Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN INDIVIDU

” Mengidentifikasi kode etik di lahan praktik “


RSUD IBNU SINA GRESIK
Tanggal praktik 13 Mei-31Mei 2019

Dosen Pembimbing :
Dra. Badriyah, M.Kes

Disusun Oleh :
Rima Andini ( P27824318058 )

REGULER B/SEMESTER II

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA


PRODI DIII KEBIDANAN BANGKALAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
khususnya bagi penyusun yang telah menyelesaikan makalah mengenai “Mengidentifikasi Kode
Etik Di Lahan Praktik”, sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik. Selain itu
penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen sebagai pembimbing, orang tua dan
semua orang yang terlibat yang telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Disini penyusun juga sampaikan, jika seandainya dalam penyusunan makalah ini terdapat
hal – hal yang tidak sesuai dengan harapan, untuk itu penyusun meminta maaf sebesar-
besarnya. Semoga apa yang di harapkan penyusun dapat di capai dengan sempurna. Aamiin.

Bangkalan, Juni 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena lingkup
kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Karena itu, selain mempunyai
pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat bidan juga harus memiliki
etika yang baik sebagai pedoman bersikap/ bertindak dalam memberikan suatu pelayanan
khususnya pelayanan kebidanan. Agar mempunyai etika yang baik dalam pendidikannya
bidan dididik etika dalam mata kuliah Etikolegal namun semuanya mata kuliah tidak ada
artinya jika peserta didik tidak mempraktekannya dalam kehidupannya di masyarakat.

Pada masyarakat daerah, bidan yang di percaya adalah bidan yang beretika. Hal ini tentu
akan sangat menguntungkan baik bidan yang mempunyai etika yang baik karena akan mudah
mendapatkan relasi dengan masyarakat sehingga masyarakat juga akan percaya pada bidan.

Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana sering
terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika.
Pelayanan kebidanan adalah proses yang menyeluruh sehingga membutuhkan bidan yang
mampu menyatu dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam memberikan
pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi, skrening antenatal, pelayanan
intrapartum, perawatan intensif pada neonatal, dan postpartum serta mempersiapkan ibu
untuk pilihannya meliputi persalinan di rumah, kelahiran seksio sesaria, dan sebagainya.
Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang profesional dan
akuntibilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Bidan sebagai praktisi pelayanan
harus menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidence based ( Fakta yang ada) sehingga
berbagai dimensi etik dan bagaimna kedekatan tentang etika merupakan hal yang penting
untuk digali dan dipahami.

Dari uraian diatas, makalah ini akan membahas tentang “Etika Profesi Bidan” dalam
masyarakat agar pembacanya dapat termotivasi dan terpacu untuk menjadi bidan yang
beretika, profesional dan berdedikasi tinggi di kalangan masyarakat yang dapat dipelajari
dalam kode etik bidan dan etik profesi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Prinsip etika dalam pelayanan kebidanan
2. Etika moral dan nilai dalam praktik kebidanan
3. Hak dan kewajiban bidan dan pasien
4. Pelayanan Kebidanan
5. Identifikasi kode etik bidan di lahan praktik RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan
1.3 Tujuan
 Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah etikolegal
 Untuk mengetahui kode etik
BAB II

PEMBAHASAN

.1 Prinsip Etika Dalam Pelayanan Kebidanan

Etika adalah penerapan dari proses dan teori filsafah dary moral pada situasi nyata. Etika
erpusat pada prinsip dasar dan konsep bahwa manusia dalam berpikir dan tindakannya
didasari nilai-nilai. Etika dibagi menjadi tiga bagian , meliputi :

a. Metaetika

Metaetika adalah ucapan-ucapan kita dibidang moralitas atau bahasa ang diucapkan
dibidang moral. Metetika mengenai status moral ucapan dan bahasa yang digunakan
dalam batasan baik, buruk atau bahagia.

b. Etika atau teori moral

Etika atau teori etika untuk memformulasikan proedur atau mekanisme untuk
memecahkan masalah etika.

c. Etika praktik

Etika praktik merupakan penerapan etika dalam praktik sehari-hari, dimana dalam situasi
praktek ketika kecelakaan terjadi keputusan harus segera dibuat. Bagaimana menjaga
prinsip moral, teori etika , dan penentuan suatu tindakan.

Etika pada hakekatnya berkaitan dengan etika dan moral, yaitu mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk di masyarakat dalam kurung waktu tertentu.
Etika khusus adalah etika yang dikhususkan bagi profesi tertentu, misalnya etika
kedokteran, etika rumah sakit, etika keperawatan dll.

Guna etika adalah memberi arahan bagi perilaku manusia tentang : apa yang dianggap
baik atau buruk, apa yang benar atau salah, hak dan kewajiban moral (akhlak) apa yang
boleh atau tidak boleh dilakukan.

