Fahri Aik 3
Fahri Aik 3
PEMBUKA
A. Latar belakang
Kondisi umat Islam akhir-akhir ini, sugguh sangat memprihatinkan.
Carut marut umat Islam di Timur Tengah sendiri sudah semakin tak karuhan.
Ideologi Islam murni yang dibawa Nabi Muhammad SAW sudah tercampur
adukkan oleh budaya-budaya lokal non islam.
Melihat kondisi tersebut, mau tidak mau umat Islam harus mampu
mengadakan pembaharuan dan pemurnian (purifikasi) ajaran Islam demi cita-
cita dan keberlangsungan dihari mendatang. Maka muncullah beberapa orang
tokoh ulama yang ingin memurnikan kembali ajaran Islam. Tokoh-tokoh ulama
pembaharuan di Timur Tengah yang terkenal dimasa itu antara lain yaitu
Jamaluddin Al-Afgani, Ibnu Taimiyah, Muhammad Abuh, Muhammad Rosyid
Ridha dsb.
Kondisi umat Islam di Indonesia tenyata tidak jauh berbeda dengan
kondisi umat Islam di Timur Tengah. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaan-
kebiasaan masyarakat Indonesia yang masih kental dengan budaya-budaya
ajaran agama Hindu, Budha, animisme, dinamisme, dan kejawen. Melihat hal
itu KH Ahmad Dahlan bersama Muhammadiyahnya berusaha memurnikan
(mempurufikasi) kembali ajaran Islam. Menurut pengamatannya, keadaan
masyarakat sebelumnya hanya mempelajari Islam dari kulitnya tanpa
mendalami dan memahami isinya. Sehingga Islam hanya merupakan suatu
dogma yang mati.
Banyak hal yang telah dilakukan KH Ahmad Dahlan dalam memurnikan
ajaran Islam tersebut, terutama dalam hal pendidikan Islam. Metode-metode
pendidikan yang dilakukan KH Ahmad Dahlan memang banyak mengadopsi
sistem pendidikan barat, karena menurutnya pada masa itu pendidikan baratlah
yang baik dan paling cocok digunakan dalam memajukan peradaban umat
Islam khususnya di Indonesia. Sehingga bisa kita jumpai sampai sekarang hasil
peninggalan dan bentuk perjuangan KH Ahmad Dahlan seperti, sekolah-
1
sekolah dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan
dsb.
Dalam makalah ini, penulis akan sedikit membahas tetang
“Pembaharuan KH Ahmad Dahlan. Makalah ini ditulis guna untuk memenuhi
salah satu mata kuliah Gerakan Pembahuan Islam. Penulis berharap semoga
dalam penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin….
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis akan coba
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Siapakah KH. Ahmad Dahlan ?
2. Jelaskan gagasan pemikiran dan pembaharuan KH. Ahmad Dahlan
dalam mendirikan Muhammadiyah?
3. Jelaskan latar belakang dan faktor-faktor berdirinya Muhammadiyah?
4. Jelaskan maksud dan tujuan Muhammadiyah?
5. Jelaskan landasan normatip Muhammadiyah?
6. Jelaskan landasa operasional mijammadoyah?
7. Jelaskan Muhammadiyah sebagai gerakan islam, dakwah dan tajidid?
C. Tujuan pembahasan
Dalam pembahasan makalah ini penulis bertujuan untuk:
1. Mengetahui siapa itu KH. Ahmad Dahlan
2. Mengetahui gagasan pemikiran dan pembaharuan KH. Ahmad
Dahlan dalam mendirikan Muhammadiyah?
3. Mengetahui latar belakang dan faktor-faktor berdirinya
Muhammadiyah?
4. Mengetahui maksud dan tujuan Muhammadiyah?
5. Mengetahui landasan normatip Muhammadiyah?
6. Mengetahui landasa operasional mijammadoyah?
7. Mengetahui Muhammadiyah sebagai gerakan islam, dakwah dan
tajidid?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Mekkah dan menetap selama dua tahun. Ketika mukim yang kedua kali ini, ia
banyak bertemu dan melakukan muzakkarah dengan sejumlah ulama
Indonesia yang bermukim di Mekkah. Di antara ulama tersebut adalah; Syekh
Muhammad Khatib al-Minangkabawi, Kiyai Nawawi al-Banteni, Kiyai Mas
Abdullah, dan Kiyai Faqih Kembang. Pada saat itu pula, Dahlan mulai
berkenalan dengan ide-ide pembaharuan yang dilakukan melalui
penganalisaan kitab-kitab yang dikarang oleh reformer Islam, seperti Ibn
Taimiyah, Ibn Qoyyim al-Jauziyah, Muhammad bin Abd al-Wahab, Jamal-al-
Din al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan lain sebagainya.
4
Solekhah, putrid Kanjeng Penghulu M. Syafi’i adik Kiai Yasin Paku Alam
Yogya.
5
peristiwa tersebut rupanya menjadi cikal-bakal pergulatan antara pikiran-
pikiran baru yang dipelopori oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan pikiran-
pikiran yang sudah mentradisi.
6
agama yang diberikan. Ahmad Dahlan dapat diterima baik oleh anggota-
anggota Budi Utomo. Terbukti, mereka menyarankan agar Ahmad Dahlan
membuka sendiri sekolah secara terpisah. Sekolah tersebut hendaknya
didukung oleh suatu organisasi yang bersifat permanen.
7
madrasah dcngan pengantar bahasa Arab di lingkungan Keraton, namun
gagal.Selanjutnya, pada tanggal 1 Desember 1911 M. Ahmad Dahlan mendirikan
sebuah Sekolah Dasar di lingkungan Keraton Yogyakarta. Di sekolah ini,
pelajaran umum diberikan oleh beberapa guru pribumi berdasarkan sistem
pendidikan gubernemen. Sekolah ini barangkali merupakan Sekolah Islam Swasta
pertama yang memenuhi persyaratan untuk mendapatkan subsidi pemerintah.
Sebagai jawaban terhadap kondisi pendidikan umat Islam yang tidak bisa
merespon tantangan zaman, K.H. Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah
melanjutkan model sekolah yang digabungkan dengan sistem pendidikan
gubernemen. Ini mengadopsi pendidikan model Barat, karena sistemnya
dipandang “yang terbaik” dan disempurnakan dengan penambahan mata pelajaran
agama. Dengan kata lain, ia berusaha untuk mengislamkan berbagai segi
kehidupan yang tidak Islami. Umat Islam tidak diarahkan kepada pemahaman
“agama mistis” melainkan menghadapi duni secara realitis.
Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan
kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum.
Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan surat ketetapan
Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. izin itu hanya berlaku untuk daerah
Yokyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan
perkembangan organisasi ini. Itulah sbabnya kegiatannya dibatasi. Walaupun
Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srakandan, Wonosari, dan
8
Imogiri dan lain-lain tempat telah berdiri cabang Muhammadiyah di luar
Yokyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Ujung
Pandang dengan nama Al-Munir, di Garut dengan nama Ahmadiyah. Sedangkan
di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang
mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yokyakarta
sendiri ia menganjurkan adanya jama’ah dan perkumpulan untuk mengadakan
pengajian dan menjalankan kepentingan Islam. Perkumpulan-perkumpulan dan
jama’ah-jama’ah ini mendapat bimbingan dari Muhammadiyah, yang diantaranya
ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul
Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba, Ta’awanu
alal birri, Ta’ruf Bima kanu wal-Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul
Mubtadi.
Sementara itu, usaha-usaha Muhammadiyah bukan hanya bergerak pada bidang
pengajaran, tapi juga bidang-bidang lain, terutama sosial umat Islam. Sehubungan
dengan itu, Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan mempunyai ciri-
ciri khas sebagai berikut:
9
sehingga Islam lebih mudah diterima dan dihayati oleh segenap
lapisan masyarakat.
e. Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan, lengkaplah ketika
pada tahun 1917 M. membentuk bagian khusus wanita yaitu ‘Aisyah.
Bagian ini menyelenggarakan tabligh khusus wanita, memberika
kursus kewanitaan. Pemeliharaan fakir miskin, serta memberi bantuan
kepada orang sakit. Kegiatan Muhammadiyah dengan ‘Aisyah ini
berjalan baik, terutama karena banyak orang Islam baik menjadi
anggota maupun simpatisan memberikan zakatnya kepada organisasi
ini. Di samping ‘Aisyiah, kegiatan lain dalam bentuk
f. kelembagaan yang berada di bawah organisasi Muhammadiyah ialah
(1) PKU (Penolong Kesengsaraan Umum) yang bergerak dalam usaha
membantu orang-orang miskin, yatim piatu, korban bencana alam dan
mendirikan klinik-klinik kesehatan; (2) Hizb AI-Wathan, gerakan
kepanduan Muhammadiyah yang dibentuk pada tahun 1917 M. oleh
K.H. Ahmad Dahlan; (3) Majlis Tarjih, yang bertugas mengeluarkan
fatwa terhadap masalah-masalah yang terjadi di masyarakat.
