Disusun Oleh:
MUCHTAR
NIM : 12302054
Bidang : Transportasi
Jurusan : Teknik Sipil
Prasarana jalan yang terbebani oleh volume lalu lintas yang tinggi dan
berulang-ulang akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas jalan, sebagai
salah satu indikator dari kerusakan permukaan jalan baik kondisi stuktural
maupun non stuktural. Pada umumnya jalan yang direncanakan memiliki masa
layan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lalu lintas yang ada misalnya
10 tahun sampai dengan 20 tahun (Bina Marga, 2010). Untuk mencapai pelayanan
pada kondisi yang baik selama masa layan tersebut maka diperlukan adanya upaya
pemeliharaan jalan.
Pemeliharaan rutin adalah penanganan jalan yang hanya diberikan terhadap
lapis permukaan yang sifatnya untuk dapat meningkatkan kualitas kendaraan
(Riding Quality), tanpa meningkatkan kekuatan struktural dan dilakukan
sepanjang tahun (Bina Marga, 2010). Pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan
jalan yang dilakukan pada waktu -waktu tertentu dan sifatnya meningkatkan
kemampuan stuktural. Peningkatan adalah penanganan jalan guna memeperbaiki
pelayanan jalan berupa peningkatan stuktural dan geometrik agar mencapai
tingkat pelayanan sesuai dengan yang direncanakan sesuai jeanis dan klasifikasi
jalan.
Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan sebagai penghubung lalu
lintas dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari sebagai
makhluk sosial manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, maka dengan
adanya prasarana jalan ini hubungan antara suatu daerah dengan daerah lain akan
terjalin dengan baik.
Sarana yang dimaksud disini adalah sarana penghubung yang melalui
darat yaitu jalan raya, karena jalan raya juga merupakan prasarana transportasi
yang dapat langsung menunjang perkembangan suatu wilayah, baik wilayah
perkotaan maupun wilayah pedesaan.
1
Suatu perencanaan jalan raya, ada dua variabel perencanaan yang
dilakukan yaitu perencanaan geometrik dan perencanaan tebal perkerasan jalan.
Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang
dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi
dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimal pada arus lalu-lintas.
Jadi tujuan dari perencanaann geometrik jalan adalah menghasilkan infrastruktur
yang aman dan efisien pelayanan arus lalu lintas serta memaksimalkan biaya
pelaksanaan ruang, bentuk dan ukuran. Jalan dapat dikatakan baik apabila dapat
memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan. Sedangkan maksud
dari desain perkerasan jalan adalah untuk memilih kombinasi material dan tebal
yang memenuhi syarat pelayanan dengan biaya termurah dan dalam jangka
panjang.
Perkembangan ekonomi dan sosial budaya suatu daerah sangat dipengaruhi
oleh sarana dan prasarana transportasi yang tersedia pada daerah tersebut, karena
sarana dan prasarana transportasi merupakan suatu media yang menghubungkan
daerah satu dengan daerah lainnya. Makin meningkatnya pertumbuhan penduduk
kolerasinya pada suatu pertumbuhan lalu lintas pada suatu ruas jalan tersebut,
maka direncanakanlah suatu konstruksi lapisan perkerasan berdasarkan metode –
metode yang ada. Penelitian ini dilakukan pada STA 03 + 200 sampai dengan
STA 4 + 000 ruas jalan Lapang - Ujong Barasok Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat.
2
1.3 ` Tujuan Penelitian
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lapisan permukaan adalah lapisan yang terletak paling atas yag berfungsi
sebagai berikut :
a. Lapisan perkerasan penahan beban roda, lapisan yang mempunyai stabilitas
yang tinggi untuk menahan beban roda selama masa pelayanan ;
b. Lapisan kedap air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca;
c. Sebagai lapisan aus (Wearing Course). Lapisan yang langsung menerima
gesekan akibat gaya rem kendaraan sehingga menjadi aus atau rusak.
d. Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah.
Guna untuk memenuhi fungsi di atas, pada umumnya lapisan permukaan
dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan
yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama.
Lapisan pondasi atas adalah lapisan yang terdapat diantara lapisan pondasi
bawah dan lapisan permukaan, berfungsi sebagai berkut :
a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya ;
b. Lapisan Peresapan untuk lapisan pondasi bawah ;
5
c. Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Untuk tebal lapisan pondasi atas, tebal minimum yang diizikan tergantung
kepada nilai Indeks Tebal Perkerasan (ITP).
