa perwakilan
masyarakat, RT.RW serta TNI dan Polri. Sehingga jika terdeteksi adanya titik
kebakaran maka hal tersebut langsung dikabarkan melalui group whatsapp untuk ke
lapangan agar memastikan telah terjadi kebakaran hutan dan lahan atau tidak.
3. Alur Komunikasi setelah BNPB menerima informasi kebakaran hutan dan lahan dari
aplikasi Lapan. BNPB menginformasikan ke seluruh lapisan masyarakat melalui Group
Whatsapp Team Karhutla OI yang terdiri dari Camat, Rt, Rw, TNI, Polri, BNPB
Provinsi, dan sebagainya. Setelah menginformasikan kebakaran hutan dan lahan BNPB
7

langsung proses pemadaman kebakaran dengan menggunakan mobil tangki, dan


helikopter bantuan dari TNI.
Kabupaten Ogan Ilir juga memiliki beberapa teknologi untuk membantu dalam proses
pengendalian kebakaran, beberapa alat yang digunakan untuk pengendalian kebakaran tersebut
dalah sebagai berikut :
1. Handy Talky (HT)
Handy Talkie atau Radio HT adalah alat komunikasi genggam yang dapat
mengkomunikasikan dua orang atau lebih dengan menggunakan gelombang radio .
Dengan alat IT tersebut Ketua RT, RW, Camat, Polisi, TNI, dan masyarakat dapat
berkomunikasi jarak jauh untuk memadamkan Karhutla dengan cepat. HT
digunakan saat teknis dilapangan dalam pemadaman api di hutan ataupun lahan.
2. Group Whatsapp
Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir memiliki inovasi berupa Group Whatsapp yang
didalamnya tergabung semua elemen masyarakat, baik itu kepolisian, TNI, Pemadam
Kebakaran, Dinas Lingkungan Hidup, Ketua RT, Ketua RW, dan Camat. Group tersebut
berfungsi sebaga alat komunikasi semua elemen masyarakat untuk saling berbagi
informasi apabila terjadi kebakaran hutan dan lahan di daerah Kabupaten Ogan Ilir, supaya
informasi yang disampaikan cepat dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan tidak
meluas sampai kedaerah lain.
3. Helikopter
Helikopter menjadi teknologi yang amat penting dalam pemadaman kebakaran
hutan dan lahan di saat api yang membakar hutan dan lahan tidak bisa dijangkau oleh
mobil pemadam kebakaran. Helikopter akan membawa air yang akan di tumpahkan ke
titik api Karhutla sehinga api akan padam.

4. Mobil tangki
Petugas Damkar akan bekerja setelah mendapatkan informasi melalui elemen
masyarakat akan terjadinya Karhutla. Mobil pemadam kebakaran bertugas dalam
memadam api yang membakar hutan dan lahan.

Dalam melakukan pengendalian kebakaran di Kabupaten Ogan Ilir, ada beberapa kendala yang
dihadapi oleh BNPB OI, berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala BNPB Ogan
Ilir ada beberapa kendala yang dihadapi dalam melakukan Pengendalian kebakaran hutan dan
lahat antara lain :
8

