Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

CA PROSTAT

I. KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFINISI

Carsinoma prostat atau kanker prostat adalah pertumbuhan dan

pembelahan sel khususnya sel pada jaringan prostat yang tidak

normal/abnormal yang merupakan kelainan atau suatu keganasan pada

saluran perkemihan khususnya prostat pada bagian lobus perifer

sehingga timbul nodul-nodul yang dapat diraba.

B. ANATOMI FISIOLOGI

Prostat adalah suatu organ yang terdiri dari komponen kelenjar,

stroma dan muskular. Kelenjar ini mulai tumbuh pada kehamilan umur

12 minggu karena pengaruh dari hormon androgen yang berasal dari

testis janin. Prostat merupakan derivat dari jaringan embrional sinus

urogenital. Kelenjar prostat bentuknya seperti konnus terbalik yang

terjepit (kemiri).

Letak kelenjar prostat disebelah inferior buli-buli, didepan rektum

dan membungkus uretra posterior. Ukuran rata-rata prostat pada pria

dewasa 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram.

Pada tahun 1972 mc. NEAL, komponen kelenjar dari prostat

sebagian besar terletak/membentuk zona perifer. Zona perifer ini

ditambah dengan zona sentral yang terkecil merupakan 95% dari

komponen kelenjar. Komponene kelenjar yang lain (5%) membentuk


zona transisi. Zona transisi ini terletak tepat di luar uretra di daerah

verumontanum. Proses hiperplasia dimulai di zona transisi ini. Sebagian

besar keganasan (60-70 %) bermula di zona perifer, sebagian lagi dapat

tumbuh di zona transisi dan zona sentral.

Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu

komponen dari cairan ejakulat. Cairan kelenjar ini dialirkan melalui

duktus sekretorius dan bermuara di uretra posterior untuk kemudian

bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi . cairan ini

merupakan 25 % dari volume ejakulat.

Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak atau berubah menjadi

kanker ganas dapat membuntu uretra posterior dan mengakibatkan

terjadinya obstruksi saluran kemih.

C. ETIOLOGI

hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab

terjadinya ca prostat ; tetapi beberapa hipotesa menyebutkan bahwa

hiperplasia prostat erat kaitannya dengan beberapa hipotesis yang

diduga sebagai penyebab timbulnya ca mammae adalah:

1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan

estrogen pada usia lanjut.

2. Peranan dari growth factor (faktor pertumbuhan) sebagai pemicu

pertumbuhan stroma kelenjar prostat

3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya

sel yang mati


4. Teori sel stem menerangkan bahwa terjadinya poliferasi

abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma

dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.

D. PATOFISIOLOGI

Kanker terjadi karena pertumbuhan abnormal sel-sel ganas. Sel

ganas ini yang membelah dan meningkatkan kecepatan tinggi kematian

sel normal. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan dalam jumlah sel-

sel yang abnormal dalam organ. Setelah tingkat abnormal menetap,

mutasi gen juga akan terjadi lagi yang akan mengakibatkan peningkatan

jumlah sel abnormal. Sebagai hasil dari semua ini, kanker berkembang

sangat cepat dan jika pengobatan tidak dimulai pada tahap awal, proses

ini akan terus berlanjut.

Kanker dapat terjadi pada setiap bagian dari organ. Dalam kanker

prostat, sebagian besar berasal dari kanker di zona perifer, diikuti oleh

pusat dan zona peralihan. Ini umumnya terjadi, tetapi mungkin kanker

multi-fokus juga muncul di berbagai daerah di prostat pada saat yang

sama. Setelah proses kanker merasuk, menyebar keleher kandung

kemih, saluran ejakulai dan vesikula seminalis. Penyebaran ke kandung

kemih dan vesikula seminalis invasi local dari kanker.

Kanker yang masih terbatas pada prostat atau masih berada padda

tahap invasive memiliki prognosis yang lebih baik. Tapi setelah kanker

berkembang ke bagian lain dari tubuh, pengelolaan menjadi sulit. Proses

penyebaran kanker dari organ asal keorgan-organ yang jauh seperti hati
atau paru-paru atau tulang disebut metastasis. Dalam banyak kanker,

akan melibatkan metastasis kanker prostat limfadenopati tetapi mungkin

juga tanpa limfadenopati.

Dalam kasus metastasis, penurunan berat badan, kehilangan nafsu

makan, rasa sakit tak tertahankan, dan fraktur patologis dapat

diidentifikasi, dan individu, menyadari fakta-fakta dan gejala akan

mampu mengidentifikasi gejala-gejala jika ada, dan akan dapat

berkonsultasi dengan dokter di awal.

E. MANIFESTASI KLINIK

Gangguan pola perkemihan baik frekuensi, adanya desakan, nokturia

akibat membesarnya ukuran kelenjar yang mendesak uretra. Terjadinya

obstruksi uretra mengganggu perkemihan, lama-kelamaan berkemvang

terjadinya anemi.

F. KOMPLIKASI

Jika kanker prostat tidak dikendalikan dengan baik, kondisinya bisa

bertambah parah mengakibatkan kondisi kesehatan berikut ini:

- Menyebar keorgan lain, kanker prostat bisa menyebar

disepanjang pembuluh limfatik ke kelenjar getah bening

disekitarnya, hingga mencapai tulang atau organ jauh lainnya.

- Rasa nyeri, jika sel-sel kanker menyerang tulang, pasien

mungkin akan mengalami rasa sakit yang teramat parah.


Pasien kanker prostat juga bisa menderita komplikasi berikut yang

diakibatkan oleh tindakan pengobatan:

- Inkontinensia urin

- Impotensi (ketidakmampuan ereksi dan mempertahankan ereksi

untuk melakukan hubungan seksual yang memuaskan ), kanker

tersebut, tindakan pembedahan, radioterapi, atau terapi hormonal

bisa menyebabkan impotensi pada beberapa pasien

- Perdarahan rektum atau ulkus, biasanya disebabkan oleh

radioterapi

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menunjang hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, penegakan

diagnosis kanker prostat dapat dibantu dengan beberapa pemeriksaan

penunjang seperti pengukuran kadar PSA, biopsi prostat, dan

pemeriksaan radiologi

- Prostate specific antigen (PSA)

Prostate specific antigen (PSA) dapat dipertimbangkan untuk

skrining kanker prostat. PSA adalah enzim glikoprotein yang

dihasilkan oleh sel epitel prostat. Enzim ini berfungsi untuk

mencairkan semen diseminal coagulum selama proses ejakulasi

sehingga sperma dapat bergerak bebas. PSA juga terdeteksi di

darah dalam bentuk bebas atau terkait protein plasma.

Kadar normal PSA adalah 0.4 ng/ml. Namun, kadar PSA yang

normal tidak menyingkirkan kemungkinana kanker prostat.


Skrining PSA memiliki sensivitas 27% dan spesifitas 97%.

Berbagai penelitian menyatakan bahwa pemeriksaan PSA dapat

mendiagnosis kanker prostat lebih dini. Meskipun demikian, hal ini

tidak berhubungan dengan mortalitas. Banyak penelitian baru-baru

ini menyatakan bahwa PSA memiliki potensi resiko yang lebih

besar dari manfaatnya, misalnya overdiagnosis, komplikasi biopsi,

dan positif palsu.

- Biopsi prostat

Dahulu, semua pria dengan kadar PSA > 4,0 ng/ml atau

temuan mencurigakan saat colok dubur dianggap harus menjalani

biopsi prostat. Namun, dengan bergesernya paradigma mengenai

kadar PSA, keputusan melakukan biopsi prostat tergantung pada

keadaan masing-masing pasien.

Jika hasil biopasi awal negatif, biopsi boleh diulangi apabila:

 Ada peningkatan PSA atau nilai PSA persisten tinggi

 Hasil colok dubur menunjukkan kecurigaan adanya

kanker prostat

 Pemeriksaan histologi menunjukkan proliferasi acinar

kecil yang atipikal

 Pemeriksaan histologi menunjukkan prostatic

intraepithelial neoplasia (PIN) derajat tinggi yang

ekstensi

 Ditemukan karsinoma intraduktal soliter


 Hasil mp MRI positif

- Radiologi

CT scan dan MRI hanya memiliki sedikit manfaat untuk

diagnosis kanker prostat kedua pemeriksaan ini juga tidak terlalu

akurat untuk menentukan stadium tumor dan nodul. Namun,

keduanya dapat digunakan untuk mendeteksi metastasis bersama

dengan PET scan.

H. PENATALAKSANAAN

1. Kanker prostat stadium awal (tumor lokal kecil, tidak menyerang

jaringan sekitar)

Prostat dan kelenjar getah bening disekitarnya akan diangkat dengan

tindakan operasi (prostektomi) reseksi bisa dilakukan dengan cara

sayatan konvensional atau pendekatan laparoskopi yang lebih baru.

Setelah tindakan operasi, pasien mungkin akan mengalami

inkontinensia urin dan impotensi. Radioterapi eksternal dan

radioterapi internal (brachytherapy) merupakan alternatif tindakan

pengobatan yang bisa dilakukan dengan efek hasil pengobatan yang

sama.

2. Kanker prostat stadium menengah ( penyakit yang lebih luas dengan

invasi kejaringan sekitarnya)


Tindakan pengobatan yang biasa dilakukan adalah dengan

radioterapi eksternal, biasanya digunakan bersama dengan terapi

hormonal untuk meningkatkan hasil dari efek pengobatan.

3. Kanker prostat stadium lanjut ( sel kanker telah menyebar ke tulang

atau organ jauh lainnya)

Tindakan utama yang dilakukan adalah dengan terapi hormonal

(untuk menekan androgen), baik dengan operasi pengangkatan testis

atau dengan konsumsi obat-obatan. Tindakan ini dilakukan untuk

mengendalikan pertumbuhan kanker prostat dengan menekan kadar

hormon pria. Tindakan pengobatan ini bisa mengendalikan

pertumbuhan sel kanker selama beberapa tahun dan meringankan

rasa tidak nyaman dan rasa sakit. Kemoterapi paliatif bisa

dipertimbangkan untuk digunakan pada tumor yang sudah tidak

memberikan respons positif terhadap terapi hormon.

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Inspeksi buli-buli: ada/tidaknya penonjolan perut di daerah supra

pubik(buli- buli penuh/kosong)

Palpasi buli-buli: tekanan didaerah supra pubik menimbulkan

rangsangan ingin kencing bila buli-buli berisi atau penuh. Terasa

massa yang kontraktil dan ballottement.

Perkusi: buli-buli yang penuh berisi urine memberi suara redup.

2. Colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus

sfingter anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan didalam

rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur harus

diperhatikan konsistensi prostat (pada pembesaran prostat jinak

konsistensinya kenyal), adakah asimetris adakah nodul pada prostat,

apa batas atas dapat diraba.

Dengan colok dubur besarnya prostat dibedakan:

- Grade 1 : perkiraaan beratnya sampai dengan 20 gram

- Grade 2 : perkiraan beratnya antara 20-30 gram

- Grade 3 : perkiraan beratnya lebih dari 40 gram

3. Laboratorium

- Darah lengkap sebagai dasar keadaan umum penderita.

- Gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya

penyakit diabetes militus yang dapat mencari kemungkinan

kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli nerogen)

- Fase ginjal ( BUN, kreatinin serum) diperiksa untuk mengetahui

kemungkinan adanya penyakit yang mengenai saluran kemih

bagian atas

- Analisis urine diperiksa untuk melihat adanya sel leukosit,

bakteri, dan infeksi atau inflamasi pada saluran kemih

- Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman

yang menyebabkan infeksi sekaligus menentukan sensitifitas

kuman terhadap beberapa anti mikroba yang diujikan


4. Flowmetri

Flowmetri adalah alat khusus untuk mengukur pancaran urun

dengan satuan ml/detik. Penderita dengan sindroma protalisme perlu

diperiksa dengan flowmetri sebelum dan sesudah terapi

Penilaian:

Fmak <10ml/detik obstruktif

Fmak 10-15ml/detik borderline

Fmak >15 ml/detik nonobstruktif

5. Radiologi

- Foto polos abdomen, dapat dilihat adanya batu pada traktus

urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli, adanya batu atau

kalkulosa prostat dan kadang kadang dapat menunjukkan

bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan

tanda dari suatu retensi urine.

