PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saluran pencernaan merupakan suatu saluran kontinu yang berjalan
dari mulut sampai anus. Fungsi utama sistem pencernaan adalah
untuk memindahkan zat gizi atau nutrient seperti air dan elektrolit
dari makanan yang dimakan ke dalam lingkungan internal tubuh.
Perdarahan saluran cerna merupakan masalah yang sering
dihadapi. Manifestasinya bervariasi mulai dengan perdarahan masif
yang mengancam jiwa hingga perdarahan samar yang tidak
dirasakan. Pendekatan pada pasien dengan perdarahan dan lokasi
perdarahan saluran cerna adalah dengan menentukan beratnya
perdarahan dan lokasi perdarahan. Perdarahan saluran cerna dapat
menyerang semua orang dan semua golongan.
Perdarahan saluran pencernaan akut merupakan masalah
kegawatan medis dengan jumlah penderita yang masuk rumah sakit
7000 orang per tahun di Skotlandia. Berdasarkan laporan penelitian
di Inggris tahun 2007, angka mortalitas akibat perdarahan saluran
pencernaan akut mencapai tujuh persen. Sedangkan insidensi
kejadian perdarahan saluran pencernaan akut di Skotlandia Barat
mencapai 170/100.000 penduduk dengan angka mortalitas 8,2%
(SIGN, 2008).
Perdarahan saluran cerna dapat dibagi menjadi dua, yaitu
perdarahan saluran cerna bagian atas dan perdarahan saluran cerna
bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian atas adalah
perdarahan yang terjadi di saluran cerna yang dimulai dari mulut
hingga ke 2/3 bagian dari duodenum atau perdarahan saluran cerna
proksimal dari ligamentum Treitz. Perdarahan saluran cerna bagian
atas merupakan masalah kegawatan dengan angka mortalitas di
rumah sakit sebesar 10%. Walaupun sudah ada perbaikan
manajemen penanganan perdarahan saluran cerna bagian atas, akan
tetapi belum mampu menurunkan angka mortalitas secara signifikan
sejak 50 tahun yang lalu (National Institute for Health and Clinical
Execellence, 2012).
Perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah perdarahan
yang berasal dari usus di sebelah distal ligamentum Treitz. Pasien
dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah datang dengan
keluhan darah segar sewaktu buang air besar. Hampir 80% dalam
keadaan akut berhenti dengan sendirinya dan tidak berpengaruh
pada tekanan darah. Hanya 25% pasien dengan perdarahan berat dan
berkelanjutan berdampak pada tekanan darah (Edelman, 2007).
Angka kejadian perdarahan saluran cerna bagian bawah di
Amerika Serikat mencapai 22 kasus per 100.000 penduduk dewasa
pada tahun 2007. Walaupun sudah berkembang pemeriksaan
diagnostik yang canggih, namun 10% dari jumlah kasus perdarahan
saluran cerna bagian bawah, lokasi perdarahan tidak bisa
teridentifikasi (Edelman, 2007).
Pengobatan dan perawatan pada pasien dengan perdarahan
saluran cerna seharusnya memperhatikan kebutuhan pasien, hal
yang disukai pasien, serta memperhatikan aspek spiritual dan
kepercayaan pasien. Komunikasi yang baik dan efektif antara pasien
dan petugas kesehatan mutlak diperlukan. Selain itu pelayanan
keperawatan yang diberikan harus mengacu pada aspek
biopsikososiokultural dan spiritual pasien (National Institute for
Health and Clinical Execellence, 2012).
Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis tertarik
menulis makalah asuhan keperawatan pada klien dengan perdarahan
saluran pencernaan.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Perdarahan Pada
Pencernaan?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang asuhan keperawatan gawat darurat
perdarahan pada pencernaan
2. Tujuan Khusus
a. Dapat memahami tentang algoritma keperawatan
perdarahan lambung
b. Dapat menjelaskan pengkajian pada kasus perdarahan pada
pencernaan
c. Dapat menjelaskan diagnosa dan intervensi keperawatan
pada perdarahan pencernaan
d. Dapat memaparkan keaslian dari penelitian journal
perdarahan pencernaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. ALGORITMA KEPERAWATAN
Perdarahan saluran pencernaan adalah kondisi ketika terjadi
perdarahan pada saluran pencernaan. Kondisi ini dapat terjadi di
saluran pencernaan atas, seperti kerongkongan (esofagus), lambung,
dan usus dua belas jari (duodenum). Perdarahan juga bisa terjadi di
saluran pencernaan bawah, seperti usus halus, usus besar, dan dubur.
1. Saluran cerna bagian atas (SCBA)
Perdarahan akut Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) merupakan
salahsatu penyakit yang sering dijumpai di bagian gawat darurat
rumah sakit. Sebahagian besar pasien datang dalam keadaan
stabil dan sebahagian lainnya datang dalam keadaan gawat
darurat yang memerlukan tindakan yang cepat dan tepat.
Kejadian perdarahan akut saluran cerna ini tidak hanya terjadi
diluar rumah sakit saja namun dapat pula terjadi pada pasien-
pasien yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit
terutama di ruang perawatan intensif dengan mortalitas yang
cukup tinggi. Selain itu perdarahan akut SCBA sering menyertai
penyakit-penyakit lainnya seperti trauma kapitis, stroke, luka
bakar yang luas, sepsis ,renjatan dan gangguan hemostasis.
a. Manisfestasi klinik
1) Hematemesis : muntah darah berwarna coklat kehitaman
(perdarahan proksimal dari ligamen
2) Melena : buang air besar berwarna hitam (menandakan
adanya darah > 100 ml/melena) perdarahan berasal daro
proximal ligamen Treitz atau maksimal sampai colon
ascenden
3) Pseudomelena: Akibat konsumsi besi, bismuth, licorice,
blueberry dan charcoal/karbon
4) Pemeriksaan occult blood test di feces positif:
Pusing/nggliyer, Sesak nafas,
5) Perubahan Hemodinamik : pingsan, pusing, mual,
muntah, haus, penurunan tekanan darah perdarahan
hingga 20% vol darah
6) Syok perdarahan hingga 30% vol darah
b. Penyebab
1) Ulkus peptikum
2) Gastropati : alkohol, OAINS, stres
3) Esofagitis
4) Varices esofagus
5) Peregangan gastoesofageal junction
6) Jarang: tumor, terapi antikoagulan dan fibrinolitik,
perdarahan dari hidung, gastropati hipertrofi dll
2. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat Penyakit
Yang perlu dikaji pada pengkajian primer ini antara lain
penyakit yang pernah diderita pasien, misalnya hepatitis,
penyakit hepar kronis, hemorrhoid, gastritis kronis, dan juga
riwayat trauma.
b. Status Nutrisi
Yang perlu dikaji pada status nutrisi adalah menggunakan
prinsip A, B, C, D, yaitu :
1) Anthopometri
Yang bisa dikaji dari anthopometri antara lain : BB dan
TB pasien sebelum sakit.
2) Biochemical
Pada biochemical, pengkajian dengan
mempertimbangkan nilai laboratorium, diantaranya :
nilai Hb, Albumin, globulin, protein total, Ht, dan juga
darah lengkap.
3) Clinical
Pada pengkajian clinical, perawat harus
mempertimbangkan tanda-tanda klinis pada pasien,
misalnya tanda anemis, lemah, rasa mual dan muntah,
turgor, kelembaban mukosa.