 Kode Etik Bidan


Kode etik adalah norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap profesi dalam
melaksanakan tugas-tugas profesinya dan di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi
petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya,
dan larangan-larangan, termasuk ketentuan-ketentuan apa yang boleh dan tidak boleh
diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi., tidak hanya menjalankan tugas
profesinya melainkan juga mengenai tingkah laku secara umum dalam pergaulan sehari-
hari di masyarakat. Kode etik merupakan suatu ciri prifesi yang bersumber dari nilai-
nilai interna dan eksterna suatu disiplin ilmu dan pengetahuan yang menyeluruh dalam
suatu profesi yang menuntut anggotanya dalam melaksanakan pengabdian profesi.

Profesi adalah sekumpulan orang yang memiliki cita-cita dan nilai bersama yang
disatukan oleh latar belakang pendidikan dan keahlian yang sama untuk menjadi suatu
kelompok yang mempunyai kekuasaan tersendiri karena memiliki tujuan yang khusus.
Dalam suatu profesi terdapat kode etik digunakan untuk memperkuat kepercayaan
msyarakat terhadap profesi, agar klien terjamin kepentinganya dan sebagai pembentuk
mutu moral profesi dimasyarakat.Kode etik harus selalu mengikuti perkembangan sesuai
dengan perubahan lingkungan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan dalam
profesi itu sendiri, sehingga sewaktu-waktu kode etik perlu untuk dinilai dan direvisi
kembali oleh profesi.

Secara umum tujuan merumuskan kode etik adalah untuk kepentingan anggota dan
organisai meliputi :

1) Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.


2) Menjaga dan memelihara kesejahteraan anggota.
3) Meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4) Meningkatkan mutu profesi
Prinsip kode etik terdiri dari :
1) Menghargai otonomi
2) Melakukan tindakan yang benar
3) Mencegah tindakan yang merugikan
4) Memperlakukan manusia secara adil
5) Menjelaskan dengan benar
6) Menepati janji yang telah disepakati
7) Menjaga kerahasiaan

Agar kode etik dapat berfungsi dengan baik, dalam pelaksanaannya sebaiknya
diawasi dan dikontrol. Dalam kode etik pada umumnya mengandung sanksi-sangsi yang
dikenakan pelanggar kode. Kasus pelanggaran akan dinilai oleh suatu “dewan
kehormatan profesi atau komeita etik”. Maka dalam profesi bidan dibentuk Majelis
Pertimbangan Etika Bidan ( MPEB).

2.2 Etika Moral Dan Nilai Dalam Praktik Kebidanan

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang berpengaruh terhadap
meningkatnnya kritis masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan terutama pelayanan
kebidanan. Menjadi tantangan bagi bidan untuk mengembangkan kompetensi dan
profesionalisme dalam memberikan pelayanan berkualitas.

Sikap etis profesional bidan akan mewarnai dalam mengambil keputusan dalam
meresponsituasi yang muncul dalam asuhan. Pemahaman antara etika dan moral menjadi
fundamental dan sangat penting dalam memberikan asuhan kebidanan dengan senantiasa
menghormati nilai-nilai pasien.

Etika merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah,
kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.Etika berfokus pada prinsip dan
konsep yang membimbing manusia berfikir dan bertindak dalam kehidupannya dilandasi
nilai-nilai yangdianut.

Klarifikasi nilai merupakan suatu proses dimana sesorang dapat mengerti sistem nilai-
nilai yang melekat pada diri sendiri yang merupakan proses yang memungkinkan seseorang
menemukan sistem perilakunya sendiri melalui perasaan dan analis yang dipilihnya dan
muncul alternatif-alternatif, apakah pilihan ni sudah dianalisis secara rasional atau
merupakan hasil dari suatu kondisi yang sebelumnya. Ada tiga fase dalam klarifikasi nilai
yang perlu dipahami oleh bidan, antara lain yaitu :

1) Pilihan
a. Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan setiap individu
b. Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada, asuhan yang diberikan bukan hanya karena
martabat seseorang tetapi hendaknya perlakuan yang diberikan mempertimbangkan
sebagaimana kita diperlakukan
c. Keyakinan bahwa penghormatan akan martabat seseorang merupakan konsekuensi
terbaik bagi semua masyarakat.
2) Penghargaan
a. Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (apabila mengetahui asuhan yang
anda berikan dihaargai pasien serta klien sejawat atau superior memberi pujian atas
keterampilan hubungan interpersonal yang terjadi)
b. Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang tidak memperhatikan
martabat manusia sebagaimana mestinya.
3) Tindakan
a. Gabungkan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari
b. Upayakan selalu konsisten untuk mempertahankan martabat manusia dalam kehidupan
pribadi dan profesional sehingga timbul rasa sensitif atau tindakan yang dilakukan.
Semakin disadari nilai-nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai moral yang
dilakukan serta selalu konsisten untuk mempertahankannya.
2.3 Hak Dan Kewajiban Bidan Dan Pasien

Hak dan kewajiban merupakan hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial sehari-
hari.Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang diterima, sedangkan bidan
memiliki kewajiban untuk pasien.Jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien,
sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang diberikan oleh bidan.Seharusnya juga ada hak
yang harus diterima oleh bidan dan ada kewajiban yang harus diberikan oleh pasien.