1. Belum adanya teknologi yang bisa memprediksi kebakaran hutan dan lahan yang ada
hanyalah prediksi mengenai titik yang akan terjadi kebakaran sehingga hal tersebut
perlu di pantau lagi kelapangan, apakah terjadi kebakaran atau tidak.
2. Bantuan yang dikirimkan memerlukan waktu yang cukup lama, dikarenakan mobil
pemadam kebakaran tdan helicopter terpusat di Pusat kota ogan ilir dan helicopter
hanya ada di Palembang, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu
bantuan, belum lagi terkadang mobil pemadam kebakaran tidak bisa masuk ke tempat
kebakaran.
3. Masyarakat masih tidak peduli meski sudah dilibatkan, masyarakat masih merasa jika
itu bukan kewajiban dan tanggung jawab mereka melainkan itu hanya kewajiban
pemerintah saja.
4. Jaringan internet yang masih lambat di ogan ilir, membuat komunikasi yang
menggunakan internet terganggu, seperti sinyal yang lemah di berbagai macam daerah
membuat masyarakat, rt dan rw lambat dalam menerima informasi.
Berdasarkan permasalahan tersebut untuk menanggulangi masalah yang dihadapi oleh
BNPB dalam penanggulangan Pengendalian kebakaran maka ada beberapa solusi yang kami
tawarkan yaitu sebagai berikut :
1. Memberikan penghargaan atau hadiah kepada warga yang berperan aktif dalam
penanggulangan kebakaran hutan dan lahat di kabupaten ogan ilir
2. Bekerjasama dengan berbagai jenis penyedia jasa jaringan atau provider untuk
meningkatkan kualitas jaringan internet di setiap daerah Ogan ilir
3. Perlu adanya kerjasama dengan ahli IT dan juga mahasiswa jurusan Fasilkom terutama
mahasiswa Universitas Sriwijaya yang berada di Kawasan Ogan Ilir untuk pembuatan
Aplikasi yang lebih mendukung pemantauan kebakaran hutan dan lahat di Ogan ilir.
4. Pemangkasan Birokrasi dalam meminta bantuan terhadap kebakaran hutan sehingga
lebih efektif dan efesien, serta adanya helikopter yang dipersiapkan terutama di wilayah
yang sering terjadi kebakaran hutan dan lahan.
9

F. Kesimpulan
Dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahat di kabupaten Ogan Ilir telah
dilakukan beberapa upaya oleh Pemerintah Ogan Ilir melalui Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Ogan Ilir.adapun model penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan yang dilakukan
sebagai berikut :
1. Melibatkan stakeholder terkait dalam penanggulangan kebakaran seperti,
Masyarakat, TNI, POLRI, Camat serta RT dan RW disetiap wilayah di Ogan ilir.
2. Menggunakan teknologi yang sudah ada untuk menciptakan efektifitas terhadap
penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Seperti menggunakan whatsapp,
Model satelit berbentuk aplikasi untuk mendeteksi titik panas. Serta peralatan
lainnya yang membantu seperti Helikopter, mobil pemadam kebakaran, handy talky
dan lainnya.
3. Alur komunikasi yang terjadi diantara semua stakeholder juga sudah dilakukan
secara terpusat untuk terciptanya satu komando yaitu di BNPB.
10

DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2006. Kebijakan Publik, Cetakan ke Tiga. Jakarta: Suara Bebas.
Akib, Haedar. 2010. Implementasi Kebijakan: Apa, Mengapa, dan Bagaimana, Jurnal
Administrasi Publik, (Online), Vol. 1, No. 1,
(https://haedarakib.files.wordpress.com/2011/03/implementasi-kebijakan.pdf diakses
04 September 2016)
Alfatih, Andy. 2010. Implementasi Kebijakan dan Pemberdayaan Masyarakat (Kajian pada
Implementasi Program Kemitraan dalam Rangka Memberdaya Usaha Kecil).
Bandung: UNPAD PRESS.
Anonim. Pengertian Handy Talky. https://mitraht.com/pengertian-handy-talky/. Diakses pada
tanggal 22 Agustus 2019.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Ilir Statistik Daerah Kabupaten Ogan Ilir 2016.
Irwanto, 2019. 3 Hektare Lahan PTPN dan Semak Belukar di Ogan Ilir Terbakar (Online),
(https://www.merdeka.com).
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Statistik Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan 2014.
Kompasiana. 2019. Dinas Pertanian Akan Hapus Predikat Ogan Ilir Penghasil
Asap.https://www.kompasiana.com/syafaruddin6963/5d52ed2d097f3626b6007e84/di
nas-pertanian-akan-hapus-predikat-ogan-ilir-penghasil-asap?page=all. Diakses pada
tanggal 22 Agustus 2019.
Kompas, 2019. Kebakaran Lahan di Ogan Ilir, Polisi Periksa 4 Orang (Online),
(https://www.kompas.tv.com).
Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Ilir Nomor 6 Tahun 2013 tentang pengendalian kebakaran
hutan dan lahan. (Sumber: http://palembang.bpk.go.id/).
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 8 Tahun 2016 (Sumber:
https://Peraturan.bpk.go.id/).
Purwanto, Erwan Agus, Ratih Sulistyastuti. 2012. Implementasi Kebijakan Publik Konsep
dan Aplikasinya. Yogyakarta: Gava Media

Anda mungkin juga menyukai