4) Diit
Pada diit, perawat bisa berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan kebutuhan kalori pada pasien. Selain
itu, komposisi nutrisi pada pasien juga harus
diperhatikan. Pemberian nutrisi enteral dini lebih
menguntungkan pada penderita perdarahan saluran cerna
karena pemberian nutrisi enteral dini dapat memperkecil
permiabilitas intestinal, menurunkan translokasi bakteri
dan juga dapat mencegah multi organ failure. Selain itu
pemberian nutrisi enteral pada pasien dengan perdarahan
saluran cerna juga dapat meningkatkan aliran darah pada
gaster, mempertahankan aliran darah pada kolon. Selain
itu, pemberian nutrisi enteral dan ranitidine juga dapat
menurunkan insiden perdarahan gastrointestinal. Nutrisi
enteral (karbohidrat, lemak, dan protein), juga dapat
memicu vasodilatasi lapisan mukosa saluran cerna.
Karbohidrat dapat meningkatkan aliran darah
mesenterika 70%, lemak dapat meningkatkan aliran
darah mesenterika 40%.
Perhitungan nutrisi pada pasien dapat dilakukan
dengan beberapa formulasi, namun pada makalah ini
perhitungan nutrisi pada pasien dilakukan dengan
menggunakan formula Harris Benedict yang menghitung
dari kebutuhan kalori basal (KKB), yaitu:
Laki-laki KKB = 66 + (13.7 x BB) + (5 x TB) — (6.8
x U)
Wanita KKB = 65.5 + (9.6 x BB) + (1.7 x TB) — (4.7
x U)
Keterangan :
BB : Berat Badan (kg) (ideal)
TB : Tinggi Badan (cm)
U : Umur (tahun)
Untuk Indonesia dapat menggunakan:
KKB = 40 x (TB — 100).
Dengan faktor koreksi:
Stress ringan (1) : 1.3 x KKB
Stress sedang (2) : 1.5 x KKB
Stress berat (3) : 2.0 x KKB
Berikut adalah gradasi stress :
0 1 2 3
Excresi
Urin <5 5—10 10—15 >15
Plasma
Nitrogenglucosa 100 ± 150 ± 25 150 ± 25 250 ± 50
Plasma laktat 100 ± 1200 ±1200 ± 2500 ±
Konsumsi 90 ±
20 130 ± 6 140 ± 6 160 ± 10
Glukogen/Insul2 ±
50 2.5
200± 0.8 3.0
200 ± 0.7 8500
± 1.5
oksigen 10
in 0.5
Pada kasus perdarahan saluran cerna bagian atas yang
bukan karena varises dan tidak ada penyakit hati kronis,
maka pasien tidak perlu dipuasakan. Perawat atau ahli
gizi harus memberikan diit secara bertahap, mulai dari
diit cair, saring, lunak, dan padat (normal). Komposisi
nutrisi dan kebutuhan kalori yang diberikan harus sesuai
dengan penyakit dasar pasien. Tetapi jika perdarahan
saluran cerna atas tersebut berasal dari varises esofagus,
maka tidak ada anjuran untuk dipuasakan, tetapi
pemberian nutrisi enteral ditunda saat perdarahan aktif.
Nutrisi enteral dapat dilanjutkan tanpa menunggu
produk NGT jernih. Bila perlu, pemberian parenteral
nutrisi sampai perdarahan berhenti lalu dilanjutkan diit
secara bertahap mulai diit cair, saring, lunak dan normal
lagi dengan komposisi nutrisi dan kebutuhan kalori
sesuai penyakit dasar.
Pada pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian
bawah, terutama pada Chron disease nutrisi parenteral
dapat meredakan symptom selama “acute attack” dan
kambuh ketika kembali ke nutrisi oral. Prinsip
pamberian nutrisi pada inflammatory bowel disease
tidak membebani bagian/segmen saluran cerna yang
sedang sakit berat. Pada pasien yang mengalami diare
berat 10-20x/hari, maka pemberian elektrolit dan cairan
harus dilakukan untuk menggantikan kehilangan cairan
dan elektrolit.
c. Status Eliminasi
Yang harus dikaji pada status eliminasi pada pasien dengan
perdarahan saluran cerna, antara lain warna feses,
konsistensi, serta bau dari feses. Selain itu perlu juga dikaji
adanya rasa nyeri saat BAB. Bising usus juga harus
dimonitor terus untuk menentukan status peristaltik.
