ILUSTRASI KASUS
A. Identitas pasien
Nama : Misdi
Jenis kelamin : Laki
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl Raden Wijaya Gg 1 No 04 1/2 Wiroborang
Agama : Islam
MRS : 26-11-16
KRS : 3-12-16
Ruangan : Bougenvile kelas III laki
B. Anamnesis
Keluhan Utama
Jatuh dari pohon mangga
1
Riwayat Pengobatan
Tidak pernah diobati
C. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum : lemah
2. Kesadaran
a. Kuantitatif : GCS 356
b. Kulitatif : somnolen
3. Tanda vital
a. Tekanan darah : 142/69 mmHg
b. Nadi : 60 x/menit
c. Pernafasanan : 24 x/menit
d. Suhu : 36,6 C
4. Status generalis
a. Kepala-Leher
1) Kepala : Bentuk simetris, hematom (+)
2) Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-)
3) Hidung : Pernafasan cuping hidung (-), deviasi (-)
4) Telinga : otore (+), darah (+)
5) Tenggorok : Hiperemi faring (-), tonsil T1 kanan dan kiri
6) Mulut : Mukosa mulut lembab (+)
7) Leher : pemebesaran KGB (-), massa (-)
2
b. Thoraks
1) Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris, retraksi (-), jejas (-), deformitas (-)
Palpasi : iktus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : S1 S2 reguler, tunggal, murmur (-)
2) Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, retraksi (-), gerak nafas
tertinggal (-), massa (-), jejas (-)
Palpasi : Gerak dinding dada simetris, fremitus vokal paru kanan dan kiri
simetris, fremitus raba kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru depan dan belakang
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
c. Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), jejas (-), penonjolan suprapubik (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar, lien, dan ginjal tidak teraba,
nyeri tekan di regio suprapubik (-)
Perkusi : Timpani
d. Extremitas : Akral hangat, oedem (+) digiti 3 regio manus, CRT < 2
detik
5. Status lokalis digiti 3 Regio manus sinistra
Look : terlihat deformitas di interphalang proximal digiti 3 Regio manus
sinistra, darah (-), Oedem (+)
Feel : nyeri tekan (+), krepitasi (-), hangat (-)
Movement : gerak aktif (+), pergerakan terbatas, nyeri (+)
3
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
4
2. Pemeriksaan foto Polos Regio manus sisi AP / oblique
Luxatie interphalang joint proximal digiti III dengan dislokasi fragmen distal ke
posterior dan kearah ulnar
5
E. Resume
1. Anamnesis
Laki 40 tahun datang ke IGD dengan keluhan :
a. Jatuh dari pohon manga setinggi 5 meter
b. Pasien merasa pusing
c. Keluar darah dari telinga kiri
d. Nyeri di jari tangan kiri
2. Pemeriksaan fisik
a. Status generalis : DBN
b. Status lokalis Regio manus sinistral digiti III
1) Look : terlihat deformitas di interphalang proximal digiti 3 Regio manus
sinistra, darah (-), Oedem (+)
2) Feel : nyeri tekan (+), krepitasi (-), hangat (-)
3) Movement : gerak aktif (+), pergerakan terbatas, nyeri (+)
.
F. Assessment
Cederak kepala ringan + otore + dislokasi interphalang proximal fragmen digiti III
manus sinistra
G. Diagnosis Banding
a. Fraktur interphalang proximal digiti III manus sinistra
H. Planning
Pre Operasi:
Inform Concent
Puasa 8 jam
Infus RL
Pemberian antibiotik profilaksis (intravena)
Operasi:
Reposisi dan fiksasi (pemasangan wayer)
6
Post Operasi:
Observasi Tanda vital
Observasi Perdarahan
Observasi look, feel, movement
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari mangkuk sendi. Dislokasi merupakan suatu kedaruratan
secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari
segera. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah
Struktur anatomi tangan disusun dari tulang tangan, otot tangan, sendi tangan,
menciptakan gerakan yang dapat dilakukan oleh tangan. Tulang-tulang tangan disatukan
oleh sendi, kemudian sendi dikelilingi oleh otot sehingga dapat melakukan pergerakan.
Otot juga terbentang dari tulang ke tulang. Untuk lebih jelasnya, akan dilakukan
ireguler yang tersusun dalam dua baris. Masing-masing dari baris tersebut tersusun dari
empat tulang. Barisan tersebut terbagi menjadi barisan tulang pergelangan tangan
8
proksimal dan barisan tulang pergelangan tangan distal.2
Barisan tulang pergelangan tangan proksimal terdiri dari tulang-tulang sebagai berikut :2
1) Skafoid. Skafoid juga disebut navikular. Tulang ini memiliki bentuk seperti perahu.
2) Lunatum. Tulang ini memliki bentuk seperti bulan sabit.
3) Triquetrum. Tulang ini memiliki bentuk seperti segi tiga karena memliki tiga sudut.
4) Pisiforme. Tulang ini memiliki bentuk seperti kacang karena ukurannya yang kecil.
a. Barisan tulang pergelangan tangan distal terdiri dari tulang-tulang sebagai berikut :2
1) Trapezium. Tulang ini memiliki permukaan yang banyak.
2) Trapezoid. Tulang ini berukuran lebih kecil dari trapezium dan memiliki permukaan
yang banyak juga.
3) Kapitatum. Tulang ini memiliki bentuk kepala tulang yang bulat dan besar.
4) Hamatum. Tulang ini berbentuk menyerupai palu.
Tulang tangan (metakarpus) tersusun dari lima tulang panjang mini yang terletak
membujur pada telapak tangan. Semua tulang metakarpal memiliki bentuk yang sangat
serupa. Namun tidak berlaku untuk ukuran metakarpal pertama pada ibu jari. Setiap
tulang metakarpal memiliki basis proksimal yang berartikulasi dengan sebuah tulang
falang atau tulang jari. Falangs juga merupakan tulang panjang mini, tiga untuk masing-
masing jari dan dua untuk ibu jari. Pada tangan terdapat bagian buku jari yang menonjol
Pergerakan tidaklah mungkin dapat terjadi apabila tidak ada kelenturan dalam
rangka tulang. Kelenturan itu dimungkinkan karena adanya persendian. Sendi yaitu
suatu ruangan, tempat agar satu atau dua tulang dapat terletak saling berdekatan. Fungsi
utama dari sendi adalah untuk memberikan pergerakan dan fleksibilitas dalam tubuh.
dilakukan.2,3
9
Carpalia terdiri dari 8 buah tulang-tulang kecil yang satu sama lainnya saling bersendi.
1. Radiocarpal joint : Sendi ini merupakan ellipsoid joint dan mempunyai 2 axis gerak.
Radius bersendi dengan scapoid dan lunatum, sedangkan lunatum dan triquetrum tidak
bersendi dengan ulna melainkan dengan discus fibrocartilago. Discus ini membentang
dari ujung distal radius samping ulna menuju ke processus styloideus ulnae. Fungsi
discus ini untuk membantu stabilisasi wrist joint, menghubungkan ulna dengan tulang-
tulang carpal menyatukan ulna dengan radius serta sebagai bantuan pada wrist joint.
Diskus ini bisa rusak apabila terjadi trauma kuat kea rah ekstensi dan pronasi.
lunatum dan triquetrum) dan persendian diantara tulang-tulang carpal bagian distal
3. Midcarpal joint : persendian yang dibentuk oleh tulang-tulang carpal deretan proksimal
dengan deretan distal. Pada persendian ini tidak terdapat ligamentum interosseus
ujung bawah radius dan diskus persendian di bawah kepala ulna, yang bersama-sama
membentuk permukaan konkaf (cekung) untuk menerima sisi atas dari tulang skafoid,
lunatum, dan tulang-tulang triquetrum. Sendi yang terdapat di antara tulang karpalia
diantaranya adalah sendi elips. Sendi elips yang terdapat di antara tulang karpalia dapat
10
dilakukan gerakan fleksi, ekstensi, aduksi (deviasi ulna), abduksi (deviasi radius).2,3,4
Articulatio mediocarpalis adalah sendi antar ossa carpalia proximal dan ossa
hamatum bersendi dengan os lunatum dan os triquetrum. Jenis sendi ini adalah sendi
carpalia distalia. Sendi jenis ini yaitu sendi pelana atau articulatio sellaris dengan
yang terbatas yang terbentuk antara sisi distal dari baris bawah ossa metacarpalia dari
setiap tulang. Articulatio metacarpophalangeae dari ibu jari, yaitu sendi pelana,
terbentuk antara basis metacarpalia pertama dan trapezium. Karena ikat-ikat samping
yang kuat, pada sendi ini hanya dapat dilakukan fleksi-ekstensi dan abduksi-adduksi
jari.2,3,4
proximalis dengan phalanx media. Sendi interphalangeae merupakan sendi pelana dan
dengan phalanx distalis. Sendi interphalangeae merupakan sendi pelana dan hanya
11
Pada tangan, istilah aduksi dan abduksi digunakan untuk pergerakan ke arah dan
dari arah garis tengah tangan dan bukan dari garis tengah tubuh secara keseluruhan.
Adduksi ibu jari adalah gerakan ibu jari ke dan melintasi telapak tangan sedangkan
12
adduksi jari kelingking adalah gerakan kelingking ke arah ibu jari. Pada posisi anatomis,
jari kelingking bergerak menjauhi garis tengah tubuh tetapi mendekati garis tengah
tangan.2
C. Klasifikasi
2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya
tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang
berkurang.
3. Dislokasi traumatic : Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan
mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena
mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan
tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
1) Dislokasi Akut, Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri
2) Dislokasi Kronik
3) Dislokasi Berulang, Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi
dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.
13
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan
oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau
D. Etiologi
1. Cedera olah raga, Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola
dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski,
senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi
pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga. Benturan keras pada sendi saat
3. Terjatuh, Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
4. Patologis : terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen
E. Patofisiologi
Trauma kecelakaan karena kurang hati-hati dalam melakukan suatu tindakan atau
saat sedang berkendara dimana tidak menggunakan helm atau sabuk pengaman dapat
dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan
selanjutnya yaitu terjadinya penekanan pada jaringan tulang yang terdorong ke depan
sehingga merobek kapsul sehingga tulang dapat berpindah dari posisi normal.
14
Trauma
Deformatis tulang
Keterlambatan
pertumbuhan dan
perkembangan anak
F. Manifestasi Klinis
1. Adanya mati rasa atau tebal dan kesemutan pada daerah persendian
2. Adanya rasa nyeri terutama bila sendi tersebut digunakan atau diberikan beban
5. Sendi terlihat tidak pada posisi sebenarnya, adanya perubahan warna maupun bentuk
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan
o Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa anestesi, misalnya :
dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari pada fase syok), sislokasi bahu, siku atau
jari dapat direposisi dengan anestesi loca; dan obat penenang misalnya valium.
dislokasi berat.
sendi.
o Sendi kemudian diimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar
tetap dalam posisi stabil. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan
mobilisasi halus 3-4x sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
16
BAB III
PENUTUP
Kecurigaan yang tinggi akan adanya cedera pada pada pasien trauma sangat
penting sampai kita mengetahui secara tepat bagaimana mekanisme cedera pasien
tersebut. Pasien yang tampak deformitas, krepitasi dan adanya penonjolan fragmen tulang
perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui adanya dislokasi atau fraktur.
Pasien yang jatuh dari ketinggian menggunakan tumpuan tangan untuk menyanggah
badannya. Oleh karena itu kasus disolokasi digiti manus seringkali terjadi pada kasus
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif, Mansjoer, dkk, 2000 . Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. FKUI, Jakarta:
Medica Aesculpalus
2. Watson, Roger. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta ; EGC. 2002. h 93-94,
170-172, 181-5
3. Putz, Reinhard, Reinhard Pabst. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta ; EGC.
2007. h 158.
4. Putz, Reinhard, Reinhard Pabst. Sobotta Tabel Otot, Sendi, dan Saraf. Jakarta ; EGC.
2007. h 36.
5. Sabiston. 1994. Buku Ajar Bedah Bagian 2. alih bahasa: Andrianto.P; Editor
Ronardy. Penerbit EGC; Jakarta.. 479.
6. Chairuddin, R., 1998, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Cetakan I, Penerbit Bintang
Lamumpatue, Ujung Pandang, hal. 6 – 11
7. Shwartz Seymor I. Principles of Surgery, fifth edition. New York, McGraw-Hill,
Information Services Company.
18