C. Analisa
Cita-cita K.H. Ahmad Dahlan sebagai ulama cukup tegas, ia ingin
memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita Islam. Usaha-
usahanya lebih ditujukan untuk hidup beragama. Keyakinannya bahwa untuk
membangun masyarakat bangsa haruslah terlebih dahulu di bangun semangat
bangsa.
Dengan keuletan yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan, dengan
gerakannya yang tidak pernah luput dari amal, kelenturan dan kebijaksaan
dalam membawa misinya, telah mampu menempatkan posisi “aman”, baik
pada zaman penjajahan maupun pada masa kemerdekaan. Jejak langkah K.H.
Ahmad Dahlan senantiasa menitik-beratkan pada pemberantasan dan
melawan kebodohan serta keterbelakangan yang senantiasa berdasarkan Al-
Qur’an dan Hadits.
Arus dinamika pembahruan terus mengalir dan bergerak menuju kepada
10
berbagai persoalan kehidupan yang semakin kompleks. Dengan demikian,
peranan pendidikan Islam menjadi semakin penting dan strategis untuk
senantiasa mendapat perhatian yang serius. Hal ini disebabkan, karean
pendidikan merupakan media yang sangat strategis untuk mencerdaskan
umat. Melalui media ini, umat akan semakin kritis dan memiliki daya analisa
yang tajam dan membaca peta kehidupan masa depannya yang dinamis.
Dalam konteks ini, setidaknya pemikiran pendidikan Ahmad Dahlan dapat
diletakkan sebagai upaya sekaligus wacana untuk memberikan inspirasi bagi
pembentukan dan pembinaan peradaban umat masa depan yang lebih
proporsional.
D. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18
November 1912 M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah.
Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang
melakukan pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia.
Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa
pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota
santri Kauman Yogyakarta. “Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh
kerabat sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad
Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang
kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan
Kyai Dahlan setelah melalui shalat istikharah. (Darban, 2000: 34).
11
Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan
dirinya sertainteraksi selama bermukim di Saudi Arabia dan bacaan atas
karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-
ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan.Jadi sekembalinya dari Arab Saudi,
Kyai Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan.
12
Allah sebagaimana yang tersimpul dalam dalam surat An-Nisa ayat 82 dan surat
MUhammad ayat 24 yaitu melakukan taddabur atau memperhatikan dan
mencermati dengan penuh ketelitian terhadap apa yang tersirat dalam ayat.
Sikap seperti ini pulalah yang dilakukan KHA. Dahlan ketika menatap surat
Ali Imran ayat 104:"Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah
yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung ".
13
2. PenetrasiBangsa-bangsaEropa, terutamaBangsaBelandake Indonesia.
3. PengaruhdariGerakanPembaharuandalamDunia Islam.
1. Rumusan pertama
Pada waktu permulaan berdirinya dirumuskan sebagai berikut:
a. Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada
penduduk bumi
b. Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya
2. Rumusan Kedua
Sesudah Muhammadiyah meluas ke luar daerah Yogyakarta dan berdiri
beberapa cabang di beberapa tempat di wilayah Hindia Belanda (Indonesia),
maka rumusannya disempurnakan menjadi:
14
ikut berusaha mendikte rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah,
sehingga rumusan dan tujuan Muhammadiyah menjadi: “ Sesuai dengan
kepercayaan untuk mendirikan kemakmuran bersama seluruh Asia Timur
Raya di bawah pimpinan Dai Nippon, dan memang diperintahkan oleh
Tuhan Allah, maka perkumpulan ini:
5. Rumusan Kelima
Pada waktu Muktamar Muhammadiyah ke-34 yang belangsung pada
tahun 1959 di Yogyakarta rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah
hasil rumusan Muktamar Muhammadiyah ke-31 disempurnakan
redaksionalnya.Terhadap dua kata yang terdapat dalam rumusan yang
terdahulu, kata dapat mewujudkan diubah menjadi terwujud. Dengan
perubahan tersebut akhirnya rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah
yang kelima adalah sebagai berikut: “ Menegakkan dan menjunjung tinggi
agama islam sehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar-benarnya”.
6. Rumusan Keenam
Muktamar Muhammadiyah ke-41 yang diselenggarakan di Kota
Surakarta pada tahun 1985 tercatat sebagai Muktamar Muhammadiyah yang
15
sangat bersejarah. Memutuskan hal-hal pokok yang bersifat rutin, seperti
merumuskan program persyarikatan serta memilih anggota Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, ada pula keputusan yang sangat prinsip bagi Persyarikatan
Muhammadiyah. Keputusan tersebut adalah menyangkut perubahan
Anggaran Dasar Muhammadiyah, antara lain pada rumusan nama dan
kedudukan, asas dan maksud tujuan Persyarikatan. Sesungguhnya, bahwa
alasan yang pertama-tama diadakannya perubahan pada Anggaran Dasar
Muhammadiyah tersebut adalah dikarenakan telah disahkannya Undang –
Undang Pokok Keormasan no 8 tahun 1985. Di dalam UU tersebut intinya
menegaskan bahwa seluruh organisasi masa (organisasi sosial), termasuk
juga di dalamnya organisasi Muhammadiyah harus mencantumkan Pancasila
sebagai satu-satunya asas organisasi.
7. Rumusan Ketujuh
16
Muktamar Muhammadiyah ke-44 yang berlangsung di Jakarta pada
tanggal 7 sampai dengan 11 Juli 2000 dalam salah satu keputusannya telah
mengembalikan Islam sebagai asas persyarikatan. Hanya saja perumusan
asas islam dalam Anggaran Dasar Muhammaiyah yang diubah dalam
Muktamar ini tidak dicantumkan secara eksplisit dalam satu pasal,
melainkan dimasukkan ke dalam pasal 1 ayat (2), yang berbunyi “
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar,
berasaskan Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan as-Sunnah”. Adapun
alasan yang digunakan Muhammadiyah dalam mengubah asas tersebut
didasarkan pada hasil sidang Istimewa MPR tahun 1998, yang dalam salah
satu hasil ketetapannya, yakni TAP MPR nomor XVIII/MPR/1998 yang
intinya menetapkan mengembalikan fungsi Pancasila sebagai Dasar Negara
Republik Indonesia. Hal ini mengandung pengertian bahwa Pancasila tidak
harus dijadikan asas bagi lembaga keagamaan, lembaga sosial
kemasyarakatan maupun lembaga politik sebagaimana yang semula diatur
dalam UU nomor 5 tahun 1985 maupun UU nomor 8 tahun 1985.
17
‘menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam’ tidak berubah sama
sekali.
18
f. Adil dan makmur, yaitu suatu kondisi masyarakat yang di dalamnya
terpenuhi dua kebutuhan hidup yang pokok, yaitu:
1) Adil, suatu kondisi masyarakat yang positif dari aspek batiniah,
dimana keadaan ini bilamana dapat diwujudkan secara konkrit,
riel,atau nyata maka akan terciptalah masyarakat yang damai, aman
dan tentram, sepi dari perasaan terancam dan ketakutan.
2) Makmur, yaitu suatu kondisi masyarakat dari aspek lahiriyah, yang
sering digambarkan secara sederhana dengan rumusan terpenuhinya
kebutuhan sandang, papan dan kesehatan. Suatu keadaan masyarakat
yang makmur sejahtera, melimpah ruah segala kebutuhan aspek
materiilnya, dan sepi dari jerit tangisnya orang yang kelaparan dan
kesusahan.
3) Yang diridhai Allah Subhanahu Wata’ala, artinya dalam rangka
mengupayakan terciptanya keadilan dan kemakmuran masyarakat
maka jalan dan cara yang ditempuh haruslah selalu bermotifkan
semata-mata mencari keridhaan Allah belaka. Rumusan tujuan
Persyarikatan seperti diatas sesungguhnya searti dan sejiwa dengan
gambaran masyarakat sebagaimana diisyaratkan dalam surat As-
Saba’ ayat 15 yang
Artinya: Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan
Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah
kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah
olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah
kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan
(Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun".
Dengan ringkas dan dengan kata lain, bahwa maksud dan tujuan
Muhammadiyah ialah: “ Membangun, memelihara dan memegang teguh
agama Islam dengan rasa ketaatan melebihi ajaran dan faham-faham
lainnya, untuk mendapatkan suatu kehidupan dalam diri, keluarga dan
19
masyarakat yang sungguh adil, makmur, bahagia-sejahtera, aman-
sejahtera, lahir dan batin dalam naungan dan ridla Allah SWT.
