Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Perlakuan Keceraha Perubahan warna


Vitamin C Terang Kuning
Air Pucat Putih
Udara Layu Kecoklatan

4.2 Pembahasan

Vitamin C adalah Kristal putih yang mudah larut dalam air. Vitamin C yang disebut
juga sebagai asam askorbik merupakan vitamin yang larut dalam air. Dalam keadaan kering
vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena
bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama apabila terkena panas. Vitamin C tidak stabil
dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam (Sunita, 2004).

Di dalam tubuh, vitamin C terdapat di dalam darah (khususnya leukosit), korteks


anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di saluran cerna melalui transpor aktif
(Sherwood, 2001).

Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian
atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata arbsorbsi adalah
90% untuk konsumsi diantara 20-120 mg/hari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram hanya
diarbsorbsi sebanyak 16%. Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan. Konsentrasi
tertinggi adalah di dalam jaringan adrenal, pituitary, dan retina. Vitamin C di ekskresikan
terutama melalui urin,sebagian kecil di dalam tinja dan sebagian kecil di ekskresikan
melaului kulit (Yuniastuti, 2008).

Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila dikonsumsi mencapai 100
mg/hari. Status vitamin C di dalam tubuh ditetapkan melalui tanda-tanda klinik dan
pengukuran kadar vitamin C di dalam darah. Tanda- tanda klinik antara lain, perdarahan gusi
dan perdarahan kapiler di bawah kulit. Tanda-tanda dini kekurangan vitamin C dapat
diketahui apabila kadar vitamin C darah di bawah 0,20 mg/dl (Sunita, 2004).
Pada praktikum tersebut praktikan dapat melihat perbedaan antara tubuh yang cukup
mengkonsumsi vitamin C dan kurang mengkonsumsi vitamin C, yang mana pada praktikum
tersebut digunakan buah pisang sebagai ilustrasi tubuh manusia. Pada praktikum buah pisang
yang diiris menjadi beberapa bagian yang dimasukkan pada larutan vitamin C dalam gelas,
air putih dalam gelas, dan terakhir di biarkan di udara terbuka. Diperoleh hasil pengamatan
kecerahan pisang setelah direndam larutan vitamin C yaitu menjadi lebih terang dan berwarna
kuning sesuai air larutan vitamin C tersebut, hal ini sesuai pendapat Proverawati at all (2011)
yang menyatakan bahwa fungsi vitamin C ialah mempertahankan keadaaan zat-zat intersel
jaringan cartilage, dentin dan tulang juga menghambat oksidasi. Untuk perlakuan pisang yang
direndam dalam air menunjukkan hasil kecerahan yang terlihat pucat dan berwarna putih, hal
tersebut terjadi karena buah pisang tidak memperoleh perlindungan penghambatan oksidasi
dalam air putih tersebut . Sedangkan perlakuan buah pisang yang dibirkan di udara terbuka
menunjukkan hasil kecerahan yang negatif/ buah justru terlihat lembik dan layu, serta hasil
warna yang kecoklatan. Hal tersebut terjadi akibat proses enzimatis reaksi oksidasi udara
pada buah pisang yang meneyebabkan warna buah pisang menjadi kecoklatan.

Dari hasil pengamatan praktikum dapat membuktikan bahwa tubuh yang cukup
mengkonsumsi vitamin C (pisang dalam larutan vitamin C) akan terlindungi dari radikal
bebas berlebih karena fungsi vitamin C yang bekerja sebagai antioksidan, sedangkan tubuh
yang kurang konsumsi vitamin (pisang dalam air) atau bahkan tidak sama sekali terpenuhi
kebutuhan vitaminnya (pisang dibiarkan di udara) akan mudah terkena radikal bebas berlebih
yang menyebabkan kerusakan tubuh dan penyakit-penyakit beresiko lainnya. Sama halnya
buah pisang yang mengalami pencoklatan karna di biarkan terpapar di udara terbuka, maka
tubuh pun akan mengalami hal yang sama jika vitamin sebagai antioksidan atau sebagai
pencegah radikal bebas tidak cukup terpenuhi. Hal tersebut dinyatakan oleh literatur yang
mengatakan bahwa hitamnya pisang disebabkan karena reaksi pencoklatan yang
menghasilkan senyawa melanin, salah satu pikmen gelap. Senyawa melanin juga merupakan
penyebab hitam pada kulit manusia. Jika kita berlama-lama dibawah terik matahari, maka
kulit akan melakukan mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah kerusakan sel kulit dari
UV-B dengan menghasilkan melanin. Namun jenisnya berbeda dengan melanin hasil reaksi
pencoklatan pada buah. Melanin yang dihasilkan pada kulit dari reaksi pertahanan terhadap
UV adalah Eumelanin, Pheomelanin, dan Neuromelanin. Sedangkan jenis melanin dari hasil
reaksi pencoklatan enzimatik buah adalah Catechol melanin (Artikel Filsafood).
Sebagai antioksidan, vitamin C bekerja sebagai donor elektron dengan cara
memindahkan satu elektron ke senyawa logam Cu (Kuprum). Selain itu vitamin C juga dapat
menyumbangkan elektron ke dalam reaksi biokimia intraseluler dan ekstraseluler. Selain itu,
Vitamin C dapat langsung bereaksi dengan anion superoksida, radikal hidroksil, oksigen
singlet dan lipid peroksida. Sebagai reduktor vitamin c akan mendonorkan satu elektron
membentuk semidehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif dan selanjutnya mengalami
reaksi disproporsionasi membentuk dehidroaskorbat yang bersifat tidak stabil.
Dehidroaskorbat akan terdegradasi membentuk asam oksalat dan asam treonat.

DAPUS

Almatsier, Sunita, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia. 132-150.

Anonim. 2013. Mekanisme Vitamin C Sebagai Antioksidan. http://gi-


healthy.blogspot.com/2013/04/mekanisme-vitamin-c-sebagai-antioksidan.html.(Diakses
pada 18 September 2019).

Februadi. 2018. Reaksi Pencoklatan Enzimatik, Hitam Tak Berarti Buruk.


https://filsafood.com/reaksi-pencoklatan-enzimatik-hitam-tak-berarti-
buruk/..(Diakses pada 18 September 2019).

Proverawati, Atikah dan Kusumwati.2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yokyakarta: Nuha Medika.

Sherwood Lauralee, 2001 ; Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Human Physiology: From
cells to systems) ; Edisi II, EGC, Jakarta ; 377 – 380.

Yuniastuti, A., 2008. Gizi dan Kesehatan. Cetakan I. Graha Ilmu,


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai