Anda di halaman 1dari 49

Analisis SEE

Sistem AC & Fasor

Andi Faharuddin
Asst. Prof., S.T. (UH), M.T. (UGM)
Off. Reg.: 132169986
Arus (Tegangan) DC & AC
 DC, Direct Current (Arus-Searah): Arus
yang arahnya, senantiasa tetap
sepanjang waktu (time-invarying).

 AC, Alternating Current (Arus-Bolak-


Balik): Arus yang arahnya, senantiasa
berubah sepanjang waktu (time-
varying)..

2
Sejarah Sistem AC

3
 Sistem DC (Direct Current, Arus- Searah), berperan
besar sebagai SEE hingga akhir th. 1800-an.

 Akhir th. 1800-an: “perang” antara Insinyur Elektrik DC dg


Insinyur AC (Alternating Current, Arus-Bolak-balik).

 Perang berakhir dg KEMENANGAN Insinyur AC, karena


SEE AC lebih efisien daripada DC khususnya untuk
pengiriman energi dalam jarak-jauh (waktu itu).

4
Mengapa Sinusoidal?
 Daya elektrik untuk rumah, industri dsb.,
pada umumnya berupa arus atau tegangan
sinusoidal;

 Semua sinyal periodik, pada prinsipnya


terbentuk oleh superposisi dari sinyal
sinusoidal yang berbeda:
amplitudo/magnitudo, fase dan frekuensi.

5
 Sinyal sinusoidal adalah suatu sinyal yang
berbentuk fungsi sinus atau cosinus.

 Arus sinusoidal, biasanya disebut arus AC


(Arus-Bolak-Balik).

 Sistem/rangkaian yg disuplai oleh sumber


arus/tegangan sinusoidal disebut
rangkaian/sistem AC.

6
 Tegangan sinusoidal:

(1)

yang mana:
Vm = amplitudo/magnitudo dari sinusoidal;
= frekuensi angular/sudut dlm radian/s;
t = argumen dari sinusoidal.
7
Gambar. 1. Sktesa/grafik v(t) dalam (a) fungsi t (b) fungsi t.

Dari Gambar 1: sinusoidal berulang setiap T sekon.


Jadi, T, disebut PERIODE dari sinusoidal.
Juga terlihat: T = 2.

8
(2)

Fakta bahwa v(t) berulang setiap T sekon, dapat terlihat dg


mengganti t dengan t + T, pd Pers. 1.. Sehingga,

(3)

9
 Karena itu,

(4)

Fakta bahwa v mempunyai nilai yg sama ps saat t + T


dengan pada t, menandakan bahwa v(t) adalah fungsi
PERIODIK.

10
 Secara umum,

Sebuah fungsi PERIODIK, adalah sebuanh fungsi yang


memenuhi f(t) = f(t + nT), untuk semua t dan bilangan
integer n.

Periode, T dari suatu fungsi periodik, adalah waktu dari


satu siklus lengkap (satu gelombang) atau jumlah
sekon per sekon.

11
Kebalikannya, jumlah siklus per sekon, disebut frekuensi
(f) dari sinusoidal. Jadi,

(5)

12
Dari Pers. (2) & (5), jelas bahwa,

(6)

Yang mana,  adalah radian per sekon (rad/s), f


dalam Hertz (Hz).

13
 Bentuk umum dari suatu sinusoidal:

(7)

Yang mana

= argumen
= fase
Argumen & fase, bisa dalam radian atau derajat
14
 Misalnya ada dua fungsi sinusoidal
(Gambar 2), sbb.:

& (8)

15
Gambar 2. Dua buah sinusoidal dengan fase yang berbeda

16
 Titik awal v2, terjadi lebih dulu.
 Sehingga:
•v disebut MENDAHULUI (leading) v1 dg
2
sudut ; atau

•v 1 disebut MENYUSUL (lagging) v2 dg sudut


.

17
 Jika:
 TDK = 0: maka v 2 dan v1, BERBEDA
FASE;

 = 0: maka v 2 dan v1, SEFASE (berfase


sama);
• Mereka mencapai MINIMA dan MAKSIMA pd
waktu yg sama.

18
Nilai Efektif dari Tegangan AC
 Meskipun karakter tegangan AC, dikenali dari
frekuensi & nilai-puncak (Em) (maksimum) yg
ditentukan, tetapi lebih sering menggunakan
nila efektif (nilai RMS)(Eeff.).

 Nilai efektif (nilai RMS, root mean square):


• Suatu ukuran efek pemanasan dari tegangan AC
dibandingkan tegangan DC ekiva;en.

19
 Contoh:

Veff. 135 V, menghasilkan efek pemanasan


resistor yg sama dengan VDC 135 V.

20
 Untuk tengangan sinusoidal, relasi
antara Eeff dengan Em, adalah sbb.:

Eeff. = Em / 2……

21
 Penandaan yang sama, juga berlaku
untu arus.Sehingga,

Ieff. = Im / 2……

Kebanyakan instrumen terkalibrasi untuk menampilkan nilai efektif,


BUKAN nilai pucak/maksimum.

22
 Contoh:
 Sumber 60 Hz, mempunyai tegangan
efektid 240 V, mengirimkan arus 10 A,
ke rangkaian. Carilah:
• (a) nilai-puncak tegangan;
• (b) nilai-puncak arus.

23
 (a) nilai-puncak tegangan, adalah,
Em = Eeff x 2 = 339 V;

(b) nilai-puncal arus:


Im = Ieff x 2 = 14,1 A;

24
Representasi Fasor Besaran
Sinusoidal
 Dalam kebanyakan studi daya, frekuensi
dianggap konstan.

 Kita tidak secara khusus berurusan dg nilai


sesaat dari besaran araus / tegangan.

 Lebih berkepentingan dg nilai magnitudo


RMS dan sudut fase dari sinyal
(arus/tegangan).

25
 Demikian pula, besaran-besaran tsb. terukur
dalam nilai RMS,

 Tujuan diagram fasor adalah menamplikan


magnitudo dari besarn serta sudut fasenya.

 Fasor = vektor, yang mana panjang garis


sebanding dengan NILAI RMS dari sinyal.

26
Gambar 3. Nilai terukur adalah nilai RMS/efektif
27
 Sudut antara dua fasor adalah sudut
fase elektris antar kedua besaran.

 Dengan demikian, besaran fasor


menyatakan nilai RMS beserta sudut
fase dari besaran.

28
Contoh Representasi Fasor

Teg.
Untuk gradien + (V & I), V bernilai
LEBIH BESAR. Berarti tegngan
MENDAHULUI arus atau Arus
MENYUSUL tegangan .
Arus

Gambar 4. Arus MENYUSUL (Lags) tegangan sebsar 30o. Nilai


RMS tegangan 240 V serta arus 10 A

29
 Fasor tegangan
• Nilai RMS = 240 V;
• Sudut = 0 ;
o

• Representasi fasor: 240 0o


Volt.

 Fasor arus
• Nilai RMS = 10 A;
• Sudut = -30 o

• Representasi fasor: 10 -30 o


A.

30
240 V

= 30o
10 A

Gambar 5. Diagram fasor dari Gambar 4. Fasor tegangan


sebagai acuan.

31
Beda Fase (Lagging & Leading)

Gambar 5. Fasor I MENYUSUL E sebesar  ; atau Fasor i


MENDAHULUI E sebesar sudut .

32
Fasor I & E, SEFASE

Fasor I, MENYUSUL & E, dg


sudut  derajat

33
•v dan v1, DAPAT DIBANDINGKAN karena
2
mereka BERFREKUENSI SAMA;

• Keduanya TIDAK perlu BERAMPLITUDO


SAMA.

34
 Suatu sinusoidal DAPAT
DIEKSPRESIKAN dalam bentuk sinus
atau cosinus.

 Ketika akan MEMBANDINGKAN


keduanya, SEBAIKNYA mereka
dinyatakan dalam bentuk sinus atau
cosinus.

35
 Untuk itu, digunakan rumus
TRIGONOMETRI berikut:

(9)

36
 Dengan Persamaan (9), akan terlihat
bahwa:

(10)

37
 Dengan menggunakan relasi-relasi di
atas, kita DAPAT mengonversi
sinusoidal dari bentuk sinus ke cosinus
ATAU sebaliknya, dari bentuk cosinus
ke sinus dg amplitudo positif.

38
Contoh Soal
 1) Carilah:
• a) teg. maksimum (maksima)
• b) periode
• c) fase dan
• d) frekuensi dari sinusoidal:
Volt

39
 Peny.:
• a) teg. maksimum adalah V = 12 V;
m

• b) fase =  = 10 ;
o

• c) frekuensi anguler/sudut,  = 50 rad/s


• Sehingga periode,

• d) frekuensi,
40
 2) Carilah perbedaan sudut fase antara:

41
 Peny.:
 Konversi i1 ke cosinus menggunakan
pers. 10 baris ke-4*)
I1 = 4 cos (377t + 90o + 25o) 1

I1 = 4 cos (377t + 115o) 2

I2 = 5 cos (377t - 40o)

*) cos (t + 90o) = - sin t 42


• Sehingga beda fase i 1 & i2 adalah:
•= -
1 2

• = 115 – (-40) = + 155 o

• Dalam kasus ini, iMENDAHULUI


1
(Leading) i2, dg SUDUT 155o.

43
 3) Gambarkan diagram fasor i1 & i2
pada Contoh 2.

44
 3) Gambarkan diagram fasor i1 & i2 pada
Contoh 2.

i1(t) = 4 cos (377t + 115o)

i2 (t) = 5 cos (377t - 40o)

45
 Peny.:
1
 . Magnitudo i1

2

i1 (t) = 4 cos (377t + 115o)

i2 (t) = 5 cos (377t - 40o)


Magnitudo i2

46
 Sehingga fasor dari kedua arus dalam
bentuk polar adalah sbb.:
•I1 = 4 115o Ampere;
•I2 = 5 -40 o
Ampere;

Catatan: Ingat, NAMA fasor, biasanya dituliskan dalam KAPITAL.


Sehingga i1(t) menjadi I1 & i2(t) menjadi I2.

47
I1

4A
115o

-40o
5A
I2

Gambar diagram fasor I1 & I2. yg mana I1


MENDAHULUI I2 dengan sudut sebesar 155 derajat
48
Usaha TIDAK boleh berhenti,
HANYA karena ADA berita,
bahwa kita akan gagal.
(Bang Uyan, RCTI, …)

Anda mungkin juga menyukai