20
g) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan ekonomi bisnis dan
kewiraswastaan di bawah Majelis Ekonomi dan member-lakukan
Majelis Ekonomi sebagai satu-satunya yang memutuskan kebijakan di
bidang ekonomi
Tujuan Ekonomi menurut Muhammadiyah adalah terciptanya
kehidupan social ekonomi umat yang berkualitas sebagai benteng atas
problem kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan pada masyarakat
bawah melalui berbagai program yang dikembangkan Muhammadiyah.
21
a. Untuk mencapai maksud dan tujuan, Muhammadiyah melaksanakan
Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan tajdid yang diwujudkan dalam
usaha disegala bidang kehidupan.
b. Usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program
dan kegiatan yang macam dan penyelenggaraannya diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga pasal 3.
c. Penentu kebijakan dan penanggung jawab amal usaha, program dan
kegiatan adalah pimpinan Muhammadiyah.
Usaha Muhammadiyah yang diwujudkan dalam bentuk amal
usaha, program dan kegiatan meliputi:
a. Menanamkan kenyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman,
meningkatkan pengalaman, serta menyebarluaskan ajaran islam dalam
berbagai sapek kehidupan.
b. Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran islam diberbagai
aspek kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya.
c. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah,
hibah, dan amal shalih lainnya.
d. Meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas SDM agar berkemampuan
tinggi serta berakhlaq mulia.
e. Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan,
mengembangkan IPTEK, dan seni serta meningkatkan penelitian.
f. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup
yang berkualitas.
g. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraaan masyarakat.
h. Memelihara, mengembangkan dan mendayagunakan SDA dan lingkungan
untuk kesejahteraan.
i. Mengembangkan komunikasi, ukhuah dan kerjasama dalam berbagai
bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri.
j. Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
22
k. Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai
pelaku gerakan.
l. Mengembangkan sarana, prasarana dan sumber dana untuk mensukseskan
gerakan.
m. Mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta
meningkatkan pembelaan teerhadap masyarakat.
n. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah.
23
mungkar dalam masyarakat, dengan maksud yang terutama ialah
membentuk keluarga dan masyarakat sejahtera sesuai dengan Dakwah
Jamaah.
Di samping itu Muhammadiyah menyelenggarakan amal-usaha
seperti tersebut pada Anggaran Dasar Pasal 4, dan senantiasa berikhtiar
untuk meningkatkan mutunya Penyelenggaraan amal-usaha, tersebut
merupakan sebagian ikhtiar Muhammadiyah untuk mencapai Keyakinan
dan Cita-Cita Hidup yang bersumberkan ajaran Islam dan bagi usaha
untuk terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai
Allah SWT.
b) Muhammadiyah dan Politik
Dalam bidang politik Muhammadiyah berusaha sesuai dengan
khittahnya: dengan dakwah amar ma ma'ruf nahi mungkar dalam arti dan
proporsi yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah harus dapat
membuktikan secara teoritis konsepsionil, secara operasionil dan secara
kongkrit riil, bahwa ajaran Islam mampu mengatur masyarakat dalam
Negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang Undang
Dasar 1945 menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera,
bahagia, materiil dan spirituil yang diridlai Allah SWT. Dalam
melaksanakan usaha itu, Muhammadiyah tetap berpegang teguh pada
kepribadiannya. Usaha Muhammadiyah dalam bidang politik tersebut
merupakan bagian gerakannya dalam masyarakat, dan dilaksanakan
berdasarkan landasan dan peraturan yang berlaku dalam Muhammadiyah.
Dalam hubungan ini Muktamar Muhammadiyah ke-38 telah menegaskan
bahwa:
Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam
segala bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai
hubungan organisatoris dengan dan tidak merupakan afiliasi dari
sesuatu Partai Politik atau Organisasi apapun.
Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat
tidak memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak
24
menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan
Muhammadiyah.
c) Muhammadiyah dan Ukhuwah Islamiyah
Sesuai dengan kepribadiannya, Muhammadiyah akan bekerjasama
dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan
mengamalkan Agama Islam serta membela kepentingannya. Dalam
melakukan kerjasama tersebut, Muhammadiyah tidak bermaksud
menggabungkan dan mensubordinasikan organisasinya dengan organisasi
atau institusi lainnya.
Berdasarkan landasan serta pendirian tersebut di atas dan dengan
memperhatikan kemampuan dan potensi Muhammadiyah dan bagiannya,
perlu ditetapkan langkah kebijaksanaan sebagai berikut:
Memulihkan kembali Muhammadiyah sebagai Persyarikatan yang
menghimpun sebagian anggota masyarakat, terdiri dari muslimin dan
muslimat yang beriman teguh, ta'at beribadah, berakhlaq mulia, dan
menjadi teladan yang baik di tengah-tengah masyarakat.