d. Pemeriksaan diagnostik
Hitung hematokrit dan hemoglobin diperintahkan dengan
hitung darah lengkap. Adalah penting untuk menganggap
bahwa hematokrit umumnya tidak berubah pada jam-jam
pertama setelah perdarahan gastrointestinal akut karena
mekanisme kompensasi. Cairan yang diberikan pada saat
masuk juga mempengaruhi hitung darah. Jumlah sel darah
putih dan glukosa mungkin meningkat, mencerminkan
respon tubuh terhadap stress. Penurunan kalium dan natrium
kemungkinan terjadi karena disertai muntah. Tes fungsi
hepar biasa digunakan untuk mengevaluasi integritas
hematologi pasien. Perpanjangan masa protombin dapat
menandakan penyakit hepar atau terapi bersamaan jangka
panjangf anti koagulan. Alkalosis respiratori umumnya
terjadi karena adanya aktivasi dari system saraf simpatik
terhadap kehilangan darah. Jika kehilangan sebagian besar
darah, maka akan terjadi asidosis metabolik sebagai akibat
dari metabolisme anaerobic. Hipoksemia mungkin juga akan
terjadi karena penurunan kadar hemoglobin yang
bersirkulasi dan dihasilkan kerusakan transport oksigen ke
sel-sel.
Pemeriksaan PT/PTT diperlukan untuk mengetahui
apakah ada gangguan dalam hal waktu perdarahan dan
waktu pembekuan darah. Pemeriksaan cross-match
diperlukan juga sebelum dilaksanakan tranfusi darah.
Endoskopi adalah prosedur pilihan untuk
mendiagnosa ketepatan letak dari perdarahan, karena
inspeksi langsung mukosa adalah mungkin dengan
menggunakan skop serat optik. Endoskopi yang fleksibel
memungkinkan tes ini dilakukan di tempat tidur dan tes ini
secara rutin dilakukan oleh dokter setelah pasien secara
hemodinamik stabil. Ketepatan diagnostik dari tes ini
berkisar antara 60% sampai 90%.
C. DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
SCBA SCBB
Manifestasi klinik pada Hematemesis dan atau Hematokesia
umumnya melena
Aspirasi nasogastrik Berdarah Jernih
Rasio BUN/Kreatinin Meningkat > 35 < 35
Auskultasi usus Hiperaktif Normal
BAB III
PENUTUP
A. KESEMPULAN
Perdarahan bisa terjadi dimana saja di sepanjang saluran
pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa berupa
ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah,tetapi gejala bisa
juga tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan
tertentu. Perdarahan pada system pencernaan antara lain dapat
disebabkan oleh : robekan jaringan, kanker kerongkongan, iritasi
gastritis, luka pada usus, kanker pada usus, tumor pada usus,
penyakit divertikulum, pembuluh darah abnormal, hemoroid dan
robekan pada anus.
Pada penderita pendarahan saluran pencernaan, manifestasi
klinis yang terlihat antara lain: Muntah darah (hematemesis),
Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena) dan Mengeluarkan
darah dari rektum (hematoskezia). Selain itu juga menunjukkan
gejala-gejala anemia, seperti mudah lelah, terlihat pucat, nyeri dada
dan pusing.
Untuk pengobatan atau penatalaksanaan pada pasien gawat
darurat dengan perdarahan saluran pencernaan dilakukan sesuai
dengan penyebab terjadinya perdarahan. Secara umum
penatalaksanaan tersebut ialah dengan cara menghentikan
perdarahan yang terjadi
B. SARAN
Diharapkan benar-benar memahami konsep dasar penyakit
perdarahan saluran pencernaan, karena berdasarkan pengetahuan
dan keterampilan itulah maka perawat dapat menerapkan asuhan
keperawatan yang komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA