LAPORAN PENELITIAN Metil Ellha
LAPORAN PENELITIAN Metil Ellha
SANRILLAH
121 814 003 2
Gambar 1. Puyuh
Klasifikasi Coturnix-coturnix japonica adalah sebagai berikut:
Ordo : Galformes
Famili : Phasidae
Genus : Coturnix-coturnix
Spesies : Coturnix-coturnix japonica Vali (2008)
Secara ilmiah puyuh dikenal dengan nama Coturnix-coturnix
japonica berbeda dengan nama yang umumnya digunakan yaitu Coturnix
coturnix.C.japonica Pada awalnya disebut burung jepang liar yang
ditemukan pada abad kedelapan di Jepang. Burung puyuh tipe liar
memiliki bulu dengan warna dominan coklat cinnamon dan gelap. Akan
tetapi, puyuh betina dewasa memiliki bulu dengan warna yang pucat
dengan bintik bintik gelap. Berbeda dengan puyuh betina, puyuh jantan
dewasa memiliki warna bulu yang gelap dan seragam pada bagian dada
dan pipi (Vali, 2008). Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas
sebagai penghasil telur dan daging yang mendukung ketersediaan protein
hewani yang murah serta mudah didapat (Permentan, 2008).
Puyuh merupakan unggas yang memiliki siklus hidup relatif pendek
dengan laju metabolisme tinggi, dan pertumbuhan serta
perkembangannya yang sangat cepat (Radhitya, 2015). Burung puyuh
merupakan salah satu komoditi unggas dari genus Coturnix yang dapat
dimanfaatkan sebagai penghasil telur dan daging (Setyawan et. al., 2012).
Puyuh mulai dijinakkan di Jepang pada tahun 1890-an (Nugroho dan
Mayun, 1986). Sedangkan, di Indonesia puyuh mulai dikenal dan
diternakkan pada tahun 1979 (Progressio, 2000). Burung Puyuh yang
berumur satu hari disebut DOQ (Day Old Quail). Besarnya seukuran jari
dengan berat 8 – 10 gram dan berbulu jarum halus. Anak Burung Puyuh
yang sehat berbulu kuning mengembang, gerakannya lincah, besarnya
seragam dan aktif mencari makan dan minum. Pada usaha peternakan,
periode pembesaran DOQ disebut dengan periode starter – grower
(stargro) yang dilakukan hingga bibit burung puyuh berumur delapan
Minggu (Sugiharto, 2005). Jenis puyuh yang banyak dibudidayakan di
Indonesia adalah puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica) (Suryani,
2015).
Karakteristik yang mencirikan puyuh Jepang adalah : (1) paruh
pendek dan kuat, badan lebih besar dibanding puyuh jenis lain, panjang
badan 18-19 cm, berbentuk bulat dengan ekor pendek, (2) jari kaki empat
buah, tiga jari ke arah depan satu jari ke arah belakang, warna kaki
kekuningkuningan, (3) pada kepala puyuh jantan dewasa, diatas mata dan
bagian alis mata belakang terdapat bulu putih berbentuk garis
melengkung yang tebal, bulu dada merah sawo matang polos tanpa ada
bercak-bercak cokelat kehitaman, suara puyuh jantan lebih keras
dibanding yang betina, (4) warna bulu puyuh betina dewasa hampir sama
dengan warna bulu puyuh jantan berbeda hanya pada dada yang warna
dasarnya agak pucat, bergaris-garis, atau berbecak kehitam-hitaman, (5)
puyuh mencapai dewasa kelamin sekitar umur 40-42 hari, (6) berat badan
puyuh betina dewasa 142-144 gram/ekor, sedangkan puyuh jantan 115-
117 gram/ekor, (7) puyuh betina dapat bertelur 200-300 butir/tahun
dengan berat telur 9-10 gram/butir (Wheindrata, 2014)
Puyuh mempunyai saluran pencernaan yang dapat menyesuaikan
diri terhadap kondisi lingkungan. Gizzard dan usus halus pada puyuh
memberikan respon yang fleksibel terhadap ransum dengan kandungan
serat kasar yang tinggi (Starck dan Rahman, 2003).
2.1 DAUN SAMBILOTO
Ransum Subtitusi
Dengan Daun Sambiloto
3.2 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah dapat diduga dengan
penambahan tepung daun sambiloto didalam ransum dapat mempengaruhi
produksi telur dan bobot telur puyuh.
BAB IV. METODE PENELITIAN
Untuk menentukan umur ternak puyuh yang akan dijadikan sampel kita
perlu mencari data bersumber dari rekording
Vali, N. 2008. The japanese quail: A Review. Int. J. Poultry Sci. 7 (9): 925-931.