1) Hak Bidan
a. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya
b. Bidan berhak bekerja sesuai standar profesi pada setiap jenjang/tingkat pelayanan
kesehatan
c. Bidan berhak menolak keingianan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan
dengan peraturan perundangn, dan kode etik profesi
d. Bidan berhak atas privasi/kedirian dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan
baik oleh pasien, keluarga atau profesi lainnya
e. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
ataupun pelatihan
f. Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan
yang sesuai
g. Bidan berhak mendapatkan kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai
2) Kewajiban Bidan
a. Kewajiban bidan mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum
antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia
bekerja.
b. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi
dengan menghormati hak-hak pasien.
c. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai
kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.
d. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau
keluarga.
e. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai
dengan keyakinannya.
f. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien.
g. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan
dilakukan serta risiko yang mungkiri dapat timbul.
h. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan
dilakukan.
i. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
j. Bidan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya
melalui pendidikan formal atau non formal.
k. Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secra timbal
balik dalam memberikan asuhan kebidanan.
3) Hak pasien
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien atau klien:
a. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
di rumah sakit atau instusi pelayanan kesehatan.
b. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
c. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi.
d. Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya.
e. Pasien berhak mendapatkan ;nformasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nifas dan
bayinya yang baru dilahirkan.
f. Pasien berhak mendapat pendampingan suami atau keluarga selama proses persalinan
berlangsung.
g. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan seuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
h. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis dan
pendapat etisnya tanpa campur tangan dad pihak luar.
i. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengatahuan dokter
yang merawat.
j. Pasien berhak meminta atas privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
k. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:
- Penyakit yang diderita
- tindakan kebidanan yang akan dilakukan
- Alternatif terapi lainnya
- Prognosisnya
- Perkiraan biaya pengobatan

l. Pasien berhak menyetujui atau memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.

m. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggungjawab sendiri sesuadah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
n. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
o. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
p. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit.
q. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.
r. Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus mal-praktek.

4) Kewajiban pasien
a. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tat tertib
rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
b. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang
merawatnya.
c. Pasien dan atau penangungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan, dokter, bidan dan perawat.
d. Pasien dan atau penangggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang selalu
disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.
2.4 Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah suau praktik pelayanan kebidanan kesehatan spesifik yang
bersifat reflektif dan analisis ditujukan pada wanita khususnya bayi, ibu dan balita.
Dilaksanakan secara mandiri dan profesional yang didukung oleh seperangkat ilmu
pengetahuan yang saling terkait dengan menggunakan metode ilmiah , iladsi oleh etika dan
kode etik profesi.Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu , keluarga dan masyarakat,
yang meliputu upaya-upaya sebagai berikut :
a) Peningkatan (promotif) : misalnya dapat dilakukan dengan adanya promosi kesehatan
(penyuluhan tentang imunisasi, himbauan kepada masyarakat untuk pola hidup sehat)
b) Pencegahan ( preventif) : misalnya melakukan dengan imunisasi pada bayi untuk
mencegah penyakit seperti Hepatitis B, Polio, cacar dan sebagainya.
c) Penyembuhan (kuratif) : dilakukan sebagai paya pengobatan, misalnya pemberian
tranfusi darah pada ibu anemia setelah persalinan.
d) Pemulihan (rehabilatif) : contohnya pemulihan ibu post SC
2.5 Identifikasi Kode Etik Bidan Di Lahan Praktik Klinik Hamil dan di Ruang Anggrek
RSUD IBNU SINA GRESIK
Tindakan penyimpangan :
1. Petugas Kesehatan tidak memakai handscoon saat melakukan tindakan pemasangan infus.
Tindakan seharusnya : Seharusnya petugas kesehatan memakai handscoon sebagai alat
perlindungan diri agar terhindar dari penyakit berbahaya.
2. Petugas Kesehatan tidak memakai handscoon pada saat mengambil sampel darah.
Tindakan seharusnya : Seharusnya petugas kesehatan memakai handscoon sebagai alat
perlindungan diri agar terhindar daripenyakitberbahaya.
3. Petugas kesehatan tidak memakai handscoon saat melepas infus
Tindakan Seharusnya : Seharusnya petugas kesehatan memakai handscoon untuk
perlindungan diri.
4. Petugas Kesehatan tidak membebaskan keinginan klien. Contohnya dalam memilih alat
kontrasepsi.

KESIMPULAN

Berdasarkan beberapa kasus pelanggaran etik moral dalam praktik pelayanan kesehatan
yang terjadi di bagian Klinik Hamil dan di Ruang Anggrek RSUD IBNU SINA GRESIK
ternyata masih kita temui setiap harinya ,juga ketidaksesuian dengan SOP yang telah
distandartkan.

Anda mungkin juga menyukai