6
2.3 Metode CBR (California Bearing Ratio)
Metode ini adalah cara yang digunakan untuk mengukur kekuatan daya
dukung tanah dasar dari suatu konstruksi jalan. CBR dibandingkan penetrasian
pada batu pecah sebagai bahan standar. Berdasarkan pengujiannya, CBR dapat
dibagi atas CBR lapangan (DCP), CBR lapangan rendaman dan CBR rencana
titik. Metode yang digunakan untuk mengukur kekuatan daya dukung tanah dasar
dari suatu konstruksi jalan adalah dengan menggunakan penentuan pengujian
CBR dengan alat DCP (Dinamic Cone penetrometer).
7
- Beban lalu lintas yang berlebihan, kondisi tanah dasar yang tidak stabil,
sebagai akibat dari sistem pelaksanaan yang kurang baik;
- Kondisi tanah pondasi yang kurang baik, lunak atau mudah mampat, bila
jalan terletak pada timbunan;
- Material dari struktur perkerasan dan pengolahan yang kurang baik;
- Penurunan akibat pembangunan utilitas dibawah lapisan perkerasan;
- Drainase yang buruk, sehingga berakibat naiknya air ke lapisan akibat
isapan atau kapilaritas;
- Kadar aspal dalam campuran terlalu banyak, atau terurainya lapis aus oleh
akibat pembekuan;
- Kelelahan dari perkerasan, pemadatan atau geseran pada semua lapis
pondasi.
8
2.5 Umur rencana (UR)
Sukirman (1999), umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari
saat jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu
perbaikan yang bersifat struktural (sampai diperlukan overlay lapisan perkerasan).
Tebal lapis perkerasan ditentukan dari beban yang akan dipikul, berarti
dari arus lalu lintas yang hendak memakai jalan tersebut. Besarnya arus lalu lintas
dapat diperoleh dari:
1. Analisa lalu lintas saat ini;
2. Perkiraan faktor pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana, antara lain
berdasarkan atas analisa ekonomi dan sosial daerah tersebut.
9
2.5.3 Analisa koefisien distribusi kendaraan (C)
Suatu jalan raya yang dilalui oleh berbagai macam jenis kendaraan, baik
kendaraan ringan maupun kendaraan berat, maka perlu ditentukan berapa
besarnya harga koefisien distribusi kendaraan (c) untuk masing-masing jenis
kendaraan ringan dan kendaraan berat.
10
Angka ekivalen yang dipergunakan dalam perencanaan adalah angka
ekivalen berdasarkan berat kendaraan yang diharapkan selama umur rencana.
dimana:
LEP = Lintas ekivalen permulaan;
LHR = Lalu lintas harian rata-rata pada awal umur rencana;
j = Jenis kendaraan;
i = Perkembangan lalu lintas selama umur rencana;
n = Jumlah tahun dari saat diadakan survey lalu lintas sampai jalan tersebut
dibuka;
Cj = Koefisien distribusi kendaraan pada lajur rencana;
Ej = Angka ekivalen beban sumbu untuk satu jenis rencana.
2. Lintas ekivalen pada akhir umur rencana adalah besarnya lintas ekivalen
pada saat jalan tersebut membutuhkan perbaikan secara struktural (lintas
ekivalen akhir umur rencana = LEA)
11
n
LHR 1 i
UR
LEA = x C j .x E j ....................................................(2.11)
j 1
dimana:
LEA = Lintas ekivalen akhir;
LHR = Lalu lintas harian rata-rata pada awal umur rencana;
UR = Umur rencana;
Cj = Koefisien distribusi kendaraan pada lajur rencana;
Ej = Angka ekivalen beban sumbu untuk satu jenis rencana.
Sukirman (1999), kepadatan dan daya dukung tanah adalah bila beban
kendaraan yang dilimpahkan ke lapisan perkerasan melalui roda-roda kendaraan,
selanjutnya disebarkan ke lapisan di bawahnya dan akhirnya diterima oleh tanah
dasar. Daya dukung tanah dasar (DDT), adalah merupakan suatu skala yang
dipakai dalam nomogram penetapan tabel lapisan perkerasan untuk menyatakan
daya dukung tanah dasar.
12
2.5.9 Analisa indeks permukaan (IP)
Xt = xa +
yt yn ( xi xa) 2
................................................................. .....(2.15)
Sn n 1
dimana:
Xt = Curah hujan dalam tahun priode 10 tahun (mm/th)
Yt = Reduced variate
Yn = Reduced Mean
Sn = Reduced Standart
Untuk menentukan nilai Xa, Maka rumus yang dugunakan yaitu :
13
xi
Xa = . ....................................................................................... ...(2.16)
n
dimna:
Xa = Jumlah rata-rata (mm/tahun)
Xi = Jumlah curah hujan (mm)
n = Banyak Prngamatan (tahun)
14
BAB III
METODE PENELITIAN
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan rencana hasil penelitian sesuai dengan
metodelogi yang telah dikemukan pada Bab III, disertai dengan pembahasannya
sesuai dengan teori-teori pada Bab II.
Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut
dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang
bersifat strutural (sampai overlay lapisan perkerasan). Selama umur rencana
pemeliharaan jalan tetap dilakukan.
Umur rencana untuk perkerasan lentur jalan baru umumnya diambil 20
tahun dan untuk peningkatan jalan diambil 10 tahun. Umur rencana yang lebih
besar dari 20 tahun tidak lagi ekonomis, karena perkembangan lalu lintas yang
terlalu besar sukar mendapat ketelitian yang memadai. Perencanaan ini umur
rencana yang diambil adalah 15 tahun. Selama masa pelaksanaan pertumbuhan
lalu lintas (i) = 3,19 % dan data CBR rencana adalah 0,34 %.
17
Perkerasan dihitung berdasarkan nilai CBR lapangan yang dibagi dalam
tiga bagian segmen. CBR segmen dapat ditentukan secara analitis. Hasil
perhitungan nilai CBR lapangan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
Dimana nilai R tergantung dari jumlah data yang terdapat dalam satu
segmen, besarnya nilai R, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Jumlah titik
2 3 4 5 6 7 8 9 > 10
pengamatan
Nilai R 1,41 1,91 2,24 2,48 2,67 2,83 2,96 3,08 3,18
Dari tabel tersebut, dengan jumlah titik pengamatan CBR 3 maka diambil R =
1,91.
18
Segmen (STA. 3 + 200 – STA. 4 + 000)
(1,33 0,47)
= 0,79
1,91
= 0.34 %
19
- Total jumlah kendaraan adalah 49.026 kendaraan.
Untuk menghitung jumlah pertumbuhan lalu lintas (i) dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
- Tahun 2013 =
- Tahun 2014 =
- Tahun 2015 =
Dari hasil persentase kendaraan berat yang didapatkan tersebut dapat kita
tentukan besarnya faktor regional dengan menggunakan tabel. Besarnya faktor
regional untuk jalan ini adalah 1,5.
20
volume lalu lintas inilah yang akan digunakan dalam desain, untuk lebih jelasnya
LHR yang diperoleh dari pengamatan di lapangan dapat dilihat pada Tabel 4.2
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Kendaraan yang Melintas di Jalan Lapang - Ujong Barasok (kend/
hari/ 2 arah)
Jenis Kendaraan Jumlah Satuan
Kendaraan ringan 2 ton 3118 Kend/ hari/ 2 arah
Bus 8 ton 22 Kend/ hari/ 2 arah
Truk 2 as 8 ton 508 Kend /hari/ 2 arah
Truk 2 as 13 ton 164 Kend /hari /2 arah
Truk 3 as 20 ton 93 Kend/ hari/ 2 arah
Semi Trailer 4 as 32 ton 2 Kend/ hari/ 2 arah
Jumlah total 3907 Kend/ hari /2 arah
Tabel 4.3 Jumlah LHR Kendaraan Dengan Berat Total > 2 Ton
Dari data tersebut diatas dapat kita cari besarnya lalu lintas harian rata-rata
umur rencana (LHR t).
LHR0 pada awal umur rencana ini dapat kita cari dengan menggunakan
persamaan berikut ini:
dimana:
21
i = pertumbuhan lalu lintas rata-rata = 0,0319
n = selama masa pelaksanaan 1 tahun
LHRt ada awal umur rencana ini dapat kita cari dengan menggunakan
persamaan berikut ini:
dimana:
i = pertumbuhan lalu lintas rata-rata = 0,0319
UR = umur rencana 15 tahun
22
4.1.7 Perhitungan angka ekivalen kendaraan
Dari data lalu lintas yang diperoleh, dapat dilihat bahwa jenis-jenis
kendaraan yang melewati jalan tersebut adalah kendaraan ringan 2 ton, bus 8 ton,
truk 2 as 8 ton, truk 2 as 13 ton, truk 3 as 20 ton dan semi trailer 4 as 32 ton.
Untuk mendapatkan angka ekivalen kendaraan, dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut ini:
=( )4 + ( )4
= 0,0002 + 0,0002
= 0,0004
=( )4 + ( )4
= 0,0123 + 0,1753
= 0,1876
=( )4 + ( )4
= 0,0123 + 0,1753
= 0,1876
23
= E sb depan + E sb belakang
0,086
=( )4 + ( )4 x
= 0,0861 + 0,1051
= 0,1912
e. E maks truk 3 as 20 ton
= E sb depan + E sb belakang
0,086
=( )4 + ( )4 x
= 0,1410 + 0,9820
= 1,1229
24
awal umur rencana, data angka ekivalen kendaraan dan data koefisien distribusi
untuk kendaraan ringan sebesar 0,5 serta koefisien distribusi untuk kendaraan
berat sebesar 0,5.
LEP untuk masing-masing kendaraan pada awal umur rencana:
Kendaraan ringan 2 ton = 3217 x 0,5 x 0,0004 = 0,643 kendaraan
Bus as 8 ton = 23 x 0,5 x 0,1876 = 2,157 kendaraan
Truk 2 as 8 ton = 524 x 0,5 x 0,1876 = 49,151 kendaraan
Truk 2 as 13 ton = 169 x 0,5 x 0,1912 = 16,156 kendaraan
Truk 3 as 20 ton = 96 x 0,5 x 1,1229 = 53,899 kendaraan
Semi Trailer 4 as 32 ton = 2 x 0,5 x 3,4314 = 3,431 kendaraan
Jumlah = 125,437 kendaraan
25
dan jumlah total LEA. Data LEP didapat sebesar 125,437 dan data LEA didapat
sebesar 194,581. Maka LET dapat dihitung dengan persamaan berikut ini"
Indeks permukaan pada jalan ini dibagi dalam dua jenis yaitu, indeks
permukaan pada awal umur rencana (IPo) dan indeks permukaan pada akhir umur
rencana(IPt). Besarnya masing-masing indeks permukaan tersebut dapat
ditentukan sebagai berikut:
a. Indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) untuk jalan ini, lapisan
permukaan direncanakan dari aspal beton (LASTON), dengan
mnggunakan tabel indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) ini
adalah sebesar 3,9 – 3,5.
b. Dengan menggolongkan jalan yang ditinjau adalah jalan kolektor dan
besarnya lintas ekivalen rencana yang terjadi ini sebesar 240, dengan
menggunakan tabel indeks permukaan pada akhir umur rencana (IPt)
diperoleh sebesar 2,0.
26
4.1.13 Struktur kontruksi tebal perkerasan
27
Tabel 4.6 Indeks Tebal Minimum Perkerasan pada Jalan Lapang - Ujong Barasok
Kekuatan
Nilai Tebal
Segmen Lapis Perkerasan Jenis Bahan Relatif
ITP Minimum
Bahan
Lapis permukaan 10 Laston Marshall 744 kg 0,40
Segmenrencana
Batu Pecah (Kelas A)
(STA 3+200 – Lapis pondasi atas 12,4 25 0,14
CBR 100%
STA 4+000)
Lapis pondasi bawah 42 Sirtu (Kelas B) CBR 50% 0,12
D3 =
D3 = 41,66 = 42 cm
25 cm (BASE COURSE)
42 cm (SUBBASE COURSE)
(SUBGRADE)
28
2. Hasil Tebal Perkerasan Data Proyek:
6 cm (SURFACE COURSE)
15 cm (BASE COURSE)
20 cm (SUBBASE COURSE)
20 cm (URUGAN PILIHAN)
4
.2 Pembahasan
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Nilai CBR yang diperoleh 0,34% hendaknya tanah dasar dimodifikasi dulu
atau minimal diberi lapisan Geotektile.
2. Lapisan pondasi bawah, dimana hasil perhitungan data penulis adalah
sebesar 42 cm, sedangkan hasil dari data proyek perencana adalah sebesar
20 cm.
3. Lapisan pondasi atas, dimana hasil perhitungan data penulis adalah sebesar
25 cm, sedangkan hasil dari data proyek perencana adalah sebesar 15 cm.
4. Pada lapisan permukaan tidak terjadi perbedaan tebal perkerasan, dimana
hasil perhitungan data penulis dan hasil data proyek perencana sama, yaitu
sebesar 10 cm sedangkan data proyek sebesar 6 cm.
5. Berdasarkan kerusakan yang ada salah satu faktor penyebab kerusakan yang
terjadi tidak adanya saluran/drainase pada jalan Lapang - Ujong Barasok.
5.2 Saran
31
1. Sehubungan dengan kondisi lapangan yang berpengaruh terhadap konstruksi
lapisan perkerasan adalah daya dukung tanah dasar, karena lapisan
perkerasan yang keseluruhan berfungsi sebagai pendukung penyebaran
beban atau tekanan akibat roda kendaraan, maka jenis bahan yang
digunakan harus sesuai dengan kondisi tanah setempat.
2. Selain pengawasan terhadap tebal perkerasan hendaknya diperhatikan juga
saluran/drainase pada jalan tersebut.
3. Selain metode Bina Marga yang digunakan pada tugas akhir ini, ada
beberapa metode lainnya yang dapat digunakan untuk perencanaan tebal
perkerasan jalan diantaranya adalah metode Asphalt Institute, metode
AASHTO, metode NAASRA dan lain sebagainya, sehingga disarankan agar
dapat menggunakan metode-metode tersebut untuk perencanaan berikutnya,
karena dalam merencanakan tebal perkerasan lentur sebaiknya tidak hanya
menggunakan satu metode saja tetapi beberapa metode.
32
DAFTAR KEPUSTAKAAN
3. Bukhari, R.A dan Sofyan, M.S., 2002, Rekayasa Lalu Lintas I, Fakultas
Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
10. Saodang, H., 2004, Konstruksi Jalan Raya; Buku 1 Geometrik Jalan,
Penerbit Nova, Bandung.
12. Sukirman, S., 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung.
33
14. U.S. Army Corps of Engineer, 1990, Engineering and Design:
Evaluation of Military Airfield Pavements, Washington, D.C.
16. Yoder, E.J dan Witczak, M.W. 1975, Principles of Pavement Design, A
Wiley –Interscience Publication, New York.
34
35
36
Tabel. 1 Faktor Regional (FR)
Kelandaian I Kelandaian Kelandaian
Curah (<6%) (6-10%) (>10 %)
Hujan % Kend, Berat % Kend. Berat %Kend. Berat
30 % >30 % 30 % >30 % 30 % >30 %
Iklim I
< 900 0,5 1,0-1,5 1,0 1,5-20 1,5 2,0-3,5
mm/thn
Iklim II
> 900 1,5 2,0-2,5 2,0 2,5-3,0 2,5 3,0-3,5
mm/thn
Sumber: Anonim (1983)
37
Tabel. 4 Distribusi beban sumbu dari berbagai jenis kendaraan
38
Tabel. 6 Angka Ekivalen Kendaraan
Beban Sumbu Angka Ekivalen
Kg Lb Sumbu Tunggal Sumbu Ganda
1000 2205 0,0002 -
2000 4409 0,0036 0,0003
3000 6614 0,0183 0,0016
4000 8818 0,0577 0,0050
5000 11023 0,1410 0,0121
6000 13228 0,2923 0,0251
7000 13423 0,5415 0,0466
8000 17637 0,9238 0,0794
8160 18000 1,0000 0,0860
9000 19841 1,4798 0,01273
10000 22064 2,2555 0,1940
11000 24251 3,3022 0,2840
12000 26455 4,6770 0,4022
13000 28660 6,4419 0,5540
14000 30864 8,6647 0,7452
15000 33069 11,4148 0,9820
16000 35276 14,7815 1,2712
Sumber: Anonim (1983)
39
Tabel. 8 Koefisien Kekuatan Relatif (a)
Koefesien Kekuatan Kekuatan Bahan Jenis Bahan
Relatif
a1 a2 a3 MS kg Kt(kg CBR
/cm) %
0,40 744
0,35 590 Laston
0,32 454
0,30 340
0,35 744
0,31 590 Asbuton
0,28 454
0,26 240
0,30 340 Hot Rolled Asphalt
0,26 340 Aspal Macadam
0,25 Lapen (mekanis)
0,20 Lapen (manual)
0,28 590
0,26 454 Laston Atas
0,24 340
0,23 Lapen (mekanis)
0,19 Lapen (manual)
0,15 22 Stab. Tanah dengan semen
0,13 18
0,15 22 Stab. Tanah dengan kapur
0,13 18
0,14 100 Pondasi Macadam (basah)
0,12 60 Pondasi Macadam (kering)
0,14 100 Batu Pecah (Klas A)
0,13 80 Batu Pecah (Klas B)
0,12 60 Batu Pecah (Klas C)
0,13 70 Sirtu/ Pitrun (Klas A)
0,12 50 Sirtu/ Pitrun (Klas B)
0,11 30 Sirtu/ Pitrun (Klas C)
0,10 20 Tanah/lempung Kepasiran
Sumber: Anonim (1983)
40
Tabel. 9 Tebal Minimum Lapisan Permukaan
Tebal
ITP Bahan
Minimum (cm)
< 3,00 0 Lapisan pelindung, Buras/Burtu/Burda
10,00 10 Laston
Sumber: Anonim (1983)
41
42