Oleh :
Kelompok 3 (3KBS 4) :
1.2 Tujuan
Aqidah merupakan bentuk keseluruhan tentang diri manusia yang secara asasi dan
prinsipil membedakan manusia dengan makhluk lain. “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang
paling buruk disisi Allah ialah orang -orang, karena mereka tidak beriman”(QS.8:55). Dalam
kehidupan manusia, Aqidah merupakan dasar hidup (fondasi) untuk mendirikan
bangunan(berama). Karena aqidah adalah fondasi, maka aqidah merupakan kebutuhan dasar
manusia untuk meluruskan fitrah serta mengaktualisasikan misi kemanusiaan. Manusia tanpa
iman akan kehilangan harkat dan martabat sebagai makhluk yang mulia. Bahkan menurut kitab
suci, manusia yang demikian akan kehilangan eksistensi dasar nilai manusia kemanusiaaan
(iman dan amal shaleh).
3. Aspek Kedisiplinan
Di dalam mendidik anak Imam al-Ghazali mengingatkan pentingnya
kedisiplinan. Dan dalam prakteknya harus disertai keadilan. Jika anak melakukan suatu
kebaikan, hendaknya orangtua menghargainya, memujinya bahkan jika perlu
memberinya hadiah yang menggembirakan hatinya. Hal ini penting untuk memotivasi
anak untuk mencintai kebaikan dan terus berbuat kebaikan. Sebaliknya, jika anak
melakukan kesalahan, maka orangtua tidak boleh lalai. Orangtua harus
memperhatikannya dengan seksama. Jika ia mengulangi untuk yang kedua kalinya
maka hendaknya diberi nasehat secara individu, tidak di hadapan orang lain. Namun
nasehat ini tetap disertai peringatan yang tegas agar si anak tidak mengulangi kembali
kesalahannya.
Dalam masalah ini orangtua bahkan perlu memberikan izin kepada anaknya
untuk bermain setelah mereka belajar. Sebab menurutnya, melarang anak bermain akan
membuat hati anak menjadi keras dan menurunkan semangat belajarnya. Bahkan itu
membuka pintu untuk si anak mencari jalan untuk bermain secara sembunyi-sembunyi.
5. Aspek sosial
Dalam pergaulannya anak-anak harus dididik berbahasa yang santun, bersikap
rendah hati (tawadhu’), menghormati orang yang lebih tua, mencegah dari mengambil
hak orang lain, dan menanamkan dalam diri mereka bahwa kemuliaan seseorang itu ada
di dalam sikap memberi kepada orang lain.
Anak juga harus dididik agar tidak terlalu banyak bicara, mendengarkan orang
lain yang sedang berbicara, dan tidak mudah bersumpah meskipun dia benar. Adab-
adab ini penting untuk diamalkan khususnya ketika mereka berhadapan dengan
orangtua, guru ataupun orang lain yang lebih tua.
6. Aspek ibadah
Dalam masalah ibadah orangtua hendaknya memperhatikan ibadah anak-
anaknya. Imam Al-Ghazali mengingatkan agar orangtua membiasakan anaknya dalam
keadaan bersuci (dawâm al-thahârah), mendirikan shalat, berpuasa Ramadhan sesuai
kemampuan. Pembiasaan ibadah sejak kecil ini penting untuk dilakukan agar ketika si
anak dewasa dia sudah terbiasa melaksanakan perintah Allah dengan senang hati.
Meski ditulis puluhan abad yang lalu rumusan pendidikan anak menurut Imam
al-Ghazali ini masih sangat relevan untuk saat ini. Pendidikan anak yang menyatukan
aspek adab, ilmu, kedisiplinan, kesehatan, sosial dan spiritual. Setiap orangtua harus
memperhatikan masalah pendidikan anak jika ingin melihat anaknya menjadi pelipur
lara (qurrata a’yun) yang dibanggakan. Seperti kata Raja Ali Haji dalam Gurindam 12
“Dengan anak janganlah lalai, supaya boleh naik ke tengah balai”. Wallâhu a’lam bis
shawâb
Sikap tauhid merupakan sikap mental hati yang kurang stabil akan
menyebabkan sikap ini mudah berubah-ubah. Adapun hal-hal yang dapat mengurangi
sikap tauhid, yaitu:
1. Penyakit riya
Kelemahan ini pun disinyalir oleh Allah sendiri didalam Al-Qur’an sebagai
peringatan bagi manusia. Sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya proses terjadinya manusia (membuatnya) tak stabil. Bila
mendapatkan kegagalan lekas berputus asa. Bila mendapatkan kemenangan cepat
menepuk dada”. (Al-Ma’aarij: 19-21)
2. Penyakit ananiah (egoism)
Kemungkinan kedua bagi mereka yang belum stabil sikap pribadinya, selain
sikap riya ialah manusia menempuh jalan pintas. Rasa tidak pasti tadi diatasinya dengan
mementingkan diri sendiri. Namun sifat ini tidak akan tumbuh didalam pribadi yang
mau beribadah ihsan dan khusyu.
3. Penyakit takut dan bimbang
Rasa takut ini biasanya timbul terhadap perkara yang akan datang yang belum
terjadi. Adapun cara mengatasi rasa takut ini ialah dengan tawakal’alallah artinya
mewakilkan perkara yang kita takuti itu kepada Allah SWT, maka Allah akan
memberikan pemecahan masalah tersebut.
4. Penyakit Zhalim
Zhalim artinya meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya atau melakukan
sesuatu yang tidak semestinya.
5. Penyakit hasad atau dengki
Hasad tumbuh dihati seseorang apabila ia tidak senang kepada keberhasilan
orang lain. Sikap ini biasanya didahului oleh sikap yang menganggap diri paling hebat
dan paling berhak mendapatkan segala yang terbaik, sehingga jika melihat ada orang
lain yang kebetulan lebih beruntung, ia merasa tersaingi.
Kalimat tauhid (Laa Ilaaaha Illa – Allah) sering juga disebut dengan kalimat
Toyyibah, kalimat ini sebgai kunci pembuka dan penentu iman dan kemusliman
seseorang. Kalimah ini juga sebagai furqon (pembeda) antara muslim dan tidaknya
seseorang. Bila kita mencoba memahami kalimat ini perkata, yaitu :
Asyhadu artinya saya bersaksi. Kata ini menunjukan rasa keakuan
(pribadi total) sekaligus menunjukan rasa tanggung jawab dan
pertanggungjawaba secara komunal di tengah masayrakat dan
tanggungjawab individu dihadap Allah kelak.
Laa artinya tidak ada. Kata ini merupakan Laa Nafiya Lil jinsi ( yaitu
hurus nafi yang meniadakan segala hal jenis atau macam – macam jenis
(banyak jenis). Dalam hal ini yang ditiadakn adalah segala macam jenis
Illah (tuhan palsu) jika dirangkaikan “Laa Ilaaha” (tidak ada tuhan –
tuhan palsu beserta implikasinya). Harus dihilangkan karena tidak sesuai
dengan fitrak manusia.
Illa adalah hurf istisna yang mengandung arti kecuali . arti yang demikian
mengarah pada pengertian ahad(esa).
Implementasinya :
Kemerdekaan Manusia
Sikap rgaliter menuju ukhuwah Islamiyah
Prinsip musyawarah
Perbedaan pendapat menuju kalimat sawa’ dalam musyawarah
Keadilan social
Sikap ikhlas
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan