Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

INTEGRITAS KULIT

NAMA : ISTIANA

NIM : 010118A069

SEMESTER : III

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019
BAB I

KONSEP TEORI

A. Anatomi Fisiologi Manusia

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan
melindungi permukaan tubuh. Kulit berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi
rogga lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar
mukosa. Kulit disebut juga integumen atau kutis, tumbuh dari dua macam jaringan yaitu
jaringan epitel yang menumbuhkan lapisan epidermis dan jaringan pengikat (penunjang)
yang menumbuhkan lapisan dermis (kulit dalam).
Kulit merupakan organ hidup yang mempunyai ketebalan yang sangat bervariasi.
Bagian yang sangat tipis terdapat di sekitar mata dan yang paling tebal pada bagian
telapak kaki dan telapak tangan yang mempunyai ciri khas (dermatoglipic pattern) yang
berbeda pada setiap orang yaitu berupa garis lengkung dan berbelok-belok, hal ini
berguna untuk mengidentifikasi seseoran.
Dua sel yang ditemukan dalam epitel kulit :
1. Sel utama, merupakan sel serosa yang menempati bagian tengah sel. Sitoplasmanya
mengandung bintik lemak dan granula pigmen. Sel ini mengeluarkan getah encer
mengandung bahan pelarut.
2. Sel musigen, bertebaran di antara sel-sel serosa yang mempunyai retikulum
endoplasma granula dan granula sekretori basofil, menghasilkan glikoprotein mukoid.
Kontraksi sel ini membantu pengososngan getah kelenjar dan berfungsi sebagai
bangun penyangga menahan perubahan tekanan osmotik yang memungkinkan bahaya
pada keutuhan susunan kanalikuli intersel.
Lapisan kulit dapat dibedakan menjadi dua lapisan utama yaitu kulit ari
(epidermis) dan kulit jangat (dermis). Kedua lapisan ini berhubungan dengan lapisan
yang ada dibawahnya dengan perantara jaringan ikat bawah kulit
(hipodermis/subkutis).
Epidermis

Epidermis adalah lapisan paling luar yang yang terdiri dari lapisan epitel gepeng
unsur utamanya adalah sel-sel tanduk (keratinosit) dan sel melanosit. Lapisan epidermis
tumbuh terus karena lapisan sel induk yang berada di lapisan bawah bermitosis terus,
lapisan paling luar epidermis akan terkelupas atau gugur. Epidermis tersusun oleh sel-sel
epidermis terutama serat-serat kalogen dan sedikit serat elastis. Epidermis terdiri dari
beberapa lapisan sel, lapisan tersebut terdiri dari lima lapisan :

1. Stratum korneum: Terdiri dari banyak lapisan sel tanduk (keratinasi), kering, dan
tidak berinti. Sitoplasma di isi dengan serat keratin, makin keluar letak sel makin
gepeng seperti sisik lalu terkelupas dari tubuh, yang terkelupas digantikan oleh sel
yang lain. Zat tanduk merupakan keratin lunak yang susunan kimianya berada dalam
sel-sel keratin keras.
2. Stratum lusidum: Terdiri dari beberapa lapis sel yang sangat gepeng dan bening. Sulit
melihat membran yang membatasi sel-sel itu sehingga lapisannya secara keseluruhan
tampak seperti kesatuan yang bening. Lapisan ini ditemukan pada daerah tubuh yang
berkulit tebal.
3. Stratum granulosum: Terdiri dari 2-3 lapisan sel poligonal yang agak gepeng , inti
ditengah, dan sitoplasma berisi butiran granula keratohialin atau gabungan keratin
dengan hialin. Lapisan ini menghalangi masuknya benda asing, kuman, dan bahan
kimia ke dalam tubuh.
4. Stratum spinosum: Terdiri dari banyak lapisan sel bebentuk kubus dan poligonal, inti
terdapat di tengah dan sitoplasmanya berisi berkas-berkas serat yang terpaut pada
desmosom (jembatan sel) seluruh sel terkait rapat lewat serat-serat itu sehingga secara
keseluruhan lapisan sel-selnya berduri. Lapisan ini untuk menahan gesekan dan
tekanan dari luar, sehingga harus tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak
bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak kaki.
5. Stratum malfighi: Unsur-unsur lapis taju yang mempunyai susunan kimia yang khas,
inti bagian basal lapis taju mengandung kolesterol dan asam-asam amino. Stratum
malfighi lapisan terdalam dari epidermis berbatasan dengan dermis di bawah, terdiri
dari lapisan sel berbetuk kubus (batang).

Dermis

Dermis adalah lapisan kulit yang tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat
yang elastik. Lapisan kulit yang lebih tebal berisi ikatan kolagen dan serat elastis
menyokong epidermis. Ujung akhir saraf sensoris, yaitu puting peraba, terletak di dalam
dermis. Pelengkap Kulit : rambut, kuku, dan kelenjar sebaseus.
Subkutan
Subkutan terdiri dari kumpulan sel lemak diantara gerombolan ini berjalan serabut
ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut
penikulus adiposi yang tebalnya tidak sama pada tiap tempat dan juga pembagian antara
laki-laki dan perempuan tidak sama.

B. Definisi
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkungan
hidup manusia.
Fungsi kulit :
a) Fungsi termogulasi
Pengeluaran panas melalui kulit berlangsung melalui proses evaporasi air
(perubahan molekul air) yang disekresi oleh kelenjar keringat dan juga melalui
proses perspirasi (sekresi keringat), difusi molekul air melalui kulit
b) Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis (mis, gesekan, tarikan,
gangguan kimiawi) yang dapat menimbulkan iritasi, gangguan panas, dan infeksi
dari luar (bakteri,jamur).
c) Fungsi absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air dan larut tetapi cairan yang mudah
menguap lebih mudah diserap. Permeabilitas kulit terhadap oksigen,
karbondioksida, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada
fungsi respirasi.
d) Fungsi ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak berguna (zat sisa metabolisme) dalam
tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan amonia. Lapisan sebum berguna untuk
melindungi kulit karena lapisan sebum mengandung minyak untuk melindungi
kulit, menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.
e) Fungsi pembentukan pigmen
Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosom dibentuk alat golgi dengan
bantuan tiroksinasi yang meningkatkan metabolisme sel, ion Cu, dan oksigen.
Sinar matahari mempengaruhi melanosom, pigmen yang tersebar di epidermis
melalui tangan-tangan dendrit sedangkan lapisan di bawah oleh melanofag.
f) Fungsi pembentukan vitamin D
Pembentukan vitamin D berlangsung dengan mengubah dihidroksi kolesterol
dengan pertolongan sinar matahari. Kebutuhan vitamin D tidak cukup hanya dari
proses tersebut, pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

Definisi luka
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,
sengatan listrik, atau gigitan hewan (R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong, 2004).
Ketika luka timbul beberapa efek akan muncul :
- Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
- Respon stress simpatis
- Pendarahan dan pembekuan darah
- Kontaminasi bakteri
- Kematian sel
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :
- Vaskularisasi
- Anemia
- Usia
- Nutrisi
- Obesitas
- Penyakit lain
Masalah yang dapat terjadi pada luka :
- Pendarahan
- Infeksi
- Dehiscene, merupakan pecahnya luka sebagian atau keseluruhannya
- Eviceration, yaitu menonjolnya organ tubuh bagian dalam kearah luka

C. Faktor Yang Mempengaruhi

Faktor risiko Dekubitus :


Dekubitus merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan gangguan integritas
kulit.
a.) Gangguan input sensorik
Perubahan persepsi sensorik terhadap nyeri dan tekanan berisiko tinggi mengalami
gangguan integritas kulit dari pada klien yang sensainya normal.
b.) Gangguan fungsi motorik
Merasakan tekanan tetapi tidak mampu mengubah posisi secara mandiri untuk
menghilangkan tekanan tersebut. Hal ini meningkatkan peluang terjadinya dekubitus.
c.) Perubahan tingkat kesadaran
Mengalami kebingungan, disorientasi atau mengalami perubahan tingkat kesadaran
tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari dekubitus.
d.) Gips, traksi, alat ortotik dan peralatan lain
Gips dan traksi mengurangi mobilisasi dan ekstremitas. Menggunakan gips berisiko
tinggi terjadi dekubitus karena adanya gaya friksi eksternal mekanik dari permukaan
gips yang bergesek pada kulit. Peralatan ortotik seperti penyangga leher digunakan
pada pengbatan yang mengakami fraktur spinal servikal bagian atas.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan dekubitus :
Gangguan integritas kulit yang terjadi pada de kubitus merupakan akibat utama
tekanan. Tetapi ada faktor-faktor tambahan yang dapat meningkatkan risiko terjadi
dekubitus. Termasuk diantaranya gaya gesek, friksi, kelembaban, nutrisi buruk,
kakeksia, obesitas.
1. Gaya gesek
Gaya gesek adalah tekanan yang diberikan pada kulit dengan arah paralel
terhadap permukaan tubuh (AHCPR,1994). Gaya ini terjadi saat klien begerak
atau memperbaiki posisi tubuhnya diatas tempat tidur dengan cara didorong atau
di geser.
2. Friksi
Friksi merupakan gaya mekanika yang diberikan saat kulit digeser pada
permukaan kasar seperti alat tenun tidur. Cedera akibat friksi mempengaruhi
epidermis atau lapisan kulit bagian atas yang akan terkelupas ketika klien
mengubah posisinya.
3. Kelembaban
Adanya kelembaban pada kulit dan durasinya meningkatkan risiko terjadinya
dekubitus sebanyak 5 kali lipat (Reuler dan Cooney, 1981)
4. Nutrisi
Kurang nutrisi sering mengalami atrofi otot dan penurunan jaringan subkutan
yang serius. Akibat perubahan ini maka jaringan yang berfungsi semakin sedikit.
Oleh karena itu efek tekanan meningkat pada jaringan tersebut.
5. Kakeksia
Kakeksia adalah penyakit kesehatan dan malnutrisi umum ditandai dengan
kelemahan dan kurus. Kakeksia biasa berhubungan dengan penyakit berap seperti
kanker dan penyakit kardiopulmonal. Kondisi ini meningkatkan risiko dekubitus
yang di alami klien.
6. Obesitas
Obesitas dapat mempercepat terjadinya dekubitus. Jaringan adiposa pada jumlah
kecil berguna sebagai bantalan tonjolan tulang sehingga melindungi kulit dari
tekanan.
D. Masalah Yang Muncul dan Kriteria
1. Adanya peradangan atau bengkak disekitar luka
2. Adanya luka atau integritas kulit
3. Nyeri
4. Pendarahan
5. Gangguan fungsi
6. Diastosa / luka yang mengganggu

E. Penatalaksaan Medis
Melakukan perawatan luka
- Evaluasi data
- Tindakan antiseptik untuk membersihkan luka dengan larutan antiseptik
- Pembersihan luka
- Penutup luka
- Pemberian antibotik luka
- Pengangkatan jahitan

F. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan HB
- Produksi cairan luka
- Leukosit
- Koagulasi
- Protein dan glukosa
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identifikasi risiko terjadinya dekubitus pada klien
a. Paralisis atau imobilisasi yang disebabkan oleh alat yang membatasi gerakan klien
(apakah klien mampu berbalik atau mengubah posisinya secara mandiri?)
b. Kehilangan sensori (apakah klien merasa tidak nyaman akibat tekanan?)
c. Gangguan sirkulasi
d. Penurunan tingkat kesadaran, sedasi, atau anestesi
e. Gaya gesek, friksi (apakah lapisan kulit dan subkutan menempel pada permukaan
tempat tidur?)
f. Kelembapan, inkontinensi, keringat, drainase luka atau muntah
g. Malnutrisi (kaji berat badan apakah mengalami penurunan)
h. Anemia
i. Infeksi (apakah kondisi kulit klien sangat lembab?)
j. Obesitas, karena jaringan adiposa yang berlebihan dan kurang mendapat
volkuralisasi lebih rentan terhadap tekanan
k. Hidrasi, edema atau dehidrasi ; menurunkan suplai darah sehingga menjadi
kurang toleran terhadap tekanan , friksi dan gaya gesek kulit yang dehidrasi
menjadi kurang elastis dan turgor kulit buruk
l. Lanjut usia, kulit kurang elastis dan lebih kering, massa jaringan berkurang
m. Adanya dekubitus

2. Kaji kondisi kulit disekitar daerah yang mengalami penekanan


a. Hipermia reaksi normal, berupa respon fisiologis normal terhadap kondisi
hipolisemia. Pada orang berkulit gelap kulit yang tertekan akan terlihat lebih
gelap dari kulit sekitarnya dan bahkan dapat berwarna keungungan.
b. Warna pucat
c. Indurasi, edema dibawah permukaan kulit
d. Hilangnya lapisan kulit permukaan
3. Kaji daerah tubuh klien yang berpotensi mengalami tekanan
a. Lubang hidung, tempat pemasangan selang NGT
b. Lidah, bibir, kulit dan mukosa mulut berada dekat dengan jalan napas oral
c. Tempat pemasangan intravena (khususnya tempat pemasangan dalam waktu
lama)
d. Selang drainase, terdapat stress pada jaringan yang berada ditempat luar
4. Observasi posisi yang lebih disukai klien saat berada ditempat tidur atau kursi
5. Observasi mobilitas dan kemampuan klien untuk melakukan dan membantu dalam
mengubah posisi
6. Tentukan nilai risiko
7. Dapatkan data pengkajian nutrisi yang meliputi jumlah serum albumin, jumlah
protein total, jumlah hemoglobin dan presentasi BBI

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik
2. Kerusakan integritas kulit
3. Resiko infeksi
4. Nyeri akut
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin, 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan, Jakarta : PT
Gramedia

Potter & Perry,2006.Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan praktik.Jakarta.ECG

Anda mungkin juga menyukai