Meningkatkan pengertian dan kematangan anggota Muhammadiyah
tentang hak dan kewajibannya sebagai warga negara, dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan meningkatkan kepekaan sosialnya
terhadap persoalan-persoalan dan kesulitan hidup masyarakat.
Menepatkan kedudukan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai
gerakan untuk melaksanakan dakwah amar-ma'ruf nahi-mungkar ke
segenap penjuru dan lapisan masyarakat serta di segala bidang
kehidupan di Negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan
Undang- Undang Dasar 1945.
H. Visi, Misi dan Tujuan
Setiap organisasi, termasuk Muhamma-diyah, tentu memiliki misi
tertentu yang diembannya. Sejak sebuah organisasi didirikan, para
pendirinya sudah merancangkan langkah-langkah strategis apa yang perlu
dilakukan, agar cita-cita yang ingin dicapai dengan mendirikan organisasi
25
itu bisa diwujudkan. Misi yang merupakan tugas utama organisasi yang
sifatnya mendasar dan fundamental, mempunyai posisi dan peranan yang
sangat penting dan strategis bagi sebuah organisasi.
Di samping misi itu menjadi semacam “penuntun” bagi semua
komponen organisasi kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, ia
juga menjadi pembeda antara organisasi yang satu dengan organisasi
lainnya yang bergerak di bidang yang serupa. Dengan perkataan lain, misi
membentuk organisasi memiliki ciri yang khas, yang membedakannya dari
organisasi lainnya yang sejenis.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur'an
dan As-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah
dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi munkar di
semua bidang dalam upaya mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil'alamin
menuju terciptanya/terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma'ruf nahi munkar
memiliki misi :
a. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT
yang dibawa oleh para Rasul sejak Nabi Adam as. hingga Nabi Muhammad
saw.
b. Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa
ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan
kehidupan.
c. Menyebar luaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur'an sebagai
kitab Allah terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia.
d. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat
e. . Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam.
f. Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan
sebagai hasil kongkret dari telaah dan pendalaman beliau terhadap Al-
Qur’an karim, faktor inilah yang sebenarnya yang menjadi faktor utama
yang mendorong berdirinya Muhammadiyah. Sementara faktor-faktor
26
lainnya dapat dikatakan sebagai factor penunjang atau factor pemicu
semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai setiap mengkaji ayat-
ayat Al-Qur’an khususnya ketika menalaah surat-surat Al-Imran (3): 102
sampai 104, maka akhirnya melahirkan amalan kongkrit yaitu lahirnya
persyarikatan Muhammadiyah.
g. Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah jelaslah bahwa
sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami,
dimotifasi dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an. Dan apa yang
digerakan oleh Muhammadiyah tidak ada motif lain kecuali semata-mata
untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan yang rill
dan kongkrit. Segala yang dilakukan oleh Muhammadiyah baik dalam
bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan tak dapat dilepaskan
dari ajaran-ajaran Islam.
I. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah Islam
27
sekian banyak rumah sakit, panti-panti asuhan, dan sebagainya. Seluruh amal
usaha Muhammadiyahseperti itu tidak lain merupakan suatu manifestasi
untuk perwujudan Islamiah, semua amal usaha diadakan dengan niat dan
tujuan yang tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islam
sebagaimana yang diajarkan oleh A-Qur’an dan As-Sunnah Shahihah.
28
miskin dan anak yatim, cara pengolaan rumah sakit, dan pelaksanaan
qurban.
Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid dalam pengertian
pemurnian dapat disebut purifikasi, pemurnian dan tajdid didalam
pembaharuan disebut reformasi. Dan dalam hubungannya dengan salah
satu ciri Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid maka Muhammadiyah
dapat dinyatakan sebagai Gerakan Purifikasi dan sekaligus Reformasi.
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
30
DAFTAR PUSTAKA
Ensiklopedi Islam Indonesia. (PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta. 2000).
Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam. (PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta. 2001).
http://violetaindriani.blogspot.com/2013/11/makalah-kemuhammadiyahan-latar-
belakang.html
31
http://iendrie20.blogspot.com/2013/10/landasan-operasional-
muhammadiyah.html
Mustafa Kamal Pasha, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam Persatuan, Yogyakarta,
1994.
http://hidayday.blogspot.co.id/2013/02/maksud-dan-tujuan-muhammadiyah.html
32