- Pielografi intra vena, dapat dilihat supresi komplit dari fungsi

renal, hidronefrosis, dan hidroureter, fish hook appearance

(gambaran ureter berkelok kelok divesikula) inclentasi pada

dasar buli-buli, divertikel, residu urine atau filling defect

divesikula.

- Ultrasonografi (USG), dapat dilakukan secara transabdominal

atau transrektal (transrektal ultrasonografi = TRUS) selain untuk

mengetahui pembesaran prostat < pemeriksaan USG dapat pula

menentukan volume buli-buli, mengukur sisa urune dan keadaan


patologi lain seperti divertikel, tumor dan batu. Dengan TRUS

dapat diukur besar prostat untuk menentukan jenis terapi yang

tepat. Perkiraan besar prostat dapat pula dilakukan dengan USG

supra pubik.

- Cystoscopy ( sistokopi) pemeriksaan dengan alat yang disebut

dengan cystoscopi. Pemeriksaan ini untuk memberi gambaran

kemungkinana tumor dalam kandung kemih atau sumber

perdarahan dari atas bila darah datang dari muara urter, atau batu

radiolusen didalam vesika. Selain itu dapat juga memberi

keterangan mengenai besar prostat dengan mengukur panjang

uretra pars prostatika dan melihat penonjolan prostat kedalam

uretra.

6. Kateterisasi

Mengukur” rest urine” yaitu mengukur jumlah sisa urine setelah

miksi sepontan dengan cara kateterisasi. Sisa urine lebih dari 100 cc

biasanya dianggap sebagai indikasi untuk melakukan intervensi pada

hiper tropi prostat.

J. PENATALAKSANAAN

Hanya dengan dilakukan prostatektomi yang merupan reseksi bedah

bagian prostat yang memotong uretra untuk memperbaiki aliran urin dan

menghilangkan retensi urinaria akut, ada beberapa alternatif

pembedahan meliputi:
Transsurethral resection of prostate (TURP) dimana jaringan prostat

obstruksi dari lobus medial sekitar uretra diangkat dengan

sistoskop/resektoskop dimasukkan melalui uretra

Suprapubic/open prostatektomi dengan diindikasikan untuk massa

lebih dari 60 g/60 cc. Penghambat jaringan prostat diangkat melalui

insisi garis tengah bawah dibuat melalui kandung kemih. Pendekatan ini

lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih.

Retropubic prostatektomi massa jaringan prostat hipertropi (lokasi

tinggi dibagian pelvis) diangkat melalui insisi abdomen bawah tanpa

pembukaan kandung kemih.

Perineal prostatektomi massa prostat besar dibawah area pelvis

diangkat melalui insisi diantara skrotum dan rectum, prosedur radikal ini

dilakukan untuk kanker dan dapat mengakibatkan impotensi.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam


proses keperawatan secara menyeluruh

a. Sirkulasi

Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal,


penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan
risiko pembentukan trombus).
b. Integritas Ego

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor


stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.

Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka


rangsang ; stimulasi simpatis

c. Makanan / cairan

Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk


hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ;
membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan /
periode puasa pra operasi).

d. Pernapasan

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

e. Keamanan

Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan


larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko
infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ;
Munculnya kanker /terapi kanker terbaru ; Riwayat
keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ;
Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-
obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse
darah / reaksi transfuse.

Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.


f. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic,


antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia,
bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic,
antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat
yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.
Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga
potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

2. Diagnosa keperawatan

Anda mungkin juga menyukai